Anda di halaman 1dari 22

BAB I

STATUS PASIEN

A. Identitas Pasien
Nama : Tn. K
Umur : 39 tahun
Alamat : Kotabumi Utara, Lampung Utara
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Menikah
Tanggal Masuk : 5 Februari 2018
Tanggal Anamnesis : 5 Februari 2018
Pasien : Bangsal Ruang Bougenville RSUDAM

B. Riwayat Perjalanan Penyakit

Anamnesis : Autoanamnesis
Keluhan Utama : Lemah pada kedua tungkai

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dengan keluhan kedua tungkai lemah sejak ± 2 minggu yang
lalu. Pasien mengaku keluhan ± 4 minggu lalu terasa nyeri pada daerah
punggung, kelhan dirasakan tiba-tiba. ± 1 minggu kemudian pasien mulai
merasakan nyeri berpindah ke daerah tulang belakang di pinggang. Keluhan
terasa nyeri sekali dan hilang timbul, memberat saat sedang bekerja. ± 2
minggu yang lalu pasien mulai merasakan kedua tungkai mulai terasa lemah
dan sulit digerakkan. Nyeri terasa memberat hingga mengganggu aktivitas. ±
1 minggu lalu pasien mengatakan kedua tungkai semakin lemah dan hampir
tidak dapat digerakkan dan nyeri menghilang. Pasien juga mengeluhkan

1
kedua tungkai terasa seperti kebas tetapi masah dapat merasakan sentuhan.
Pasien mengaku masih dapat mengontrol BAB dan BAK. Pasien pernah
berobat di RS luar dan dikatakan terdapat saraf pada yang terjepit pada tulang
belakang. Pasien menyangkal adanya trauma pada tulang belakang. Keluhan
muntah, mual, demam disangkal oleh pasien. Nafsu makan baik, menelan,
buang air kecil, dan buang air besar dalam batas normal dan tidak ada
gangguan.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengaku tidak pernah mengalami gejala ata sakit serupa sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien dan keluarga mengaku tidak ada anggota keluarga yang pernah
mengalami gejala atau keluhan yang saa.

Riwayat Pengobatan
Os mengaku sudah berobat ke rs luar dan diberikan obat minum tetapi tidak
ada perbaikan gejala.

Riwayat Sosio ekonomi


Riwayat minum alkohol ataupun merokok disangkal.

C. Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4V5 M6 = 15

Vital sign
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit,
RR : 18 x/menit

2
Suhu : 36,3 o C
Gizi : Baik

Status Generalis
- Kepala
Rambut : Warna hitam, penyebaran merata, tidak
mudah rontok.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera anikterik,
edema palpebra tidak ada.
Telinga : Liang lapang simetris, serumen minimal
Hidung : Sekret (-), pernafasan cuping hidung (-),
deviasi (-), epistaksis (-).
Mulut : Kering (-), lidah putih (-), sianosis (-),
stomatitis (-).
- Leher
Pembesaran KGB : tidak terlihat dan teraba pembesaran KGB.
Pembesaran kelenjar tiroid : tidak terlihat dan teraba pembesaran kelenjar
tiroid.
Trakhea : central, deviasi (-).
- Toraks
(Cor)
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat.
Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS 5 linea
midclavicula sinistra.
Perkusi : Redup, batas jantung dalam batas normal.
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur(-), gallop(-).
(Pulmo)
Inspeksi : Pergerakan dinding dada kanan-kiri simetris.
Palpasi : Fremitus taktil kanan dan kiri simetris .
Perkusi : Sonor pada seluruh lapangan paru.
Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-).

- Abdomen

3
Inspeksi : Datar
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
membesar.
Perkusi : Timpani.
Auskultasi : Bising usus (+).

- Extremitas
Superior : Edema (-/-), turgor kulit baik, CRT < 2 detik.
Inferior : Edema (-/-), turgor kulit baik, CRT < 2 detik.

