Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang

Pendidikan mempunyai arti sebagai bantuan kepada anak didik


terutama aspek moral atau budi pekerti. Hamalik (2004) mendifinisikan
pendidikan sebagai suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat
menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan demikian
akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk
berfungsi secara adekuat dalam kehidupan masyarakat
Sedangkan menurut undang-undang sisdiknas nomer 20 tahun 2003,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlaq mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Pembelajaran matematika sebagai proses belajar matematika yang
dibagun oleh guru dalam mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat
meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan
kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru untuk meningkatkan
penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran dalam memahami konsep.
Namun Masykur dan Fathani (2009) mengungkapkan bahwa dalam
pembelajaran matematika diindonesia masih didominasi oleh pembelajaran
konvensional dimana guru banyak berceramah, menggurui dan otoritas
tertinggi terletak pada guru. Dalam pendapat Bruner (Swadarma, 2013)
keefektifan belajar tidak hanyak diperoleh dari bahan-bahan pengajaran tetapi
juga belajar memperoleh informasi dan memecahkan masalah. Jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri konsep, teori,
aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupan
nyata, terutama dalam konsep suku banyak (polinomial).
Suku banyak (polinomial) menpunyai tujuan pembelajaran dalam
berbagai bentuk : a. mendiskripsikan konsep dan menganalisis sifat-sifat
operasi aljabar pada polinomial dan menerapkan dalam menyelesaikan masalah
matematika. b. mendiskripsikan aturan perkalian dan pembagian polinomial
dan menerapakan teorema sisa dan pemfaktoran polinomial dalam
menyelesaikan masalah matematika. c.untuk memecahkan masalah nyata

1
menggunakan konsep teorema sisa dan faktorisasi dalam polinomial. Jadi
guru harus bisa merubah karakter peserta didik dalam melatih diri bersikap
konsisten, rasa ingin tahu, bersifat kritis, jujur, serta responsif dalam
memecahkan masalah matematika, bidang ilmu lain, dan masalah nyata
kehidupan. Dan seorang siswa bisa menunjukkan kemampuan berkolaborasi,
percaya diri, tangguh, kemampuan bekerja sama, dan bersikap realistis serta
proaktif dalam memecahkan dan menafsirkan penyelesaian masalah terkait
materi suku banyak (polinomial).
Dalam pembelajaran matematika terutama konsep suku banyak
(polinomial) kurikulum 2013 ini yang sulit diminati oleh siswa, mungkin
banyak kendala atau siswa masih kesulitan dalam mengerjakan soal yang
berbeda dari contoh yang diberikan oleh guru tersebut. Penyebab masalah
tersebut adalah siswa merasa kesulitan memahami konsep karena penggunaan
metode ceramah yang dominan, sehingga berdampak terhadap kurang
optimalnya kemampuan berpikir siswa. Karena malasnya siswa atau merasa
takut dalam menanyakan hal yang kurang jelas atau belum mengerti saat
pembelajaran maupun dalam menyatakan pendapatnya.
Bagi guru dalam menciptakan kegiatan belajar hendaknya mempunyai
model pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan tujuan agar siswa terlibat
aktif dalam proses pembelajaran. Untuk mengembangkan kemampuan berpikir
dan pemahaman siswa terhadap konsep matematika, banyak model
pembelajaran yang dapat diterapkan. Namun seorang peneliti memilih model
yang paling menarik dan guru harus membuat agar siswa tertarik belajar
matematika. Salah satu cara adalah dengan menciptakan kondisi belajar
mengajar yang menarik, yang memberikan kesempatan siswa lebih aktif dan
kreatif serta siswa dapat membangun pengetahuan dan pemahamannya sendiri
dari lingkungan belajarnya. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang
cocok digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Snowball
Throwing.
Menurut Komalasari (2011:67), model pembelajaran Snowball
Throwing yaitu model pembelajaran yang menggali potensi kepemimpinan
siswa dalam kelompok dan keterampilan membuat-menjawab pertanyaan yang
dipadukan melalui suatu imajinatif membentuk dan melempar bola salju.
Pembelajaran ini dapat melatih kesiapan siswa dalam mengkonstruksi sendiri
konsep matematika dari pengetahuan yang mereka miliki dan saling
memberikan pengetahuan satu sama lain dengan tujuan akhir agar siswa dapat
meningkatkan pemahaman konsep.

2
Berdasarkan paparan tersebut maka peneliti mengadakan penelitian
yang berjudul “ Model Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Meningkatkan
Pemahaman konsep Suku Banyak “ .

A. Rumusan Masalah
Setelah meninjau uraian diatas maka dapat dirumuskan: Apakah
terdapat model pembelajaran snowball throwing untuk meningkatkan
pemahaman konsep suku banyak ?

B. Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan mengetahui Apakah terdapat model pembelajaran
snowball throwing untuk meningkatkan pemahaman konsep suku banyak.

C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan referensi/ pendukung penelitian selanjutnya.
b. Menambah pengembangan pembelajaran matematika.
c. Menambah kajian tentang hasil penelitian pembelajaran matematika.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Dengan model pembelajaran Snowball Throwing siswa dapat menerima
pembelajaran yang lebih inovatif dan menyenangkan sehingga mampu
meningkatkan pemahaman konsep suku banyak terhadap siswa dalam
pembelajaran.
b. Bagi guru
Dengan model pembelajaran Snowball Throwing memudahkan guru
dalam memberikan materi serta menambah wawasan pengetahuan dalam
menerapkan model pembelajaran Snowball Throwing.
c. Bagi sekolah
Model pembelajaran Snowball Throwing dapat menjadi panduan bagi
sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang ada di sekolah.

D. Definisi Operasional
1. Pemahaman konsep
Hamzah B. Uno dan Satria Koni (2012:216) mengatakan bahwa
pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukan peserta didik

3
dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (alogaritma) secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat.
Indikator yang menunjukan pemahaman konsep adalah:
a. Menyatakan ulang suatu konsep.
b. Mengklasifikasikan obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai
dengan konsepnya).
c. Memberikan contoh dan non contoh dari konsep.
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.
e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep
menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi
tertentu.
f. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi
tertentu.
g. Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah.

Menurut Gagne, dalam belajar matematika ada dua obyek yang


dipelajari siswa yaitu obyek langsung (direct objects) dan obyek tak
langsung (indirect objects). Obyek tak langsung dari pembelajaran
matematika meliputi kemampuan berpikir logis, kemampuan memecahkan
masalah, kemampuan berpikir analitis, sikap positif terhadap
matematika,ketelitian, ketekunan, kedisiplinan, dan hal-hal lain yang secara
implisit akan dipelajari jika siswa mempelajari matematika.

1. Fakta matematika adalah konvensi (kesepakatan) dalam matematika


yang dimasukkan untuk memperlancar pembicaraanpembicaran di
dalam matematika, seperti lambing-lambang dalam matematika.
2. Keterampilan-keterampilan matematika adalah operasi dan prosedur
dalam matematika, yang masing-masing merupakan suatu proses
untuk mencari sesuatu hasil tertentu.
3. Konsep-konsep matematika adalah suatu ide abstrak dalam
matematika yang memungkinkan orang untuk mengklasifikasikan
apakah sesuatu obyek tertentu merupakan contoh atau bukan contoh
dari ide abstrak tersebut.
4. Prinsip-prinsip matematika adalah suatu pernyataan yang bernilai
benar, yang memuat dua konsep atau lebih dan menyatakan hubungan
antara konsep-konsep tersebut.
2. Suku banyak (polinomial)

4
Suku banyak (polinomial) adalah sebuah ungkapan aljabar yang variabel
(peubahnya) berpangkat Bilangan bulat non negative.

Bentuk umum
𝑦 = 𝐹(𝑥) = 𝑎0 𝑥 𝑛 + 𝑎1 𝑥 𝑛−2 + ⋯ + 𝑎𝑛−1 𝑥 + 𝑎𝑛

Dengan 𝑛 ∈ bilangan buat 𝑎𝑛 ≠ 0


𝑎0 , 𝑎1 , 𝑎2 , … , 𝑎𝑛−1 , 𝑎𝑛

3. Model pembelajaran snowball throwing


Pada model pembelajaran snowball throwing adalah suatu model
pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua
kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa
membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu
dilempar kesiswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari
bola yang diperoleh secara bergantian.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Matematika
Dengan tujuan diberikannya pembelajaran matematika di sekolah, kita
dapat melihat bahwa matematika sekolah memegang peranan yang sangat
penting. Siswa memerlukan matematika untuk memenuhi kebutuhan praktis dan
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Hamzah (2009: 129) matematika adalah sebagai suatu bidang
ilmu yang unsur-unsurnya terdiri dari logika dan intuisi, analisis dan konstruksi,
generalitas dan individualitas. Matematika merupakan alat pikir, berkomunikasi,
alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis yang mempunyai cabang-
cabang antara lain aritmetika, aljabar, geometri, dan analisis.
B. Belajar
Menurut Sudjana (dalam Rusman, 2011:1), belajar pada hakikatnya
adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu.
Sedangkan menurut Slameto (2010:2), belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Belajar menurut Bell gretler (1986) dalam Udin S. Winataputra adalah
proses yang dilakukakan oleh manusia dalam upaya mendapatan aneka ragam
kompetensi, skill dan sikap.
Winkel mengatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental yang
berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan dan menghasilkan perubahan
dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap yang bersifat
relatif kostan dan berbekas. Kegiatan yang berlangsung dalam mental seseorang
sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang bergantung pada pengalaman
seseorang dan dalam kegiatan mental inilah terjadi proses perubahan dan struktur
kognitif yang dimilikinya.

