PENDAHULUAN
1
1.2. Tujuan Masalah
Penulisan ini terdiri dari tiga bab yaitu pendahuluan, tinjauan pustaka,
penutup. Makalah ini terdiri dari halaman judul, halaman persetujuan, halaman
pernyataan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel, daftar lampiran,
daftar pustaka, lampiran-lampiran. Berikut ini adalah penjelasan dari setiapbab:
BAB I : Pendahuluan
Pada bab ini memuat tentang latar belakang pemilihan judul, tujuan
penulisan, sistematika penulisan, manfaat penulisan
BAB II :Tinjauan Pustaka
2
Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dari materi tersebut dan
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain
yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar
bagian tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi), memberikan istirahat
dan mengurangi rasa sakit. Maksud dari immobilisasi adalah:
1. Ujung-ujung dari ruas patah tulang yang tajam tersebut tidak merusak
jaringan lemah, otot-otot, pembuluh darah, maupun syaraf.
2. Tidak menimbulkan rasa nyeri yang hebat, berarti pula mencegah terjadinya
syok karena rasa nyeri yang hebat.
3. Tidak membuat luka terbuka pada bagian tulang yang patah sehingga
mencegah terjadinya indfeksi tulang.
4
1. Untuk mencegah gerakan fragmen patah tulang atau sendi yang mengalami
dislokasi.
6. Mempercepat penyembuhan.
1. Bidai keras
Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang
kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan
sempurna dalam keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan
yang memenuhi syarat di lapangan.
2. Bidai traksi
3. Bidai improvisasi
5
Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang.
Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan
improvisasi si penolong.
2. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu
harus dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus
selalu dipikirkan setiap terjadi kecelakaan akibat benturan yang keras.
Apabila ada keraguan, perlakukan sebagai fraktur. (Hamidi, 2011 )
3. Dislokasi persendian
6
4. Kecurigaan adanya fraktur bisa dimunculkan jika pada salah satu bagian tubuh
ditemukan :
6. Hilangnya denyut nadi atau rasa raba pada distal lokasi cedera
4. Kasa Gulung
7. Bantal , selimut
8. Karton, majalah,kain
9. Kassa steril
7
2.7. Fungsi Bidai
Pertolongan :
4. Lengan bawah digendong. Jika siku juga patah dan tangan tak dapat
dilipat, pasang spalk ke lengan bawah dan biarkan tangan tergantung
tidak usah digendong.
Pertolongan :
8
Ketiak sampai sedikit melewati mata kaki, Lipat paha sampai sedikit
melewati mata kaki.
2. Beri bantalan kapas atau kain antara bidai dengan tungkai yang patah.
3. Bila perlu ikat kedua kaki di atas lutut dengan pembalut untuk
mengurangi pergerakan.
1. Mempersiapkan penderita
g. Jika ada luka terbuka maka tangani dulu luka dan perdarahan.
Bersihkanluka dengan cairan antiseptik dan tekan perdarahan dengan kasa
steril.Jika luka tersebut mendekati lokasi fraktur, maka sebaiknya
9
dianggap bahwa telah terjadi patah tulang terbuka. Balutlah luka terbuka
atau fragmen tulang yang menyembul dengan bahan yang se-steril
mungkin
3. Persiapan alat
10
c. Bahan yang digunakan sebagai pembalut pengikat untuk pembidaianbisa
berasal dari pakaian atau bahan lainnya. Bahan yang digunakan untuk
membalut ini harus bisa membalut dengan sempurna mengelilingi
extremitas yang dibidai untuk mengamankan bidai yang digunakan,
namun tidak boleh terlalu ketat yang bisa menghambat sirkulasi
d. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang,
diukur dahulu pada sendi yang sehat.
f. Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dll)
dimulai dari sebelahatas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak boleh
menyilang tepat di atas bagian fraktur.
b. Periksalah denyut nadi distal dan fungsi saraf sebelum dan sesudah
pembidaian dan perhatikan warna kulit ditalnya.
11
c. Luruskan posisi korban dan posisi anggota gerak yang mengalami fraktur
maupun dislokasi secara perlahan dan berhati-hati dan jangan sampai
memaksakan gerakan. Jika terjadi kesulitan dalam meluruskan, maka
pembidaian dilakukan apa adanya. Pada trauma sekitar sendi, pembidaian
harus mencakup tulang di bagian proksimal dan distal.
d. Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan, dapat terbantu
dengan traksi atau tarikan ringan ketika pembidaian. Jika saat dilakukan
tarikan terdapat tahanan yang kuat, krepitasi, atau pasien merasakan
peningkatan rasa nyeri, jangan mencoba untuk melakukan traksi. Jika
anda telah berhasil melakukan traksi, jangan melepaskan tarikan sebelum
ekstremitas yang mengalami fraktur telah terfiksasi dengan baik, karena
kedua ujung tulang yang terpisah dapat menyebabkan tambahan
kerusakan jaringan dan beresiko untuk mencederai saraf atau pembuluh
darah.
e. Beri bantalan empuk dan penopang pada anggota gerak yang dibidai
terutama pada daerah tubuh yang keras/peka(lutut,siku,ketiak,dll), yang
sekaligus untuk mengisi sela antara ekstremitas dengan bidai.
f. Pastikan bahwa bidai telah rapat, namun jangan terlalu ketat sehingga
mengganggu sirkulasi pada ekstremitas yang dibidai. Pastikan bahwa
pemasangan bidai telah mampu mencegah pergerakan atau peregangan
pada bagian yang cedera.
BAB III
PENUTUP
12
3.1. Kesimpulan
Pembidaian adalah proses yang digunakan untuk imobilisasi fraktur dan
dislokasi. Pembidaian harus memfixasi tulang yang patah dan persendian
yang berada di atas dan dibawah tulang yang fraktur. Jika yang cedera adalah
sendi, bidai harus memfixasi sendi tersebut beserta tulang disebelah distal dan
proximalnya.
3.2. Saran
13
Kami berharap para pembaca dapat memahami pembahasan makalah kami
tentang Pembidaian saran kami adalah agar setiap calon perawat dapat
memaksimalkan pengetahuanya dan tidak pernah berhenti untuk terus belajar dan
bekerja dengan kemampuan yang maksimal dan intergritas kerja yang baik.
Seorang yang melakukan pembidaian haruslah memahami bagian anatomi tubuh
yang mana saja yang bisa dilakukan sebuah pertolongan pembidaian jangan
sampai salah melakukan proses pembidian dibagian faktur yang terjadi dan juga
harus bisa menguasai pelaksanaan sebuah pembidaian yang benar jangan sampai
melakukan pembidaian pasien semakin kesakitan.
DAFTAR PUSTAKA
14
Ramsi, 2013. Pertolongan Pertama. Jakarta : Erlangga
Tim Bantuan Medis Panaca, 2013. Basic Life Support. Jakarta : EGC
Hamidi.2011.PertolonganPertama.UPI.URL:file.upi.edu/Direktori/pertolongan_pert
ama.pdf
15
Alat dan Bahan
16
Teknik Pengunaan Bidai Keras
17
Teknik Pengunaan Bidai Traksis
18
Teknik Pengunaan Bidai Improvisasi
19
20