Anda di halaman 1dari 11

BAGIAN I

AWAL PERJALANAN

Cinta sebagai Agama

Pada zaman dahulu, hidup seorang penggembala yang tidak ppunya uang dan harta, akan
tetappi memiliki hati yang lembut dan ikhlas. Penggembala tersebut mencari-cari keberadaan
tuhan agar penggembala tersebut bisa menghambakan dirinya. Suatu hari nabi Musa a.s melewati
padang penggembala tersebut menuju perjalanan ke kota. Ia memperhatikan sang gembala yang
sedang duduk ditenngah ternaknya dengan kepala yang menongak ke langit. Ia menyapa tuhan,
menanyakan keberadaan tuhan dan keingan dia untuk menghambakan diri seperti menyisir
rambut tuhan dan mencium kaki tuhan. Nabi Musa mendekati penggembala dan bertanya kepada
sang gembala dengan siapa ia berbicara. Sang penggembala menjelaskan bahwa ia sedang
berbicara dengan tuhan. Nabi Musa murka mendengan jawaban tersebut dan ia langsung berkata
bahwa apa yang penggembala bicarakan adalah termasuk kekafiran dan tuhan akan menghukum
seluruh umat manusiaakibat dosa penggembala tersebut. Penggembala pun langsung bergetar
ketakutan dan air matanya pun membasahi ppinya. Kemudian nabi Musa menyuruh sang
gembala tersebut untuk pergi dan meminta maaf atas apa yang ia ucapkan kepada tuhan. Sang
penggembala pun menyadari akan kata-katanya yang kasar dan ia langsung pergi meninggalkan
ternaknya menuju padang pasir.

Ketika nabi Musa melanjutkan perjalanan dengan perasaan bahagi, Allah menegur nabi
Musa yang telah berbicara sang gembala tentang kata-kata yang penggembala katakana untuk
tuuhan. Tuhan menegur nabi musa bahwa”mereka yang terikat basa-basi bukanlah mereka yang
terikat dengan cinta, dan umat beragama bukanlah umat yang mengikut cinta. Karena cinta tidak
mempunyai agama selain kekasihnya sendiri, nabi musa pun langsung menyadari akna
kesalahannya dan mencari sang gembala. Ia mencari-cari keberadaan sang gembala hingga
akhirnya nabi musa bertemu dengan sang gembala di dekat mata air dengan pakain yang
compang-camping dan rambutnya kusut masai. Nabi Musa berkata kepada sang gembala ada
pesan penting yaitu tuhan berfirman bahwa tidak diperlukan kata-kata indah untuk berbicara
kepada tuhan. Lalu sang gembala menjawab bahwa hatinya sekarang sudah dipenuhi kehadiran
tuhandan ia tidak dapat menjelaskan keadaannnya. Kemudian sang gembala pergi dan
meninggalkan nabi musa. Dari kisah ini kita belajar bahwa untuk bisa mendekatkan kepada
Allah tidak diperlukan kecerdasan yang tinggi atau ilmu yang snagat mendalam. Salah satu cara
untk mendekatkan kepada Allah adalah hati yang bersih dan tulus. Nabi Saw bersabda”
sesungguhnya tuhan tidak memerhatikan bentuk-bentuk luar kamu, yang tuhan perhatikan adalah
hati kamu.