Status Neurologis
- Saraf Kranialis
N.Olfactorius (N.I)
Daya penciuman hidung : normal (normosmia)

N.Opticus (N.II)
- Tajam penglihatan : tidak dilakukan
- Lapang penglihatan : sama dengan pemeriksa (dalam batas
normal)
- Tes warna : tidak dilakukan
- Fundus oculi : tidak dilakukan

N.Occulomotorius, N.Trochlearis, N.Abdusen (N.III – N.IV – N.VI)


Kelopak Mata
- Ptosis : (-/-)
- Endophtalmus : (-/-)
- Exopthalmus : (-/-)

Pupil
- Ukuran : normal
- Bentuk : (Bulat / Bulat)
- Isokor/anisokor : Isokor

4
- Posisi : (Sentral / Sentral)
- Refleks cahaya langsung : (+/+)
- Refleks cahaya tidak langsung : (+/+)
Gerakan Bola Mata
- Medial : normal
- Lateral : normal
- Superior : normal
- Inferior : normal
- Obliqus superior : normal
- Obliqus inferior : normal
- Refleks pupil akomodasi : normal / normal
- Refleks pupil konvergensi : normal / normal

N.Trigeminus (N.V)
Sensibilitas
- Ramus oftalmikus : normal
- Ramus maksilaris : normal
- Ramus mandibularis : normal
Motorik
- M. masseter : normal
- M. temporalis : normal
- M. pterygoideus : normal

Refleks
- Refleks kornea : (+/+)
- Refleks bersin : normal

N.Fascialis (N.VII)
Inspeksi Wajah Sewaktu
- Diam : simetris
- Tertawa : simetris

5
- Meringis : simetris
- Bersiul : simetris
- Menutup mata : simetris
Pasien disuruh untuk
- Mengerutkan dahi : simetris
- Menutup mata kuat-kuat : simetris
- Mengembungkan pipi : simetris
Sensoris
- Pengecapan 2/3 depan lidah : tidak dilakukan

N.Acusticus (N.VIII)
N.cochlearis
- Ketajaman pendengaran : normal
- Tinitus : tidak ditemukan

N.vestibularis
- Test vertigo : negatif
- Nistagmus : tidak ditemukan

N.Glossopharingeus dan N.Vagus (N.IX dan N.X)


- Suara bindeng/nasal : tidak ditemukan
- Posisi uvula : normal
- Palatum mole : normal
- Arcus palatoglossus : normal
- Arcus palatoparingeus : normal
- Refleks batuk : normal
- Refleks muntah : tidak dilakukan
- Peristaltik usus : Normal
- Bradikardi : (-)
- Takikardi : (-)

N.Accesorius (N.XI)
- M.Sternocleidomastodeus : normal

6
- M.Trapezius : normal

N.Hipoglossus (N.XII)
- Atropi : tidak ditemukan
- Fasikulasi : tidak ditemukan
- Deviasi : tidak ditemukan

- Tanda Perangsangan Selaput Otak


Kaku kuduk : (-)
Kernig test : (-/-)
Laseque test : (+/+)
Brudzinsky I : (-/-)
Brudzinsky II : (-/-)

- Sistem Motorik Superior ka/ki Inferior ka/ki


Gerak (aktif/aktif) (Pasif/pasif)
Kekuatan otot 5/5 1/1
Klonus (-/-) (-/-)
Atropi (-/-) (-/-)
Refleks fisiologis Biceps (+/+) Pattela +/+(melemah)
Triceps (+/+) Achiles +/+(melemah)
Refleks patologis Hoffman Trommer (-/-) Babinsky (-/-)
Chaddock (-/-)
Oppenheim (-/-)
Schaefer (-/-)
Gordon (-/-)
Gonda (-/-)
-
-
- Sensibilitas
Eksteroseptif
- Rasa raba : normal
- Rasa nyeri : normal

7
- Rasa suhu panas : tidak dilakukan
- Rasa suhu dingin : tidak dilakukan
Proprioseptif
- Rasa sikap : tidak dilakukan
- Rasa gerak : tidak dilakukan
- Rasa getar : tidak dilakukan
- Rasa nyeri dalam : tidak dilakukan
Fungsi kortikal untuk sensibilitas
- Steriognosis : tidak dilakukan

