Anda di halaman 1dari 6

Judul Artikel : Collagen Extraction from Mussel Byssus: A New Marine Collagen Source with

Physicochemical Properties of Industrial Interest


Jurnal : J Food Sci Technol
Volume : 54
Nomor : Issue 5
Halaman : 1228-1238
A. Latar Belakang
a. Kolagen merupakan kunci bahan biologis pada aplikas biomedis karena mempunyai
biokompatibilitas yang tinggi.
b. Beberapa masalah terkait kolagen dari mamalia menyebabkan sumber kolagen dari laut
untuk teknik jaringan banyak diminati.
c. Remis (Mytilus sp.) ditemukan di dasar perairan dan memiliki serabut agar tidak terseret
arus.
d. Pemanfataan remis menyebabkan limbah remis seperti cangkang dan serabut.
e. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui serabut dari remis dapat diekstraksi menjadi
kolagen.
B. Metodologi Penelitian
a. Bahan Mentah
Serabut Remis
- Memperoleh dari limbah ekspor remis perusahaan Orizon S.A.
- Simpan pada suhu -80 ˚C
- Gunakan dalam waktu 4 bulan
Serabut Remis
b. Karakteristik dari Serabut Remis
(a) Komposisi Proksimat
Serabut Remis
- Pengukuran berdasarkan metode AOAC
- Oven pada suhu 105 ˚C selama 24 jam untuk diukur kelembaban secara
gravimetri
- Gunakan ekstraksi Soxhlet untuk diukur kandungan lemak
- Gunakan metode Kjeldhal untuk diukur kandungan protein
- Oven pada 550 ˚C untuk diukur kandungan abu secara gravimetri
Serabut Remis
(b) Analisis Asam Amino dengan High Perfomance Liquid Chromatography (HPLC)
10 mg sampel serabut remis
- Hidrolisis dengan 300 μL HCl 6N pada 110 ˚C selama 24 jam

Hidrolisat

- Tambah 20 μL feniltiosianat (10% w/v)


Asam amino feniltiokarbamil
- Pisahkan dengan HPLC pada panjang gelombang 254 nm, suhu 40 ˚C
selama 30 menit
Asam amino

c. Isolasi Kolagen dari Serabut Remis


(a) Preparasi dari Bahan Mentah
c
Serabut remis
- Bersihkan dengan air keran (1:150 w/v) pada suhu 20 ˚C selama 10
menit sebanyak 2 kali
- Cuci dengan air suling (1:20 w/v) pada suhu 20 ˚C selama 10 menit
- Tiriskan dengan pengayak logam
- Potong menjadi potongan kecil (~3 mm) dengan gunting steril
Potongan serabut remis
- Benamkan ke dalam larutan NaOH 0,1 N (1:10 w/v) pada suhu 20 ˚C
dan 200 rpm, selama 60 menit
- Tiriskan dan dibilas dengan air suling (1:20 w/v) pada 20 ˚C selama 10
menit hingga netral
- Benamkan ke dalam larutan HCl 0,1 N (1;10 w/v) pada 20 ˚C dan 100
rpm selama 60 menit
- Tiriskan dan dibilas dengan air suling (1:10 w/v) pada 20 ˚C selama 10
menit hingga netral
Sampel
(b) Ekstraksi Kolagen dengan Enzim
Pepsin
- Masukkan 800-2500 satuan/g pepsin dari mukosa lambung babi ke
dalam asam asetat 0,5 N untuk 2 pepsin/serabut (1:50 dan 4:50)
- Tambah HCl hingga pH = 1,5
Larutan pepsin

Sampel
- Benamkan di larutan pepsin (1:6 w/v) untuk 2 waktu hidrolisis, 4 dan 24
jam pada 200 rpm dan suhu 25 ˚C
- Filtrasi dan dimasukkan ke tabung reaksi
- Panaskan pada suhu 98 ˚C selama 1 menit
- Tambah NaOH 5 N hingga pH = 4
- Masukkan ke larutan pepsin
- Panaskan pada suhu 80 ˚C selama 24 jam
Sampel terdispersi
- Saring dalam ruang vakum dengan kertas saring Whatman
- Endapkan dengan menambah NaOH 1 N hingga pH = 7
- Sentrifugasi pada 5000 rpm selama 10 menit
- Filtrasi, filtrat dibuang
- Endapan di liofilisasi pada suhu -54 ˚C dan tekanan 25 Pa selama 24 jam
Bubuk kolagen yang dilarutkan dalam pepsin (PSC)
d. Karakteristik Kolagen yang Dilarutkan dalam Pepsin (PSC)
Bubuk PSC
- Larutkan menjadi 6 mg/mL dalam asam asetat 0,5 N
Larutan PSC