Keberagaman yang Tulus, Keberagaman Sejati

Dalam kitab Matsnawi, Jalaludin Rumi bercerita bahwa pada zaman dahulu ada seorang
muazin yang bersuara jelek di negeri kafir. Muazin tersebut membuat seorang non muslim
mengucapkan terimakasih karena berkat suara muazin yang jelek tersebut anaknya tidak ingin
masuk islam yang tadinya ia ingin masuk islam akan tetpai setelah mendengar suara muazin
ketika sedang adzan yang nembus gereja anak seorang non muslim itu langsung tidak mau
masuk islam. dari cerita tersebut Jalaluddin Rumi mengatakan bahwa keimanan kaum wahai
muslim hanyalah kemunafikan dan kepalsuan. Seperti ajkan azan itu, yang lalih-alih membawa
orang ke jalan yang lurus malah mencegah orang dari jalan kebenaran. Betapa banyak
penyesalan masuk ke dalam hatiku dan betpa banyaknya kekaguman karena iman dan ketulusan
Bayazid Al-Bustami. Bayazid Al-Bustami adalah seorang tokkoh sufi yang merintis jalan
kesucian dan memberikan kepada tuhan seluruh ketulusan imannya. Rumi mebedakan kesalehan
atau keberagaman menjadi dua macam. Kesalehan yang pertama adalah kesalehan pulasan.
Kesalehan yang kedua adalah kesalehan Bayazid Al-Bustami. Kesalehan ini menekankan
pentingnya memelihan lahiriah agama dengan tidak melupakan segi-segi batiniah dan tujuan-
tujuan keberagaman itu. Jalaluddin Rumi mengingatkan kita bahwa keberagaman yang tulus
betapapun kecilnya mampu mengubah dunnia. Akan tetapi keberagaman yang tidak tulus,
betapapun besarnya tidak akan berdampak apa-apa kecuali hanya menjauhkan orang dari ajaran
islam yang sebenarnya.

Pelajaran Mencinta

Jika target kita dalam hidup adalah untuk memperoleh kecintaan sesama manusia, kita
akan selalu menemui kekecewaan. Hal ini disebabkan kecintaan makhluk itu bersifat sangat
sementara atau temporer. Selama ini kita diajari bahwa proses mencintai itu bukanlah proses
pembelajaran, melainkan peorses kecelakaan. Kita mengenal istilah jatuh cinta bukannya belajar
mencinta. Disebut jatuh karena kita menganggap mencintai adalah suatu kecelakaan yang tidak
direncanakan sebelumnya. Nilai tasawuf yang paling penting adalah kecintaan kepada Allah Swt.
Mulailah kita belajar mencintai Allah dengan mencintai Rasulnya dan belajar emncinta Rasulnya
dengan mencintai Ahlul Bait Nabi. Jika kita ingin berhasil mencintai Ahlul Bait belajarlah
dengan mencintai kaum fakir miskin.

Yang Tidak Dicintai Tuhan

Pertama, mu’tadin yaitu orang-orang yang melakukan sesuatu dengan melewati batas.
Dalam al-qur’an disebutkan, perangilah orang yang memerangi kamu. Janganlah kamu melewati
batas. Sesungguhnya allah tidak mencintai orang yang melewati batas. (QS Al-Baqarah : 190).

Kedua, dalam Al-Qur’an, diantara orang-orang yang tidak dicintai Allah adalah orang –
orang yang berlebihan. Ayat ini berkenaan dengan perintah makan dan minum : makan dan
minumlah kamu, tapi jangan berlebih-lebihan karena Allah tidak suka kepada orang yang
berlebih-lebihan (QS Al-A’raf [7] : 31).

Ketiga diantara orang yang tidak dicintai Allah dalam al-qur’an adalalh orang-orang yang
zalim.
Keempat, Allah juga tidak mencintai orang-orang yang sombong, pongah dan suka
membanggakan diri. Janganlah kamu palingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
semua orang yang sombong lagi membanggakan diri. Berjalanlah kamu dengan rendah hati dan
rendahkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruknya suara adalah suara kedelai (QS
Luqman [13] : 18-19)

Hadis Tentang Cinta Illahi

Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim “tidak beriman kamu sebelum aku
(Rasulullah) lebih dicintai daripada keluargamu, hartamu, dan seluruh umat manusia”. Sumber
cinta yang pertama adalah Allah, kemudian kita mencintai siapa yang dicintai Allah, termasuk
rasul-Nya, dan mencintai apa yang dicinta oleh pecinta Allah termasuk Ahlul Baitnya. Karena
itu, doa yang biasa kit abaca adalah: “ya Allah, aku mohonkan kepada- Mu cinta-Mu dan
mencintai orang-orang yang mencintai-Mu dan mencintai setiap amal yang membawa kami
dekat-Mu. Rasulullah Saw bersabda”kalau kita mencintai saudara kita, ungkaplah kecintaan itu.