- Koordinasi
Tes telunjuk hidung : tidak dilakukan
Tes pronasi supinasi : tidak dilakukan

- Susunan Saraf Otonom


Miksi : Normal
Defekasi : Normal

- Fungsi Luhur
Fungsi bahasa : baik
Fungsi orientasi : baik
Fungsi memori : baik
Fungsi emosi : baik

D. Resume

Pasien datang dengan keluhan kelemahan pada kedua tungkai sejak ± 4


minggu yang lalu. Awalnya keluhan terasa nyeri pada punggung yang
berpindah ke daerah sekitar pinggang. Pasien mengaku keluhan lemah pada
kedua tungkai disertai rasa nyeri pada pinggang yang awalnya terasa sangat

8
nyeri hingga mengganggu aktivitas. Pasien mengaku ± 1 minggu kedua
tungkai semakin lemah dan hampir tidak dapat digerakkan dan nyeri
menghilang. Pasien juga mengeluhkan kedua tungkai terasa seperti kebas
tetapi masah dapat merasakan sentuhan. Pasien mengaku masih dapat
mengontrol BAB dan BAK. Keluhan seperti ini baru pertama kali dirasakan
pasien. Sebelumnya pasien sempat berobat dan dikatakan terdapat penonjolan
saraf tulang belakang.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,


kesadaran compos mentis, GCS E4V5M6 = 15. Tanda vital didapatkan tekanan
darah 120/80 mmHg, nadi 84 x/menit reguler, RR 18 x/menit, suhu 36,3oC.
Pada pemeriksaan kekuatan otot didapati otot kedua tungkai melemah (1/1).
Hasil pemeriksaan Nervus Kranialis dalam batas normal. Refleks fisiologis,
bisep, trisep, patela, dan achiles dari os dalam batas normal. Refleks patologis
Babinski (-/-), Chadock (-/-), Schaefer (-/-) dan Gonda (-/-) H. Trommer (-/-).
Rangsang meningeal Kaku kuduk (-), Burdzinsky sign I (-), Burdzinsky sign
II (-), Kernig sign (-), Laseque sign (+/+).

E. Diagnosis

Diagnosis klinis : Paraplegi


Diagnosis topik : Vertebrae Lumbal
Diagnosis etiologi : Radikulopati Lumbal

F. Penatalaksanaan
1. Umum
- Fisioterapi
- Pemakaian korset pinggang

2. Medikamentosa
- Natrium Diclofenac 50 mg tab 2 dd tab I
- Amitriptyline 25 mg tab 1 dd tab 1/2

G. Pemeriksaan Penunjang (rencana)


- CT-SCAN
- MRI
- EMG

9
H. Prognosa

- Quo ad vitam = dubia ad bonam


- Quo ad functionam = dubia
- Quo ad sanationam = dubia

10
BAB II
ANALISIS KASUS

A. Apakah diagnosis pada pasien sudah tepat?


Berdasarkan data-data yang didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan oleh os dapat disimpulkan
bahwa os menderita Radikulopati Lumbal.

Lumbar radiculopathy menunjuk kepada suatu proses patologis yang


melibatkan radiks nervus lumbal sehingga menyebabkan gejala radikular ke
ekstremitas bawah. Sebagian besar penyebab patologisnya merupakan
kompresi langsung pada radiks nervus lumbal tanpa melihat etiologis dari
kompresi seperti herniasi diskus, pecahan/patahan tulang, stenosis foramina,
stenosis sentral, atau hipermobilitas dari segmen vertebra. Selain kompresi
radikulopati lumbal juga dapat disebabkan oleh iritasi atau inflammasi dari
radiks nervus lumbal.

