Anda di halaman 1dari 105

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI

PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI


HEMODIALISA DI RSUD KABUPATEN SEMARANG

SKRIPSI

Oleh
MUNIFAH
NIM: 010114a072

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2018

i
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TNGKAT DEPRESI
PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI
HEMODIALISA DI RSUD KABUPATEN SEMARANG

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH:
MUNIFAH
(010114A072)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2018

ii
Universitas Ngudi Waluyo
Program Studi S1 Keperawatan
Skripsi, Maret 2018
Munifah
010114a072

“Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Pasien Gagal


Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUD Kabupaten Semarang”.
( xvi + 75 halaman + 7 tabel + 2 gambar + 12 lampiran )

ABSTRAK
Latar Belakang: Hemodialisa merupakan suatu metode terapi dialisis yang
digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika
secara akurat atau progresif ginjal tidak dapat melakukannya. Depresi merupakan
salah satu bentuk gangguan emosi bagi penderita gagal ginjal kronik yang ditandai
perasaan tertekan, sedih, tidak berharga, tidak berarti, dan tidak memiliki
semangat. Pencegahan depresi dapat dilakukan dengan diterapkannya sistem
dukungan keluarga yang terdiri dari dukungan informasi, penghargaan,
instrumental, dan emosional. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD Kabupaten Semarang.
Metode: Desain penelitian menggunakan desain korelasional dengan pendekatan
Cross Sectional. Jumlah sampel sebanyak 82 responden dengan tehnik
pengambilan sampling menggunakan tehnik total sampling. Instrumen yang
digunakan untuk mengukur tingkat depresi menggunakan Hamilton Depression
Rating Scale (HDRS) dan Instrumen Dukungan keluarga. Analisa data dilakukan
dengan analisis univariat dan uji bivariat dengan menggunakan Uji Chi-square.
Hasil: Responden mendapatkan dukungan keluarga kategori baik sebanyak 43
responden (52,4%), sebagian besar tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisa dalam kategori ringan, yaitu sejumlah 36 responden
(43,9%). Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang signifikan
antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisa (p value 0,008 < 0,05).
Simpulan: Dukungan keluarga sangat dibutuhkan dalam proses penyembuhan/
pemulihan penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Orang yang
hidup dalam lingkungan yang supportif dengan adanya perhatian, kasih sayang,
motivasi kondisinya akan jauh lebih baik daripada mereka yang tidak
memilikinya. Saran: Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi
dalam memberikan intervensi pencegahan depresi kepada penderita penyakit
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
Kata Kunci : dukungan keluarga, depresi, hemodialisis
Kepustakaan : 43 (2008-2017)

University Ngudi Waluyo

iii
S1 Nursing Study Program
Final Assignment, March 2018
Munifah
010114a072

"Relationship Family Support With Depression Levels in Chronic Renal


Failure Patients Undergoig Hemodialysis Hospital in Regency Semarang ".
( xvi + 75 pages + 7 table + 2 pictures + 12 enclosures )

ABSTRACT

Chronic Renal Failure occurred slowly, could be in a matter of months or even


years and is not be healed. Hemodialysis is a method of dialysis used to remove
luid and waste products from the body when accurately or progressively the
kidneys can’t do it. Depression is a form of emotional disorder for patients with
chronic kidney that show depressed feelings, sad, worthless, meaningless, don’t
have morale and don’t have spirit. To prevent depression can be done with the
implementation of the family support system consisting of information support,
appreciation, instrumental, and emotional. The purposeof this researche is to know
the relation of family support with depression levels in chronic renal failure
patients undergoing hemodialysis in regency semarang.
The research method was used correlation design with cross sectional approach.
The samples in this research are 82 respondents with total sampling technique.
The instrument used to measure the level of depression using the Hamilton
Depression Rating Scale (HDRS) and the instrumen for family support. Data was
analyzed using univariate analysis and the bivariate by Chi-square test.
The research result showed that almost of respondents experienced family support
good category were 43 respondents ((52,4%). Most of the level of depression with
chronic renal failure undergoing hemodialysis in the easy category, the number of
36 respondents (43,9%). Univariate result showed that there are a significant
relationship of family support with depression levels in chronic renal failure
undergoing hemodialysis (p value 0,008 < 0,05).
Family support is needed in the process of healing/recovery of patients with
chronic renal failure who underwent hemodialysis. People who live in an
environment which is supportive to their attention, affection, motivation will be
much better condition than those who do not have it. This research is expected to
be a source of further information and study materials ti provide nursing
intervention especially to patients with Chronic Renal Failure with hemodialysis.

Keywords : Family support, Depression, Hemodialysis


Bibliography : 43 ( 2008-2017)
HALAMAN PERSETUJUAN

iv
Skripsi berjudul :
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI
PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI
HEMODIALISA DI RSUD KABUPATEN SEMARANG

disusun oleh:

MUNIFAH
NIM : 010114a072

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dan telah diperkenankan untuk diujikan

Ungaran, Maret 2018

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ns. Abdul Wakhid, S.Kep.,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.Jiwa Ns. Heni Purwaningsih,S.Kep.,M.Kep


NIDN. 0602027901 NIDN. 0609088102

v
LEMBAR PENGESAHAN

skripsi berjudul :

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI


PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI
HEMODIALISA DI RSUD KABUPATEN SEMARANG

disusun oleh :

MUNIFAH
NIM : 010114A072

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Program Studi Keperawatan


Universitas Ngudi Waluyo, pada:

Hari :
Tanggal :

Tim Penguji
Ketua/Pembimbing Utama

Ns. Abdul Wakhid, S.Kep.,M.Kep.,Sp.Kep.Jiwa


NIDN. 0602027901

Anggota/Penguji Anggota/Pembimbing Pendamping

Ns. Faridah Aini,S.Kep.,M.Kep.,Sp.KMB Ns. Heni Purwaningsih, S.Kep.,M.Kep


NIDN. 0629037605 NIDN. 0609088102

vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Munifah
Tempat,Tanggal Lahir : Rembang, 03 Juli 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jln. Syayid Chamid No.23, RT04/RW02,
Tanjungsari Rembang Kab.Rembang
Suku : Jawa
Kewarganegaraan : Warga Negara Indonesia
Pendidikan Formal :
1. SD N 1 Tanjungsari Rembang tahun lulus 2008
2. SMP Negeri 4 Rembang lulus tahun 2011
3. SMA N 3 Rembang lulus tahun 2014
4. Mahasiswa Universitas Ngudi Waluyo Ungaran
sampai sekarang

vii
HALAMAN KESEDIAN PUBLIKASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Munifah

Nomor Induk Mahasiswa : 010114A072

Program Studi : S1 Keperawatan

Menyatakan memberikan kewenangan kepada Universitas Ngudi Waluyo untuk

menyimpan, mengalihmedia/formatkan, merawat dan memppublikasikan skrips

saya dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi

Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Di RSUD

Kabupaten Semarang” untuk kepentingan Akademis.

Ungaran, Maret 2018

Munifah

010114A072

viii
PERNYATAAN ORISINILITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini saya,


Nama : Munifah
Nomor Induk Mahasiswa : 010114A072
Program Studi : S1 Keperawatan

Dengan ini menyatakan bahwa:


1. Skripsi berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
Depresi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisa Di RSUD Kabupaten Semarang”, adalah karya ilmiah asli
dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik apapun di
Perguruan Tinggi manapun
2. Skripsi ini merupakan ide dan hasil karya atau pendapat orang lain yang
telah dipublikasikan kecuali secara tertulis dicantumkan dalam naskah
sebagai acuan dengan menyebut nama pengarang dan judul aslinya serta
dicantumkan dalam daftar pustaka
3. Skripsi ini tidak memuat karya atau pendapat orang lain yang telah
dupublikasikan kecuali secara tertulis dicantumkan dalam naskah sebagai
acuan dengan menyebut nama pengarang dan judul aslinya serta
dicantumkan dalam daftar pustaka
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian
haru terdapat penyimpangan dan ketidak benaran di dalam pernyataan ini,
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang
telah saya peroleh dan sanksi lain sesuai dengan norma yang berlaku di
Universitas Ngudi Waluyo.

Ungaran, Maret 2018


Yang membuat pernyataan,

Munifah

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul, “Hubungan Dukungan Keluarga
Dengan Tingkat Depresi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani
Hemodialisa di RSUD Kabupaten Semarang” dapat terselesaikan. Kesempatan
dan ridho-Nya yang sangat berarti bagi peneliti, kasih sayang dari-Nya, tak ada
yang mampu menandingi.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat selesai tanpa kerja keras,
semangat dan do’a dari berbagai pihak. Dengan segenap ketulusan dan
kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Subyantoro, M.Hum, selaku Rektor Universitas Ngudi Waluyo.
2. Gipta Galih Widodo, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB, selaku Ketua Program Studi
S1 Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu di
Universitas Ngudi Waluyo.
3. Ns. Faridah Aini, S.Kep., M.Kep., Sp.KMB selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu di
Universitas Ngudi Waluyo.
4. Ns. Abdul Wahid, S.Kep., M.Kep., Ns.Sp.Kep.Jiwa, selaku pembimbing I
yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan
hingga skripsi ini selesai.
5. Ns. Heni Purwaningsih, S.Kep., M.Kep, selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Universitas Ngudi Waluyo.
7. Kedua orang tua penulis tercinta Bapak Mustahal dan Ibu Hartutik yang telah
memberikan kasih sayang dan dukungan moral maupun materil serta doa
yang tiada henti dipanjatkan.
8. Kepada yang tersayang kakak Rofiqo dan Adik Akmal yang senantiasa
mendukung dan memberi dorongan untuk terus berjuang.

x
9. Spesial teruntuk Muhammad Nur Fatchi yang telah memberikan semangat
serta dukungannya yang selalu memberikan solusinya,
10. Teman-teman angakatan 2014 dan semua pihak yang tidak dapat peneliti
sebutkan satu persatu serta yang lainnya terima kasih atas kebersamaan,
bantuan, kritik, dan saran semoga tetap terjalin tali silaturrohim yang tak
pernah putus yang telah banyak membantu sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam
penyusunan skripsi ini dan diharapkan adanya saran dan kritik yang sifatnya
membangun untuk perbaikan yang lebih baik.

Ungaran, Maret 2018

Munifah

xi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
ABSTRAK. ...................................................................................................... iii
ABSTRACT ..................................................................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... vii
HALAMAN KESEDIAAN PUBLIKASI ....................................................... viii
PERNYATAAN ORISINILITAS .................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dukungan Keluarga ................................................................ 10
B. Depresi ................................................................................................. 19
C. Gagal Ginjal Kronik ............................................................................ 28
D. Hemodialisa ....................................................................................... 31
E. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa .............. 36
F. Kerangka Teori .................................................................................... 39
G. Kerangka Konsep ................................................................................ 40
H. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 40

xii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian ................................................................. 41
B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. 41
C. Populasi dan Sampel ........................................................................... 41
D. Variabel Penelitian .............................................................................. 42
E. Definisi Operasional ............................................................................ 43
F. Alat Pengumpul Data .......................................................................... 43
G. Prosedur Pengambilan Data ................................................................. 46
H. Validitas dan Realibilitas Data ............................................................ 49
I. Etika Penelitian .................................................................................... 51
J. Proses Pengolahan Data ....................................................................... 52
K. Analisa Data ......................................................................................... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Responden ...................................................................... 57
B. Analisis Univariat................................................................................. 58
C. Analisis Bivariat ................................................................................... 59
BAB V PEMBAHASAN
A. Gambaran Dukungan Keluarga Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang
Menjalani Hemodialisa di RSUD Kabupaten Semarang .................... 61
B. Gambaran Tingkat Depresi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang
Menjalani Hemodialisa di RSUD Kabupaten Semarang ................... 66
C. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi Pada Pasien
Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUD
Kabupaten Semarang ......................................................................... 71
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 73
B. Saran .................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Teori………………………………………………… 39


Gambar 2.2. Kerangka Konsep………………………………………………. 40

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional…………………………………………………. 44


Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen.…………………………………………………..45
Tabel 4.1 Gambaran Umur Pasien Gagal Ginjal Kronik yang
Menjalani Hemodialisa di RSUD Kabupaten Semarang ............. 58
Tabel 4.2 Gambaran Jenis Kelamin Pasien Gagal Ginjal Kronik yang
Menjalani Hemodialisa di RSUD Kabupaten Semarang .............. 59
Tabel 4.3 Gambaran Dukungan Keluarga pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
yang Menjalani Hemodialisa di RSUD Kabupaten Semarang ...... 59
Tabel 4.4 Gambaran Tingkat Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang
Menjalani Hemodialisa di RSUD Kabupaten Semarang ............. 60
Tabel 4.5 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Pasien
Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUD
Kabupaten Semarang..................................................................... 60

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Lampiran


1 Surat ijin studi pendahuluan dari Kesbangpol
2 Surat balasan dari kesbangpol kota salatiga
3 Surat ijin uji validitas di RSUD Salatiga
4 Surat balasan dari kesbangpol kabupaten semarang
5 Surat ijin penelitian dan mencari data di RSUD Ungaran
6 Surat ijin penelitian dan mencari data di RSUD Ambarawa
7 Jadwal kegiatan penelitian
8 Lembar permohonan menjadi responden
9 Lembar persetujuan menjadi responden
10 Lembar kuesioner
11 Data penelitian
12 Lembar konsultasi

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagal Ginjal Kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun

bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang

menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah),

serta masalah lain yang timbul yaitu ginjal tidak mampu untuk

megkonsentrasikan atau mengencerkan urine secara normal, respon ginjal

yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari

tidak terjadi (Smeltzer dan Bare, 2013).

Prevalensi gagal ginjal kronik di Indonesia sekitar 0,2%. Prevalensi

pada kelompok umur 35-44 tahun (0,3%), diikuti umur 45-55 tahun (0,4%),

dan umur 55-74 tahun (0,5%) dan tertinggi pada kelompok umur >75 tahun

(0,6%). Prevalensi gagal ginjal kronik tertinggi di indonesia yaitu provinsi

Sulawesi Tengah yaitu 0,5% kemudian provinsi Sulawesi Utara, Aceh,

Gorontalo masing-masing yaitu 0,4% dan kemudian provinsi Jawa Tengah,

DIY, Jawa Timur masing-masing (0,3%) dan Banten yaitu sebesar 0,2%

(Riskesdas, 2013).

Gagal Ginjal Kronik terjadi perlahan-lahan, bisa dalam hitungan

bulan bahkan tahun dan sifatnya tidak dapat disembuhkan. Perburukan fungsi

ginjal terjadi apabila pasien tidak melakukan pengobatan secara teratur.

xvii
Selama ini dikenal dua metode dalam penanganan gagal ginjal. Pertama

dengan cara transplantasi ginjal dan kedua dengan cara hemodialisa.

Hemodialisa adalah suatu metode terapi dialisis yang digunakan untuk

mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika secara

akurat atau progresif ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut (Arif

& Kumala, 2011). Pasien harus mengalami dialisis sepanjang hidupnya atau

sampai mendapat ginjal baru melalui operasi pencangkokan (Suharyanto &

Madjid 2009).

Penderita gagal ginjal yang menjalani hemodialisis regular jumlahnya

semakin meningkat yaitu jumlah penderita sekitar empat kali lipat dalam 5

tahun terakhir. Saat ini diperkirakan gagal ginjal terminal di Indonesia yang

membutuhkan cuci darah atau dialisis mencapai 150.000 orang. Namun

penderita yang sudah mendapatkan terapi dialisis baru sekitar 100.000 orang.

Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) melaporkan, setiap tahunnya

terdapat 200.000 kasus baru gagal ginjal stadium akhir (Kemenkes RI, 2016).

Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien

dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek

(beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit gagal

ginjal stadium terminal (End Stage Renal Disease) yang membutuhkan terapi

jangka panjang atau terapi permanen. Bagi penderita gagal ginjal kronik,

hemodialisa akan mencegah kematian. Namun demikian, hemodialisa tidak

menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal dan tidak mampu

mengimbangi hilangnya aktifitas metabolik dan endokrin yang dilaksanakan

xviii
ginjal dan dampak dari gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup

pasien, sedangkan lama pelaksanaan hemodialisa paling sedikit 3-4 jam tiap

kali tindakan terapi (Smeltzer & Bare, 2013).

Efek hemodialisa mempengaruhi perubahan fisik dan psikologi,

perubahan pada fisik yaitu kelemahan, malnutrisi, anemia, uremia.

Kelemahan dapat menurunkan motivasi, sedangkan perubahan psikologisnya

adalah sering merasa khawatir akan kondisi sakitnya, depresi akibat sakit

yang kronis, frustasi, rasa bersalah, rasa putus asa, dan ketakutan terhadap

kematian (Smeltzer & Bare, 2013).

Keadaan ketergantungan terhadap mesin dialisa mengakibatkan

terjadinya perubahan dalam kehidupan penderita gagal ginjal terminal yang

melakukan terapi hemodialisa. Perasaan kecewa dan putus asa terhadap

hidupnya membuat pasien gagal ginjal kronik mengalami depresi. Salah satu

masalah psikologis yang penting pada penderita ginjal kronik yang menjalani

terapi hemodialisa adalah depresi dapat mempengaruhi pengeluaran,

meningkatkan resiko hospitalisasi, bunuh diri, kematian, kepatuhan dialisis,

pengobatan, status nutrisi, ketahanan tubuh dan insiden peritonitis (Smeltzer,

Bare, Hinkle, & Cheever, 2010).

Faktor yang diduga berperan dalam munculnya depresi pada pasien

gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa adalah faktor biologik dan

psikososial. Faktor psikososial, pasien mempunyai presepsi diri akan

kehilangan sesuatu yang sebelumnya ada seperti kebebasan, pekerjaan dan

kemandirian. Hal ini bisa menimbulkan gejala depresi yang nyata sampai

xix
dengan tindakan bunuh diri atau tidak mau melakukan terapi hemodialisis

(Kaplan, 2010).

Depresi ditandai dengan adanya perasaan sedih, murung, dan

iritabilitas. Pasien mengalami distorsi kognitif seperti mengkritik diri sendiri,

timbul rasa bersalah, perasaan tidak berharga, kepercayaan diri menurun,

pesimis dan putus asa. Jadi depresi lebih di dominasi oleh perasaan-perasaan

yang tidak mengenakkan dan intensitasnya cukup kuat serta berlangsung

lama (Saam & Wahyuni, 2012).

Berdasarkan penelitian Ristiyowati (2015) tentang hubungan konsep

diri dengan tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani

program hemodialisa di RSUD Tugurejo Semarang, mengatakan (52%)

responden mengalami depresi ringan, dan (26%) responden depresi sedang

dan tidak depresi (22%). Responden yang mengalami depresi diantaranya

karena psimistik, kehilangan integritas pribadi, berpenyakit degenerative

kronik, serta kurangnya motivasi dari keluarga. Penelitian Sompie, &

Kaunang (2015) tentang hubungan antara lama menjalani heodialisis dengan

depresi pada pasien dengan penyakit ginjal kronik di RSUP. Prof. Dr. R.D.

Kandou Manado didapatkan hampir 98% pasien yang menjalani hemodialisis

memiliki depresi dengan tingkatan berbeda-beda. Tingkat depresi terbanyak

yang dimiliki pasien yang menjalani hemodialisa adalah depresi ringan. Hal

ini disebabkan faktor lama menjalani hemodialisis itu sendiri atau faktor lain

seperti pekerjaan, pendapatan, kebutuhan dan dukungan keluarga.

xx
Individu dengan hemodialisa jangka panjang sering merasa

khawatir akan kondisi sakitnya yang tidak dapat diramalkan dan

gangguan dalam kehidupannya. Mereka biasanya menghadapi masalah

finansial, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan, dorongan seksual

yang menghilang serta impotensi, depresi akibat sakit yang kronis dan

ketakutan terhadap kematian.

Pasien memerlukan hubungan yang erat dengan seseorang

ataupun keluarga yang bisa dijadikan tempat untuk menumpahkan

perasaan pada saat stress dan kehilangan semangat (Brunner&Suddarth,

2013). Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor penguat atau

pendorong terjadinya perilaku (Green, 1980 dalam Notoatmodjo, 2010).

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga

terhadap penderita yang sakit. Dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal

kronis yang menjalani hemodialisa terdiri dari dukungan instrumental,

informasional, emosional, penghargaan. Dimana dukungan instrumental yaitu

keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit sedangkan

dukungan informasional keluarga berfungsi sebagai pemberi informasi,

pemberian saran, sugesti. Dukungan emosional dimana keluarga sebagai

tempat yang aman dan damai untuk istirahat serta pemulihan dan membantu

penguasaan terhadap emosi, dan dukungan penghargaan dimana keluarga

yang bertindak membimbing dan menengahi pemecahan masalah. Dukungan

tersebut harus sepanjang hidup pasien. Apabila dukungan semacam ini tidak

xxi
ada, maka keberhasilan penyembuhan / pemulihan (rehabilitasi) sangat

berkurang (Friedman, Bowden & Jones, 2014).

Menurut Ratna (2010), dukungan keluarga merupakan faktor penting

seseorang ketika menghadapi masalah kesehatan dan sebagai strategi

preventif untuk mengurangi depresi dimana pandangan hidup menjadi luas

dan tidak mudah depresi. Terdapat dukungan yang kuat antara keluarga dan

status kesehatan anggota keluarganya dimana keluarga sangat penting bagi

setiap aspek perawatan. Berdasarkan penelitian Zulmeli (2013) didapat

hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal

kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru,

mengatakan 50% keluarga memberikan dukungan positif terhadap pasien

yang menjalani hemodialisa. Berdasarkan penelitian Sari (2012) tentang

hubungan dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan pasien gagal ginjal

kronik yang menjalani hemodialisa mengatakan terdapat (73,68%) responden

mendapatkan dukungan keluarga yang baik. Menurut Purnawan (2009)

dukungan keluarga yang baik dapat dipengaruhi oleh presepsi dan keyakinan

responden, sehingga responden merasa lebih nyaman dan dapat mengurangi

tekanan psikologisnya.

Dukungan dari keluarga sangat dibutuhkan oleh penderita yang dapat

mempengaruhi status psikososial dan mentalnya yang akan ditunjukan

dengan perubahan perilaku yang diharapkan dalam upaya meningkatkan

status kesehatannya. Peningkatan dukungan tersebut tentunya akan

mengurangi terjadinya peningkatan perasaan tidak berguna, tidak dihargai,

xxii
merasa dikucilkan dan kecewa dari penderita, sekaligus dapat mengurangi

terjadinya depresi (Friedman, Bowden & Jones, 2014).

Hasil studi pendahuluan yang didapat dari hasil wawancara yang

dilakukan kepada 10 pasien hemodialisa pada tanggal 4 November 2017 di

RSUD Ambarawa didapatkan hasil diantaranya ada 4 orang pasien

mengatakan bahwa mereka tidak mendapatkan dukungan emosional yaitu

keluarga kurang memperhatikan mereka karena merasa sendiri tidak ada yang

menemani serta mengantarnya, dan 5 orang mendapatkan dukungan penuh

dari keluarga seperti dukungan penghargaan, dukungan instrumental,

informasi serta emosional dimana mereka mengatakan datang bersama

keluarga dan keluarga mereka peduli dan selalu memberi semangat untuk

jangan menyerah walaupun penderita merasa sudah tidak ada harapan lagi

serta selalu menyediakan peralatan yang dibutuhkan dan memberikan

nasehat serta pengarahan, 1 pasien datang sendiri dan tidak ada yang

memberikan dukungan instrumental, informasional serta emosional terhadap

dirinya karena suami sudah meninggal dan anaknya sibuk dengan pekerjaan

dan pasien mengatakan tetap dijalani apa adanya.

Dari studi pendahuluan yang telah dilakukan pada 10 penderita Gagal

Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisa di RSUD Ambarawa dapat

disimpulkan bahwa keluarga sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup

penderita. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan hubungan dukungan keluarga terhadap tingkat depresi pada pasien

xxiii
Gagal Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisa di RSUD Kabupaten

Semarang

B. Rumusan Masalah

Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa pasti akan

mengalami gangguan kesehatan seperti depresi yang ditandai dengan

perasaan sedih, murung, kepercayaan diri menurun, pesimis, putus asa.

Kesehatan mental seperti depresi ini dapat dicegah atau ditanggulangi

dengan cara salah satunya adalah dukungan dari keluarga. Dukungan

keluarga merupakan faktor penting seseorang ketika menghadapi masalah

kesehatan dan sebagai harapan untuk memberikan persepsi dan energi

positif untuk mengurangi depresi. Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Hubungan Dukungan Keluarga dengan

Tingkat Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani

Hemodialisa di RSUD Kabupaten Semarang”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada

pasien gagal ginjal Kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD

Kabupaten Semarang

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal

kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD Kabupaten Semarang

xxiv
b. Mengetahui gambaran tingkat depresi pada pasien gagal ginjal

kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD Kabupaten Semarang

c. Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi

pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di

RSUD Kabupaten Semarang

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pasien

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan pasien tentang gejala

depresi, dan mencari sumber dukungan keluarga untuk dapat

mengurangi tingkat depresi yang dialami, pasien diharapkan

memperhatikan aspek kehidupannya secara holistik bio-psiko-sosio

sehingga dapat meningkatkan status kesehatan

2. Bagi rumah sakit

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pelayanan

keperawatan di unit hemodialisis dalam memberikan asuhan

keperawatan. Perawat diharapkan dapat mengantisipasi gejala depresi

secara holistik yang memperhatikan kesehatan fisik, mental dan sosial

dan sebagai bahan acuan dalam mengembangkan intervensi keperawatan

yang dapat lebih berkontribusi positif pada pasien yang menjalani terapi

hemodialisis khususnya masalah psikososial (dukungan keluarga)

sehingga akan mengurangi tingkat depresi pasien gagal ginjal kronik

yang menjalani terapi hemodialisis.

xxv
3. Bagi institusi pendidikan

Memberikan bekal kompetensi bagi mahasiswa sehingga mampu

menerapkan ilmu yang didapatkan kepada masyarakat khususnya untuk

mengurangi tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik.

4. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar dalam

melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan dukungan

keluarga dengan tingkat depresi pasien hemodialisis.

xxvi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dukungan Keluarga

1. Pengertian keluarga

Keluarga yang merupakan bagian dari masyarakat sesungguhnya

mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk budaya dan

perilaku sehat. Dari keluargalah pendidikan kepada individu dimulai,

tatanan masyarakat yang baik diciptakan, budaya dan perilaku sehat dapat

lebih dini ditanamkan. Oleh karena itu, keluarga mempunyai posisi yang

strategis untuk dijadikan sebagai unit pelayanan kesehatan karena masalah

kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antar

anggota keluarga, yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi juga

keluarga dan masyarakat yang ada disekitarnya (Friedman,2014).

2. Struktur keluarga

Menurut Friedman (2014) struktur keluarga terdiri dari :

a. Pola dan proses komunikasi

Pola komunikasi keluarga berfungsi untuk membuat anggota keluarga

bersifst terbuka dan jujur, selalu menyelesaikan konflik keluarga,

berfikir positif dan tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.

b. Struktur peran

xxvii
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan

peran sosial yang diberikan, yang dimaksudkan dengan posisi atau

status adalah posisi individu dalam masyarakat sebagai suami, istri,

anak,orangtua dan sebagainya,tetapi terkadang peran itu tidak dapat

dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik.

c. Struktur kekuatan

Kekuatan merupakan kemampuan individu mengendalikan atau

mempengaruhi sehingga mengubah perilaku anggota keluarga yang

lain ke arah positif.

d. Nilai-nilai keluarga

Nilai merupakan suatu system, sikap dan kepercayaan yang secara

sadar mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai

keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma

dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut

masyarakat berdasarkan system nilai dalam keluarga.

3. Fungsi keluarga

Friedman, (2014) mengidentifikasi 5 fungsi dasar keluarga, yaitu

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk

pemenuhan kebutuhan psikososial. Fungsi afektif berhubungan fungsi

internal keluarga diantaranya perlindungan psikososial dan dukungan

terhadap anggotanya. Sejumlah penelitian penting dilakukan untuk

xxviii
memastikan pengaruh positif kepribadian yang sehat dan ikatan

keluarga pada kesehatan serta kesejahteraan individu.

b. Fungsi sosialisasi dan status sosial

Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan anak

sebagai anggota masyarakat yang produktif serta memberikan status

pada anggota keluarga.

c. Fungsi reproduksi

Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi

dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat.

d. Fungsi ekonomi

Untuk memenuhi sandang, papan, pangan maka keluarga memerlukan

sumber keuangan. Fungsi ini sulit dijalankan pada keluarga dibawah

garis kemiskinan. Perawat bertanggung jawab mencari sumber-sumber

masyarakat yang dapat digunakan untuk meningkatkan status

kesehatan klien.

e. Fungsi perawatan kesehatan

Yaitu menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian, tempat tinggal,

perawatan kesehatan. Fungsi keperawatan kesehatan bukan hanya

fungsi esensial dan dasar keluarga namun fungsi yang mengemban

fokus sentral dalam keluarga yang berfungsi dengan baik dan sehat.

Akan tetapi, memenuhi fungsi perawatan kesehatan bagi semua

anggota keluarga dapat sulit akibat tantangan eksternal dan internal.

Pratt (1976, 1982) menunjukan bahwa alasan keluarga mengalami

xxix
kesulitan memberikan perawatan keluarga bagi anggota mereka

terletak pada (a) struktur keluarga dan (b) sistem pelayanan kesehatan.

Pratt meneukan bahwa saat keluarga memiliki asosiasi yang luas

dengan organisasi, terlibat dalam aktivitas umum, dan menggunakan

sumber komunitas, mereka memanfaatkan pelayanan perawatan

kesehatan dengan lebih cepat. Selain itu praktik kesehatan personal

meningkat saat suami secara aktif terlibat dalam urusan internal

keluarga, termasuk masalah yang berkenaan dengan sistem pelayanan

kesehatan.

4. Tugas keluarga dalam kesehatan

Friedman dalam Setiadi (2008) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang

kesehatan yang harus dilakukan, yaitu:

a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya.

Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara

langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka

apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan

terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahan.

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi

keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk

mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,

dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai

kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka

segera melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat

xxx
dikurangi atau bahkan teatasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan

setidaknya meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga.

c. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat

membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.

Perawatan ini dapat dilakukan dirumah, apabila keluarga memiliki

kempuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau

kepelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjut agar

masalah yang lebih parah tidak terjadi.

d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan

dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

e. Mempertankan hubungan timbal balik antra keluarga dan lembaga

kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).

5. Pengertian dukungan keluarga

Dukungan keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu

individu menyelesaikan suatu masalah. Adanya dukungan keluarga

meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi untuk menghadapi masalah

yang akan terjadi akan meningkat (Tamher dan Noorkasiani, 2009).