6
C. Pembelajaran
Menurut Dimayati dan Mudjiono(2011:62) pembelajaran adalah
kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat
siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Pembelajaran matematika sebagai proses belajar matematika yang di bangun oleh
guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan
kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan
mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya untuk meningkatkan
penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran dalam memahami bentuk,
konsep, dan simbol aritmetik.
Menurut Erman Suherman (2001: 254) Pembelajaran matematika
diartikan sebagai proses belajar matematika oleh siswa dengan bantuan atau
pendampingan guru, hal ini dimaksudkan bahwa dalam pembelajaran
matematika, kegiatan utama yang dilakukan oleh siswa untuk mempelajari bahan
ajar matematika dalam rangka menguasai kompetensi yang telah ditetapkan.
Berdasarkan kesimpulan pembelajaran matematika adalah proses
belajar matematika oleh siswa dengan bantuan atau pendampingan guru, hal ini
dimaksudkan bahwa dalam pembelajaran matematika, kegiatan utama yang
dilakukan oleh siswa untuk mempelajari bahan ajar matematika dalam rangka
menguasai kompetensi yang telah ditetapkan dengan tujuan untuk meningkatkan
kemampuan berfikir siswa,dan sikap kreativitas harus dengan bantuan
pendampingan guru.

D. Pemahaman Konsep
Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau
memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain,
memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari
berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia
dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal
itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri (Anas Sudijono, 1996: 50).
Pendapat ini sejalan dengan dengan Hamzah B. Uno dan Satria Koni (2012:61)
pemahaman dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengartikan,
menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri
tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.
Konsep matematika yaitu segala yang berwujud pengertian baru yang
bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus,
hakikat dan inti/isi dari materi 12 matematika (Budiono, 2009: 4). Pemahaman

7
konsep adalah kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami definisi,
pengertian, ciri khusus, hakikat, inti /isi dari suatu materi dan kompetensi dalam
melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien dan tepat (Tim
Penyusun, 2006: 142).
Menurut Hamzah B. Uno dan Satrio Koni (2012:102), konsep adalah
sekelompok objek, peristiwa, atau simbol yang memiliki karakteristik yang sama
yang dapat diidentifikasikan dengan nama yang sama. Sedangkan menurut W.S.
Winkel (2004:113) Konsep atau pengertian dapat diartikan sebagai satuan arti
yang mewakili sejumlah obyek yang mempunyai ciri-ciri sama. Orang yang
memiliki konsep, mampu mengadakan abstraksi terhadap segala objek yang
dihadapi, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu (kalsifikasi).
Hamzah B. Uno dan Satria Koni (2012:216) juga mengatakan bahwa
pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukan peserta didik dalam
memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (alogaritma) secara luwes,
akurat, efisien, dan tepat.
Indikator yang menunjukan pemahaman konsep adalah:
1. Menyatakan ulang suatu konsep.
2. Mengklasifikasikan obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai
dengan konsepnya).
3. Memberikan contoh dan non contoh dari konsep.
4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.
5. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep
menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
6. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah.

E. Model Pembelajaran Snowball Throwing


Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat melibat siswa
secara aktif adalah model pembelajaran snowball throwing. Snowball secara
etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya melempar. Snowball
Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Menurut
Suyatno (2009:125), model pembelajaran snowball throwing adalah suatu
model pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang
diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-
masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas
pertanyaan) lalu dilempar kesiswa lain yang masing-masing siswa menjawab
pertanyaan dari bola yang diperoleh secara bergantian.

8
Sedangkan model pembelajaran snowball throwing menurut
Komalasari (2011:67) yaitu model pembelajaran yang menggali potensi
kepemimpinan siswa dalam kelompok dan keterampilan membuat-menjawab
pertanyaan yang dipadukan melalui suatu permainan imajinatif membentuk dan
melempar bola salju. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kooperatif
tipe snowball throwing adalah suatu cara belajar yang memberikan kesempatan
siswa untuk aktif, dimana diawali dengan pembentukan kelompok kecil dan
masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola lalu
dilempar ke siswa lain dan siswa menjawab pertanyaan dari bola yang
diperoleh.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Snowball Throwing Menurut
Suprijono (2013:128), adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan dan KD yang ingin
dicapai.
2. Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing
ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing,
kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada
temannya.
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk
menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah
dijelaskan oleh ketua kelompok.
5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan
dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama 5 menit.
6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan
kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas
berbentuk bola tersebut secara bergantian.
7. Evaluasi.
8. Penutup.
Menurut Aqib (2013:27), langkah-langkah model pembelajaran
snowball throwing adalah:
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing
ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing,
kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada
temannya.

