KESELAMATAN PASIEN
UPTD PUSKESMAS PLOSOKLATEN
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga Puskesmas Plosoklaten Kabupaten Kediri
pada Tahun 2018 ini mendapat kesempatan untuk melaksanakan akreditasi.
Akreditasi bagi Puskesmas Plosoklaten Kabupaten Kediri sangatlah penting
untuk meningkatkan mutu pelayanan dan kepuasan bagi pasien serta masyarakat. Untuk
menunjang pelaksanaan akreditasi di Puskesmas Plosoklaten Kabupaten Kediri maka
diperlukan pedoman keselamatan pasien di Puskesmas Plosoklaten.
Harapan kami mudah mudahan pedoman keselamatan pasien ini dapat memberi
manfaat dan bagi Puskesmas Plosoklaten, sehingga akreditasi di Puskesmas
Plosoklaten Kabupaten Kediri berjalan lancar dan menjadi Puskesmas yang lebih baik.
BAB I
Pedoman Keselamatan Pasien UPTD Puskesmas Plosoklaten Tahun 2017. 2
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global. Ada lima isu penting yang terkait
dengan keselamatan (safety) yaitu : keselamatan pasien (patient safety),
keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan
di Puskesmas yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas,
keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran
lingkungan dan keselamatan ”bisnis” yang terkait dengan kelangsungan hidup
Puskesmas. Ke lima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting untuk
dilaksanakan. Namun harus diakui kegiatan institusi kesehatan dapat berjalan
apabila ada pasien.Karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk
dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra puskesmas. Harus
diakui, pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan pasien
sesuai dengan yang diucapkan Hiprocrates kira-kira 2400 tahun yang lalu yaitu
Primum, non nocere (First, do no harm). Namun diakui dengan semakin
berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan kesehatan menjadi semakin kompleks
dan berpotensi terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan - KTD (Adverse event) apabila
tidak dilakukan dengan hati-hati. Di puskesmas terdapat ratusan macam obat,
ratusan tes dan prosedur, banyak alat dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga
profesi dan non profesi yang siap memberikan pelayanan pasien 24 jam terus
menerus. Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola
dengan baik dapat terjadi KTD.Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi
tuntutan masyarakat maka pelaksanaan program keselamatan pasien perlu
dilakukan.Karena itu diperlukan acuan yang jelas untuk melaksanakan keselamatan
pasien tersebut.
2. Tujuan Pedoman
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di puskesmas
2. Meningkatnya akutanbilitas Puskesmas terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di Puskesmas.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
5. Batasan Operasional
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana puskesmas
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assessmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindaklanjutnya serta
B. Distribusi Ketenagaan
Pelayanan Pendaftaran buka setiap hari kerja sesuai jam pelayanan sebagai berikut
:
- Senin s/d Kamis : 07.30 – 12.00
- Jumat : 07.15 – 10.00
- Sabtu : 07.30 – 10.30
Pendaftaran: 4 petugas
BP Umum: 1 dokter, 1 perawat,
Lansia : 1 Dokter 1 perawat.
Tindakan : 1 Perawat, Konsul ke dokter.
Gigi: 1 dokter gigi, 1 perawat gigi
KIA: 2 – 3 Bidan
Laboratorium: 1 petugas Laboratorium
Farmasi: 2 petugas .
Gizi : 1 Petugas.
C. Jadwal Kegiatan
1. Pengaturan jadwal jaga dokter, perawat dan bidan dibuat bersama-
sama dan di pertanggung jawabkan oleh Kordinator Klinis, Kordinator
Bidan dan Kordinator Perawat.
2. Jadwal dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan didistribusikan pada
akhir bulan sebelum pelaksanaan jadwal.
BAB III
STANDAR FASILITAS
B. Standar Fasilitas
I. Fasilitas dan sarana
Ruang pelayanan kepada pasien pada umumnya berlokasi saling
berdekatan antara poli layanan di puskesmas untuk mempermudah akses pasien
dan antar ruang pelayanan.
Ruang BP gigi memiliki satu unit kursi gigi beserta peralatannya, 1 meja
periksa dokter, 1 lemari peralatan dan wastafel.Ruangan ini juga diperlengkapi
komputer sebagai sarana sistem informasi puskesmas.
Ruang KIA terhubung langsung dengan ruang KB dan dekat dengan ruang
Immunisasi, sehingga memudahkan pemberian pelayanan KIA berupa
pemeriksaan ibu hamil, pelayanan KB, pemeriksaan calon pengantin serta
pemberian immunisasi pada balita.Ruangan KIA memiliki meja administrasi, bed
pemeriksaan, bed ginekologi, wastafel, lemari peralatan dan perangkat komputer
pendukung sistem informasi puskesmas.
Ruang farmasi memiliki sarana meja kerja, meja tempat menyiapkan resep,
lemari obat, kulkas, wastafel dan perangkat komputer.
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
2. Langkah Kegiatan
Kriteria :
6.1. Setiap Puskesmas harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi
bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan
tugasnya masing-masing.
BAB V
LOGISTIK
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan finansial.
Semua organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja dan orang lain
yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu. [2] Praktek K3
(keselamatan kesehatan kerja) meliputi pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi,
juga penyembuhan luka dan perawatan untuk pekerja dan menyediakan perawatan
kesehatan dan cuti sakit.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
BAB IX
PENUTUP
Pedoman Keselamatan Pasien UPTD Puskesmas Plosoklaten Tahun 2017. 18
Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan di
Puskesmas maka pelaksanaan kegiatan keselamatan pasien Puskesmas sangatlah
penting. Melalui kegiatan ini diharapkan terjadi penekanan / penurunan insiden sehingga
dapat lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap puskesmas di
Indonesia.Program Keselamatan Pasien merupakan never ending proses, karena itu
diperlukan budaya termasuk motivasi yang cukup tinggi untuk bersedia melaksanakan
program keselamatan pasien secara berkesinambungan dan berkelanjutan.