Salah satu risiko besar dari kecintaan adalah hilangnya ego dan keakuan kiita. Rasulullah
Saw bersabda”siap-siaplah menghadapi kemiskinan dan ujian.” Nabi Saw bersabda” Apabila
Allah mencintai seorang hamba dari umatku. Allah menanamkan pada hati makhluk pilihan-Nya
dan arwah para malaikat-Nya dan penghuni Arasynya kecintaan-Nya sehingga mereka
mencintai-Nya. Itulah pencinta sejati. Berbahagialah ia, berbahagialah ia di sisi Allah, ia
memiliki syafaat di Hari Kiamat.”

Berdo’a dengan Bisikan Cinta

Doa adalah suatu bentuk percakakpan antara seorang hamba kepada Tuhan, antara
seorang kekasih kepada yang dikasihnya. Kata doa berasal dari kaoat da’a, yad’u, du’a’an atau
da’watan yang berarti undangan, seruan atua panggilan.

Adab Berdo’a

Adab ketika kita berdo’a kepada Allah sama halnya dengan adab kita ketika berbicara dengan
sesama manusia. Waktu kita bercakap-cakap dengan orang lain, kita selalu memusatkan
perhatian kita kepadanya dan tidak melirik ke kiri dan ke kanan. Namun ketika kita bermunajat
kepada Allah Swt, perthatian tidak kita curahkan kepada-Nya, pikiran kita melayang kepada
makhluk-makhluk yang lain. Kita lupa pada sang khalik yang kita hadapi.

Adab lain ketika berdo’a adalah dengan tidak meminta hal-hal yang sangat spesifik; tidak
mendikte tuhan bahwa itulah hal yang paling baik kita.

Tingkatan Doa
Doa dalam tingkatannya paling rendah adalah do’a-do’a orang awam. Doa ini ditandai dengan
rangkaian perintah kepada tuhan. biasanya doa ini berisi permintaan kita agar diberi sesuatu.

Tingkatan selanjutnya adalah doa yang berbunyi”ya Allah, sesungguhnya aku mohon
kepadamu surge dan berlindung kepadamu dari api neraka”. Lebih tinggi lagitingkatannya adalah
doa yang berbunyi”ya Allah, sesungguhnya akku berlindung dengan ridha-Mu dari murka-Mu”

Doa pada tingkat berikutnya berisi pengakuan akan kehinaan dan kekecilan diri kita.
Tingkatan doa yang paling tinggi adalah doa yang merupkaan bisikan-bisikan cinta dari seorang
kekasih kepada yang dikasihinya. Doa itu merupakan rayuan pecinta kepada sang tercinta agar
dia memllihara cinta-nya.

Berlarilah Menuju Allah

Al-qur’an tidak menyuruh kita untuk berjalan, tetapi ia bhakan memerintahkan kita
berlari kepada-Nya. Hidup terlalu singkat untuk diisi dengan pergi menuju tuhan dengan cara
berjalan. Kita harus berlari sebelum waktu kita di dunia habis dan berakhir.

Berulang-ulang Allah mengingatkan kita untuk megikuti jalan orang yang kembali
kepada-Nya. Menurut para sufi, jalan yang dimaksud adalah jalan tasawuf. Karena para sufilah
yang kembali kepada Allah. Salah satu jalan kepada Allah itu adalah dengan menyucikan diri
meninggalkan unsur tanah kita untuk menyerap sifat-sifat Allah.