9
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk
menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah
dijelaskan oleh ketua kelompok.
5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa
ke siswa yang lain selama ± 15 menit.
6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan
kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas
berbentuk bola tersebut secara bergantian.
7. Evaluasi.
8. Penutup.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan langkah-langkah model
pembelajaran snowball throwing adalah sebagai berikut:
1. Tahap Awal
a. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
b. Guru menyiapkan lembar kertas kerja
2. Tahap Inti
a. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing
ketua kelompok untuk diberikan penjelasan tentang materi.
b. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya, kemudian
menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
c. Guru memberikan satu lembar kertas kepada siswa, untuk menuliskan
satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah
dijelaskan oleh ketua kelompok.
d. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu
siswa kesiswa yang lain selama lebih kurang 5 menit.
e. Guru memastikan setiap siswa mendapat satu bola atau satu
pertanyaan.
f. Siswa diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang tertulis
dalam kertas yang berbentuk bola tersebut secara bergantian.
3. Tahap Akhir
a. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran.
b. Guru melakukan evaluasi.
c. Guru menutup pelajaran
Menurut Mukaromah (2013:99), kelebihan dan kelemahan model
pembelajaran snowball throwing adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan

10
a. Melatih kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan dengan
bersumber pada materi yang diajarkan serta saling memberikan
pengetahuan.
b. Dapat membangkitkan keberanian siswa dalam mengemukakan
pertanyaan kepada teman maupun guru.
c. Siswa akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan
pemecahan suatu masalah.
d. Siswa akan memahami makna tanggung jawab.
2. Kelemahan
a. Suasana kelas menjadi kurang konduksif dan ada siswa bergantung
pada siswa lain.
b. Pengetahuan tidak luas hanya terbatas pada pengetahuan di sekitar
siswa dan membutuhkan waktu yang banyak.
c. Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu
menjadi penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi
sehingga diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk siswa
mendiskusikan materi pelajaran.
F. Suku Banyak ( Polinomial)
Suku Banyak (Polinomial)
Pengertian Suku Banyak
Suku banyak (polinomial) adalah sebuah ungkapan aljabar yang
variabel (peubahnya) berpangkat Bilangan bulat non negative.

Bentuk umum

𝑦 = 𝐹(𝑥) = 𝑎0 𝑥 𝑛 + 𝑎1 𝑥 𝑛−2 + ⋯ + 𝑎𝑛−1 𝑥 + 𝑎𝑛

Dengan 𝑛 ∈ bilangan buat 𝑎𝑛 ≠ 0

𝑎0 , 𝑎1 , 𝑎2 , … , 𝑎𝑛−1 , 𝑎𝑛

Disebut koefisien masing-masing bilangan real (walaupun boleh juga komplek)

Jadi sebuah suku banyak merupakan ekpresi aljabar yang dapat diperoleh dari
konstanta (angka/bilangan) dan variabel hanya dengan menggunakan operasi
penjumlahan pengurangan dan perkalian.

Operasi aljabar dalam polinomial

a. Penjumlahan dan pengurangan


Dua bentuk polinomial dapat dilakukan penjumlahan dan pengurangan
dengan menjumlah atau mengurang antar koefisien pada suku sejenisnya,
seperti contoh
(i) 8𝑥 + 3𝑥 = (8 + 3)𝑥 = 11𝑥 sifat distributif

11
(ii) 8𝑥 − 3𝑥 = (8 − 3)𝑥 = 5𝑥 sifat distributif
(iii) 5𝑥𝑦 + (−2𝑥𝑦 ) = (5 + (−2))𝑥𝑦 2 = 3𝑥𝑦 2
2 2

(iv) 5𝑥𝑦 2 − (−2𝑥𝑦 2 ) = [5 − (−2)]𝑥𝑦 2


= (5 + 2)𝑥𝑦 2
= 7𝑥𝑦 2

b. Perkalian
Dalam melakukan perkalian polinomial, kita biasanya menggunakan sifat
distributif .
𝑎 . (𝑏 + 𝑐 + ⋯ + 𝑘) = 𝑎 . 𝑏 + 𝑎. 𝑐 + ⋯ + 𝑎 . 𝑘 dan
(𝑏 + 𝑐 + ⋯ + 𝑘). 𝑎 = 𝑏 . 𝑎 + 𝑐 . 𝑎 + ⋯ + 𝑘 . 𝑎