Penegakan diagnosis radikulopati lumbal dilakukan berdasarkan hasil


anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yan dilakukan,
Secara umum, manifestasi klinis radikulopati adalah sebagai berikut :

Secara umum, manifestasi klinis sindrom radikular adalah sebagai berikut :


1. Timbulnya gejala pada pasien dengan radikulopati lumbosakral sering
tiba-tiba dan berupa LBP (nyeri punggung bawah). Beberapa pasien
menyatakan nyeri punggung yang sudah ada sebelumnya menghilang ketika
sakit pada kaki mulai terasa.
2. Rasa nyeri berupa nyeri tajam yang menjalar dari daerah parasentral dekat
vertebra hingga ke arah ekstremitas. Rasa nyeri ini mengikuti pola

11
dermatomal. Nyeri bersifat tajam dan diperhebat oleh gerakan, batuk,
mengedan, atau bersin.
3. Paresthesia yang mengikuti pola dermatomal.
4. Hilang atau berkurangnya sensorik (hipesthesia) di permukaan kulit
sepanjang distribusi dermatom radiks yang bersangkutan.
5. Kelemahan otot-otot yang dipersarafi radiks yang bersangkutan.
6. Refles tendon pada daerah yang dipersarafi radiks yang bersangkutan
menurun atau bahkan menghilang.

Pada anamnesis didapatkan data pasien mengeluh kedua tungkai lemah sejak
± 2 minggu yang lalu. Pasien mengaku keluhan ± 4 minggu lalu terasa nyeri
pada daerah punggung, keluhan dirasakan secara tiba-tiba. ± 1 minggu
kemudian pasien mulai merasakan nyeri berpindah ke daerah tulang belakang
di pinggang. Keluhan terasa nyeri sekali dan hilang timbul, memberat saat
sedang bekerja. ± 2 minggu yang lalu pasien mulai merasakan kedua tungkai
mulai terasa lemah dan sulit digerakkan. Nyeri terasa memberat hingga
mengganggu aktivitas. ± 1 minggu lalu pasien mengatakan kedua tungkai
semakin lemah dan hampir tidak dapat digerakkan dan nyeri sedikit
menghilang. Pasien juga mengeluhkan kedua tungkai terasa seperti kebas
tetapi masah dapat merasakan sentuhan. Keluhan muntah, mual, demam
disangkal oleh pasien. Nafsu makan baik, menelan, buang air kecil, dan
buang air besar dalam batas normal dan tidak ada gangguan.

Setelah dilakukan anamnesis, penegakan diagnosis radikulopati lumbal


dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik yang dilakukan
berupa pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan neurologi.

Pemeriksaan fisik yang lengkap adalah penting. Penting untuk


memperhatikan abnormalitas postur, deformitas, nyeri tekan, dan spasme otot.
Pada pemeriksaan neurologis harus diperhatikan :
a. Gangguan sensorik
b. Gangguan motorik
c. Perubahan refleks.

Prosedur diagnosa khusus untuk pemeriksaan radikulopati lumbal antara lain:

12
1. Lasegue’s sign
Pemeriksaan dilakukan dengan : a. Pasien yang sedang berbaring
diluruskan (ekstensi) kedua tungkainya.
b. Secara pasif, satu tungkai yang sakit diangkat lurus, lalu dibengkokkan
(fleksi) pada persendian panggulnya (sendi coxae), sementara lutut ditahan
agar tetap ekstensi.
c. Tungkai yang satu lagi harus selalu berada dalam keadaan lurus (ekstensi).
d. Fleksi pada sendi panggul/coxae dengan lutut ekstensi akan menyebabkan
stretching nervus iskiadikus (saraf spinal L5-S1).
e. Pada keadaan normal, kita dapat mencapai sudut 70 derajat atau lebih
sebelum timbul rasa sakit dan tahanan.
Dengan tes ini, pada sindrom radikular lumbal, sebelum tungkai mencapai
sudut 70°, akan didapatkan nyeri (terkadang juga disertai dengan baal dan
paresthesia) pada sciatic notch disertai nyeri dan hipersensitif sepanjang
n.iskiadikus.

Prosedur lain yang merupakan modifikasi Lasegue’s test adalah Bragard’s


sign (Lasegue disertai dengan dorsofleksi kaki) dan Sicard’s sign (Lasegue
disertai dengan dorsofleksi jari-1 kaki). Pada kasus yang ringan, pemeriksaan
dengan Lasegue dapat menunjukkan hasil negatif. Dengan modifikasi ini,
stretching n.iskiadikus di daerah tibial meningkat, sehingga memperberat
nyeri. Gabungan Bragard’s sign dan Sicard’s sign disebut Spurling’s sign.