(a) Analisis Asam Amino dengan High Perfomance Liquid Chromatography (HPLC)
Larutan PSC
- Hidrolisis dengan 300 μL HCl 6N pada 110 ˚C selama 24 jam

Hidrolisat
- Tambah 20 μL feniltiosianat (10% w/v)
Asam amino feniltiokarbamil
- Pisahkan dengan HPLC pada panjang gelombang 254 nm, suhu 40 ˚C
selama 30 menit

Asam amino

(b) Pengukuran Kandungan Kolagen


100 μL larutan PSC
- Tambahkan ke dalam reagen kolorimetri (pewarna Sirius red dalam
asam pikrat)
- Kocok selama 30 menit
- Sentrifugasi pada 12000 rpm selama 10 menit
- Pewarna dihilangkan
- Tambah reagen basa
- Tentukan absorbansi pada 550 nm dengan spektofotometer
Larutan PSC
(c) Hasil Ekstraksi
v kolagen kering, serabut
Bubuk PSC,
remis - Hitung persentase hasil ekstraksi

Bubuk PSC, kolagen kering, serabut


remis
(d) Penyebaran Turbiditas Kolagen
Larutan PSC
- Tentukan absorbansi pada 600 nm pada 25 ˚C menggunakan
spektofotometer
- Gunakan asam asetat 0,5 N sebagai blangko
Larutan PSC
(e) Penyebaran Viskositas Kolagen
Larutan PSC
- Tentukan viskositas pada 100 rpm dan suhu 25 ˚C selama 2 menit
menggunakan rotational viscometer

Larutan PSC
(f) Hubungan pH dan Kelarutan Kolagen
1 mL larutan PSC
- Tambahkan ke tabung sentrifugasi Eppendorf
- Atur pH = 2-8 dengan ditambahkan HCl 5 N atau NaOH 5 N
- Tambah air suling hingga 1,5 m ( pH = 2-8)
- Sentrifugasi pada 5000 rpm dan suhu kamar selama 30 menit
- Tentukan keefektifan dengan metode Bradford
Supernatan PSC
(g) Penentuan Suhu Denaturasi
10 mg bubuk PSC
- Timbang dan disegel dalam panci aluminium
- Amati tiap 5 ˚C/menit pada rentang 1-140 ˚C laju alir gas nitrogen 50
mL/menit
- Gunakan sampel kolagen sapi sebagai control
Bubuk PSC terdenaturasi
(h) Pengukuran Tegangan Permukaan
9 μL Larutan PSC
vvv
- Tentukan tegangan permukaan dengan goniometer pada 25 ˚C di 120
detik
Larutan PSC
e. Analisis Statistik
Larutan PSC
- Hitung analisis tratistik dengan ANOVA
Larutan PSC
Hasil dan Pembahasan
a. Karakteristik Serabut Remis
- Komposisi proksimat serabut remis meliputi : 81,93% protein; 76,55%
kelembapan; 9,67% abu; 6,92% air; dan 1,48% lemak
b. Ekstraksi Kolagen yang Dilarutkan dalam Pepsin (PSC) dari Serabut Remis
c. Keberadaan Asam Amino di Kolagen dari Serabut Remis
d. Penyebaran Viskositas Kolagen
- Hasil analisis tidak menunjukkan ada perbedaan signifikan viskositas
kolagen yang diberi perlakuan berbeda.
e. Penyebaran Turbiditas Kolagen
- Turbiditas semakin meningkat seiring dengan lama waktu ekstraksi
- Turbiditas pada PSC dengan rasio 1:50 lebih banyak daripada 4:50
f. Hubungan pH dan Kelarutan Kolagen
- Kelarutan maksimum di rentang pH 2-4 dan semakin turun seiring
dengan penambahan pH
g. Penyebaran Stabilitas Termal Kolagen
- Denaturasi PSC di rentang 83-91 ˚C
h. Penyebaran Tegangan Permukaan Kolagen
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil proses ekstraksi dapat
ditingkatkan dengan meningkatkan waktu hidrolisis. Tingginya nilai suhu denaturasi dari
kolagen byssus membuka peluang lebih jauh penelitian untuk menetapkan aktivitas
fungsional kolagen dari kerang byssus yang berdampak kinerjanya sebagai potensi
sumber baru kolagen untuk makanan, farmasi dan aplikasi biomedis.

Anda mungkin juga menyukai