Pembagian Suku Banyak (Polinomial)


Yang dibagi = pembagi × hasil bagi + sisa pembagian
Definisi
Suatu suku banyak 𝑃(𝑥) berderajat 𝑛 dibagi 𝑄 (𝑥) berderajat 𝑚 (dengan 𝑚 < 𝑛 )
menghasilkan hasil bagi 𝐻(𝑥) berderajat (𝑛 − 𝑚) dan sisa 𝑆 (𝑥) maksimal
berderajat (𝑚 − 1), dapat dituliskan :
𝑃 (𝑥) 𝑆 (𝑥)
𝑃(𝑥) ≡ 𝑄 (𝑥). 𝐻 (𝑥) + 𝑆 (𝑥) 𝑎𝑡𝑎𝑢 = 𝐻 (𝑥) +
𝑄 (𝑥) 𝑄 (𝑥)
Teorema sisa
Teorema 1 : pembagi berbentuk (𝒙 − 𝒉)
Jika suku banyak 𝑃(𝑥) berderajat 𝑛 dibagi (𝑥 − ℎ) , maka sisa
pembagiannya adalah 𝑃(ℎ).
Bukti :
Pandang : 𝑃(𝑥) ≡ (𝑥 − ℎ). 𝐻 (𝑥) + 𝑆 (𝑥)
Dengan mensubtitusikan 𝑥 − ℎ = 0 atau 𝑥 = ℎ , diperoleh:
𝑃(ℎ) ≡ 0 . 𝐻 (ℎ) + 𝑆
⇔ 𝑃(ℎ) ≡ 0 + 𝑆
∴ 𝑆 (𝑥) = 𝑃 (ℎ) terbukti
Teorema 2 : pembagi berbentuk (𝒂𝒙 − 𝒃)
Jika suku banyak 𝑃(𝑥) berderajat 𝑛 dibagi (𝑎𝑥 − 𝑏) , maka sisa
𝑏
pembagiannya adalah 𝑆(𝑥) = 𝑃 (𝑎).

Bukti :
𝑃(𝑥) ≡ (𝑎𝑥 − 𝑏)𝐻 (𝑥) + 𝑆(𝑥)
𝑏
𝑃(𝑥) ≡ 𝑎𝐻 (𝑥)(𝑥 − 𝑎) + 𝑆(𝑥)

12
𝑏
𝑃(𝑥) ≡ (𝑥 − 𝑎) {𝑎𝐻 (𝑥)} + 𝑆(𝑥)
𝑏
Subtitusikan 𝑥 = 𝑎 , diperoleh :
𝑏 𝑏 𝑏 𝑏
𝑃 (𝑎) ≡ (𝑎 − 𝑎) {𝑎𝐻 (𝑎)} + 𝑆(𝑥)
𝑏
∴ 𝑆 (𝑥) = 𝑃 (𝑎) terbukti .

Teorema 3 : pembagi berbentuk (𝒙 − 𝒉𝟏 ) (𝒙 − 𝒉𝟐 )


Jika suku banyak 𝑃(𝑥) berderajat 𝑛 dibagi (𝑥 − ℎ1 ) (𝑥 − ℎ2 ), maka
sisa pembagiannya adalah
𝑃(ℎ1 ) − (ℎ2 ) ℎ1 𝑃(ℎ2 ) − ℎ2 𝑃(ℎ1 )
𝑆(𝑥) = .𝑥 +
ℎ1 − ℎ2 ℎ1 − ℎ2

Dengan ℎ1 ≠ ℎ2 , ℎ1 ≠ 0 , dan ℎ2 ≠ 0

Bukti :

Pembagi (𝑥 − ℎ1 ) (𝑥 − ℎ2 ) berderajat 2, maka sisanya maksimum berderajat 1.