Kita slalu berpikir akan kepentingan peribadi semata. Jika kita beribadah, itu pun
dilakukan dalam konteks kepentingan diri kita. Kita sedekah untuk menolak bencana demi
keselamatan diri kita. Kita menunaikan shalat agar terhindar dari neraka dan mengharapkan
pahala. Kita menjual ibadah kita untuk ditukar dengan pahala. Dalam ibadah, kita
mengutamakan kepentingan pribadi kita. Hal ini berbeda dengan para sufi. Mereka berupaya
keluar dari “rumah” mereka. Mereka beribadah bukan karena mengharapkan pahala, melainkan
karena rasa terima kasih kepada-Nya. Mereka merasa berutang budi atas segala anugerah Allah
kepada mereka. Itulah ibadah yang sesungguhnya hubungan sufi dengan tuhannya bukalah
hubungan bisnis, melainkan hubungan cinta. Allah Swt berfirman”Diantara manusia ada orang-
orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah. Mereka mencintainya sama seperti
mereka mencintai Allah. Sementara orang-orang yang beriman sangat mencintai Allah“ (QS Al-
Baqarah [2] : 165)

BAGIAN II

SETELAH MEMULAI PERJALANAN

Meninggalkan Perbedaan

Tidaklah mungkin bagi kita untuk membuat semua orang berpendapat sama tentang cara
bagaimana menjalankan keberadaan yang benar. Banyaknya mengatakan ikhtilaf dalam agama
akan segera berakhir jika kita kembali pada Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah Saw. Mereka lupa
bahwa ketika para ulama kembali merujuk pada Al-Qur’an dan sunnah, disitulah mulai
perdebatan.

Secara sederhana, semua ini mengajari kita untuk tidak menilai keberagaman seseorang
dari pendapatnya yang bermacam-macam, tetapi dari amal shaleh yang dia lakukan. Bukanlah
dalam Al-Qur’an, Allah Swt berfirman “dan masing-masing orang memperoleh derajat yang
sesuai dengan amalnya” (QS Al-An’am [6] :132)

Jihad yang Paling Utama

sebelum berjihad dengan berperang di medan pertempuran, kita harus


mempertimbangkan beberapa hal. Pertama, kita harus memilih berbagi macam alternative jihad.
Kita harus mendahulukan jihad untuk membela dan memenuhi hak keluarga, tetangga dan orang-
orang yang terdekat dengan kita. Kita harus memutuskan berdasarkan skala proiritas.

Kedua, jika dua macam jihad terjadi pada saat bersamaan, kita harus menggunakan
prinsip istihsan. Pilih yang ada gantinya diatas yang tidak ada gantinya. Selain itu gunakan
prinsip mashalih mursalah, kemaslahatan banyak orang.

Ketiga, jihad di medan perang harus didahlui, disertai dan diikuti dengan jihad melawan
hawa nafsu. Rasulullah Saw bersabda”jihad yang paling utama adalah engkau perangi hawa
nafsumu karena Allah Swt.”

Kesalehan Sejati

Amal saleh yang menimbulkan ketentraman ada tiga macam yaitu pertama, mereka
menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana. Orang yang
saleh sejati selalu memenuhi jamji, apalagi janji kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Kedua, mereka
memberi makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang-orang yang
ditawan. Kesalehan sejati bukan hanya menyebarkan faedah kepada dirinya melainkan
menyebarkan rahmat ke seluruh alam. Terakhir, orang-orang shaleh melakukan semua amal itu
dengan ketulusa.

