Anda di halaman 1dari 4

IV.

PEMBAHASAN
Pada pengamatan struktur dan stratifikasi ini dilakukan pengamatan dan
pengukuran langsung pada 5 jenis tumbuhan yang berbeda. Kemudian diukur sudut
ketinggiannya menggunakan klinometer, diukur diameter pohon menggunakan
meteran, diukur jarak dari pengukur ke pohon dan di ukur tinggi pengukur. Selain itu
dilakukan juga pengukuran pada faktor abiotik mengenai suhu, pH tanah, kelembaban
tanah, kelembaban udara, kecepatan angin dan intensitas cahaya. Kemudian semua
hasilnya dicatat. Pengamatan ini dilakukan di kebun belakang kosan puji pada hari
jum’at, 23 Maret 2018 jam 14.20 WIB dengan kondisi cuaca yang cerah.
Pada tabel faktor abiotik ini dilakukan pengukuran 7 parameter. 1) suhu,
pengukuran suhu ini dilakukan dengan melihat langsung suhu yang tertera pada
handphone yang menunjukkan kondisi suhu pada tempat dan waktu yang sesuai,
didapatkan hasil suhu 28oC karena pada saat itu pengamatan kondisi cuaca memang
panas cerah. 2) pH berkisar 7 atau netral. 3) kelembaban tanah 1,5. 4) kelembaban
udara 28oC. 5) kecepatan angin 0,1 dan i ntensitas cahaya.
Ada beberapa macam metode yang dapat digunakan dalam menganalisis
vegetasi. Ada yang menggunakan petak contoh (plot) dan ada yang tak menggunakan
petak contoh (plotless). Metode yang menggunakan petak contoh (plot) diantaranya
adalah metode kuadrat, sedangkan yang tidak menggunakan petak contoh adalah titik
menyinggung (pointintercpt), Point Centered Quarter Methods, dll. Pemilihan metode
ini tergantung pada tipe vegetasi, tujuan, ketersediaan dana, waktu, tenaga, dan
kendala-kendala lainnya. Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan
(komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.
Maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup
menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut (Harun. 2003).
Pada tabel, yaitu analisis vegetasi, di pilihlah 5 jenis tanaman yaitu pohon
palem, mangga kweni, bandotan, talas, dan pepaya. Pada tabel 3 mengenai stratifikasi ,
telah dilakukan perhitungan mengenai keliling, tinggi, jari-jari, DBH dan stratifikasi.
Untuk palem didapatkan hasil keliling 1,69 m, tinggi 11,87156 m, jari0jari 3,63 m,
DBH 7,26. Untuk pohon bandotan hanya diukur tingginya yaitu 1 cm. Untuk mangga
kweni memiliki keliling 5,65 m, tinggi 8,63 m, jari-jari 0,9 m, dan DBH 1,8 m. Untuk
talas memiliki keliling 0,1099 m, tinggi 8,095 m, jari-jari 0,175 m, dan DBH 0,35 m.
Dan untuk pepaya memiliki 163,28 keliling, tinggi 8,36 m, jari-jari 26 m, dan DBH
52. Dengan demikian pohon palem termasuk kedalam stratifikasi pohon, bandotan
termasuk stratifikasi semai, mangga kweni termasuk kedalam stratifikasi pohon, talas
termasuk kedalam stratifikasi pancang dan pepaya termasuk kedalam stratifikasi
tiang.
1). Tinggi kurang dari 150 cm. 2). Pancang yaitu anakan pohon dengan lebih tinggi
dari 150 cm, tetapi memiliki diameter batang kurang dari 10 cm. 3). Tiang yaitu
pohon dengan ukuran diameter antara 10 cm dan 20 cm dan terahir 4). Pohon yaitu
tumbuhan berkayu yang memiliki diameter lebih dari 20 cm.

Adapun penjelasan mengenai stratifikasi atas pelapuan tajuk merupakan susunan


tetumbuhan secara vertikal didalam suatu komunitas tumbuhan atau ekosistem hutan
(Latifah 2005). Tiap lapisan dalam stratifikasi itu disebut stratum atau strata
stratifikasi terjadi karena hal penting yang dimiliki atau dialami oleh tumbuhan dalam
persekutuan hidupnya dengan tumbuhan lainnya, yaitu 1) akibat persaingan antar
tumbuhan. Akibat persaingan tersebut munculah spesies pohon yang mampu bersaing,
memiliki pertumbuhan kuat, dan menjadi spesies yang dominan atau lebih berkuasa
dibandingkan spesies lainnya. Bagi pohon pemenang dan menguasai pohon-pohon
lain yang rendah. Pohon-pohon yang dominan akan mencirikan masyarakat hutan
yang bersangkutan. 2) akibat sifat toleransi spesies pohon terhadap intensitas radiasi
matahari. Spesies-spesies pohon yang intoleran mendapatkan kesempatan ruang
tumbuh dengan cepat, tinggi pohonnya mencapai posisi paling atas tetapi bertahan
hidup pada hutan-hutan yang sangat lebat dan akhirnya mati sebaliknya, pohon yang
bersifat toleran terhadap naungan sudah pasti pohon ini akan tumbuh dengan baik jika
mendapat naungan dari pohon-pohon lain yang lebih tinggi, bahkan pohon toleran
dalam suatu komunitas tumbuhan perlu berdampingan dengan pohon lain sebagai
penaung agar pertumbuhannya optimal.

Menurut Suwena (2005), data tumb b uhan diperoleh dengan analisis vegetasi.
Metode yang digunakan adalah metode kuadrat dengan penentuan luas minimum
berdasarkan kurve species area, sedangkan menurut Krebs (2000), suatu daerah
vegetasi umumnya akan terdapat suatu luas tertentu, dan daerah tadi sudah
memperlihatkan kekhususan dari vegetasi secara keseluruhan. Jadi luas daerah ini
disebut luas minimum. Tujuan dari luas minimum adalah untuk mengetahui luas petak
yang paling kecil (minimal) tetapi dapat mewakili keragaman vegetasi dari semua jenis
yang ada dalam komunitas tersebut. Kerapatan jenis sangat berpengaruh terhadap luas
minimum. Jika jenisnya banyak (rapat) maka luas minimumnya bernilai sebaliknya
(rendah).
Harun. 2003. Ekologi Tumbuhan. Bina Pustaka. Jakarta.
Krebs, A. 2011. Identifikasi Plasma Nutfah Vegetasi Hutan Alam ResortTrisula
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). E-jurnal GAMMA,6(2):
77-94.

Suwena, I. 2005. Ecological researches relevant to current silvicultural problem. In:


Coordinated study of lowland forest of Indonesia: Proceedings of
symposium;1973 July 2-5; Darmaga, Bogor, Indonesia.
t

Anda mungkin juga menyukai