Land Clearing
Land Clearing
LAND CLEARING
Pengertian STACKING
Stacking adalah membuka areal hutan dengan mengunakan alat berat dan
pembukaan lahan disini mengunakan system buka lahan dengan mengunakan alat
berat (stacking). Namun bila terdapat pohon yang besar dan susah di tumbang
maka pohon tersebut dapat disusul dengan tumbang manual (sinso) sehingga areal
dapat benar-benar terbuka. Team senso kayu biasanya ada dari kontraktor alat
berat tersebut.
2. Manfaat/tujuan Stacking
- Menghemat Biaya
- Mempercepat pekerjaan buka lahan
LC Siap Tanam ( Plasma
R.S )
Stacking di sini menggunakan bulldozer type D85 SS
(Super Skidder) secara langsung setelah blocking selesai. Bulldozer yang diturunkan
ada 2 unit dan 1 unit excavator 08, chinsau merk still 2-4 unit. Basis Bulldozer 1,2
ha per hari, tetapi juga bisa mencapai 3-4 ha lebih, tergantung vegetasi dan
tangki 410-440 liter, HM selama 8-10 jam bisa menghabiskan solar 280-350 liter.
Jarak stacking yang satu dengan berikutnya 31,2 m untuk 4 titik tanam, Jarak
Untuk pancang stacking agar rapi digunakan kompas type suunto. Dengan
kompas diharapkan hasil stacking atau rumpukan menjadi rapi dan tepat untuk
Mekanis (Stacking)
2. Untuk area yang vegetasi kayu rapat dimana berkemungkinan adanya hasil
3. Jalur rumpukan pertama terletak pada gawangan kedua atau setelah dua
baris tanaman dari sisi transport road. Jalur rumpukan harus berada di jalur
gawangan mati, lebar rumpukan kayu maksimum dibuat 4,0 m dan tinggi
dari sebelah utara atau selatan (pada jarak ± 6 mtr dari tepi Collection road)
Stacking Bulldozer
Untuk areal rendahan (rawa atau gambut) maka pelaksanaan land clearing
Jalur rumpukan kayu yang panjangnya ± 300 m harus diputus selebar 4 m pada
setiap jarak 150 m, sehingga ada jalan untuk orang melintas antar jalur tanaman /
pasar kontrol.
Dik ;
Luas blok = 30 ha
lebar blok 1000 m ke timur barat dan Jarak rumpukan adalah 31,2 m
Dit ;
31,2 m
PEMBAUATAN JALAN
Setelah rintis blok selesai dilakukan kemudian barulah alat berat masuk
untuk membuat jalan sesuai rintisan yang telah di buat tersebut. Jalan ini dibuta
oleh alat berat jenis dozer (bulldozer) dengan ketentuan jalan yang dibuat pada
areal / tanah kering yang dapat dikerjakan dengan alat bulldozer ( dozer ). Jenisnya
bisa jalan poros, jalan transport, maupun jalan collection. Ketentuan spesifikasi jalan
a. Badan jalan harus dibersihkan dari : Tunggul, Kayu, Akar-akaran dan tanah humus
b. Badan jalan yang telah bersih kemudian dibuat cembung ( tinggi ditengah ) untuk
c. Sisi kanan kiri badan jalan dibuat saluran / parit air menggunakan pisau / blade
Colection Road ( Plasma R. S )
Bentuk memanjang dari badan jalan harus rata, artinya bila terdapat bukit –
bukit kecil dengan jarak cukup pendek ( 30 meter ) dengan ketinggian tidak lebih
dari 1 meter, maka bukit – bukit kecil tersebut harus diratakan. Kelandaian tanjakan
pada bukit atau gunung harus tidak lebih dari 15 %, artinya nilai beda tinggi
puncak bukit dengan lembah bukit dibagi dengan jarak horizontal ( jarak datar )
maka untuk menjaga kelandaian jalan, jalan dibuat mengikuti countur. Spesifikasi
ukuran lebar badan jalan dozer untuk pekerjaan ini adalah sebagai berikut
jalan yang terhalang oleh rawa dapat dilakukan penimbunan areal tersebut
sehingga menjadi jalan timbunan. Jalan Timbun adalah jalan yang dibangun diatas
lokasi tanah lembek, tanah rawa atau tanah gambut yang hanya mampu dikerjakan
dengan alat excavator (back hoe) dan sejenisnya. Material tanah timbun untuk
badan jalan dipergunakan material hasil galian kanan kiri (pinggir) badan jalan.
rupa sehingga didapatkan kadar tanah asli (tanah clay) untuk dasar badan jalan.
