Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Kemerdekaan Indonesia bukan berarti Negara Indonesia terbebas dari segala


masalah yang ada.Terdapat beberapa oknum ataupun organisasi masyarakat yang
menginginkan ideologi mereka yang menjadi landasan negara yang telah disepakati
sebelumnya, salah satunya adalah organisasi dari partai politik Partai Komunis
Indonesia (PKI). Hingga saat ini masih banyak organisasi masyarakat yang
menginginkan separatis dengan kedaulatan NKRI.

Pemberontakan PKI tanggal 30 September 1965 bukanlah kali pertama bagi


PKI. Sebelumnya,pada tahun 1948 PKI sudah pernah mengadakan pemberontakan di
Madiun. Pemberontakan tersebut dipelopori oleh Amir Syarifuddin dan Muso. Tujuan
dari pemberontakan itu adalah untuk menghancurkan Negara RI dan menggantinya
menjadi negara komunis.Beruntunglah pada saat itu Muso dan Amir Syarifuddin
berhasil ditangkap dan kemudian ditembak mati sehingga pergerakan PKI dapat
dikendalikan.

Namun, melalui demokrasi terpimpin kiprah PKI kembali bersinar. Terlebih lagi
dengan adanya ajaran dari presiden Soekarno tentang Nasakom (Nasional, Agama,
Komunis) yang sangat menguntungkan PKI karena menempatkannya sebagai bagian
yang sah dalam konstelasi politik Indonesia. Bahkan, Presiden Soekarno mengangap
aliansinya dengan PKI menguntungkan sehingga PKI ditempatkan pada barisan
terdepan dalamdemokrasi terpimpin.

Saat ini film dapat dikatakan sebagai alat propaganda politik. Ada banyak film
perjuangan yang jadi tontonan wajib bagi siswa, sebagian besar tentang kehebatan
perjuangan rakyat Indonesia terutama militer dalam mempertahankan revolusi. Pada
1980-an hingga 1990-an, Departemen Penerangan Republik Indonesia—melalui Pusat
Produksi Film Negara (PPFN)—merupakan lembaga yang bertanggung jawab
memproduksi film-film propaganda politik rezim Orde Baru dengan sokongan cukup
besar dana.

Salah satunya yang legendaris adalah Pengkhianatan G 30S PKI yang


disutradarai Arifin C. Noer dan diproduksi oleh PPFN pada 1984. Seluruh stasiun
televisi wajib menayangkan film yang mengisahkan penculikan terhadap tujuh jenderal
(atau “Dewan Jenderal”) pada subuh 1 Oktober 1965. Penayangan baru dihentikan pada
masa pemerintahan Habibie, melalui Menteri Penerangan Yunus Yosfiah, pada 1998.
TNI-Angkatan Udara juga dikabarkan keberatan atas kebijakan penayangan karena film
itu mengimplikasikan keterlibatan AU. Namun Akhir-akhir ini, tanah air sedang
diributkan dengan wacana pemutaran kembali film G30S/PKI yang dianggap
kontroversial. Ide tersebut tercetus dari Panglima TNI, Gatot Nurmantyo, yang
mewajibkan anggota TNI untuk menonton film G30S/PKI tersebut menjelang
peringatan peristiwa tersebut tanggal 30 September.

2. Rumusan masalah

a. Pengertian Komunisme ?

b. Sejarah singkat G30SPKI ?

c. Sejarah singkat film G30SPKI ?

3.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapat masyarakat terhadap


pemutaran kembali film G30SPKI
METODOLOGI

Adapun metode penelitian yang dipakai penulis yaitu dengan mengadakan studi
pustaka dengan cara membaca dan mengumpulkan sumber-sumber dan metode
wawancara serta menggunakan teori uses and gratification.
PEMBAHASAN

1. Pengertian Komunisme

Komunisme adalah sebuah ideologi. Penganut paham ini berasal dari Manifest
der Kommunistischen yang ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, sebuah
manifesto politik yang pertama kali diterbitkan pada 21 Februari 1848 teori mengenai
komunis sebuah analisis pendekatan kepada perjuangan kelas (sejarah dan masa kini)
dan ekonomi kesejahteraan yang kemudian pernah menjadi salah satu gerakan yang
paling berpengaruh dalam dunia politik.

Komunisme adalah salah satu ideologi di dunia.Komunisme sebagai anti


kapitalisme menggunakan sistem sosialisme sebagai alat kekuasaan sebagai Prinsip
semua adalah milik rakyat dan dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat secara
merata.