Menempuh Jalan Kesucian

Dalam surah AL-Fatihah, Allah Swt berfirman, Tunjukanlah kami jalan yang lurus,
(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan)
mereka yang dimurkai dan bukan (jalan) mereka yang sesat. (QS Al-Fatihah [1] : 6-7). Hidup
adalah rangkaian perjalanan yang harus dilewati. Perjalanan pertama yang telah kita lewati
adalah jalan meninggalkan Tuhan menuju dunia. Dalam perjelanan pertama, kita tidak dapat
memilih. Sedangkan dalam perjalanan kedua kita diberi kebebasan untuk memilih. Tuhan
memberikan kita dua jalan: Dan kami telah menunjukkan kepada manusia dua jalan. Jalan yang
satu yaitu menuju tuhan dan jalan yang satunya lagi menuju neraka jahanam.
Orang-orang yang saleh akan mengikuti adab Al-Qur’an dengan menisbahkan kebaikan
kepada Allah dan keburukan kepada mereka sendiri. Sesungguhnya manusia adalah butiran emas
yang datang dari Allah dalam fitrah kesucian. Ketika hendak kembali kepada Allah, kita sudah
tercampur dengan bermacam dosa. Adapun proses pembersihan diri dari segala dosa dapat
dilakukan dengan berbagai hal. Pertama adalah membaca istigfar. Kedua adalah dengan bertobat.
Ketiga adalah dengan melakukan amal saleh.

Tasawuf atau perjalanan menuju Allah harus dimulai dengan proses penyucian apapun
bentuknya. Dengan penyucian, hati kita akan menyerap keindahan asma Allah

Perwujudan Awal

Menurut Syaikh Al-Akbar Ibn Arabi, semua makhluk berasal dari Tuhan dna akan
kembali kepada Tuhan. Dari tuhan datang buah apel, kambing dan manusia. Ketika kembali lagi
apel dan kambing kembali sebagai apel dan kambing. Akan tetapi manusia akan kembali dengan
bentuk yang sesuai dengan amal-amal kita. Siapa kita sebenarnya akan kitaketahui ketika kita
menghembuskan napas terakhir.

Perwujudan amal atau tajassum al-‘amal muncul dalam tiga bentuk. Pertama, amal-amal
kita akan membentuk jati diri kita. Kedua, amal-amal kita akan diciptakan tuhan dalam wujud
makhluk yang menyertai kita; sejak alam kubur sampai dibangkitkan pada hari kiamat nanti.
Ketiga, amal-amal yang kita lakukan akan berwujud dalam bentuk dampak atua akibat. Amal
adalah benih yang kita tanam. Apa yang kita tuai sangat bergantung pada apa yang kita tanam.

Berulang-ulang Al-Qur’an menegaskan perwujudan amal dalam bentuk akibat amal.


Telah muncul kerusakan di daratan dan di lautan karena perbuatan tangan-tangan manusia,
agar Tuhan membuat mereka meraskaan kembali (ke jalan yang benar) (QS Ar-Rum [30] : 41).
Maka mereka di timpa oleh akibat kejahatan perbuatan mereka dan mereka diliputi oleh azab
yang mereka perolok-olokan itu (QS Al-Nahl [16] : 34).

Ridha Illahi

Kepuasan akan diri telah banyak membinaskan para salik (penempuh jalan) sepanjang
sejarah. Hal yang sama telah melemahkan semangat para pejuang kebenaran. Mereka merasa
telah berkorban habis-habisan, tetapi hasilnya tidak ada.

BAGIAN III

PENGHALANG PERJALANAN

Aku Lebih Baik daripada Dia


Menurut Al-Ghazali, diantara beberapa factor yang menyebabkan orang menjadi takabur
dan berpikir ”aku lebih baik daripada dia” adalah nasab iblis. Iblis adalah tokoh takabur keran
nasab yang paling awal. Kebanggaan atau kesombongan karena nasa ini pernah menjadi satu
system dalam masyarakat feudal. Feodalisme adalah system kemasyarakatan yang membagi
masyarakat berdasarkan keturunannya.

Kehormatan islam tidak ditegakkan berdasarkan nasab. Allah berfirman “sesungguhnya


yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah yang paling takwa” (QS Al-Hujarat [49] :
13).