Bila lokai pekerjaan adalah rawa dalam/gambut yang tidak ada clay, maka material
timbunan tidak boleh ada potongan kayu yang dalam posisi tegak. Tanah timbun
badan jalan dipadatkan secara merata dengan roda dan bucket excavator
berbentuk cembung dan rata (tinggi ditengah) dengan kemiringan 2% padat yang
badan jalan dapat dilewati dengan kendaraan roda empat. Untuk jalan batas HGU
posisi parit galian sebaiknya dibuat sebelah yaitu sebelah luar (berbatas dengan
HGU). Bila lokasi masih memungkinkan maka parit galian tanah boleh dibuat pada
kedua sisi badan jalan. Ukuran parit galian untuk material timbun tergantung
kebutuhan material untuk timbunan badan jalan, yang penting parit dibuat rapi
sebelum dilakukan penimbunan badan jalan maka bila ada kayu yang
malang melintang dijalur jalan, harus terlebih dahulu dirapikan dengan posisi
BLOCKING
MEKANIS
standard / normal yang dipakai sebagai dasar dalam pembangunan kebun. Block
Standard / normal yang dimaksud adalah block yang berbentuk kotak persegi.
bila lokasi bergelombang / berbukit. Luas Block Normal yang dipakai adalah 30 Ha
namun luas dari HGU yang ada biasanya 30,97 ha karena 0,97 ha digunakan
Lebar : 300 M
Panjang : 1.000 M
B. RINTIS BLOCK
Pengertian Rintis Block adalah pekerjaan penentuan lokasi jalur lebar dan
koordinat sesuai ijin lokasi yang dimiliki. Titik koordinat ini tentunya sudah
dimasukkan dalam peta rencana block design sebagai titik awal bagi Team Rintis.
Dari titik awal ini Team mulai membuat jalur “rintisan” . Jalur rintisan ini juga
berfungsi sebagai batas block, sebagai dasar semua pekerjaan pembangunan kebun
(land clearing, tanam dll). Jalur Rintisan dibuat lebar 1,5 s.d 2 meter. Jalur rintisan
harus bebas semak dan anak kayu. Semua pohon diameter < 7,5 cm yang berada
“garis koordinat” di jalur rintisan harus ditebang. Apabila “ garis koordinat” di jalur
rintisan tepat mengenai pohon > 7,5 cm yang sulit ditebang, maka pohon tetap
dibiarkan tegak, garis koordinat harus dibuat patok bantu agar jalur tidak bergeser.
kayu Ǿ 7,5 cm dan diberi warna merah. Tinggi patok 1,8 meter dimana tertanam ±
30 cm dan sisanya (1,5 m) tegak diatas tanah. Sebelum diberit cat merah, kulit kayu
harus dikupas dan dibiarkan mongering getahnya, baru dioles cat. Kayu patok
mengunakan kayu yang ada di sekitar lokasi. Bagian yang dicat adalah keliling kayu
setinggi 20 cm dari sisi atas. Untuk jaur rintisan , setiap jarak 40 – 60 meter juga
diberi patok yang diberi cat. Patok terbuat dari kayu di sekitar lokasi ukuran Ǿ 2-5
cm. Tinggi patok 1,8 meter dimana tertanam ± 30 cm dan sisanya (1,5 m) tegak
diatas tanah Kulit kayu pada posisi cat harus dikupas terlebih dahulu dan ditunggu
hingga getahnya mengering baru dioles cat. Jarak patok bantu bisa diperpendek
sesuai/menyesuaikan lokasi kerja. Bagian yang dicat adalah keliling kayu setinggi 20
BLOKING AREA
LAND CLEARING
A. PENDAHULUAN
Pengukuran lahan adalah pelaksanaan pekerjaan pengukuran untuk
mengetahui luas dan batas batas lahan yang berseberangan yang mengacu pada
ketentuan teknis pengukuran tanah untuk mendapatkan detail planimetris (X,Y) dan
tinggi (h) yang dapat memenuhi persyaratan Geometrisnya.
Pembangunan kebun kelapa sawit pada intinya adalah pembuatan petak petak
lahan kerja berupa blok untuk ditanami benih dan bibit kelapa sawit, blok adalah
manajemen terkecil dari suatu kebun, yang kemudian secara kolektif membentuk
afdeling atau divisi, dan beberapa afdeling atau divisi menjadi estate. Pembuatan blok
blok tanam banyak ditentukan dari bentuk kontur dan topografi lahan / areal, dan
harus memenuhi beberapa kaidah antara lain :
1. Batasan/Pengertian Blok
Pembuatan Batas areal/lahan dan rancangan blok (bloking areal) utamanya
pada bidang perkebunan perlu dilaksanakan sebagai dasar untuk penyusunan rencana
kerja, yaitu meliputi sistem kerja (perencanaan dan pengorganisasian), menentukan
kebutuhan alat/tenaga kerja, dan menentukan kebutuhan biaya. Oleh karena itu,
pembangunan fisik kebun dalam bentuk apapun belum dapat dilaksanakan sebelum
pekerjaan bloking (termasuk survei lahan) diselesaikan, kegiatan bloking areal ini
juga berguna bagi masyarakat pemilik lahan yang inclave atau penyerahan dalam
menentukan kepemilikan masing-masing lahan sebelum diserahkan ke perusahaan.
Pekerjaan bloking areal kedepannya selain mengukur blok-blok tanaman dalam
satuan terkecil misalnya 25 Ha, 30 Ha maupun penentuan blok yang sesuai dengan
kontur.