13
Gambar 1. Lasegue’s Sign

Gambar 2. Bragard’ Sign

Gambar 3. Spurling’s Sign

2. Test Lasegue silang


Pada beberapa pasien sindrom radikular lumbal, iskialgia pada tungkai yang
sakit dapat diprovokasi dengan mengangkat tungkai yang sehat dalam posisi
lurus.
Test O’Conell : dilakukan Lasegue test pada tungkai yang sehat, nyeri dapat
dirasakan pada sisi yang sehat (Fajersztajn’s sign), namun dengan derajat
yang lebih ringan. Selanjutnya pemeriksaan ini dilakukan pada tungkai yang

14
sakit. Kemudian dilakukan secara bersamaan pada kedua kaki. Selanjutnya
tungkai yang sehat direndahkan mendekati tempat tidur; hal ini akan
menyebabkan eksaserbasi nyeri, kadang juga disertai dengan paresthesia.2
Beberapa ahli menyatakan pemeriksaan ini patognomonik untuk herniasi
diskus intervertebra.

3. Nerve pressure sign


Pemeriksaan dilakukan dengan : Lasegue’s test dilakukan hingga penderita
merasakan nyeri, kemudian lutut difleksikan 20°, dilanjutkan dengan fleksi
sendi coxae dan penekanan n.tibialis pada fossa poplitea, hingga penderita
mengeluh nyeri. Test ini positif bila terdapat nyeri tajam pada daerah lumbal,
bokong sesisi, atau sepanjang n.iskiadikus.

4. Test Viets dan Naffziger


Meningkatnya tekanan intrakranial atau intraspinal dapat menimbulkan nyeri
radikular pada pasien dengan space occupying lession yang menekan radiks
saraf. Tekanan dapat meningkat dengan batuk, bersin, mengedan, dan dengan
kompresi vena jugularis. Tekanan harus dilakukan hingga penderita mengeluh
adanya rasa penuh di kepalanya, dan tes ini tidak boleh dianggap negatif
hingga venous return dihambat selama 2 menit. Kompresi vena jugularis juga
dapat dilakukan dengan sphygmomanometer cuff, dengan tekanan 40 mmHg
selama 10 menit (Naffziger’s test). Penderita dapat berbaring atau berdiri.
Pada pasien ruptur diskus intervertebra, akan didapatkan nyeri radikular pada
radiks yang bersangkutan.

Pada pemeriksaan fisik yang telah dilakukan didapatkan data bahwa terdapat
kelemahan motorik ekstremitas inferior (1/1) tetapi pasien masih dapat
merasakan dan melokalisir rangsang sentuhan yang diberikan tetapi sulit
membedakan sentuhan tajam dan tumpul. Pada pemeriksaan reflek fisiologis
didapatkan erdapat penurunan reflek patella dan achilles pada kedua tungkai.
Pada pemeriksaan Lasegue’s test (SLR) pasien mengeluh nyeri yang terasa
pada sudut ± 50o. Hal ini mencirikan adanya radikulopati pada daerah
vertebrae lumbal.

15
Penegakan diagnosis selanjutnya dengan melakukan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi dan apabila memungkinkan
pemeriksaan ini mencakup:

a. Rontgen
Tujuan utama foto polos Roentgen adalah untuk mendeteksi adanya
kelainan struktural. Seringkali kelainan yang ditemukan pada foto
roentgen penderita sindrom radikular juga dapat ditemukan pada individu
lain yang tidak memiliki keluhan apapun.
b. MRI/CT-SCAN
MRI merupakan pemeriksaan penunjang yang utama untuk mendeteksi
kelainan diskus intervertebra. MRI selain dapat mengidentifikasi
kompresi medula spinalis dan radiks saraf, juga dapat digunakan untuk
mengetahui beratnya perubahan degeneratif pada diskus intervertebra.
Dibandingkan dengan CT Scan, MRI memiliki keunggulan, yaitu adanya
potongan sagital, dan dapat memberikan gambaran hubungan diskus
intervertebra dan radiks saraf yang jelas; sehingga MRI merupakan
prosedur skrining yang ideal untuk menyingkirkan diagnosa banding
gangguan struktural pada medula spinalis dan radiks saraf.
CT-SCAN dapat memberikan gambaran struktur anatomi tulang vertebra
dengan baik, dan memberikan gambaran yang bagus untuk herniasi diskus
intervertebra. Namun demikian sensitivitas CT-SCAN tanpa myelography
dalam mendeteksi herniasi masih kurang bila dibandingkan dengan MRI.
c. Myelografi
Pemeriksaan ini memberikan gambaran anatomik yang detail, terutama
elemen osseus vertebra. Myelografi merupakan proses yang invasif
karena melibatkan penetrasi pada ruang subarachnoid. Secara umum
myelogram dilakukan sebagai test preoperatif, seringkali dilakukan
bersama dengan CT Scan.
d. Nerve Concuction Study (NCS), dan Electromyography (EMG)
NCS dan EMG sangat membantu untuk membedakan asal nyeri atau
untuk menentukan keterlibatan saraf, apakah dari radiks, pleksus saraf,

16
atau saraf tunggal. Selain itu pemeriksaan ini juga membantu menentukan
lokasi kompresi radiks saraf. Namun bila diagnosis sindrom radikular
sudah pasti secara pemeriksaan klinis, maka pemeriksaan elektrofisiologis
tidak dianjurkan.

B. Apakah penatalaksanaan pada pasien sudah tepat ?


Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini terdiri dari penatalaksanan
umum berupa istirahat untuk membantu agar nyeri yang timbul dapat
diminimalisir dan penggunaan korset pinggang. Untuk terapi medikamentosa
pasien diberikan analgesik berupa Natrium Diclofenac 50 mg 2 x 1 tab,
amitriptilyn 25 mg 1 x ½ tab dan vit B19 2 x 1 tab.

Penatalaksanaan pada pasien dengan keluhan radikulopati lumbal dapat


dibagi farmakologi, fisioterapi dan terapi bedah,
1. Farmakologi:

- NSAIDs
Contoh : Ibuprofen
Mekanisme Aksi : Menghambat reaksi inflamasi dan nyeri dengan cara
menurunkan sintesis prostaglandin

Dosis dan penggunaan :


Dewasa : 300 – 800 mg per oral setiap 6 jam (4x1 hari) atau 400 – 800
mg IV setiap 6 jam jika dibutuhkan.

- Tricyclic Antidepressants
Contoh : Amitriptyline
Mekanisme Aksi : Menghambat reuptake serotonin dan / atau norepinefrin
oleh membran saraf presynaptic, dapat meningkatkan konsentrasi sinaptik

17
dalam SSP. Berguna sebagai analgesik untuk nyeri kronis dan neuropatik
tertentu.
Dosis dan penggunaan :
Dewasa : 100 – 300 mg 1x1 hari pada malam hari.

- Muscle Relaxants
Contoh : Cyclobenzaprine
Mekanisme Aksi : Relaksan otot rangka yang bekerja secara sentral dan
menurunkan aktivitas motorik pada tempat asal tonik somatic yang
mempengaruhi baik neuron motor alfa maupun gamma.
Dosis :
Dewasa : 5 mg per oral setiap 8 jam (3x1 hari).

- Analgesik
Contoh : Tramadol (Ultram)
Mekanisme Aksi : Menghambat jalur nyeri ascenden, merubah persepsi
serta respon terhadap nyeri, menghambat reuptake norepinefrin dan
serotonin.
Dosis :
Dewasa : 50 – 100 mg per oral setiap 4 – 6 jam (4x1 hari) jika diperlukan.