Komunisme pada awal kelahiran adalah sebuah koreksi terhadap faham


kapitalisme di awal abad ke-19an, dalam suasana yang menganggap bahwa kaum buruh
dan pekerja tani hanyalah bagian dari produksi dan yang lebih mementingkan
kesejahteraan ekonomi. Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya, muncul
beberapa faksi internal dalam komunisme antara penganut komunis teori dengan
komunis revolusioner yang masing-masing mempunyai teori dan cara perjuangannya
yang saling berbeda dalam pencapaian masyarakat sosialis untuk menuju dengan apa
yang disebutnya sebagai masyarakat utopia.

Secara umum komunisme berlandasan pada teori Dialektika materi oleh


karenanya tidak bersandarkan pada kepercayaan agama dengan demikian pemberian
doktrin pada rakyatnya, dengan prinsip bahwa “agama dianggap candu” yang membuat
orang berangan-angan yang membatasi rakyatnya dari pemikiran ideologi lain karena
dianggap tidak rasional serta keluar dari hal yang nyata (kebenaran materi).

Komunisme merupakan ideologi yang menghendaki penghapusan pranata kaum


kapitalis serta berkeinginan membentuk masryarakat kolektif agar tanah dan modal
(faktor produksi) dimiliki secara sosial dan pertentangan kelas serta sifat kekuatan
menindas dari negara tidak berlangsung lagi. Dalam setiap upaya-upaya untuk
menanamkan ideologinya itu, Paham komunis berusaha mengambil jalan pintas yakni
dengan jalan revolusi dengan metode kekerasan. Hal inilah yang menyebabkan antipati
masyarakat dunia terhadap paham ini. Kalau kita membuka lembaran sejarah
berikutnya, Afganistan yang pernah berada di bawah jajahan Unisoviet mengalami
tragedi kemanusiaan yang panjang akibat cara-cara kekerasan yang dilakukan Penganut
paham komunis tersebut.
2. Sejarah singkat G30SPKI

Gerakan 30 September (dahulu juga disingkat G 30 S PKI, G-30S/PKI), Gestapu


(Gerakan September Tiga Puluh), Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah sebuah
peristiwa yang terjadi selewat malam tanggal 30 September sampai di awal 1 Oktober
1965 di mana enam perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya
dibunuh dalam suatu usaha percobaan kudeta yang kemudian dituduhkan kepada
anggota Partai Komunis Indonesia.

Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan partai komunis yang terbesar di


seluruh dunia, di luar Tiongkok danUni Soviet.Sampai pada tahun 1965 anggotanya
berjumlah sekitar 3,5 juta, ditambah 3 juta dari pergerakan pemudanya.PKI juga
mengontrol pergerakan serikat buruh yang mempunyai 3,5 juta anggota dan pergerakan
petani Barisan Tani Indonesia yang mempunyai 9 juta anggota. Termasuk pergerakan
wanita (Gerwani) , organisasi penulis dan artis dan pergerakan sarjananya, PKI
mempunyai lebih dari 20 juta anggota dan pendukung.

Pada bulan Juli 1959 parlemen dibubarkan dan Sukarno menetapkan konstitusi
di bawah dekrit presiden – sekali lagi dengan dukungan penuh dari PKI.Ia memperkuat
tangan angkatan bersenjata dengan mengangkat para jendral militer ke posisi-posisi
yang penting.Sukarno menjalankan sistem “Demokrasi Terpimpin”.PKI menyambut
“Demokrasi Terpimpin” Sukarno dengan hangat dan anggapan bahwa dia mempunyai
mandat untuk persekutuan Konsepsi yaitu antara Nasionalis, Agama dan Komunis yang
dinamakan NASAKOM.

Pada era “Demokrasi Terpimpin”, kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan


kaum burjuis nasional dalam menekan pergerakan-pergerakan independen kaum buruh
dan petani, gagal memecahkan masalah-masalah politis dan ekonomi yang mendesak.
Pendapatan ekspor menurun, foreign reserves menurun, inflasi terus menaik dan korupsi
birokrat dan militer menjadi wabah.

G30SPKI adalah sebuah peristiwa yang terjadi pada tanggal 30 September


sampai 1 Oktober 1965 di mana enam perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa
orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha kudeta (pengambilan kekuasaan) yang
kemudian dituduhkan kepada anggota Partai Komunis Indonesia.