Menurut Friedman (2014), dukungan keluarga adalah proses yang

terjadi terus menerus disepanjang masa kehidupan manusia. Dukungan

keluarga berfokus pada interaksi yang berlangsung dalam berbagai

hubungan sosial sebagaimana yang dievaluasi oleh individu. Dukungan

keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap

anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat

xxxi
mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika

diperlukan.

6. Komponen-komponen dukungan keluarga

Menurut Friedman (2013) sumber dukungan keluarga terdapat berbagai

macam bentuk seperti:

a. Dukungan informasional

Dukungan informasional adalah keluarga berfungsi sebagai pemberi

informasi, dimana keluarga menjelaskan tentang pemberian saran,

sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu

masalah.

b. Dukungan penilaian atau penghargaan

Dukungan penilaian adalah keluarga yang bertindak membimbing dan

menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator

indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support,

penghargaan, perhatian.

c. Dukungan instrumental

Dukungan instrumental adalah keluarga merupakan sumber pertolongan

praktis dan konkrit, diantaranya adalah dalam hal kebutuhan keuangan,

makan, minum dan istirahat.

d. Dukungan emosional

Dukungan emosional adalah keluarga sebagai tempat yang aman dan

damai untuk istirahat serta pemulihan dan membantu penguasaan

xxxii
terhadap emosi. Dukungan emosional meliputi dukungan yang

diwujudkan dalam bentuk adanya kepercayaan dan perhatian.

Setiap bentuk dukungan keluarga mempunyai ciri-ciri menurut Setiadi

(2008) antara lain :

1. Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat

digunakan oleh seseorang dalam menanggulangi persoalan-persoalan

yang dihadapi, meliputi pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau

informasi lainnya yang dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan

kepada orang lain yang mungkin menghadapai persoalan yang sama

atau hampir sama.

2. Perhatian emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi

dari orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empati,

cinta, kepercayaan, dan penghargaan. Dengan demikian seseorang yang

menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri

tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengar

segala keluhannya, bersimpati, dan empati terhadap persoalan yang

dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan masalah yang

dihadapinya.

3. Bantuan instrumental, bantuan bentuk ini bertujuan untuk

mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan

dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya, atau menolong secara

langsung kesulitan yang dihadapi misalnya dengan menyediakan

xxxiii
peralatan lengkap dan memadai bagi penderita, menyediakan obat-obat

yang dibutuhkan dan lain-lain.

4. Bantuan penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan

seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari

penderita. Penilaian ini bias positif dan negative yang mana

pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang. Berkaitan dengan dukungan

sosial keluarga maka penilaian yang sangat membantu adalah penilaian

yang positif.

7. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga

Menurut Setiadi (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan

keluarga adalah:

a. Faktor internal

1) Tahap perkembangan

Artinya dukungan keluarga dapat ditentukan oleh faktor usia dalam

hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian

setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon

terhadap perubahan kesehatan berbeda-beda.

2) Pendidikan atau tingkat pengetahuan

Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh

variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang

pendidikan, dan pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan

membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk

memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan

xxxiv
menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga

kesehatan dirinya.

3) Faktor emosional

Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya

dukungan dan cara melaksanakannya. Seseorang yang mengalami

respon stress dalam perubahan hidupnya cenderung berespon

terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara

menghawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam

kehidupannya. Seseorang yang secara umum terlihat sangat tenang

mungkin mempunyai respon emosional yang kecil selama ia sakit.

Seorang individu yang tidak mampu melakukan koping secara

emosional terhadap ancaman penyakit, mungkin ia menyangkal

adanya gejala penyakit pada dirinya dan tidak mau menjalani

pengobatan.

4) Spiritual

Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani

kehidupannya, menyangkut nilai dan keyakinan yang dilaksanakan,

hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari

harapan dan arti dalam hidup.

b. Faktor eksternal

1) Praktik di keluarga

Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya

mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya.

xxxv
Misalnya : klien juga akan melakukan tindakan pencegahan jika

keluarga melakukan hal yang sama.

2) Faktor sosioekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko terjadinya

penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan

bereaksi terhadap penyakitnya.

3) Latar belakang budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan

kebiasaan individu dalam memberikan dukungan termasuk cara

pelaksanaan kesehatan pribadi.

B. Depresi

1. Pengertian

Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang utama dewasa ini.

Hal ini amat penting karena orang dengan depresi produktivitasya akan

menurun dan ini amat buruk akibatnya bagi suatu masyarakat, bangsa dan

negara yang sedang membangun. Orang yang mengalamai depresi adalah

orang yang amat menderita. Depresi adalah penyebab utama tindakan

bunuh diri, dan tindakan ini menduduki urutan ke-6 dari penyebab

kematian utama di Amerika Serikat (Hawari,2011).

Depresi adalah keadaan emosional yang ditandai kesedihan yang

sangat, perasaan bersalah dan tidak berharga, menarik diri dari orang lain,

xxxvi
serta kehilangan minat untuk tidur dan melakukan hubungan seks juga hal-

hal menyenangkan lainnya (Nasir & Muhith, 2011).

2. Faktor penyebab depresi

Depresi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: faktor fisik

seperti genetik, usia, gender, gaya hidup serta penyakit fisik lainnya. faktor

herediter, faktor konstitusim faktor kepribadian premorbid, faktor

neurologi dan faktor psikologi seperti kepribadian, harga diri, stress, serta

penyakit jangka panjang. Depresi biasanya dicetuskan oleh trauma fisik

seperti penyakit infeksi, pembedahan kecelakaan, persalinan, dan

sebagainya, serta faktor psikis seperti kehilangan kasih sayang atau harga

diri (Iyus Yosep, 2014).

Menurut Saam & Wahyuni, (2012) mengatakan ada empat penyebab

depresi, yaitu: kurangnya penguat positif, ketidakberdayaan yang

dipelajari, berpikir negatif, dan regulasi diri yang tidak adekuat. Penyebab

tersebut bisa tunggal atau satu penyebab dan bisa beberapa penyebab.

Penyebab tersebut tidak sama antara seseorang dengan orang lain.

3. Gejala-gejala depresi

a. Gejala fisik

Menurut beberapa ahli, gejala depresi yang kelihatan ini mempunyai

rentangan dan variasi yang luas sesuai dengan berat ringannya depresi

dialami. Namun secara garis besar ada beberapa gejala fisik umum

xxxvii
yang relatif mudah dideteksi (Hawari, 2011). Adapun gejalanya

adalah:

1) Gangguan pola tidur. Misalnya sulit tidur, terlalu banyak atau

terlalu sedikit tidur.

2) Menurun tingkat aktivitas. Pada umumnya orang dengan depresi

menunjukkan perilaku yang pasif, menyukai kegiatan yang tidak

melibatkan orang lain.

3) Menurunnya efisiensi kerja. Penyebab jelas, orang yang terkena

depresi akan sulit memfokuskan perhatian atau pikiran pada suatu

hal, atau pekerjaan

4) Menurunnya produktivitas kerja. Orang dengan depresi akan

kehilangan sebagian atau seluruh motivasi kerjanya. Sebabnya, ia

tidak lagi bisa menikmati dan merasakan ke puasan atas apa yang

dilakukannya. Ia sudah kehilangan minat dan motivasi untuk

melakukan kegiatannya seperti semula.

5) Mudah merasa letih dan sakit. Jelas saja, depresi merupakan

perasaan negatif. Jika seseorang menyimpan perasaan negatif,

maka jelas akan membuat letih karena membebani pikiran dan

perasaannya.

b. Gejala psikis

1) Kehilangan rasa percaya diri. Penyebabnya, orang yang dengan

depresi cenderung memandang segala sesuatu dari sisi negative,

termasuk menilai diri sendiri.

xxxviii
2) Sensitif. Orang dengan depresi suka mengaitkan sesuatu dengan

dirinya. Perasaannya sensitif sekali, sehingga sering peristiwa yang

terjadi dipandang berbeda oleh mereka dan bahkan salah diartikan.

Akibatnya mudah tersinggung, mudah marah, perasa, curiga akan

maksud orang lain, mudah sedih, murung dan lebih suka

menyendiri.

3) Merasa diri tidak berguna. Perasaan tidak berguna ini muncul

karena mereka merasa menjadi orang yang gagal terutama di

bidang atau lingkungan yang seharusnya mereka kuasai.

4) Perasaan bersalah. Perasaan bersalah terkadang timbul dalam

pemikiran orang dengan depresi. Mereka memandang suatu

kejadian yang menimpa dirinya sebagai suatu hukuman atau akibat

dari kegagalan mereka menjalankan tangguang jawab yang

dilaksanakan.

5) Perasaan terbebani. Banyak orang yang menyalahkan orang lain

atas kesusuahan yang dialaminya. Mereka merasa terbeban berat

karena merasa terlalu dibebani tanggung jawab yang berat.

c. Gejala sosial

Masalah depresi yang berawal dari sendiri pada akhirnya

mempengaruhi lingkungannya. Orang dengan depresi merasa tidak

mampu bersikap terbuka dan secara aktif menjalin hubungan dengan

lingkungan sekalipun ada kesempatan.

4. Tingkatan depresi

xxxix
Ada beberapa tingkatan depresi menurut Kusumanto (2010) diantaranya:

a. Depresi ringan

Sementara, alamiah adanya rasa pedih perubahan proses piker

komunikasi sosial dan rasa tidak nyaman

b. Depresi sedang

1) Afek murung, cemas, kesal, marah, menangis

2) Proses pikir : perasaan sempit, berpikir lambat, kurang komunikasi

verbal komunikasi non verbal meningkat

3) Pola komunikasi : bicara lambat, kurang komunikasi verbal,

komunikasi non verbal meningkat

4) Partisipasi sosial : menarik diri tak mau melakukan kegiatan, mudah

tersinggung

c. Depresi berat

1) Gangguan afek: pandangan kosong, perasaan hampa, murung

inisiatif berkurang

2) Gangguan proses pikir

3) Sensasi somatic dan aktivitas motoric: diam dalam waktu lama,

tiba-tiba hiperaktif, kurang merawat diri, tak mau makan dan

minum, menarik diri, tidak peduli dengan lingkungan.

5. Alat ukur tingkat depresi

Hamilton Depression Scale (HDS atau HAMD), juga dikenal

Hamilton Rating Scale for Depression atau Hamilton Depression Rating

Scale, adalah tes yang mengukur tingkat keberatan dari gejala depresi

xl
pada individu. Tujuannya adalah untuk menilai tingkat keberatan dari

penampakan gejala depresi pada anak-anak maupun pada orang dewasa.

Skala penilaian gejala depresi tidak cukup untuk menentukan

diagnosis depresi, tetapi dapat membantu mengidentifikasi individu yang

mempunyai gejala depresi. Skala penilaian depresi Hamilton Rating Scale

for Depression (HRSD17) merupakan salah satu dari berbagai instrumen

untuk menilai ada depresi atau tidak depresi (Bornivelli et al., 2012;

Garcia et al., 2010; Gencoz et al., 2007; Hamilton, 1960).

Hamilton Rating Scale for Depression (HDRS-17) dibuat oleh

Hamilton yang original dipublikasikan pada tahun 1960 yang terdiri dari

17 item pernyataan untuk orang dewasa digunakan untuk menilai tingkat

depresi meliputi suasana hati, perasaan bersalah, ide bunuh diri, insomnia,

agitasi atau retardasi, kecemasan, penurunan berat badan, dan gejala

somatik diantaranya ;(1) perasaan depresi (Sedih, putus asa, tidak

berdaya, tidak berguna); (2) perasaan bersalah; (3)bunuh diri; (4)

gangguan pola tidur (initial insomnia); (5) gangguan pola tidur (middle

insomnia); (6) gangguan pola tidur (Late insomnia); (7) pekerjaan dan

kegiatan-kegiatan; (8) retardasi psikomotor; (9) kegelisahan (Agitasi)

ringan; (10) kecemasan (ansietas somatik); (11) kecemasan (Ansietas

psikis); (12) gejala somatik (pencernaan); (13) gejala somatik (Umum);

(14) gejala genital; (15) hipokondriasis (terlalu cemas mengenai

kesehatannya); (16) kehilangan berat badan; (17) penglihatan diri

(Insigh).

xli
Penilaian masing-masing gejala depresi adalah sebagai berikut untuk

item pernyaatan yang jumlah pilihannya 5 maka penilaiannya: 0 : tidak

ada, 1: ringan, 2-3: sedang, 4: berat, sedangkan untuk item pernyataan

yang jumlah pilihan 3 maka penilaiannya: 0 tidak ada, 1 sedikit atau ragu-

ragu, 2 jelas (Hamilton,1960). Untuk penilaian skor Hamilton depression

rating scale yaitu normal/tidak ada depresi: 0-7, depresi ringan: 8-13,

depresi sedang: 14-18, depresi Berat: 19-22 (Aspuah, 2013).

6. Penatalaksanaan depresi

Menurut Hawari (2008) dijelaskan ada beberapa penanganan depresi

yaitu diantaranya:

a. Terapi psikofarmaka

Pengobatan untuk stress, cemas dan tau depresi dengan memakai obat-

obatan (farmaka) yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan

neurotransmitter (sinyal penghntar saraf) disusunan saraf otak (limbe

system). Sebagaimana diketahui system lymbik tersebut merupakan

bagian dalam otak yang berfungsi mengatur dalam pikiran, alam

perasaan dan perilaku atau dengan kata lain mengatur fungsi psikis

(kejiwaan) seseorang. Cara kerja psikofarmaka ini adalah jalan

memutuskan jaringan atau sirkuit psiko-neuro-farmakologi, sehingga

stressor psikososial yang dialami oleh seseorang tidak lagi

mempengaruhi fungsi kognitif, afektif, psikomotor, dan oragna-organ

tubuh lainnya.

b. Terapi somatik

xlii
Sering dijumpai gejala atau keluhan fisik (somatik) sebagai gejala

ikutan atau akibat dari stress, kecemasan, dan depresi yang

berkepanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatic

(fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh

yang bersangkutan. Sebaliknya pada organ yang menderita secara fisik

yaitu terdapat kelainan jaringan pada organ tubuh, dapat pula

mempengaruhi ketahanan dan kekebalan mental emosionalnya berupa

keluhan-keluhan kecemasan dana tau depresi sebagai gejala ikutan

atau dengan kata lain penyakit fisik (somatic) dapat mempengaruhi

psikis (kejiwaan) seseorang begitu pula sebaliknya.

c. Psikoterapi

Pada pasien yang mengalami stress, kecemasan dana tau depresi selain

diberikan terapi psikofaramaka (anti cemas dan anti depresi) dan terapi

somatik, juga diberikan terapi kejiwaan (psikologik) yang dinamakan

psikoterapi. Psikoterapi ini banyak macam ragamnya tergantung dari

kebutuhan baik individual maupun keluarga, misalnya:

1) Psikoterapi suportif

Dengan terapi ini dimaksudkan untuk memberikan motivasi,

semangat dan dorongan agar pasien yang bersagkutan tidak merasa

putus asadan diberi keyakinan serta percaya diri (self confidence)

bahwa ia mampu mengatasi stressor psikososial yang sedang

dihadapinya.

2) Psikoterapi re-edukatif

xliii
Dengan terapi ini dimaksudkan memberikan pendidikan ulang dan

koreksi bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatasi stress,

kecemasan, dan depresinya itu dikarenakan faktor psiko re-edukatif

masa lalu dikala yang bersangkutan dalam periode anak dan

remaja. Dari terapi ini diharapkan yang bersangkutan mampu

mengatasi stressor psikososial yang sedang dihadapinya.