- Antikonvulsan
Contoh : Gabapentin (Neurontin)
Mekanisme Aksi : Penstabil membran, suatu analog struktural dari
penghambat neurotransmitter gamma-aminobutyric acid (GABA), yang
mana tidak menimbulkan efek pada reseptor GABA.
Dosis :
Dewasa : Neurontin
Hari ke-1 : 300 mg per oral 1x1 hari

18
Hari ke-2 : 300 mg per oral setiap 12 jam (2x1 hari)
Hari ke-3 : 300 mg per oral setiap 8 jam (3x1 hari)

2. Fisioterapi
Tujuan utama penatalaksanaan adalah reduksi dan resolusi nyeri,
perbaikan atau resolusi defisit neurologis dan mencegah komplikasi atau
keterlibatan medulla spinalis lebih lanjut.
A. Traksi
Tindakan ini dilakukan apabila dengan istirahat keluhan nyeri tidak
berkurang atau pada pasien dengan gejala yang berat dan mencerminkan
adanya kompresi radiks saraf. Traksi dapat dilakukan secara terus-
menerus atau intermiten.
2. Thermoterapi
Thermoterapi dapat juga digunakan untuk membantu menghilangkan
nyeri. Modalitas terapi ini dapat digunakan sebelum atau pada saat traksi
servikal untuk relaksasi otot. Kompres dingin dapat diberikan sebanyak 1-
4 kali sehari selama 15-30 menit, atau kompres panas/pemanasan selama
30 menit 2-3 kali sehari jika dengan kompres dingin tidak dicapai hasil
yang memuaskan. Pilihan antara modalitas panas atau dingin sangatlah
pragmatik tergantung persepsi pasien terhadap pengurangan nyeri.9
3. Latihan
Berbagai modalitas dapat diberikan pada penanganan nyeri leher. Latihan
bisa dimulai pada akhir minggu I. Latihan mobilisasi leher kearah
anterior, latihan mengangkat bahu atau penguatan otot banyak membantu
proses penyembuhan nyeri. Hindari gerakan ekstensi maupun flexi.
Pengurangan nyeri dapat diakibatkan oleh spasme otot dapat
ditanggulangi dengan melakukan pijatan.

Berdasarkan literatur, terapi yang diberikan kepada pasien dapat dikatakan


sudah tepat dimana pemberian natrium diclofenac yang merupakan
golongan NSAID bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri melalui

19
penghambatan inflamasi yang ada, serta pemberian Amitriptyline yang
merupakan golongan Tricyclic antidepressant yang juga bertujuan untuk
menekan rasa nyeri melalui inhibisi reuptake serotonin. Pasien juga
dikonsulkan ke bagian rehab medik untuk mendapat fisioterapi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Baehr M., Frotscher M. 2010. Diagnosis Topik Neurologi DUUS : anatomi,


fisiologi, tanda, gejala Ed. 4. Jakarta: EGC.

Mardjono M., Sidharta P. 2012. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat

Malanga A. Lumbosacral Radiculopathy (Online; diakses pada tanggal 7


November 2014 Pukul 23.05 WITA). http://emedicine.medscape.com/

Rodine RJ., Vernon H. Cervical Radiculopathy: a systemic review on treatment by


spinal manipulation and measurement with Neck Disability Index. Journal
of Canadian Chiropractic Association, 2012: 56(1): 19

Carette S, Phil M, Fehlings MG. Cervical radiculopathy. N Eng J Med 2005; 353:
392-399.

Neal SL, Fields KB. Peripheral nerve entrapment and injury in the upper
extremity. Am Fam Physician 2010; 81(2): 147-155.

McDonnell M, Lucas P. Cervical spondylosis, stenosis, and rheumatoid arthritis.


Medicine and Health/Rhode Island 2012; 95(4). 105-109.

.
Eubanks JD. Cervical Radiculopathy : Non-Operative Management of Neck Pain
and Radicular Syndrome. American Family Physician, 2010; 81(1): 34

Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI. Edisi Ketiga

http://emedicine.medscape.com/article/95025-overview. Lumbosacral
Radiculopathy.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2014 tentang


Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer

21
Van Boxem et al. 2010. Lumbosacral Radicular Pain. World Institute of Pain.
1530-7085/10

22

Anda mungkin juga menyukai