Di akhir 1964 dan permulaan 1965 ribuan petani bergerak merampas tanah yang
bukan hak mereka.Bentrokan-bentrokan besar terjadi antara polisi dan para pemilik
tanah.Pada permulaan 1965, para buruh mulai menyita perusahaan-perusahaan karet dan
minyak milik Amerika Serikat.
Peristiwa

1. Isu Dewan Jenderal

Pada saat-saat genting sekitar bulan September 1965 muncul isu adanya Dewan
Jenderal, yang mengungkapkan bahwa para petinggi Angkatan Darat tidak puas
terhadap Soekarno dan berniat untuk menggulingkannya. Menanggapi isu ini, Soekarno
memerintahkan pasukan Cakrabirawa untuk menangkap dan membawa mereka untuk
diadili.Namun secara tak terduga, dalam operasi penangkapan tersebut para jenderal
tersebut terbunuh.

2. Isu Dokumen Gilchrist

Dokumen Gilchrist diambil dari nama duta besar Inggris untuk Indonesia, Andrew
Gilchrist. Beredar hampir bersamaan waktunya dengan isu Dewan Jenderal.Dokumen
ini oleh beberapa pihak dianggap pemalsuan. Di bawah pengawasan Jenderal Agayant
dari KGB Rusia, dokumen ini menyebutkan adanya “Teman Tentara Lokal Kita” yang
mengesankan bahwa perwira-perwira Angkatan Darat telah dibeli oleh pihak Barat.
Kedutaan Amerika Serikat juga dituduh memberi daftar nama anggota PKI kepada
tentara untuk “ditindaklanjuti”.

3. Isu Keterlibatan Soeharto

Menurut isu yang beredar, Soeharto saat itu menjabat sebagai Pangkostrad (Panglima
Komando Strategis Cadangan Angkatan Darat) tidak membawahi pasukan.

Korban

Keenam pejabat tinggi yang dibunuh tersebut adalah:

 Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf


Komando Operasi Tertinggi)
 Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang
Administrasi)
 Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD
bidang Perencanaan dan Pembinaan)
 Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang
Intelijen)
 Brigjen TNI Donald Issac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang
Logistik)
 Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal
Angkatan Darat)
 Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang menjadi sasaran utama, selamat
dari upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani
Nasution dan ajudan beliau, Lettu CZI Pierre Andreas Tendean tewas dalam
usaha pembunuhan tersebut.

Selain itu beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban:

 Bripka Karel Satsuin Tubun (Pengawal kediaman resmi Wakil Perdana


Menteri II dr.J.Leimena)
 Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem 072/Pamungkas,
Yogyakarta)
 Letkol Sugiyanto Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem 072/Pamungkas,
Yogyakarta)

Para korban tersebut kemudian dibuang ke suatu lokasi di Pondok Gede, Jakarta yang
dikenal sebagai Lubang Buaya.Mayat mereka ditemukan pada 3 Oktober.

HASIL ANALISIS

1. Sejarah singkat film G30SPKI

Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI adalah judul film bernuansa sejarah Indonesia


yang tayang pada tahun 1984. Film ini disutradarai dan ditulis oleh Arifin C. Noer,
diproduseri oleh G. Dwipayana, dan dibintangi Amoroso Katamsi, Umar Kayam, dan
Syubah Asa. Diproduksi selama dua tahun dan menguras kas negara sebanyak Rp 800
juta rupiah, secara jelas disponsori oleh negara. Hal tersebut didukung dengan penulisan
script oleh sejarawan yang rujukannya berasal dari buku sejarah yang juga, didanai
negara kala itu, film ini disponsori oleh pemerintahan Orde Baru. Secara umum, film ini
menggambarkan peristiwa kudeta ini didalangi oleh Partai Komunis Indonesia (PKI)
dan beberapa hari setelahnya.

Film tersebut menayangkan peristiwa penculikan dan pembunuhan beberapa jenderal


dengan keji yang dilakukan oleh PKI. Tentu saja sebagai film yang sekarang mungkin
dikategorikan sebagai genre action thriller, film tersebut mengeksploitasi kekejian dan
banyak darah.