3) Psikoterapi re-konstruktif

Dengan terapi ini dimaksudkan untuk memperbaiki kembali

kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor oleh

yang bersangkutan.

4) Psikoterapi kognitif

Terapi ini dimaksudkan untuk memulihkan fungsi kognitif pasien,

yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional konsentrasi dan

daya ingat. Selain itu yang bersangkutan mampu membedakan

nilai-nilai moral etika mana yang baik dan buruk, mana yangboleh

dan tidak, dan mana yang haram dan halal.

5) Psikoterapi psiko-dinamik

Terapi ini dimaksudkan untuk menganalisa dan menguraikan

proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa

seseorang itu tidak mampu menghadapi stressor psikososial

sehingga ia jatuh sakit (stress, cemas, dan atau depresi). Dengan

mengetahui dinamika psikologis itu duharapkan yang bersangkutan

mampu mencari jalan keluarnya.

xliv
6) Psikoterapi perilaku

Terapi ni dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku yang

mal adaktif (ketidakmampuan beradaptasi) akibat stressor

psikososial yang dideritanya. Dari terapi ini diharapkan pasien

yang bersangkutan dapat beradaptasi dengan kondisi yang baru

sehingga bisa berfungsi kembali secara wajar dalam kehidupan

sehari-harinya.

7) Psikoterapi keluarga

Seseorang dapat jatuh dalam keadaan stress, kecemasan dan atau

depresi yang disebabkan oleh stressor psikososial faktor keluarga.

Dengan terapi ini dimaksudkan untuk memperbaiki hubungan

kekeluargaan, agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor

penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai adanya

faktor pendukung bagi pemulihan pasien yang bersangkutan.

Dengan demikian pada terapi ini tidak hanya ditujukan pada pasien

yang bersangkutan saja, tetapi juga terhadap anggota keluarga

lainnya.

8) Terapi psikorelegius

Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan mekanisme koping

(mengatasi masalah) individu terhadap gangguan depresi klien,

kegiatan-kegiatan terapi psikorelegius dalam agama islam meliputi

sholat, doa, dzikir dan membaca kitab suci.

9) Terapi psikososial

xlv
Terapi ini adalah untuk memulihkan kembali kemampuan adaptasi

agar yang bersangkutan dapat kembali berfungsi secara wajar

dalam kehidupan sehari-harinya.

C. Gagal Ginjal Kronik

1. Pengertian

Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif

dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan

metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia

(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Suharyanto, dkk,

2009).

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (End Stage Renal

Disease/ ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan

ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertaankan

metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia

(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Smeltzer & Bare,

2013).

2. Etiologi

Menurut Suharyanto, dkk, (2009) Penyebab penyakit gagal ginjal

kronik sangat bervariasi, etiologi yang sering menjadi penyebab penyakit

gagal ginjal kronis diantaranya:

a. Glomerulonefritis

xlvi
Glomerulonefritis adalah penyakit parenkim ginjal progesif dan

difus yang sering berakhir dengan gagal ginjal kronik, disebabkan

oleh respon imunologik dan hanya jenis tertentu saja yang secara pasti

telah diketahui etiologinya. Secara garis besar dua mekanisme

terjadinya Glomerulonefritis yaitu circulating immune complex dan

terbentuknya deposit kompleks imun secara in-situ. Kerusakan

glomerulus tidak langsung disebabkan oleh kompleks imun, berbagai

aktor seperti proses inflamasi, sel inflamasi, mediator inflamasi dan

komponen berperan pada kerusakan glomerulus.

Glomerulonefritis ditandai dengan proteinuria, hematuri,

penurunan fungsi ginjal dan perubahan eksresi garam dengan akibat

edema, kongesti aliran darah dan hipertensi. Manifestasi klinik

Glomerulonefritis merupakan sindrom klinik yang terdiri dari

kelainan urin asimptomatik, sindrom nefrotik dan glomerulonephritis

kronik. Di Indonesia glomerulonefritis masih menjadi penyebab

utama penyakit ginjal kronik dan penyakit ginjal tahap akhir.

b. Hipertensi

Hipertensi merupakan salah satu faktor pemburuk fungsi ginjal

disamping faktor lain seperti proteinuria, jenis penyakit ginjal,

hiperglikemi dan faktor lain. Penyakit ginjal hipertensi menjadi salah

satu penyebab penyakit ginjal kronik. Insideni hipertensi esensial berat

yang berakhir dengan gagal ginjal kronik <10 %. Selain

Glomerulonephritis, diabetes mellitus dan hipertensi, terdapat

xlvii
penyebab lain penyakit ginjal kronik seperti kista dan penyakit bawaan

lain, penyakit sistemik (lupus, vaskulitis), neoplasma, serta berbagai

penyakit lainya.

3. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan penyakit gagal ginjal kronik adalah untuk

mempertahankan fungsi ginjal dan homeostatis. Penatalaksaaan dibagi

menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah tindakan konservatif yang

ditujukan untuk meredakan atau memperlambat gangguan fungsi ginjal

progresif (Smeltzer & Bare, 2013). Penanganan konservatif meliputi:

a. Pencegahan dan pengobatan terhadap kondisi komorbid antara lain

gangguan keseimbangan cairan, hiperfiltrasi, infeksi dan obstruksi

traktus urinarius, obat-obatan nefrotoksid.

b. Menghambat perburukan fungsi ginjal/mengurangi hiperfiltrasi

glomerulus dengan diet seperti pembatasan asupan protein dan fosfat.

c. Terapi farmakologis dan pencegahan serta pengobatan terhadap

komplikasi, bertujuan untuk mengurangi hipertnsi intraglomerulus

dan memperkecil resiko terhadap penyakit kardiovaskuler seperti

pengendalian diabetes, hipertensi, displidemia, anemia,

hiperfosfatemia, asidosis, neuropati perofer, kelebihan cairan dan

keseimbangan elektrolit (Suharyanto, 2009).

xlviii
Tahap kedua dilakukan ketika tindakan konservatif tidak lagi efektif,

tetapi konservatif bertujuan untuk menghindari komplikasi. Ada dua

pengobatan yaitu dengan dialisis (hemodialisa dan peritoneal dialisis)

dan transplantasi ginjal. Dialisis dapat digunakan untuk

mempertahankan penderita dalam keadaa klinis yang optimal sampai

tersedia donor ginjal (Smeltzer & Bare, 2013).

D. Hemodialisa

1. Pengertian

Hemodialisa adalah proses pembuangan zat-zat sisa metabolisme, zat

toksis lainnya melalui membran semipermiabel sebagai pemisah antara

darah dan cairan dialisat yang sengaja dibuat dalam dialiser. Membran

semipermiabel adalah lembar tipis, berpori-pori terbuat dari selulosa atau

bahan sintetik. Ukuran pori-pori membran memungkinkan difusi zat

dengan berat molekul rendah seperti urea, keratin, dan asam urat

berdifusi. Molekul air juga sangat kecil dan bergerak bebas melalui

membran, tetapi kebanyakan protein plasma, bakteri, dan sel-sel darah

terlalu besar untuk melewati pori-pori membran (Wijaya, dkk., 2013).

Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien

dalam keadaan sakit akut dan memerukan terapi dialysis jangka pendek

(beberapa hari hingga minggu) atau pasien dengan penyakit gagal ginjal

stadium terminal (End Stage Renal Disease / ESRD) yang membutuhkan

terapi jangka panjang atau terapi permanen (Smletzer & Bare, 2013).

2. Proses hemodialisa

xlix
Proses hemodialisis yang terjadi didalam membran semipermiabel

terbagi menjadi tiga proses yaitu osmosis, difusi dan ultrafiltrasi (Curtis

& Roshto, 2008). Osmosis adalah proses perpindahan zat terlarut dari

bagian yang berkonsentrasi rendah kearah konsentrasi yang lebih tinggi.

Difusi adalah proses perpindahan zat terlarut dari konsentrasi tinggi

kearah konsentrasi yang rendah. Sedangkan ultrafiltrasi adalah

perpindahan cairan karena ada tekanan dalam membran dialyzer yaitu

dari tekanan tinggi kearah yang lebih rendah (Curtis & Roshto, 2008)

3. Pendidikan pasien hemodialisa

Kebutuhan akan hemodialisis sering mengganggu pikiran pasien

serta keluarganya, pengajaran tentang topik-topik seperti tujuan terapi

dialiss, obat-obatan, efek samping terapi, perawatan tempat akses

vaskuler, diet dan pembatasan cairan, muatan cairan berlebihan,

pencegahan dan penanganan komplikasi, masalah psikososial serta

keuangan harus dilakukan dikit demi sedikit dan juga harus tersedia

waktu untuk menjelaskan dan mengulang kembali, pasien dan keluarga

harus diberi waktu untuk bertanya serta memperoleh penjelasan karena

diagnosis gagal ginjal kronik dan kebutuhan akan dialisis sering

mengganggu pikiran pasien dan keluarga (Brunner & Suddart, 2013).

4. Pertimbangan fisik

Individu dengan gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa

akan mengalami dampak yang utama seperti anemia, anemia sering

terjadi karena ginjal yang tidak mampu memproduksi eritropoietin,

l
hormon yang penting untuk produksi sel darah merah. Jika tidak segera

diobati maka kadar hematokrit akan menurun serta seringnya merasakan

kelelahan anoreksia sesaat, mual dan muntah umumnya terjadi. Pasien

sering merasakan pahit serta konstipasi termasuk masalah yang umum

terjadi karena pembatasan cairan dan makanan berserat tinggi, serta

penurunan aktivitas maka dari itu pasien dengan hemodialisa mengalami

malnutrisi karena asupan nutrisi yang kurang serta mengalami perubahan

lainnya seperti perubahan hematologi, kardiovaskuler, reproduksi,

pencernaan, uremia dan sebagainya (Black. Joyce M, 2014).

Kebutuhan akan hemodialialisis juga menyebabkan perubahan

integumen yang secara khusus memberikan ketidaknyamanan pada pasien

dengan (End Stage Renal Disease/ ESRD). Kulit sering kali sangat

kering, kecenderungan perdarahan sering mengakibatkan meningkatnya

memar, petekie, dan purpura. Hal ini tidak menyebabkan masalah tetapi

kemunculannya menjadi pertanda bagi klien, pucat atau anemia adalah

bukti (Black. Joyce M, 2014).

5. Pertimbangan psikologis

Perubahan psikologis kemungkinan dikarenakan perubahan

psikologis maupun stress ekstrem yang dialami oleh pasien yang

memiliki penyakit kronis, yang mengancam jiwa. Stressor umum

termasuk perasaan tidak bertenaga dan kurang control atas penyakit dan

pengobatan, terapi yang mengganggu, pembatasan yang dilakukan selama

menjalani pengobatan, perubahan bentuk tubuh serta perubahan

li
seksualitas. Pasien umumnya mengalami perubahan peran, kehilangan

atau penurunan kinerja, kesulitan finansial, serta banyak perubahan gaya

hidup.

Individu dengan hemodialisa jangka panjang sering merasa khawatir

akan kondisi sakitnya, mereka biasanya menghadapi masalah finansial,

putus asa, rasa bersalah karena kesulitan dalam mempertahankan

pekerjaan, dorongan seksual yang menghilang serta impotensi, depresi

akibat sakit yang kronis dan ketakutan terhadap kematian. Gaya hidup

terencana berhubungan dengan terapi dialisis dan pembatasan asupan

makanan serta cairan sering menghilangkan semangat hidup pasien.

Meskipun perasaan tersebut normal dalam situasi ini, namun perasaan

tersebut sering meluap sehingga diperlukan konseling dan psikoterapi.

Depresi dapat terjadi dan memerlukan terapi antidepresan. Keadaan ini

juga membantu mengarahkan pasien dan keluarganya kepada sumber-

sumber yang ada untuk mendapatkan bantuan serta dukungan (Brunner &

Suddart, 2013).

Hemodialisis menyebabkan gaya hidup pada keluarga. Waktu yang

diperlukan untuk terapi dialisis akan mengurangi waktu yang tersedia

untuk melakukan aktivitas sosial dan dapat menciptakan konflik, frustasi,

rasa bersalah serta depresi di dalam keluarga. Pasien harus diberi

kesempatan untuk mengungkapkan setiap perasaan marah dan

keprihatinan terhadap berbagai pembatasan yang harus dipatuhi akibat

penyakit serta terapinya disamping masalah keuangan, ketidakpastian

lii
pekerja, rasa sakit dan gangguan rasa nyaman yang mungkin timbul.

Perasaan kehilangan yang dihadapi pasien jangan diabaikan karena setiap

aspek dari kehidupan normal yang pernah dimiliki pasien terlah

terganggu. Jika rasa marah tersebut tidak diungkapkan, mungkin perasaan

ini akan diproyeksikan kedalam diri sendiri dan menimbulkan depresi,

rasa putus asa. Keadaan yang seperti itulah pasien membutuhkan

hubungan yang erat serta dukungan dalam menumpahkan perasaannya

saat kehilangan semangat.

6. Komplikasi hemodialisa

Meskipun hemodialisis dapat mengurangi usia tanpa batas yang

jelas, tindakan ini tidak akan mengubah perjalanan alami penyakit ginjal

yang mendasari dan juga tidak akan mengembalikan seluruh fungsi

ginjal. Salah satu penyebab kematian diantara pasien-pasien yang

menjalani hemodialisis kronis adalah penyakit kardiovaskuler

arteriosklerotik.

Komplikasi terapi dialisis mencakup beberapa hal seperti hipotensi,

emboli udara, nyeri dada, gangguan keseimbangan dialisis, dan pruritus.

Masing – masing dari point tersebut (hipotensi, emboli udara, nyeri dada,

gangguan keseimbangan dialisis, dan pruritus) disebabkan oleh beberapa

faktor. Hipotensi terjadi selama terapi dialisis ketika cairan dikeluarkan.

Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat,

rendahnya dialisis natrium, penyakit jantung, aterosklerotik, neuropati

otonomik, dan kelebihan berat cairan. Emboli udara terjadi jika udara

liii
memasuki sistem vaskuler pasien (Smeltzer & Bare, 2013). Nyeri dada

dapat terjadi karena PCO₂ menurun bersamaan dengan terjadinya

sirkulasi darah diluar tubuh, sedangkan gangguan keseimbangan dialisis

terjadi karena perpindahan cairan serebral dan muncul sebagai serangan

kejang. Komplikasi ini kemungkinan terjadinya lebih besar jika terdapat

gejala uremia yang berat. Pruritus terjadi selama terapi dialisis ketika

produk akhir metabolisme meninggalkan kulit (Smeltzer & Bare, 2013).

Terapi hemodialisis juga dapat mengakibatkan komplikasi sindrom

disekuilibirum, reaksi dializer, aritmia, temponade jantung, perdarahan

intrakranial, kejang, hemolisis, neutropenia, serta aktivasi komplemen

akibat dialisis dan hipoksemia, namun komplikasi tersebut jarang terjadi

(Brunner & Suddarth, 2008).

E. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Pasien

Gagal Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisa

Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Fitrianasari, Tyaswati, Srisurani

& Astuti, 2017) tentang pengaruh dukungan keluarga terhadap tingkat

depresi pasien gagal ginjal kronik stadium 5 yang menjalani hemodialisa di

RSD dr. Soebandi Jember bahwa ada pengaruh hubungan dukungan keluarga

terhadap tingkat depresi pasien gagal ginjal kronis stadium 5 yang menjalani

hemodialisa di RSD dr. Soebandi Jember dan didapatkan hasil mayoritas

responden yang mengalami depresi ringan mendapatkan dukungan keluarga

baik (46,7%), sedangkan mayoritas pasien dengan depresi sedang dan berat

liv
mendapatkan dukungan keluarga buruk. Dari hasil penelitian bahwa keluarga

responden sangat memperhatikan dan peduli pada kondisi anggota

keluarganya yang menjalani hemodialisis. Responden yang mendapatkan

dukungan keluarga baik menunjukkan bahwa keluarga menyadari bahwa

pasien sangat membutuhkan kehadiran keluarga. Dukungan keluarga yang

baik dapat menekan munculnya stressor pada individu yang menerima

dukungan dan meningkatkan rasa percaya diri sehingga pasien dapat

menghadapi keadaan dirinya dengan baik. Hal ini dapat menurunkan tingkat

depresi pasien.

Hal ini sesuai dengan penelitian Vasilios & Vasilios (2012) yang

menyatakan bahwa komplikasi psikologis yang paling sering dialami pasien

gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis adalah depresi. Hal ini

dikarenakan pasien gagal ginjal kronis akan mengalami banyak perubahan

dalam kehidupan sehari-harinya, seperti penurunan kemampuan fisik,

keharusan menjalani pengobatan secara rutin, perubahan pola makan dan

gaya hidup, serta perubahan kehidupan sosial. Perubahan-perubahan ini

merupakan stressor yang mengharuskan individu untuk menyesuaikan diri

dengan keadaan dirinya saat ini. Namun, tidak semua individu mampu

melakukan adaptasi dan menanggulangi stressor tersebut. Apabila stress

psikologisnya tersebut melampaui ambang penyesuaian, maka dapat

menyebabkan gangguan jiwa.

Penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa akan

menyebabkan perubahan gaya hidup pada keluarga. Waktu yang diperlukan

lv
untuk terapi akan mengurangi waktu yang tersedia untuk melakukan aktivitas

sosial dan dapat menciptakan konflik, frustasi, rasa bersalah serta depresi.

Maka dari itu peran keluarga sangat berpengaruh terhadap tingkat depresi

penderita, keluarga dapat memberikan dukungan terhadap penderita berupa

dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan emosional serta

dukungan penghargaan.

F. Kerangka Kerja Penelitian

1. Kerangka Teori
Hemodialisa

Perubahan Psikologi: Perubahan fisik:


1.Perubahan peran
1.Kelemahan
2.Kesulitan dalam
2.Malnutrisi
mempertahankan pekerjaan
3.Anemia
3.Masalah finansial
4.Uremia
4.Dorongan seksual yang
5.Integumen
menghilang serta impotensi
6.Hematologi
5.Perasaan putus asa dan rasa
7.Kardiovaskuler
bersalah
8.Reproduksi
6.Serta ketakutan akan kematian
9.Pencernaan

Penatalaksanaan depresi :
Depresi
1.Terapi psikofarmaka
2.Terapi somatik
3.Psikoterapi :
Faktor penyebab depresi: a. Psikoterapi suportif
b.Psikoterapi re-edukatif
1.Faktor fisik: c. Psikoterapi re-konstruktif
a. Genetik d.Psikoterapi kognitif
b. Usia e. Psikoterapi psiko-dinamik
c. Gender f. Psikoterapi perilaku
d. Gaya hidup g. Dukungan Keluarga
e. Penyakit fisik h.Terapi psikorelegius
2.Faktor Psikologis: i. Terapi psikososial
a. Kepribadian
b. Harga diri Keterangan :
c. Stress
d. Penyakit jangka panjang
lvi
: Diteliti
: Tidak diteliti

Gambar 2.1. Kerangka Teori


Sumber : ( Black, J, 2014; Yosep, 2014; Hawari, 2008)

2. Kerangka konsep penelitian

Kerangka konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian

yang dilakukan denga identifikasi masalahnya. Pada penelitian ini

dukungan keluarga merupakan variable bebas (Independen variable), dan

tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisa merupakan variabel terikat (dependen variable). Adapun

kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Variabel bebas (independen) Variabel terikat (dependen)

Tingkat depresi pada pasien gagal


Dukungan keluarga
ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa

Gambar 2.2 Kerangka konsep

G. Hipotesis penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan dukungan keluarga dengan

tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di

RSUD Kabupaten Semarang

lvii
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

korelasional yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan

utama untuk mencari hubungan antara 2 variabel (Sugiyono, 2017) yaitu

dukungan keluarga (variable independen) dengan tingkat depresi (variable

dependen) penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional,

yaitu suatu penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran data variabel

independen dan dependen hanya dengan 1 kali dalam satu waktu

(Notoatmodjo, S, 2010).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUD Kabupaten Semarang yang meliputi

RSUD Ungaran pada tanggal 19-22 Februari 2018 dan RSUD Ambarawa pada

tanggal 23-26 Februari 2018

C. Penetapan Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua pasien

gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD Kabupaten

lviii
Semarang yaitu di RSUD Ambarawa pada bulan November 2017

sebanyak 42 pasien dan di RSUD Ungaran dalam bulan November 2017

terdapat 46 pasien. Jadi jumlah seluruh populasi pada penelitian ini

sebanyak 88 pasien.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini sebanyak 88 pasien, dimana tehnik

pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel jenuh, Menurut

Sugiyono (2017) tehnik sampling jenuh merupakan tehnik penentuan

sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini

dikarenakan populasi yang digunakan pada penelitian ini relatif kecil yaitu

88 orang.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah:

1. Variabel independen/variabel bebas merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannyaatau timbul

variabeldependen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas

adalah dukungan keluarga.

2. Variabel dependen/variabel terikat merupakan variabelyang dipengaruhi

atau akibat karena adanya variabel bebas (Independen). Variabel terikat

dalam penelitian ini adalah tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik

yang menjalani hemodialisa.

lix
E. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Definisi Alat dan Cara Skala


Variabel Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur
Dukunga Suatu bentuk Kuesioner Dukungan Ordinal
n dukungan berjumlah 16 item keluarga
keluarga keluarga yang pertanyaan dengan dikategorikan
didapatkan kriteria jawaban: menjadi
individu dari Pertanyaan positif: 1. Dukungan
keluarga yang Selalu = 4 keluarga
tinggal dalam satu Sering = 3 kurang: 16-
rumah, yang Kadang-kadang = 31
meliputi: 2 2. Dukungan
Dukungan Tidak Pernah = 1 keluarga
emosional, Pertanyaan cukup: 32-47
dukungan negatif: 3. Dukungan
penghargaan, Selalu = 1 keluarga
dukungan Sering = 2 baik: 48-64
informasional dan Kadang-kadang =
dukungan 3
instrumental. Tidak Pernah = 4
Tingkat Depresi ringan Kuesioner 0-6 = Tidak Ordinal
Depresi adanya perasaan Hamilton depresi
tidak Depression Rating 7-17= Depresi
nyaman,depresi Scale. Kuesioner ringan
sedang adanya dengan jumlah 17 18-24 = Depresi
efek murung, item pertanyaan sedang
cemas disertai yang fokus pada >24 = Depresi
mudah perasaan depresi, berat
tersinggung, rasa bersalah dan
depresi berat harga diri.
adanya Dengan point:
pandangan 1. Tidak ada = 0
kosong, rasa 2. Ringan = 1
murung, sedih, 3. Sedang = 2
putus asa dan 4. Berat = 3
menarik diri.

F. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa

kuesioner.Kuesioner adalah tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan

lx
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada para

responden untuk dijawab (Notoatmodjo, 2010). Kuesioner dalam penelitian ini

terdiri dari kuesioner untuk dukungan keluarga dan kuesioner untuk tingkat

depresi pada gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD

Kabupaten Semarang.

1. Instrumen Penelitian

a. Kuesioner dukungan keluarga

Kuesioner ini dibuat sendiri yang terdiri dari 16 butir pertanyaan,

yang terbagi dalam 4 pertanyaan dukungan keluarga informasional, 5

pertanyaan dukungan emosional, 4 pertanyaan dukungan instrumental,

dan 3 pertanyaan dukungan keluarga penghargaan (Friedman, 2010).

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen

No Variabel Indikator No. Pertanyaan Pertanyaan


Soal Favourable Unfavourable
1 Dukungan1. 1. Dukungan emosional 3 2
Keluarga a. Empati 1
b. Simpati 2
c. Percaya 3
d. Cinta 4
e. Kasih sayang 5
2. Dukungan 3 0
penghargaan
a. Membangun 7
harga diri klien
b. Mempengaruhi 6
presepsi klien ke
hal yang positif
c. Membantu klien 8
berpikir positif
3. Dukungan 3 1
instrumental
a. Waktu 12
b. Pelayanan 10
c. Bantuan finansial 11

lxi
d. Bantuan material 9

4. Dukungan 3 1
informasional
a. Saran 13
b. Nasehat 14
c. Petunjuk 15
d. Ide 16

Kuesioner ini menggunakan skala likert dalam alternatif jawaban

favourable yaitu, Selalu = 4, Sering = 3, Kadang-kadang = 2, Tidak

pernah = 1, dan jawaban unfavourable yaitu, Selalu = 1, Sering = 2,

Kadang-kadang = 3, Tidak pernah = 4.

Skor dukungan keluarga dikategorikan sebagai berikut:

Dukungan keluarga kurang: 16-31

Dukungan keluarga cukup: 32-47

Dukungan keluarga baik: 48-64

b. Kuesioner Depresi

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat depresi adalah

Hamilton Depression Rating Scale merupakan suatu alat ukur depresi

yang dibuat oleh Max Hamilton pada tahun 1960 (Aspuah, 2013).

Hamilton Depression Rating Scale merupakan alat pengukur gejala

depresi yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat keberatan dari

segala depresi pada individu. Kuesioner terdiri dari 17 item pertanyaan

pilihan ganda yang fokus pada perasaan sedih, rasa bersalah, dan harga

diri. Isi dari alat ukur ini merupakan gambaran karakteristik dari depresi.

lxii
Skor yang diperoleh dalam skala ini adalah total nilai dari respon

yang diberikan. Interpretasi yang digunakan dalam total skor Hamilton

Depression Rating Scale adalah:

0-7 : Normal/Tidak ada

7-17 : Depresi Ringan

18-24 : Depresi Sedang

>24 : Depresi Berat

G. Prosedur Pengambilan Data

1. Prosedur perijinan

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:

a) Peneliti telah mengurus perijinan dari Universitas Ngudi Waluyo

Ungaran yang digunakan untuk dilakukan studi pendahuluan pada

tanggal 4 November 2017

b) Setelah mendapatkan perijinan dari Universitas Ngudi Waluyo, peneliti

menyampaikan perijinan ke kantor Kesatuan Bangsa dan Politik

Kabupaten Semarang.

c) Setelah mendapat perijinan dari kepala kantor Kesatuan Bangsa dan

Politik Kabupaten Semarang, peneliti menyampaikan perijinan ke RSUD

Kabupaten Semarang pada tanggal 9 Februari 2018

d) Perijinan penelitian kemudian disetujui oleh Direktur RSUD Ungaran

pada tanggal 13 Februari 2018 dan RSUD Ambarawa pada tanggal 15

Febuari 2018

lxiii
e) Peneliti kemudian mempersiapkan alat dan bahan penelitian dan akan

menentukan waktu penelitian sesuai dengan tanggal perjanjian.

f) eneliti dibantu asisten penelitian sebanyak 2 orang dengan ketentuan

asisten sebagai berikut :

1) Mahasiswa Universitas Ngudi Waluyo yang mempunyai tingkat

pendidikan minimal sederajat dengan peneliti

2) Mahasiswa yang sudah mengambil mata kuliah keperawatan

keluarga dan keperawatan jiwa

2. Proses pengumpulan data

Langkah –langkah dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:

a) Peneliti melakukan identifikasi jumlah pasien yang menjalani

Hemodialisa setelah mendapatkan ijin penelitian dari Direktur RSUD

Kabupaten Semarang pada tanggal 14 Febuari 2018

b) Peneliti selanjutnya menentukan jumlah sampel yang diteliti dengan

menggunakan tehnik sampel jenuh,dikarenakan sampel yang digunakan

pada penelitian relatif kecil.

c) Peneliti melakukan pendekatan penelitian pada calon responden,

dengan menyampaikan maksud, tujuan dan prosedur penelitian yang

dilakukan kepada responden apakah responden bersedia atau tidak, jika

responden bersedia dimintai untuk menandatangani surat pernyataan

kesediaan menjadi responden penelitian.

d) Peneliti melakukan pengambilan data dimulai di RSUD Ungaran

tanggal 19-22 didapatkan sebanyak 43 responden dan dilanjutkan di

lxiv
RSUD Ambarawa pada tanggal 23-26 Februari 2018 sebanyak 39

responden.

e) Setelah bersedia menjadi responden, kemudian diberikan penjelasan

tentang cara pengisian kuesioner yaitu dengan memberikan tanda (√)

yang sesuai dengan apa yang dirasakan, responden mengisi kuesioner

pada saat melakukan proses hemodialisa.

f) Selama pengisian kuesioner, peneliti dan asisten peneliti melakukan

pendampingan. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi jika ada

pertanyaan yang belum dipahami responden maka peneliti dapat

langsung memberikan penjelasan

g) Peneliti dan asisten peneliti membacakan pertanyaan-pertanyaan yang

ada di kuesioner beserta pilihan jawaban kepada responden dan

responden menjawab sesuai jawaban yang dipilihan responden. Peneliti

dan asisten peneliti dapat membantu menyentangkan untuk responden

h) Setelah kuesioner terisi semua dan hasilnya lengkap, hasil pengisian

kuesioner dikumpulkan kepada peneliti.

i) Hasil kuesioner yang lengkap dilakukan pengolahan dan dianalisis.

H. Validitas dan Reliabilitas Data

1. Uji validitas

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji

korelasi dengan rumus Pearson Produk Moment karena jenis pertanyaan

kuesioner menggunakan skala likert. Skor yang didapat dari setiap

lxv
pertanyaan dikorelasikan dengan skor total untuk tiap variabel. Setelah

semua korelasi untuk setiap pertanyaan dengan skor total diperoleh, nilai-

nilai tersebut dibandingkan dengan nilai r tabel. Jika nilai koefisien

korelasi Pearson dari suatu pertanyaan tersebut berada diatas nilai r tabel,

maka pertanyaan tersebut berada diatas nilai r tabel, maka pertanyaan

tersebut valid.

𝑛 (∑ 𝑥 𝑦)−(∑ 𝑥)(∑ 𝑦)
r=
√{𝑛 (∑𝑥 2)−(∑𝑥 )2}{𝑛 (𝑦 2 )−(∑𝑦)2}

Keterangan :

r : Koefisien korelasi

x : Skor pertanyaan

y : Skor total pertanyaan

xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total

n : Jumlah responden

Setelah r tersebut diketahui, yaitu r tabel product moment dengan

taraf signifikan 5%. Untuk N = 20 pada total signifikan 5% batas

penerimaan r tabel = 0,444 sehingga kuesioner dinyatakan valid. Jadi item

pertanyaan dinyatakan valid jika nilai r hitung > 0,444.

Hasil validitas untuk Dukungan Keluarga diperoleh nilai r hitung

terkecil sebesar 0,598 dan r hitung terbesar sebesar 0,887. Itu artinya

semua nilai r hitung > 0,444 sehingga dapat disimpulkan semua item

pertanyaan dinyatakan valid.

lxvi
Kuesioner tingkat depresi tidak dilakukan uji validitas karena

Hamilton Depression Rating Scale merupakan alat deteksi yang paling

banyak digunakan dan telah teruji validitasnya.

2. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan Interval

Consistency yaitu mencobakan instrument sekali saja. Hasil yang

diperoleh dianalisis dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach.

Keunggulan uji reliabilitas dengan Alpha Cronbach adalah dilakukan

masing-masing korelasi alfa masing-masing item. Kuesioner dikatakan

reliabel jika memiliki alfa minimal 0,60.

Berikut ini rumus Alpha Cronbach:

𝑘 ∑𝑎𝑏 2
r = [(𝑘−1)] . [1 − ]
𝜎2 𝑡

Keterangan :

r : reabilitas instrumen

k : jumlah item dalam instrumen

∑ : jumlah butir varian

𝜎 : varians total

Berdasarkan hasil uji reliabilitas untuk kuesioner Dukungan Keluarga

diperoleh nilai Alpha Cronbach sebesar 0,951 > 0,60. Instrumen

Dukungan Keluarga tersebut dinyatakan reliabel.

lxvii
I. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti memperhatikan

memperhatikan etika dalam penelitian karena merupakan masalah yang sangat

penting mengingat penelitian ini berhubungan langsung dengan manusia yang

mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian, sebelum meminta persetujuan

dari responden, peneliti memberikan penjelasan tentang penelitian yang akan

dilakukan.

1. Informed Consent (lembar persetujuan responden)

Lembar persetujuan diberikan kepada responden dengan memberikan

penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan,

serta menjelaskan manfaat yang akan diperoleh dalam berpartisipasi pada

penelitian ini yaitu seperti mendapatkan pengetahuan pasien tentang gejala

depresi.

2. Aninomity (tanpa nama)

Kerahasiaan identitas responden dijaga olehpeneliti dan hanya

digunakan untuk kepentingan penelitian, dengan cara memberikan kode

atau tanda pada lembar kuesioner dan kode tersebut hanya diketahui oleh

peneliti itu sendiri. Peneliti menyebarkan kuesioner sebelumnya

menjelaskan cara pengisian dan mempersilahkan responden untuk mengisi

lembar kuesionernya dan peneliti memberikan kesempatan kepada

responden dan menunggu responden menyelesaikan pengisian kuesioner

tersebut.

lxviii
3. Confidentialy (kerahasiaan informasi)

Peneliti menjaga kerahasiaan semua informasi yang diberi responden,

dan itu dijamin oleh peneliti. Peneliti juga memperhatikan etika penelitian

dengan memperhatikan tentang hal-hal sebagai berikut: misal surat balasan

dari institusi terkait tentang persetujuan ijin penelitian, surat persetujuan

menjadi responden dan identitas responden. Hasil kuesioner yang

didapatkan setelah dianalisi akan segera dimusnahkan dengan cara di

bakar.

J. Proses Pengolahan Data

1. Editing

Peneliti dalam tahap ini melakukan pemeriksaan data, kelengkapan

pengisian, kesalahan dan konsistensi dari setiap jawaban. Editing

dilakukan peneliti dan asisten peneliti di tempat pengumpulan data.

Peneliti dan asisten peneliti telah melakukan proses pengumpulan editing

dan semua kuesioner telah terisi lengkap oleh responden.

2. Scoring

Peneliti memberikan skor atau nilai pada masing-masing jawaban

responden dari masing-masing variabel setelah semua kuesioner

terkumpul. Pemberikan skor untuk variabel dukungan keluarga antara lain:

a. Pertanyaan positif

Tidak pernah diberikan skor 1

Kadang-kadang diberikan skor 2

lxix
Sering diberikan skor 3

Selalu diberikan skor4

b. Pertanyaan negatif

Tidak pernah diberikan skor 4

Kadang-kadang diberikan skor 3

Sering diberikan skor 2

Selalu diberikan skor 1

Pemberian skor untuk variabel tingkat depresi antara lain :

Tidak ada diberi skor 0

Ringan diberi skor 1

Sedang diberi skor 2

Berat diberi skor 3

3. Coding

Peneliti memberikan kode pada data yang diperoleh untuk

mempermudah dalam pengelompokan dan klasifikasi data setelah semua

pertayaan diberikan nilai. Setiap item jawaban pada lembar kuesioner

diberi kode sesuai dengan jumlah nilai masing-masing variabel. Hasil ukur

untuk dukungan keluarga, data dikategorikan sebagai berikut :

a. Dukungan keluarga kurang diberi kode 1

b. Dukungan keluarga cukup diberi kode 2

c. Dukungan keluarga baik diberi kode 3

lxx
Pemberian kode untuk variabel tingkat depresi antara lain :

a. Tidak ada/normal diberi kode 1

b. Tingkat depresi ringan diberi kode 2

c. Tingkat depresi sedang diberi kode 3

d. Tingkat depresi berat diberi kode 4

4. Tabulating

Peneliti melakukan tabulating atau penyusunan data setelah

menyelesaikan pemberian niai dan pemberian kode dari masing-masing

jawaban responden atas pertanyaan yang diajukan agar dengan mudah

dijumlahkan, disusun dan ditata untuk dianalisis.

5. Entering

Peneliti melakukan proses pemasukan data ke dalam komputer setelah

tabel ditabulasi selesai untuk selanjutnya dilakukan analisa data dengan

menggunakan program excel.

6. Transferring (pemindahan)

Peneliti melakukan pemindahan kode-kode yang telah ditabulasi

kedalam komputer suatu program atau system tertentu, dalam hal ini

peneliti menggunakan program SPSS versi 16.0 untuk mempercepat

proses analisa data.

7. Cleansing

Peneliti memastikan seluruh data yang dimasukan kedalam mesin

pengolah data sesuai dengan sebenarnya atau mencari ada kesalahan pada

data entry.

lxxi
K. Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariate adalah analisa yang menggambarkan setiap variabel

(variabel independen dan variabel dependen) dengan menggunakan

frekuensi dan proporsi, sehingga tergambar fenomena yang berhubungan

dengan variabel yang diteliti. Analisis univariat dalam penelitian ini

digunakan untuk:

a. Mengetahui gambaran distribusi frekuensi dukungan keluarga pada

pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD

Kabupaten Semarang

b. Mengetahui gambaran distribusi frekuensi tingkat depresi pada pasien

gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD Kabupaten

Semarang

Peneliti menggunakan ilmu statistik deskriptif, untuk mempresentasikan

hasil dari data yang sudah diperoleh dengan menggunakan rumus:

(f/N) x 100 =

Keterangan:

F = frekuensi

N = jumlah seluruh observasi

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi.Peneliti menggunakan analisis bivariat

dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan dukungan

lxxii
keluarga terhadap tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang

menjalani hemodialisa di RSUD Kabupaten Semarang.

Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi Square

atau kai kuadrat pada setiap variabel, dengan menggunakan rumus Chi

Square yaitu:

∑(𝑓𝑜 − 𝑓ℎ)2
𝑋2 =
𝑓ℎ

Keterangan:

X2 : rata-rata

fh : frekuensi yang diharapkan

fo : frekuensi diobservasi

Ketentuan yang berlaku pada uji Chi Square yaitu:

a. Jumlah sampel n > 30.

b. Tidak boleh ada sel dengan nilai 0.

c. Tidak boleh ada sel dengan nilai harapan atau E < 1.

d. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan E < 5, lebih dari

20% dari jumlah keseluruhan sel.

e. Tabelnya lebih dari 2 x 2, maka digunakan uji “Pearson Chi Square”

Pembuatan keputusan tentang hipotesis yang diajukan diterima atau

ditolak, maka harga chi square tersebut perlu dibandingkan dengan Chi

Square tabel dengan dk dan taraf kesalahan tertentu. Pengambilan

keputusan berlaku ketentuan bila p value < 0,05, maka Ho ditolak yang

berarti ada Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi pada

lxxiii
Pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisa di RSUD

Kabupaten Semarang.

lxxiv
BAB IV

HASIL PENELITIAN

Bab ini menyajikan hasil penelitian mengenai hubungan dukungan

keluarga dengan tingkat depresi pada pasien gagal ginjal Kronik yang menjalani

hemodialisa di RSUD Kabupaten Semarang. Subjek penelitian yang diambil

adalah para pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD

Ambarawa sebanyak 39 responden dan RSUD Ungaran sebanyak 43 responden,

dengan jumlah total 82 orang. Setelah dilakukan pengolahan dengan

menggunakan SPSS, didapatkan hasil-hasil yang disajikan pada tabel-tabel berikut

ini.

A. Karakteristik Responden

1. Umur Responden
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Pasien Gagal Ginjal
Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUD Kabupaten
Semarang
Umur Frekuensi Persentase (%)
Dewasa Awal (26-35 tahun) 2 2,4
Dewasa Akhir (36-46 tahun) 5 30,5
Lansia Awal (46-55 tahun) 30 36,6
Lansia Akhir (56-65 tahun) 25 30,5
Jumlah 82 100,0
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 82 pasien gagal

ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD Kabupaten Semarang,

sebagian besar berumur 46-55 tahun (lansia awal), yaitu sejumlah 30 orang

(36,6%) dan didapatkan juga (lansia akhir) yang berumur 56-65 tahun,

yaitu sejumlah 25 orang (30,5).

lxxv
2. Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien Gagal


Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUD
Ambarawa
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 48 58,5
Perempuan 34 41,5
Jumlah 82 100,0
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 82 pasien gagal

ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD Ambarawa dan RSUD

Ungaran, sebagian besar berjenis kelamin laki-laki, yaitu sejumlah 48

orang (58,5%).

B. Analisis Univariat

1. Dukungan Keluarga pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani

Hemodialisa

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dukungan Keluarga pada


Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di
RSUD Kabupaten Semarang
Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase (%)
Kurang 17 20,7
Cukup 22 26,8
Baik 43 52,5
Jumlah 82 100,0
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dukungan keluarga

pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD

Kabupaten Semarang, sebagian besar dalam kategori baik, yaitu sejumlah

43 orang (52,5%).

lxxvi
2. Tingkat Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani

Hemodialisa

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Depresi pada Pasien


Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUD
Kabupaten Semarang
Tingkat Depresi Frekuensi Persentase (%)
Tidak Depresi 21 25,6
Depresi Ringan 36 43,9
Depresi Sedang 25 30,5
Jumlah 82 100,0
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa terdapat responden

dengan gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD

Kabupaten Semarang yang mengalami depresi sedang, yaitu sejumlah 25

orang (30,5%).

C. Analisis Bivariat

Pada bagian ini disajikan hasil analisis bivariat tentang hubungan

dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada pasien gagal ginjal Kronik

yang menjalani hemodialisa di RSUD Kabupaten Semarang. Untuk

mengetahui hubungan ini, digunakan uji Chi Square, dan hasilnya disajikan

sebagai berikut.

Tabel 4.5 Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi


pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di
RSUD Kabupaten Semarang
Tingkat Depresi
Dukungan Tidak Depresi Depresi p-
Depresi Ringan Sedang
Total 2
Keluarga value
f % F % f % f %
Kurang 2 11,8 4 23,5 11 64,7 17 100 13,679 0,008
Cukup 5 22,7 10 45,5 7 31,8 22 100
Baik 14 32,6 22 51,2 7 16,3 43 100
Total 21 25,6 36 43,9 25 30,5 82 100

lxxvii
Hasil pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa pasien dengan dukungan

keluarga kurang, sebagian besar mengalami depresi tingkat sedang, sejumlah

11 orang (64,7%). Pasien dengan dukungan keluarga cukup, sebagian besar

mengalami depresi tingkat ringan, sejumlah 10 orang (45,5%). Pasien dengan

dukungan keluarga baik, sebagian besar juga mengalami depresi ringan,

sejumlah 22 orang (51,2%).

Hasil uji Chi Square diperoleh nilai 2 hitung 13,679 dengan p-value

0,008 < α (0,05). Hal ini disimpulkan bahwa ada hubungan secara signifikan

antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada pasien gagal ginjal

kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD Kabupaten Semarang.

lxxviii
BAB V

PEMBAHASAN

A. Gambaran Dukungan Keluarga pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang

Menjalani Hemodialisa di RSUD Kabupaten Semarang

Dukungan keluarga terhadap penderita penyakit gagal ginjal kronik sangat

dibutuhkan dalam proses penyembuhan/pengobatan. Dukungan keluarga

memainkan peran penting dalam mengintensifkan perasaan sejahtera, orang

yang hidup dalam lingkungan yang supportif kondisinya jauh lebih baik

daripada mereka yang tidak memilikinya, karena keluarga adalah orang yang

paling dekat hubungannya dengan anggota keluarganya. Keluarga dapat

meningkatkan semangat dan motivasi untuk berperilaku sehat yaitu dengan

memberikan perawatan dan pengobatan yang layak dan diperlukan (Friedman,

Bowden, & Jones, 2010).

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata dukungan keluarga pasien gagal

ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD Kabupaten Semarang

diperoleh dukungan keluarga baik. Dapat dilihat pada tabel 4.3 yang

menunjukkan dari 82 responden terdapat 43 responden (52,5%) mendapatkan

dukungan keluarga baik, 22 responden (26,8) mendapatkan dukungan keluarga

cukup dan 17 responden (20,7) mendapatkan dukungan keluarga kurang.

Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat membantu pasien

dalam meningkatkan kesehatannya. Dukungan keluarga diartikan sebagai

sumber coping yang mempengaruhi situasi yang dinilai stressful dan membuat

lxxix
orang yang mengalami depresi mampu mengubah situasi, mengubah arti situasi

ataupun mengubah reaksi emosinya terhadap situasi yang ada. Dukungan

keluarga membuat individu berkeyakinan bahwa mereka disayangi,

diperhatikan, dan akan mendapat bantuan dari orang lain bila mereka

membutuhkannya.

Bentuk dukungan keluarga yang dapat diberikan untuk pasien gagal ginjal

kronik yang menjalani hemodialisa adalah berupa dukungan instrumental,

dukungan emosional, dukungan informasi, dan dukungan penghargaan.

Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa dukungan keluarga yang

paling banyak didapatkan oleh responden dari keluarga adalah dukungan

keluarga baik yaitu sebanyak 43 responden (52,5%) dan yang mendapatkan

dukungan keluarga kurang hanya 17 responden (20,7%))

Berdasarkan hasil jawaban kuesioner yang diisi oleh responden diketahui

bahwa sebagian besar keluarga memberikan dukungan emosional dalam

kategori baik yaitu sebesar 62 responden (75,6%). Dukungan emosional yang

diberikan keluarga meliputi keluarga yang mengerti dengan masalah yang

dialami oleh responden, mendengarkan keluhan responden tentang penyakit

yang dialami oleh responden, mendengar keluhan responden tentang penyakit

yang dirasakan, serta memberikan semangat pada responden dalam mengatasi

masalahnya.

Friedman, Bowden & Jones (2010) juga mengatakan bahwa dengan

terpenuhinya dukungan emosional dalam keluarga akan meningkatkan

kepercayaan, stabilitas kepribadian, perilaku dan harga diri anggota

lxxx
keluarganya. Semakin baik dukunga emosional yang diperoleh penderita gagal

ginjal kronik yang menjalani hemodialisa akan semakin baik kualitas manusia,

harga diri dan perilaku dalam mengontrol kesehatannya.