Al-Ghazali membagi takabur menjadi dua yaitu takabur dalam urusan agama dan urusan
dunia. Takabur dalam urusan agama dibagi menjadi dua yaitu takabur ilmu dan takabur amal.
Takabur ilmu adalah orang yang tidak mau mendengarkan nasihat dari orang yang lebih bodoh
darinya. Takabur yang kedua di dalam urusan agama adalah takabur karena amal. Ada orang
yang merasa amalnya sudah bagus sehingga dia merendahkan orang lain.

Takabur kedua menurut Al-Ghazalli adalah takabur dalam urusan dunia takabur dalam
urusan dunia disebabkan oleh beberapa ha, yaitu karena nasab, kekayaan, kekuasaan dan
kecantikan.

Rekaya Riya

Riya adalah mengatur perilaku kita agar dapat dilihat oleh orang lain dan tujuan akhirnya
agar orang lain itu akan menyimpulkan bahwa kita iniorang saleh. Riya hanya berlaku dalam
ibadah. Lawan dari riya adalah ikhlas. Ikhlas ialah membantu orang lain karena Allah dan tidak
mengharap balasan serta ucapan terima kasih. Do’a orang yang beramal dengan riya tidak akan
di ijabah Tuhan. yang paling berat orang yang melakukan riya akan kehilangan seluruh amalnya
pada hari kiamat kelak. Pada hari kiamat, orang riya akan dipanggil Allah dengan empat gelaran,
ya ghadir, ya fajir, ya khasir dan ya fasiq. Hai si penipu, durhaka, perugi dan fasik.

Kiat Melakukan Riya

Menurut Al-Ghazali, riya dilakukan dengan menggunakan lima hal. Pertama, dengan
menggunakan tubuh kita, kedua, yang dipakai sebagai alat untuk riya adalah pakaian atau
penampilan lahiriah. Ketiga, riya dilakukan dengan ucapan atau perkataan. Keempat, orang yang
melakukan riya dengan perbuatan atau perilaku. Kelima, orang yang melakukan riya dengan
menunjukkan kawan-kawannya orang-orang saleh yang ia kenal.

Riya dan Hubbul Jah

Hubbul jah adalah kecintaan kepada penghirmatan. Itu merupakan dosa. Perbedaan riya
dengan yang bukan riya amatlah tipis. Semua itu terpulang pada hati nurani masing-masing.
Meskipun hal itu maslaah nurani, kita dapat dengan mudah mengidentifikasi orang yang riya
adalah ia punya dua wajah.
Menghapus Amal dengan Ujub

Hadis-hadis tentang ujub

Tingkatan pertama dari ujub adalah keburukan amal seorang hamba itu dibaguskan, lalu
hamba itu melihat amalnya sebagai amal yang bail. Amalnya itu membuatnya takjub dan dia
mengira dia sudah melakukan kebaikan. Tingkatan ujub yang kedua adalah ketika seorang
hamba itu beriman kepada Tuhannya lalu dia mengira dengan imannya ia sudah berbuat baik
kepada Allah Ta’ala. Padahal Allah lah yang memberikan kebaikan kepadanya.

Ibnu Mas’ud berkata,”kecelakaan itu karena dua hal; satu karena putus asa dan satu lagi
karena ujub”. Putus asa yang membinasakan manusia menrut ibnu mas’ud adalah putus asa dari
kasih sayang Allah, putus asa dari keselamatan dan putus asa dari kemampuan untuk
memperbaiki manusia disekitarnya.

Ujub adalah melakukan perbuatan buruk, tapi kemudian perbuatatan buruk itu dihias
tampak seolah-olah seperti amal baik.

Definisi Ujub

kata ujub (al-‘ujub) secara bahasa berasal dari kata ‘ajiba-ya’jabu-‘ujban yang berarti
kagum. Ujub menurut kamus Arab Munjid adalah suatu keadaan kejiawaan seseorang sewaktu-
waktu dapat kita temukan di dalam diri kita.