Misalkan sisanya berbentuk(𝑎𝑥 + 𝑏) dan hasil baginya 𝐻(𝑥). Hal ini berarti:

𝑃(𝑥) = (𝑥 − ℎ1 )(𝑥 − ℎ2 ). 𝐻 (𝑥) + (𝑎𝑥 + 𝑏)

 Subtitusikan : 𝑥 − ℎ1 = 0 ⇒ 𝑥 = ℎ1 diperoleh:

𝑆1 = 𝑃 (ℎ1 ) ⇒ 𝑎ℎ1 + 𝑏 = 𝑃 (ℎ1 ) ...................................................(1)

 Subtitusikan : 𝑥 − ℎ2 = 0 ⇒ 𝑥 = ℎ2 diperoleh:
𝑆1 = 𝑃 (ℎ2 ) ⇒ 𝑎ℎ2 + 𝑏 = 𝑃 (ℎ2 ) .................................................(2)
 Eliminasi – subtitusi persamaan (1) dan (2), diperoleh:
𝑃(ℎ1 ) − (ℎ2 ) ℎ1 𝑃(ℎ2 ) − ℎ2 𝑃(ℎ1 )
𝑎= 𝑑𝑎𝑛 𝑏 =
ℎ1 − ℎ2 ℎ1 − ℎ2
Jadi sisa pembagiannya:

𝑃(ℎ1 )−(ℎ2 ) ℎ1 𝑃(ℎ2 )−ℎ2 𝑃(ℎ1 )


𝑆(𝑥) = ℎ1 −ℎ2
.𝑥 + ℎ1 −ℎ2
terbukti

Teorema Faktor
Misalnya 𝑃 (𝑥) suatu suku banyak, (𝑥 − ℎ) merupakan faktor dari 𝑃(𝑥)
Jika dan hanya jika 𝑃(ℎ) = 0 .
Bukti :
Pembuktian teorema faktor ini kita buktikan dalam dua arah .

13
Arah pertama:
Jika (𝑥 − ℎ) merupakan faktor dari 𝑃 (𝑥) maka 𝑃 (𝑥) dapat ditulis sebagai:
𝑃 (𝑥) = (𝑥 − ℎ). 𝐻 (𝑥) + 0
Hal ini berarti sisanya sama dengan nol, yaitu:
𝑆 = 𝑃 (ℎ) = 0 , karena 𝑃 (ℎ) = (ℎ − ℎ). 𝐻 (𝑥) = 0
Arah kedua:
Berdasarkan teorema sisa: 𝑃 (𝑥) = (𝑥 − ℎ)𝐻 (𝑥) + 𝑆 dengan 𝑆 = 𝑃(ℎ). Oleh
karena 𝑃 (ℎ) = 0 maka persamaan diatas menjadi:
𝑃 (𝑥) = (𝑥 − ℎ)𝐻(𝑥)
Hubungan ini menunjukkan bahwa (𝑥 − ℎ) adalah faktor dari 𝑃 (𝑥). Jadi,
𝑃 (ℎ0 = 0 jika dan hanya jika (𝑥 − ℎ) merupakan faktor dari 𝑃 (𝑥). Teorema ini
disebut teorema faktor.
Persamaan Suku Banyak
Persamaan suku banyak dalam variabel 𝑥 dengan koefisien bilangan real
𝑎𝑛 𝑥 𝑛 + 𝑎𝑛−1 𝑥 𝑛−1 + 𝑎𝑛−2 𝑥 𝑛−2 + ⋯ + 𝑎1 𝑥 + 𝑎0 = 0
Dengan 𝑎𝑛 ≠ 0, dimana 𝑛 adalah bilangan asli dan 𝑎𝑛 , 𝑎𝑛−1 , 𝑎𝑛−2 , … 𝑎0 adalah
konstanta. Penentuan nilai 𝑥 dapat dilakukan dengan bangan Horner, yaitu:
Jika 𝑃(𝑥) suku banyak, maka (𝑥 − ℎ) adalah faktor dari 𝑃(𝑥) jika dan
hanya jika ℎ merupakan akar persamaan 𝑃(𝑥) = 0.

G. Hipotesis
Dalam pengujian hipotesis secara statistik dilakukan bertujuan untuk
menarik kesimpulan dari data hasil post-test. Berdasarkan hasil uji normalitas
didapat data post-test yaitu berdistribusi normal, maka dilakukan pengujian
hipotesis secara statistik. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah
“meningkatkan pemahaman konsep dengan menggunakan model pembelajaran
Snowball Throwing pada pembelajaran matematika siswa kelas XI SMA Darul
Ulum Jombang tahun pelajaran 2016/2017 secara signifikan tuntas”. Setelah
diketahui data pre-test dan post-test berdistribusi normal maka dilanjutkan
dengan uji hipotesis. Uji hipotesis statistik dari data pre-test dan post-test
adalah:
𝐻𝑎 = rata-rata pemahaman konsep siswa setelah mengikuti pembelajaran
matematika dengan menggunakan model pembelajaran snowball throwing
lebih dari atau sama dengan 70 (𝐻𝑎 ≥ 70).

14
𝐻0 = rata-rata pemahaman konsep setelah mengikuti pembelajaran matematika
dengan menggunakan model pembelajaran snowball throwing kurang dari
(𝐻0 < 70).