2. Survey Pendahuluan
a. Mempersiapkan Peralatan dan Peta Kerja berikut informasi terkait areal yang
akan di survey/dilacak batasnya.
Mempersiapkan peta kerja perlu dilakukan agar pada saat pelaksanaan tidak
terjadi overlaping areal karena akurasi informasi yang tidak tepat
Peta yang digunakan adalah peta standard yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang misalnya : Dinas Kehutanan dan perkebunan; Badan Pertanahan
Nasional; Peta RTRWK/RWP; Peta RBI dan lain sebagainya
o Fit to Area
o Lahan Pembukaan
o Okupasi Tanaman Hortikultura
o Okupasi Tanaman Perkebunan Intensif
o Okupasi Tanaman Non Intensif
o Okupasi Tanaman Kehutanan
C. KESELAMATAN KERJA
Pekerjaan survey dan bloking areal adalah pekerjaan yang beresiko tinggi, dan
berbahaya seperti hewan liar, alam yang masih asing serta iklim dan cuaca yang
kadang tidak bersahabat, serta harus berjalan dan menginap pada celah dan jalur naik
turun lereng dalam garis lurus, maka alat-alat survey serta perlindungan dan
keselamatan kerja harus sangat diperhatikan dan selalu dalam pengawasan.
D. MEKANISME
1. Menetapkan batas konsesi lahan
Jaringan jalan terutama untuk jalan penghubung keluar dan masuk lokasi
Batas kebun dan batas kerja kontraktor
Lokasi bibitan
Kondisi lahan : darat, rawa, bukit dan sungai (rencana outlet)
Rencana pembagian blok
Luas setiap blok 30 ha untuk inti dan 40 ha untuk plasma/KKPA
Penentuan Main Rod dan Colection Road
Rencana lokasi pemukiman karyawan dan bangunan lainnya
Rencana lokasi pabrik dan kantor
Lokasi quari material penimbunan dan pengerasan jalan
3. Rintis – Bloking
o Khusus untuk areal berbukit dilakukan imas tumbang terlebih dahulu sebelum
pembuatan jalan dan bloking. Bloking ditentukan berdasarkan batas jalan dan
luasnya tidak harus 30 ha.
SURVEY STUDY KELAYAKAN
A. PELAKSANAAN SURVEY
Pembangunan perusahaan perkebunan pada suatu lokasi harus dilakukan dahulu studi
kelayakannya, agar didapat keadaan senyatanya keuntungan dan kerugian yang
didapat apabila perusahaan akan menginvestasikan dananya guna membangun sebuah
perkebunan, langkah langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
I. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN FISIK
Melakukan identifikasi lingkungan fisik berguna untuk mengetahui :
Mengetahui faktor penghambat yang akan di hadapi apabila pembukaan areal tetap
dilaksanakan apabila ada, dan solusi yang di diambil untuk meminimalisir benturan
benturan yang akan terjadi.
III. ANALISA KESESUAIAN LAHAN
Penilaian kesesuaian adalah tahapan penelitian
lahan untuk penggunaan tertentu dari lahan
tersebut, hal mana faktor-faktor pembatas
penggunaan lahan diidentifikasikan, kemudian
dilakukan cara-cara untuk mengatasi atau menekan faktor-faktor pembatas
sedemikian rupa sehingga tercapai produktivitas lahan yang optimal.
Setiap kelas kesesuaian lahan (KKL) dicirikan oleh sejumlah faktor pembatas
tertentu yang akan menentukan produksi dari tanaman yang diusahakan. Di samping
penilaian KKL secara aktual maka dinilai juga KKL potensialnya. KKL aktual
ditentukan berdasarkan kepada parameter-parameter lahan sesuai dengan kondisi
lahan pada saat survey dilakukan, sedangkan KKL potensial adalah kelas lahan
setelah dilakukan perbaikan terhadap faktor pembatas yang ada.
a. Klimatologi Data Klimatologi dan Curah Hujan yang mewakili calon lokasi
Pembangunan Perkebunan di dapat dari stasiun BMG terdekat. Data data ini
diperlukan untuk mengantisipasi bulan basah dan bulan kering juga tingkat
curah hujan pada calon lokasi perkebunan dengan indikator tingkat curah
hujan rata kelayakan tanaman kelapa sawit, juga intensitas penyinaran
matahari perharinya.
b. Neraca Air Pengambilan data Neraca Air (water balance) suatu lokasi, akan
memberi gambaran suatu daerah dalam keadaan kelebihan atau kekurangan air
secara hidrologi dalam waktu tertentu. Neraca Air dapat digolongkan ke
dalam Neraca Air Lokal dan Neraca Air Regional. Neraca Air Lokal
diperlukan untuk mengetahui ketersedian air pertanian dari suatu kawasan
terbatas pada kondisi hidrologi yang sama, sedangkan Neraca Air Regional
diterapkan untuk suatu daerah aliran sungai yang menggambarkan
keseimbangan sumberdaya airnya, untuk mengetahui terjadinya defisit atau
surplus ketersediaan air.