Banyak ayat di dalam Al-Qur’an yang memerintahkan manusia untuk senantiasa


menyucikan diri. Tetapi dalam surah An-Najm ayat 32, Allah Swt berfirman : janganlah kamu
anggap dirimu suci. Allah mengetahui yang paling takwa diantara kamu.

Orang yang menganggap diri mereka suci menonjolkankesucian itu disebut I’jab.
Perbuatan yang mereka lakukan disebut ujub. Rasulullah Saw bersabda,”Ada tiga hal yang
membinasakan manusia: mengikuti kebakkhilan, memperturuti hawa nafsu dan merasa takjub
terhadap pendapatnya sendiri.”

Ayatollah Al-Fahri juga menyebutkan bahwa ujub itu terbagi ke dalam beberapa bagian.
Pertama ujub dalam arti merasa bahwa kita memiliki akidah yang paling benar. Kedua, ujub
dalam akhlak yaitu merasa bahwa akhlak kita jauh lebih mulia daripada akhlak orang lain.
Ketiga, ujub dalam amalan.

Ada tiga macam penyakit yang diderita manusia : penyakit jasmani, penyakit jiwa dan
penyakit ruh. Ujub adalah penyakit ruh yang membuat kita merasa diri kita memilii akidah,
ibadah dan akhlah yang paling bagus.

Mengapa Kita Mudah Bergibah?


Pahala dari ibadah adalah orang yang bergunjing dipindahkan oleh Tuhan kepada orang
yang dipergunjingkan. Rasullullah Saw bersabda” jika engkau tinggalkan ghibah, engkau
melakukan sesuatu yang lebih dicintai Allah azza wajalla daripada sepuluh ribu rakaat shalat
sunat yang engkau lakuka”.

Ada beberapa hal yang menyebabkan kita senang melakuakan ghibah. Pertama al-
ghadhab atau kemarahan. Kedua, al-hiqd atau dendam. Ketiga adalah kedengkian. Keempat
adalah untuk bermain-baim. Kelima adalah iradatul iftikharwal mubahah yaitu keinginan untuk
menaaikkan harga diri.

Diagnosis Penyakit Hati

Penyakit hati menimbulkan gangguan psikologis dan gangguan psikologis berpengaruh pada
kesehatan fisik. Contohnya dengki, iri hati dan dendam.

Tanda-tanda penyakit hati

1. Kehilangan cinta yang tulus


2. Kehilangan ketentraman
3. Memiliki hati dan mata yang keras
4. Kehilangan kekhusyukan dalam ibadah
5. Malas beribadah atau beramal
6. Senang melakukan dosa.
Ciri-ciri orang yang memiliki penyakit hati yaitu
1. memilki ilmu yang tidak bermanfaat
2. mempunyai hati yang tidak khusyuk.
3. Memiliki nafsu yang tidak pernah kenyang.

Kiat mengobati penyakit hati

1. Menurut Al-Ghazali, dengan mencari guru yang mengetahui penyakit hati kita. Ketika
kita datang kepada guru tersebut, kita harusn datang dengan segala kepasrahan. Kita tidak
boleh tersinggung jika guru itu meberitahukan pengakit hati kita.
2. Mendapatkan sahabat yang jujur
3. Mencari musuh dan mempertimbangkan ucapan-ucapan musush tentang kita
4. Memperhatikan perilaku orang lain yang buruk dan kita rasakan akibat perilaku buruk
tersebut kepada diri kita
Tasawuf Sejati
Tasawuf identik dengan kemiskinan, kelusuhan dan bahkan kekotoran. Orang takut
belajat tasawuf karena khawatir menjad miskin. Imam Ja’far menunjukkan dengan
argumentasi yang sangat fasih bahwa tasawuf sejati tidak demikian. Ia menjelaskan
bahwa kemiskinan yang disamakan dengan kesalehan berasal dari kekeliruan dalam
emmahami al-qur’an dan hadis. Tasawuf sejati bukan tidak memiliki dunia, tetapi tidak
dimiliki dunia.