H. Kerangka Berfikir
Kehidupan dunia dalam pendidikan sangat dibutuhkan oleh manusia,
Pendidikan merupakan genersi bagi nusa dan bangsa. Maka guru dalam
melaksanakan tugas sebagai pengajar, idealnya mampu menyelenggarakan
proses pembelajaran yang berkualitas. Pembelajaran guru yang berkualitas
berupa pembelajaran yang dapat menyampaikan materi secara baik dan dapat di
mengerti oleh siswa serta mampu membuat suasana pembelajaran yang
menarik dan menyenangkan, sehingga siswa dapat mengikuti proses
pembelajaran tersebut dengan aktif, kreatif dan mampu mengkontruksi ilmu
pengetahuan yang diberikan dalam proses pembelajaran tersebut. Agar proses
pembelajaran yang berkualitas dapat terselenggara dengan baik, maka salah
satu faktor yang berperan dalam upaya penciptaan pembelajaran yang
berkualitas adalah penggunaan model atau metode pembelajaran yang tepat,
menarik dan menyenangkan bagi siswa. Penggunaan model atau strategi yang
tepat diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai secara tuntas dan pada
akhirnya dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika.
Model pembelajaran Snowball Throwing merupakan salah satu model
yang menghidupkan suasana pembelajaran dikelas agar kelas menjadi aktif dan
dapat mendorong siswa pada kegiatan mengkonstruksi ilmu pengetahuan yang
disampaikan oleh guru. Aktivitas utama dalam pembelajaran Snowball
Throwing adalah siswa memperoleh atau menguasai konsep materi suku
banyak (polinomial) pelajaran melalui tanya jawab yang dibuat dalam bentuk
bola-bola serta berdiskusi kelompok dengan mempresentasikan hasil diskusi
kelompok.
Pembelajaran kooperatif secara bersama-sama membantu siswa dalam
pembelajaran akademik mereka. Siswa akan menggunakan tingkat berpikir
yang lebih tinggi selama ataupun setelah melakukan permainan Snowbal
Throwing maupun diskusi dalam kelompok kooperatif, dari pada mereka yang
belajar secara individual atau kompetitif. Materi yang dipelajari siswa melalui
metode tersebut juga diharapkan mampu diingat untuk periode yang lama.
Diantara berbagai model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman

15
konsep matematika adalah model pembelajaran kooperatif tipe Snowball
Throwing. Dengan adanya inovasi model pembelajaran kooperatif tipe
Snowball Throwing dan ini dapat meningkatkan pemahaman konsep
matematika materi suku banyak (polinomial).

Gambaran kerangka berfikir

Gaya mengajar
guru

Pemahaman konsep suku


banyak meningkat
Pemahaman
konsep rendah

Model pembelajaran
Snowball Throwing
Pemilihan model
pembelajaran

I. Penelitian yang relevan


1. Penelitian oleh Afdhila, Nurjana. Yang berjudul Penerapan Model
Snowball Throwing dengan Media TTS untuk Meningkatkan Aktivitas
Siswa pada Pembelajaran IPA Kelas IV SDN Gunungpati 03 Semarang.
Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.
Hasil penelitian menunjukkan keterampilan guru pada siklus I
memperoleh skor 31 kategori baik, meningkat menjadi 38,5 kategori sangat
baik pada siklus II. Aktivitas siswa siklus I memperoleh skor 18,99 kategori
cukup, siklus II meningkat menjadi 25,14 kategori baik. Persentase
ketuntasan belajar siklus I sebesar 55,56% dengan nilai rata-rata 60,53
meningkat menjadi 77,78% nilai ratarata 72,76 pada siklus II.

