DIAGNOSIS
a. Gambaran Klinis
Gambaran klinis pada penyakit Hirschsprung ditentukan oleh dua
faktor yaitu umur saat terjadinya kelainan dan panjang dari kolon yang
mengalami gangguan. Pada bayi baru lahir (neonatus), gejala yang sering
tampak yaitu distensi abdomen, muntah berwarna hijau, konstipasi dan
penurunan nafsu makan. Penyakit Hirschsprung dengan enterocolitis
dapat memberikan gejala diare yang paling sering menyebabkan
kematian pada neonatus.1,3
Pada bayi atau anak yang lebih besar, biasanya memberikan gejala
konstipasi yang sulit disembuhkan dengan pengobatan. Gejala penyerta
yang sering timbul yaitu berat badan yang sulit naik, anemia,
hipoalbuminemia, dan diare akibat enterocolitis. Gejala akibat kompresi
pada ureter yang mungkin timbul yaitu retensi urin dengan pembesaran
buli-buli, ureter dan hidronephrosis.1,3
b. Gambaran Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan yakni foto polos abdomen,
colon in loop (barium enema) dengan double contrast, dan CT Scan
abdomen
1. Foto polos abdomen (BNO)
Pada pemeriksaan foto polos abdomen akan menunjukkan gambaran
distensi dari kolon yang seperti gas dengan air-fluid levels. Pada pasien
yang tidak terdapat sumbatan, maka apabila film diposisikan secara
prone maka akan terlihat pergerakan udara yang akan menuju rektum.
Penampakan udara bebas mengindikasikan adanya perforasi dan hal ini
sering terjadi pada bayi.1
(a) (b)
Gambar 4. Penyakit Hirschsprung (a) foto polos abdomen pada bayi umur
5 hari, tampak distensi dari kolon yang mengandung gas (b) pada posisi
lateral tampak rektum sangat mengecil dibandingkan dengan ukuran
kolon dan terdapat zona transisi antara nondilated (N) dan dilated (D)
pada kolon
(dikutip dari kepustakaan 10)
3. CT scan abdomen
Penegakan diagnosis penyakit Hirschsprung dengan menggunakan
modalitas CT scan jarang dilakukan. Keunggulan dari modalitas ini adalah
dapat menentukan dengan tepat lokasi zona transisi dan tempat kelainan
aganglionik yang berkorelasi dengan gambaran histopatologi.(12)
a b
Gambar 13. a. dilatasi bagian proksimal rectum dan recosigmoid junction
yang berisi feses; b. zona transisi dan penyempitan dan penebalan
dinding bagian distal rectum
(dikutip dari kepustakaan 12)
c. Patologi Anatomi (Biopsi Rektum)
Biopsi rektum merupakan pemeriksaan gold standard untuk
mendiagnosis penyakit Hirschsprung dan diagnosis pasti dapat ditegakkan
dengan pemeriksaan ini. Akan tetapi terdapat dua kesulitan berkaitan
dengan teknik pemeriksaan ini. Pertama, pengambilan jumlah submukosa
yang adekuat untuk menilai sel ganglion, kedua yaitu menentukan lokasi
yang tepat untuk pengambilan sampel biopsi.1
Terdapat dua pewarnaan yang digunakan, pertama pewarnaan dengan
hematoksilin-eosin, digunakan pada sampel yang baik agar dapat
membantu diagnosis, akan tetapi, pada spesimen yang kurang baik,
digunakan pewarnaan dengan asetilkolinesterase. Pewarnaan
asetilkolinesterase sangat berguna pada pemeriksaan dengan sampel
yang mempunyai submukosa yang terbatas dan sampel yang tidak
mempunyai sel ganglion.1
Pada pemeriksaan didapatkan hipertrofi dari serabut saraf ekstrinsik
pada lamina propria dan mukosa otot, tetapi tidak selalu, dapat juga
diidentifikasi kolon yang tidak berganglion.1