Adapun hasil penelitian tentang dukungan penghargaan diperoleh sebesar

52 responden (63,4%) mendapatkan dukungan keluarga baik. Pemberian

dukungan ini membantu individu untuk melihat segi-segi postitif yang

berfungsi untuk membantu menambah penghargaan diri, membentuk

kepercayaan diri dan kemampuan. Bentuk dukungan penghargaan keluarga

berupa pemberian umpan balik dan mempengaruhi presepsi klien ke hal yang

positif, yaitu dengan dorongan atau persetujuan terhadap gagasan/ide atau

perasaan sesorang.

Hasil penelitian kuesioner dukungan informasi diperoleh bahwa sebesar 53

responden (64,6%) sudah mendapatkan dukungan informasional dengan baik.

Keluarga sudah mengerti mengenai penyakit responden yaitu gagal ginjal

kronik dan ahrus menjalani hemodialisa selama dua kali dalam seminggu yang

mana dalam sekali hemodialisa memakan waktu 4 jam. Dukungan informasi ini

dapat diberikan keluarga dalam bentuk memberikan saran, arahan, nasehat, dan

informasi penting yang dibutuhkan pasien. Berdasarkan hasil kuesioner dalam

memberikan dukungan informasi kepada responden, keluarga sudah sering

mengingatkan untuk tetap mentaati diet makanan dan mengingatkan jadwal

hemodialisa serta mendapatlan saran atau ide mengenai informasi dan fasilitas

kesehatan dari keluarga.

lxxxi
Dukungan instrumental dari hasil penelitian diperoleh sebesar 52

responden (63,4%) mendapatkan dukungan instrumental baik. Dukungan

instrumental yang diperoleh responden antara lain keluarga memberitahukan

kapan waktu harus minum obat, keluarga menyediakan obat-obatan yang

dibutuhkan dan keluarga mendampingi ketika sedang dalam program

hemodialisa di rumah sakit. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi depresi

karena individu dapat langsung memecahkan masalah yang berhubungan

dengan materi.

Menurut Setiadi (2008), dukungan instrumental bertujuan untuk

mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan

persoalan-persoalan yang dihadapinya, atau menolong secara langsung

kesulitan yang dihadapi. Dengan adanya dukungan instrumental yang baik pada

pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemdoialisa maka dapat menjaga

dan meningkatkan status kesehatan penderita.

Penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa memiliki

dukungan keluarga cukup sebanyak 22 responden atau (26,8%). Berdasarkan

kuesioner yang telah diisi oleh responden, dimana dukungan emosional, dan

informasi tercukupi seperti tetap memberikan dukungan serta semangat

walaupun keluarga tidak mendampingi saat menjalani program hemodialisa

dan tidak menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan.

Penderita yang memiliki dukungan keluarga kurang sebanyak 17

responden atau (20,7%). Berdasarkan kuesioner yang yang telah diisi oleh

responden, dukungan instrumental merupakan salah satu dukungan kurang

lxxxii
yang tertinggi yaitu sebanyak 41,4% dan 34,1% responden juga memiliki

dukungan penghargaan kurang, 24,3% responden juga memiliki dukungan

informasi kurang, 14,6% responden memiliki dukungan emosional kurang.

Dukungan keluarga kurang yang dialami responden dapat dilihat dari hasil

kuesioner yang telah diisi. Keluarga tidak membantu responden dalam

mengatasi kegelisahan yang dialami, keluarga tidak mengetahui jadwal minum

obat, keluarga tidak mendampingi ketika sedang dalam program hemodialisa,

dan responden berpikir sendiri dalam mengatasi kesehatannya serta keluarga

tidak menasihati jika responden tidak menaati diet. Kurangnya perhatian dan

kepedulian keluarga terhadap penderita memberikan dampak buruk kepada

responden.

B. Gambaran Tingkat Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang

Menjalani Hemodialisa di RSUD Kabupaten Semarang

Depresi adalah suatu pengalaman yang ditandai dengan perasaan tidak

berarti dan bersalah. Individu yang mengalami depresi pada umumnya

menunjukkan gejala psikis, gejala fisik, dan sosial yang khas, seperti murung,

sedih berkepanjangan, sensitive, mudah marah dan tersinggung, hilang

semangat, hilangnya rasa percaya diri dan menurunnya daya tahan tubuh

(Lubis, 2009).

Berdasarkan tabel 4.4 tentang tingkat depresi pada pasien gagal ginjal

kronik yang menjalani hemodialisa di rumah sakit kabupaten semarang

menunjukkan bahwa responden paling banyak mengalami depresi ringan yaitu

lxxxiii
sebanyak 36 (43,9%), responden yang mengalami depresi sedang sebanyak 25

(30,5%), dan responden yang tidak mengalami depresi sebanyak 21 responden

(25,6%).

Dari hasil tersebut dapat kita lihat bahwa depresi ringan memiliki

presentase yang tertinggi yaitu sebanyak 43,9%, menurut asumsi peneliti

responden dengan depresi ringan sudah menerima kondisinya tetapi mereka

masih tidak berkeyakinan bahwa mereka bisa mengalami penyakit kronis

seperti ini. Mereka mengatakan pasrah walaupun memang berat awalnya yang

membuat mereka banyak yang berhenti dari pekerjaannya karena kondisinya

yang sekarang ini.

Sedangkan responden dengan persentase 30,5% mengalami depresi

sedang, menurut asumsi peneliti dapat disebabkan karena usia responden yang

masih produktif dan tidak bekerja serta tidak dapat beraktivitas seperti

biasanya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden

merupakan laki-laki yaitu sebanyak 48 responden (58,5%). Usia 46-55 tahun

merupakan usia produktif bagi laki-laki yang dimana berperan sebagai kepala

rumah tangga untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Dengan adanya

penyakit gagal ginjal kronik yang menyebabkan responden tidak dapat lagi

bekerja karena kondisi komplikasi seperti sesak nafas, dan kelemahan.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dlakukan Atikah

(2017) yang menyatakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi depresi

adalah pekerjaan dan jenis kelamin, kondisi sosial ekonomi juga memainkan

peranan penting pada terjadinya depresi pada pasien yang menjalani

lxxxiv
hemodialisis. Sedangkan kejadian depresi terbanyak dapat terjadi pada laki-laki

yang dikaitkan dengan peran laki-laki sebagai tulang punggung dan sumber

utama pencari nafkah, maka laki-laki akan kehilangan rasa ketidaktergantungan

dan juga kehilangan kekuatan.

Responden yang tidak mengalami depresi terdapat 21 responden (25,6%)

menurut asumsi peneliti responden yang tidak mengalami depresi karena sudah

mulai menerima segala kondisinya sekarang, mereka sudah pasrah dengan apa

yang dialami dan tidak takut untuk menjalani masa yang akan datang karena

mereka juga tidak bekerja dan tidak ada yang dipikirkan lagi karena usia sudah

tidak produktif. Mereka juga mengatakan jarang mengeluh dan bersedih hati

karena tidak akan menyelesaikan masalah.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Elizabeth (2015)

mendapatkan hasil bahwa responden yang telah lama dalam menjalani

hemodialisa cenderung memiliki tingkat depresi minimal dibandingkan

responden yang baru menjalani hemodialisa, maka seseorang akan lebih adaptif

dengan alat maupun tindakan hemodialisis. Pasien yang sudah lama menjalani

hemodialisa kemungkinan sudah dalam fase penerimaan, sehingga tingkat

depresinya lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang baru menjalani

hemodialisa. Pertama kali pasien didiagnosa harus menjalani dialisis jangka

panjang, pasien merasa khawatir atas kondisi sakit serta pengobatan jangka

panjangnya.

Hasil penelitian diatas juga sesuai dengan hasil penelitian Gusti (2015).

Hubungan dukungan sosial keluarga dengan tingkat depresi menunjukkan

lxxxv
bahwa 83,7% reponden tidak depresi dengan dukungan keluarga baik dan

sebanyak 16,3% responden mengalami depresi ringan dengan dukungan

keluarga baik serta tidak ada responden yang mengalami depresi sedang dan

berat. Dari hasil penelitian Gusti (2015) sebagian besar responden tidak depresi

dan memiliki dukungan keluarga yang baik, tidak lepas dari faktor-faktor lain

selain keluarga seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan serta

lama menjalani hemodialisa. Ditambah dengan penelitian Fitrianasari (2017),

tentang pengaruh dukungan keluarga terhadap tingkat depresi pasien CKD

stadium 5 didapatkan hasil, bahwa 21 atau (70%) responden menyatakan

memiliki dukungan keluarga baik dengan mayoritas tingkat depresi ringan dan

9 atau (30%) responden dengan dukungan keluarga buruk yang mayoritas

memiliki tingkat depresi sedang dan buruk.

Menurut penelitian Vasilios (2012) mengatakan bahwa psikologis yang

sering dialami pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa adalah

depresi. Hal ini dikarenakan pasien hemodialisa mengalami banyak perubahan

dalam kehidupan sehari-harinya, seperti penurunan kemampuan fisik,

keharusan menjalani pengobatan secara rutin, perubahan pola makan dan gaya

hidup, serta perubahan kehidupan sosial. Perubahan-perubahan ini merupakan

stressor yang mengharuskan individu untuk menyesuaikan diri dengan keadaan

dirinya saat ini.

lxxxvi
C. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Pasien

Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUD Kabupaten

Semarang.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan ada hubungan tdukungan

keluarga dengan tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisa di RSUD Kabupaten Semarang. Hal ini dapat dilihat pada

sebagian besar pasien yang mengalami depresi minimal/tidak depresi

mendapatkan dukungan keluarga baik yaitu sebanyak 14 responden (32,6%),

dan pasien yang mengalami depresi ringan mendapatkan dukungan keluarga

baik sebanyak 22 responden (51,2%) serta pasien yang mengalami depresi

sedang mendapatkan dukungan keluarga baik sebanyak 7 responden (16,3%),

jadi total keseluruhan pasien yang mendapatkan dukungan keluarga baik

sebanyak 43 reponden (52,5%).

Menurut Smith (2010), memiliki system dukungan keluarga yang kuat dan

tepat mampu mempercepat pemulihan dari episode depresi. Support system

dari lingkungan terutama lingkungan keluarga sangat dibutuhkan oleh pasien.

Dukungan keluarga merupakan suatu bentuk perhatian, dorongan yang

didapatkan individu melalui hubungan interpersonal yang meliputi perhatian,

emosional, penghargaan serta informasi. Dampak positif dari dukungan

keluarga adalah meningkatkan penyesuaian diri seseorang terhadap kejadian-

kejadian dalam kehidupan. Sebab dukungan yang tepat dapat membantu pasien

dalam menghadapi depresi, demikian sebaliknya dukungan yang tidak tepat

lxxxvii
dapat menimbulkan depresi yang baru dan akan terakumulasi sehingga

memperburuk keadaan.

Pasien yang mendapat dukungan baik dari keluarga namun mengalami

depresi sedang menurut asumsi peneliti dapat disebabkan oleh masalah

finansialnya karena sebagian besar responden berhenti bekerja karena

penyakitnya yang sekarang atau bahkan ada yang tidak bekerja. Serta sebagian

reponden banyak yang memiliki penyakit komplikasi seperti diabetes mellitus,

sesak nafas, dan hipertensi. Faktor ekonomi juga menjadi salah satu faktor

yang berpengaruh, sebagian besar pasien adalah laki-laki yaitu sebanyak 48

responden (58,5%) dimana berperan sebagai kepala keluarga yang seharusnya

mencari nafkah namun dengan kondisinya yang sekarang responden tidak

mampu bekerja.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keluarga responden sangat

memperhatikan dan peduli pada kondisi anggota keluarganya yang menjalani

hemodialisis. Responden yang mendapatkan dukungan keluarga baik

menunjukkan bahwa keluarga menyadari pasien sangat membutuhkan

kehadiran keluarga. Hal ini sesuai dengan penelitian Yuliana (2015) yang

menyatakan bahwa keluarga sebagai orang terdekat pasien yang selalu siap

memberikan dukungan moril maupun materi yang dapat berupa informasi,

perhatian, bantuan nyata dan pujian bagi klien sehingga responden merasa

terkurangi bebannya dalam menjalani pengobatan.

Penelitian Darsini (2016) mengatakan dari 30 responden 12 responden

(40%) yang mengalami depresi ringan semuanya memperoleh dukungan

lxxxviii
keluarga baik, 12 responden (40%) pasien yang mengalami depresi sedang

semuanya memperoleh dukungan keluarga cukup, 3 responden (10%) yang

mengalami depresi berat semuanya memperoleh dukungan cukup sedangkan 3

responden (10%) yang tidak mengalami depresi semuanya memperoleh

dukungan keluarga baik. Responden dan keluarga cukup memahami akan

pentingnya dukungan, perawatan kesehatan, keluarga mampu menciptakan

kondisi yang nyaman, memberikan motivasi dan menerima keadaan responden

yang mengalami masalah kesehatan kronis.

D. Keterbatasan Penelitian

Beberapa keterbatasan penelitian antara lain:

1. Pengambilan data dukungan keluarga dan depresi hanya dilakukan 1 kali

sedangkan dukungan keluarga dan depresi dapat berubah mengikuti kondisi

yang dipengaruhi oleh faktor lain.

2. Reponden penelitian yang heterogen berdasarkan lama menjalani

hemodialisis, dan jumlah hemodialisi tiap minggu

lxxxix
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Dukungan keluarga yag diterima Pasien Gagal Ginjal Kronik yang

menjalani Hemodialisa di RSUD Kabupaten Semarang terdapat 52,4%

responden mendapatkan dukungan keluarga baik.

2. Tingkat depresi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani

Hemodialisa di RSUD Kabuaten Semarang menunjukkan bahwa sebanyak

36 responden atau 43,9% mengalami depresi ringan.

3. Ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada pasien

gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Semarang (p value 0,008 < 0,05). Semakin baik

dukungan keluarga yang diberikan maka semakin ringan tingkat depresi

pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD

Kabupaten Semarang.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian, maka peneliti

memberikan saran sebagai berikut:

xc
1. Bagi pasien dan Masyarakat

Perlunya pengelolaan tingkat depresi secara baik dengan melibatkan

anggota keluarga untuk mencegah akibat dari depresi dan tetap

melaksanakan hemodialisa secara teratur

2. Bagi rumah sakit

Perlunya kelas pendidikan kesehatan bagi keluarga pasien selama mereka

menunggu hemodialisis bagi anggota keluarganya, sehingga kedatangan

keluarganya ke rumah sakit bukan hanya sekedar mengantarkan pasien

menjalani hemodialisis.

3. Bagi institusi pendidikan

Memberikan mahasiswa dengan konsep dan aplikasi pengelolaan

dukungan keluarga dan depresi bagi masyarakat. Mengembangkan

keilmuan secara mendalam yang berhubungan dengan dukungan keluarga

dengan tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisa.

4. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melibatkan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap kejadian depresi pada pasien yang menjalani

hemodialisis. Meningkatkan hasil penelitian dengan mengendalikan

variabel lain yang mempengaruhi penelitian ini misalnya dengan

menambah variabel penelitian diantaranya mekanisme koping serta citra

tubuh pada pasien hemodialisis sehingga diperoleh hasil penelitian yang

lebih lengkap.

xci
DAFTAR PUSTAKA

Arif , K. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:


Salemba Medika.

Aspuah, S. 2013. Kumpulan Kuesioner dan Instrumen Penelitian Kesehatan Edisi


1. Yogyakarta: Nuha Medika.

Azizah, M. L. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Bohra, B. M. H., & Novak, M. 2015. Depression in Patients with Chronic Kidney
Disease, 25(3).