16
kesimpulan penelitian adalah model Snowball Throwing dengan
media TTS dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa dan
hasil belajar IPA. Sedangkan saran yang diberikan yaitu guru hendaknya
dapat memilih dan menggunakan model pembelajaran inovatif yang tepat
sesuai kondisi siswa, materi/bahan ajar, fasilitas yang tersedia, dan kondisi
guru itu sendiri.
2. Penelitian oleh Siwi Purwaningsih ,yang berjudul Implementasi Model
Snowball Throwing untuk Meningkatkan Motivasi Siswa dalam
Pembelajaran Sejarah Siswa Kelas XI IPS 2 Semester I SMA Negeri I
Paninggaran Kabupaten Pekalongan Tahun Ajaran 2010/2011. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan model
snowball throwing dapat meningkatkan motivasi sejarah. Pada sikus I rata-
rata motovasi kelas sebelum tindakan adalah 68.00%, dan setelah tindakan
pada siklus I adalah 73.90% atau mengalami peningkatan sebesar 5.90%,
pada siklus II rata-rata motivasi sebelum tindakan adalah 69.72%, setelah
tindakan adalah 76.38% atau mengalami peningkatan sebesar 6.66%.
Sedangkan siklus III rata-rata motivasi sebelum tindakan adalah 73.71%
dan sesudah tindakan adalah 81.13% atau mengalami peningkatan sebesar
7.42%.
Persamaan judul skripsi tersebut dengan skripsi yang dibuat oleh
penulis adalah penggunaan model pembelajaran yang digunakan yaitu
Snowball Throwing dalam proses pembelajajaran. Perbedaannya adalah
pada skripsi tersebut variabel yang diteliti adalah motivasi belajar kemudian
objek penelitiannya adalah siswa sebuah Sekolah Menengah Atas kelas XI
IPS 2 Semester I SMA Negeri I Paninggaran Kabupaten Pekalongan tahun
ajaran 2010/2011. Sedangkan pada skripsi yang dibuat oleh penulis variabel
yang diteliti berupa aktvitas belajar dan objek penelitiannya adalah siswa
Sekolah Menengah Kejuruan kelas X Ak.1 di SMK PGRI 1 Sentolo
Yogyakarta.

17
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian eksperimen semu (Quasi experiment) kategori Pre-test and Post-
test Group Design.Menurut Arikunto (2010:85) “Eksperimen semu kategori
Pre-test and Post-test Group Design adalah sebuah eksperimen yang
dilaksanakan tanpa kelas pembanding karena hanya satu perlakuan dan
dengan tes sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen yang disebut Pre-test
dan sesudah eksperimen yang disebut Post-test”. Menurut Arikunto
(2010:124) desain penelitian one
group pretest-posttest design.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA DU 2 Darul Ulum Jombang,
pada saat semester ganjil , dan akan dilakukan dikelas XI IPA. Waktu
pelaksanaan penelitian ini dimulai pada tanggal 21 september - 1 oktober
2017.

C. Populasi Dan Sampel


Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Darul Ulum
Jombang tahun pelajaran 2016/2017 yang terdiri dari 4 kelas. Penetapan
sampel dilakukan dengan cara Cluster Random Sampling. Menetapkan kelas
yang menjadi sampel berdasarkan hasil pengundian, yaitu kelas XI. 4,
sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran snowball
throwing.
D. Variabel Penelitian
Penetapan variabel dalam penelitian adalah penting. Dalam penelitian
ini terdapat dua variabel yaitu, sebagai berikut: Variabel bebas dalam
penelitian ini yaitu model pembelajaran snowball throwing. Variabel terikat
dalam penelitian ini yaitu meningkatkan pemahaman konsep suku banyak.

18
E. Rancangan Penelitian
model yang digunakan model pembelajaran kooperatif, metode snowball
trowing yang terlibat siswa aktif dalam pembelajaran tersebut.
F. Intrumen Penelitian
Dalam penelitian ini memuat instrumen-instrumen penelitian yang
terdiri dari lembar tes kemampuan kognitif siswa terhadap menggunakan
model pembelajaran snowball throwing.
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam Penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
teknik tes. Tes ini dilakukan dengan menggunakan butir soal dalam bentuk
soal essai sebanyak enam soal yang sesuai dengan standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator.
H. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian adalah teknik kuantitatif menggunakan uji-t.

19
DAFTAR PUSTAKA

Zulkarnain, I. & Sari, N, A. 2014. Model Penemuan Terbimbing dengan Teknik Mind
Mapping untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 2, Nomor 3, Oktober
2014, hlm: 240 – 249.

Sukino. (2013) Matematika Kelompok Peminatan Matematika Dan Ilmu Alam.


Jakarta:PT Gelora Aksara Pratama.

Cahyo, A. 2013. Panduan aplikasi teori –teori belajar mengajar teraktual dan
terpopuler. Jogjakarta: Diva Prees.

Roslina & Wardana, K. 2014. Pembelajaran Snowball Throwing Materi Volume Limas
Segiempat Siswa Smp Negeri 9 Banda Aceh. Jurnal ragam ilmu. Agustus
2014.

Prayitno. 2015. Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika melalui Model


Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing pada Siswa Kelas Viia
Smp Muhammadiyah Karangrayung Tahun Ajaran 2014/2015. Fakultas
keguruan dan ilmu pendidikan universitas PGRI yogyakarta.

Sartika, A. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing pada


Pembelajaran Fisika Siswa Kelas VII SMP Negeri Muara Batang Empu
Tahun Pelajaran 2014/2015. Dosen Prodi Pendidikan Fisika/STKIP-PGRI.
Lubuklinggau/2015.

20

Anda mungkin juga menyukai