BAGIAN IV PENOPANG PERJALANAN

KENDALI DIRI
Nabi Saw bersabda” orang yang hebat itu bukanlah orang yang dengan mudah
membantingkan kawannya. Orang kuat adalah orang yang mampu menguasai nafsunya
ketka ia marah”.
Kekasih Allah bukanlah a yang tidak pernah mendapat godaan. Kekasih Allah adalah ia
yang berhasil menepis godaan itu dengan kendali dirinya.
KENDALI NAFSU
Ketika ia mau berbuka puasa, ia menginginkan daging bakar dengan roti yang lunak.ia
meminta kepada anaknya Hasan unutk menyiapaknnya. Ketika telah siap, seorang
bpengemis berdiri di depan pintu. Imam berktaa kepada Hasan”anakku, berikan daging
bakar itu padanya. Jangan sampai dalam catatan amal kita tertulis. Kamu sudah
menghabiskan yang baik-baik bagimu dalam kehidupan kamu di dunia saja dan kamum
sudah bersenang-senang dengannya.”
Seperti kata penyairHatim bin Abdillah: sungguh, jika kau ikuti nafsumu dan fajirmu,
keduanya akan menjerumuskanmu pada puncak kehinaan (Syaikh Ahmad Al-Hayri,
Tahdzib Al-Nafs:238)
FAEDAH LAPAR
Menurut Al-Ghazali ada sepuluh faedah lapar yaitu:
1. Membersihkan hati dan menajamkan mata batin.
2. Melembutkan hati dan membersihkannya hingga mampu merasakan kelezatan
berzikir.
3. Meluluhkan dan merendahkan hati, menghilangkan kesombongan dan keliaran jiwa.
4. Mengingatkan kita pada ujian dan azab Allah
5. Mematikan keinginan untuk berbuat maksiat dan menguasai nafsu amarah.
6. Mengurangi tidur dan membiasakn jaga
7. Memudahkan menjalankan ibadah
8. Menyehatkan tubuh dan menolak penyakit.
9. Kebiasaan melaparkan diri berfaedah untuk mengurangi mu’nah atau dengan istilah
mutakhir menyembuhkan penyakit kosumerisme.
10. Mempunyai peluang untuk memberikan kelebihan harta buat mebantu kaum lemah,
fakir miskin dan anak-anak yatim.
DO’A MEMPEROLEH HATI YANG KHUSYUK
Kekhusyukan sering kali datang ketika kita diguncang kesulitan hidup. Salah satu
indikator kekhusyukan adalah tangisan. Menderita dan menangis perlu. Itulah
sebabnya mengapa kaum muslimin sekarang di seluruh dunia sedang menderita.
Derita itu dimaksudkan agar mereka bisa meraih lagi kekhusyukan yang hilang.
MEMBALAS KEBENCIAN DENGAN KASIH SAYANG
Dzunnun Al-Mishri mengajari kita tradisi para nabi dan orang-orang saleh:
membalas kejelekan dengan kebaikan. Jadilah kita seperti pohon manga di tepi jalan,
yang dilempari orang dengan batu, tetapi ia memberikan buah yang telah ranum
kepada si pelempar”. Berbuatlah baik sebagaimana Allah telah berbuat baik padamu.
Diantara perbuatan baik yang sangat tinggi nilainya adalah membalah keburukan
orangf kepada kita degan kebaikan.
BERZIKIRLAH KAMU SEBANYAKBANYAKNYA
allah berulang-ulang memerintahkan kepada nabi, makhluk yang dikasihinya untuk
memelihara zikinya. dalam surah Al-Muzzammil (73): 7-8 Allah berfirman”
sesungguhnya kamu pada siang itu bertasbih yang panjang dan berzikirlah kamu
kepada tuhanmu dan berserah dirilah kepada dia dengan penyerahan diri yang
sepenuhnya. perintah zikir juga terdapat dalam beberapa hadis Nabi. dalam hadis
qudsi,

Anda mungkin juga menyukai