Black, J. M & Hawks,J.H. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta:


PT.Salemba Medika

Curtis, J., Roshto, B., & Roshto, B. 2008. Principles Of Dialysis. Dalam Core
Curriculum For The Dialysis Technician (hal. 77-80). Medison: Medical
Education Institute inc.

Di, K., Prof, R., Manado, R. D. K., Sompie, E. M., & Kaunang, T. M. D. (2015).
Hubungan Antara Lama Menjalani Hemodialisis Dengan Depresi Pada
Pasien Dengan Penyakit Ginjal, 3(April), 3–7.

Fitrianasari, D. L., Tyaswati, J. E., Srisurani, I., & Astuti, W. (2017). Pengaruh
Dukungan Keluarga terhadap Tingkat Depresi Pasien Chronic Kidney
Disease Stadium 5D yang Menjalani Hemodialisis di RSD dr . Soebandi
Jember Kidney Disease Stage 5D Patient ’ s during Hemodialysis at dr .
Soebandi Hospital Jember ), 5(1), 164–168.

Friedman, MM, Bowden, V.R, & Jones, E.G. (2010). Buku Ajar Keperawatan
Keluarga: Riset, teori, dan praktik, alih bahasa, Akhir Yani S. Hamid dkk;
Ed 5. Jakarta : EGC.

Friedman, M. 2014. Buku Ajar Keperawatan keluarga: Riset, Teori, dan Praktek.
Edisi ke-5. Jakarta: EGC.

Hawari, D. 2011. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Edisi Kedua. Jakarta.
Penerbit FKUI.

Hudak, G. 2010. Keperawatan Kritis Edisi 6.Jakarta; EGC.

Ilmiah, J., Indonesia, K., Studi, P., Ners, P., Faletehan, S., Program, S., … Email,
B. (2017). Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kejadian Depresi
pada Penderita Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialisa

xcii
di RSUD dr. Dradjat Prawiranegara Serang, 1(1), 1–12.
Kaplan, HI, Saddock, BJ & Grabb, JA. 2010. Kaplan -Sadock Sinopsis Psikiatri
Ilmu Pengetahuan Prilaku Psikiatri Klinis. Tangerang : Bina Rupa Aksara.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). 2016. Ministry Of


Health republic of Indonesia. Diakses: Rabu 09 Maret 2016.
file:///C:/Users/MUNIFAH/Downloads/Kementerian%20Kesehatan%20Rep
ublik%20Indonesia.htm

Kusumanto, R. (2010). Depresi, Suatu Problema Diagnosa dan Terapi pada


Praktek Umum. Jakarta: Yayasan Dharma Graha.

Lubis, Namora Lumongga. 2009. Depresi :Tinjauan Psikologis. Jakarta :Kencana


Prenada Media Group

Nasir, Abdul dan, Abdul,Muhith. 2011. Dasar-dasar Keperawatan Jiwa, Pengantar


dan Teori. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Parasari, G. A. T., & Lestari, M. D. (2015). Hubungan dukungan sosial keluarga


dengan tingkat depresi pada lansia di Kelurahan Sading. Jurnal Psikologi
Udayana, 2(1), 68–77.
Ratna. 2010. Sosiologi dan Antropologi Kesehatan Ditinjau dari Ilmu
Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Rihama.

Report of Indonesian Renal Registry. (2014). Program Indonesian Renal Registry


diambil melalui
http://www.indonesianrenalregistry.org/data/INDONESIAN%20RENAL%2
0REGISTRY%201014.pdf.

Revicki, Chen, Frank, Feltner, & Morlock, (2010)(Obeid, Abi Elias Hallit,
Haddad, Hany, & Hallit, 2018)Obeid, S., Abi Elias Hallit, C., Haddad, C.,
Hany, Z., & Hallit, S. (2018). Validation of the Hamilton Depression Rating
Scale (HDRS) and sociodemographic factors associated with Lebanese
depressed patients. Encephale. https://doi.org/10.1016/j.encep.2017.10.010
Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 2013. Diakses: 19 Oktober 2014, dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%
20 2013.pdf.

xciii
Ristiyowati. 2015. Hubungan Konsep Diri dengan Tingkat Depresi pada Pasien
Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Program Hemodialisa di RSUD
Tugurejo Semarang.

Saam, Zulfan & Wahyuni, Sri. 2012. Psikologi Keperawatan. Jakarta:


RajaGrafindo Persada.

Santoso & Ismail, A. 2009. Memahami Krisis Bagi Lansia. BPK Gunung Mulia,
Jakarta.

Saputri, M & Indrawati, E. 2011.Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan


Depresi Pada Lanjut Usia Yang Tinggal Di Panti Wredha Wening Wardoyo
Jawa Tengah. Jurnal Psikologi Undip Vol. 9, No. 1, April 2011.
www.ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/.../2592.Diakses20 November
2012.Semarang :Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.

Sari, E. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien


Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa.

Setiadi. 2008. Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Smeltzer & Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta:
EGC.

Smeltzer, S.C. Bare, B.G. Hinkle, J. L & Cheever, K. H. (2010), Brunner &
suddarth’s Textbook of medical surgical nursing. 11th edition. Philadelphia :
Lippincott Williams & Wilkins.

Smith Melinda, dkk. 2010. Expert, Adfree Resource Help You Resolve health
challenges, (http:helpguide.org), diakses 3 Januari 2011

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung.


Alfabeta.

Suharyanto, T. (2009). asuhan keperawatan pada klien dengan gangguansistem


perkemihan. jakarta: CV.Trans Info Media.

Sujarweni, V. 2014. Metodologi Penelitian Keperawatan Edisi 1. Yogyakarta :


Gava Medika.

Tamher, S. & Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan


Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Vasilios K, Vasilios K, Depression in Patients with CKD: A Person Centered


Approach. Journal Psychol Psychother. 2012;S3(002): 1-5.

xciv
Wijaya. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: Nuha Medika

Yosep I. 2014. Buku ajar keperawatan jiwa. Edisi Keenam. Bandung: Refika
Aditama.

Yuliana. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Pembatasan Cairan


pada Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Terapi Hemodialisis di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah. 2015.

Zulmeli. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien


Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru. Skripsi tidak dipublikasikan.

xcv
LAMPIRAN

xcvi
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

No Kegiatan Bulan
September Oktober November Desember Januari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan judul
2 Proses bimbingan proposal
3 Acc proposal
4 Sidang proposal penelitian
5 Revisi proposal penelitian
6 Pelaksanaan penelitian
7 Pengolahan hasil penelitian
8 Sidang hasil penelitian
9 Perbaikan dan pengumpulan skripsi

97
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Calon Responden Penelitian
Di tempat

Sehubungan dengan penyusunan proposal penelitian yang digunakan


sebagai salah satu syarat untuk memperoleh derajat Program Studi S1
Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo Ungaran, maka
saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Munifah
NIM : 010114a072

Judul Penelitian : Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi


pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani
Hemodialisa di RSUD Kabupaten Semarang

Dengan segala kerendahan hati mohon kesediaan anda untuk menjadi


responden dalam penelitian ini. Besarnya harapan saya apabila anda bersedia
menjadi responden dalam penelitian ini. Jawaban anda sangat dibutuhkan sebagai
data penelitian, semata-mata untuk kepentingan ilmu pengetahuan tidak ada
maksud lain. Identitas yang telah anda berikan akan saya jaga sebaik-baiknya.
Demikian atas kesediaan dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.

Ungaran, Februari 2018


Peneliti

( Munifah )

10
LEMBAR PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN

Judul penelitian : Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi

pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani


Hemodialisa di RSUD Kabupaten Semarang
Tujuan penelitian : Untuk menganalisa hubungan dukungan keluarga dengan

tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang


menjalani hemodialisa
Peneliti : Munifah

Peneliti telah menjelaskan tentang penelitian yang sedang dilaksanakan


oleh peneliti dan peneliti meminta kesediaan untuk menjadi responden dalam
penelitiannya.

Tanda tangan di bawah ini menunjukkan bahwa saya telah diberi informasi
tentang penelitian ini. Saya mengerti bahwa catatan penelitian ini akan
dirahasiakan dan dijamin selegal mungkin. Semua berkas yang mencantumkan
identitas dan semua jawaban yang berkaitan hanya digunakan untuk keperluan
pengolahan data.

Saya memahami bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negatif terhadap
diri saya, oleh karena itu secara sukarela dan tidak ada paksaan dari pihak
manapun, saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

Ungaran, Februari 2018

Responden

11
PEDOMAN KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI
PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI
HEMODIALISA DI RSUD KABUPATEN SEMARANG

Petunjuk pengisian:
Mohon dijawab semua pertanyaan dengan memberi tanda (√) pada jawaban yang
sesui dengan keadaan Saudara.

Bagian A
Karakteristik Responden:
Nama Responden :………………….
Umur Responden saat ini:………………….
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
Pendidikan Terakhir:
1. SD 3. SMA 5. SARJANA

2. SMP 4. Diploma

Status perkawinan:
1. Kawin 3. Janda

2. Belum kawin 4. Duda

12
KUESIONER HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS)

Petunjuk pengisian :
Untuk setiap nomor di bawah ini, pilihlah atau beri tanda (√) keadaan yang
paling tepat menggambarkan tentang anda

1. Saya merasa putus asa dan kecewa seperti depresi (Mood depresi )
0 = tidak ada
1 = kesedihan dan lain-lain
2 = kadang-kadang menangis
3 = sering menangis
4 = gejala ekstrim

2. Saya merasa diri saya bersalah (Perasaan bersalah)


0 = tidak ada
1 = menyalahkan diri, merasa telah menyalahkan orang lain
2 = pemikiran tentang rasa bersalah
3 = penyakit yang sekarang adalah hukuman, delusi rasa bersalah
4 = halusinasi rasa bersalah

3. Saya merasa hidup saya sudah tidak berarti (Bunuh diri)


0 = tidak ada
1 = merasa bersalah tidak berarti untuk hidup
2 = ingin mati
3 = pemikiran atau gerak-gerik untuk bunuh diri
4 = percobaan bunuh diri

4. Saya merasa tidak bisa tidur (Insomnia- inisial)


0 = tidak ada
1 = kadang-kadang
2 = sering

5. Saya merasa tidak mampu untuk mempertahankan tidur atau bangun saat tidur
(Insomnia-pertengahan)
0 = tidak ada
1 = kadang-kadang
2 = sering

6. Saya merasa ada gangguan saat tidur seperti yang ditandai dengan bangun
secara awal dan tidak bisa tidur lagi (Insomnia-tertunda)
0 = tidak ada
1 = kadang-kadang
2 = sering

13
7. Saya merasa tidak mampu serta kehilangan minat dalam beraktivitas
0 = tidak ada kesulitan
1 = merasa tidak mampu, lelah, ragu-ragu dan fluktusi atau tidak stabil
2 = kehilangan minat pada hobi, penurunan aktifitas sosial
3 = penurunan produktifitas
4 = tidak dapat bekerja, berhenti bekerja karena penyakit yang sekarang

8. Saya merasa ada penurunan fungsi kecerdasan/intelektual dalam diri saya


(Retardasi)
0 = tidak ada
1 = retardasi/ketidakmampuan samar saat wawancara
2 = retardasi/ketidakmampuan jelas saat wawancara
3 = penurunan produktivitas
4 = tidak dapat bekerja, berhenti bekerja karena penyakitnya sekarang

9. Saya merasa diri saya cepat tersinggung dan perasaan cepat dikejar (Agitasi)
0 = tidak ada
1 = kadang-kadang
2 = sering

10. Saya merasa ada gangguan kecemasan dalam diri saya (Anxiety-psikologis)
0 = tidak ada kesulitan
1 = tekanan dan temperamental/sensitif
2 = cemas terhadap permasalahan kecil
3 = perilaku cemas
4 = ketakutan

11. Saya merasa ada gangguan kecemasan yang berkepanjangan (Anxiety-


somatic)
0 = tidak ada
1 = ringan
2 = sedang
3 = parah
4 = melemah atau tidak dapat mengkapasitasi

12. Saya merasa ada gejala nyeri seperti mual, muntah dan kembung dalam diri
saya (Gejala somatis-gastrointestinal)
0 = tidak ada
1 = ringan
2 = berat

13. Saya merasa diri saya cepat lelah serta sakit kepala (Gejala somatis-umum)
0 = tidak ada
1 = ringan
2 = berat

14
14. Saya merasa kesakitan seperti rasa sakit saat melakukan aktivitas seksual
(Gejala genetalia)
0 = tidak ada
1 = ringan
2 = berat

15. Saya merasa ketakutan atau berkeyakinan bahwa saya memiliki penyakit yang
serius (Hipokondriasis)
0 = tidak ada
1 = orientasi dalam memperhatikan diri sendiri
2 = obsesi terhadap kesehatan
3 = perilaku agresif
4 = keterpakuan pada ketakutan terhadap penyakit yang dimiliki (delusi
hipokondriasis)

16. Saya merasa kehilangan berat badan


0 = tidak ada penurunan
1 = samar-samar sedikit
2 = jelas atau parah

17. Saya merasa kehilangan pendekatan atau pemahaman


0 = tidak ada kekurangan
1 = tidak kekurangan sebagian atau merugikan
2 = kehilangan pemahaman

15
KUESIONER DUKUNGAN KELUARGA

Nama Initial :
Umur :
Jenis Kelamin :

Petunjuk pengisian :
Beri tanda () pada kolom jawaban yang tersedia sesuai dengan situasi dan
kondisi yang anda alami, dimana:
TP : Tidak Pernah (Keluarga tidak pernah menemani atau memberikan
dukungan pada pasien)
KD : Kadang-Kadang (Keluarga kadang-kadang hanya menemani atau tidak
memberikan dukungan pada pasien)
SR : Sering ( Keluarga sering menemani saja atau memberikan dukungan
pada pasien selama tindakan hemodialisa 1x dalam 1 minggu)
SL : Selalu ( Keluarga selalu menemani atau memberikan dukungan pada
pasien selama tindakan hemodialisa 1-2x dalam 1 minggu

No Pertanyaan TP KD SR SL
1 Keluarga mau mendengarkan keluh kesah saya tentang
penyakit yang saya derita
2 Keluarga memberikan saya dukungan serta semangat untuk
terus berjuang dalam melawan penyakit yang saya derita
3 Keluarga memberikan semangat kepada saya untuk tetap
menjalani terapi hemodialisa secara teratur
4 Keluarga hanya mendengarkan keluh kesah saya tanpa
memberikan respon apapun untuk menyemangati saya
5 Keluarga mengatakan kepada saya kalau mereka bosan
mendengarkan keluh kesah saya
6 Keluarga memuji saya saat saya mampu mengatasi
keputusasaan yang saya alami
7 Keluarga memberikan saya semangat untuk terus minum obat
agar cepat sembuh
8 Keluarga membantu saya agar saya selalu berfikir ke hal-hal
yang positif
9 Keluarga memberikan dukungan untuk tetap berserah diri
kepada Tuhan
10 Keluarga menyediakan obat-obatan yang saya butuhkan
11 Keluarga mendampingi saya ketika saya sedang menjalani
program hemodialisa di rumah sakit
12 Keluarga tidak tahu jadwal hemodialisa saya kalau tidak saya
yang mengingatkan
13 Keluarga memberikan saya informasi kesehatan yang saya
butuhkan

16
14 Keluarga menasihati saya jika saya tidak minum obat dan
menaati diet
15 Saya berfikir sendiri dalam menangani masalah kesehatan
saya tanpa bantuan keluarga saya
16 Saya mendapatkan saran dan ide mengenai informasi dan
fasilitas yang saya butuhkan dari keluarga saya

17

Anda mungkin juga menyukai