Bagi mereka yang menentang pemutaran kembali film G30S/PKI secara umum
mempunyai 2 alasan, yaitu mempertanyakan obyektivitas film dan mempertanyakan
dampak pemutaran film tersebut. Bagi pihak pertama, film G30S/PKI ini dianggap
sebagai film titipan Orde Baru yang tidak menggambarkan sesuatu sesuai dengan fakta
lapangan. Keseluruhan alur dianggap mengelu-elukan Soeharto dan Orde Baru sebagai
pahlawan yang berhasil menumpas pemberontakan PKI tahun 1965.

2. Tanggapan Penulis terhadap Film G30SPKI yang kembali ditayangkan

pemerintahan Joko "Jokowi" Widodo berharap dengan diputarnya film itu dapat
membuat generasi millenial lebih mengenal bahaya PKI. Tapi, masalahnya bisakah
tujuan itu tercapai? Sebab, film tersebut ditayangkan di era yang berbeda dengan saat
ini.

Publik saat ini lebih kritis dalam memproses informasi, karena mereka dapat mengecek
ke sumber informasi lainnya, termasuk mengenai isu kebangkitan paham komunisme.
Berbeda halnya ketika film itu tayang pada tahun 1980an.

Ketika film itu disiarkan pada masa orde baru, tidak ada sumber informasi lain kecuali
televisi yang cuma satu, koran yang dikontrol pemerintah dan film tadi. Kalau sekarang,
masyarakat atau generasi muda bisa terima informasi dari internet. Mereka bisa memilih
dan membaca informasi apapun,

Oleh sebab itu, tidak yakin tujuan akhir dari pemutaran film tersebut akan tercapai.
Sebab, publik dapat dengan bebas saat ini mengecek informasi, termasuk
mempertanyakan isi film 'Pengkhianatan G30S/PKI'.

3. Hasil Wawancara

 Wihdah Rahma Fadhilah (Mahasiswa Sastra Indonesia semester 5 )


"persoalan narasi ini setelah dewasa saya baru memahami bahwa memang film
ini adalah film yang tidak jujur, tapi pengarah film ini sangat baik dalam
mengelola jalan cerita termasuk unsur pemaknaan yang ada dalam film tersebut.
Ada beberapa hal yang saya catat dalam film ini yang kemudian menggiring
bahwa G 30 S/PKI adalah sebuah peristiwa kekejaman yang 'seakan-akan terjadi
hanya disebabkan dari "Pihak Sana" bukan sebagai rangkaian cerita dialektis
saling mempengaruhi antara "Pihak Sana" dan "Pihak Sini".

 Lulu Fitri Aini (Mahasiswa teknik textile semester 3)


“film G30SPKI pertama kali saya tonton ketika SD jadi belum terlalu paham
juga, namun tanggapan saya tentang film yang diputar kembali lebih baik
diputar ketika anak-anak sudah berada minimal ketika SMP dan sangat
memerlukan bimbingan oleh gurunya”

 Nadia Hanipa (Mahasiswa Muamalah semester 3)

“film yang sarat dengan kekerasan sebaiknya tidak diputar di sekolah-sekolah


dasar karena walaupun dengan bimbingan gurunya tetap saja daya tangkap
mereka terhadap film akan berbeda dengan cara berfikir orang dewasa”

 Anis Nisfah Syabani (Mahasiswa Kesehatan semester 5)


“mungkin lebih baik jika dibuat versi barunya agar dapat lebih dinikmati oleh
generasi millenial saat ini”

 Rizkiani Prianti (Mahasiswa Ekonomu semester 5)


“bagus juga kalau film G30SPKI kembali ditayangkan, agar generasi tidak lupa
sejarah walaupun dibaliknya masih banyak pro kontra perihal fakta yang
sebenarnya terjadi”

 Neneng Siti Saadah (Mahasiswa Ekonomi semester 5)


“belum pernah menonton film G30SPKI tapi kata orang-orang filmnya seram
dan bikin merinding”

HUBUNGAN BERITA dengan TEORI USES AND GRATIFICATION

Teori Uses and Gratifications adalah sekelompok orang atau orang itu sendiri dianggap
aktif dan selektif menggunakan media sebagai cara untuk memenuhi kebutuhannya.
Studi didalam bidang ini memusatkan perhatian pada penggunaan (uses) media untuk
mendapatkan kepuasan (Gratifications) atas kebutuhan seseorang. Oleh karena itu,
sebagian besar prilaku orang tersebut akan dijelaskan melalui berbagai kebutuhan dan
kepentingan individu.

Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin berkembangnya teknologi maka semakin mudah
juga masyarakat menyebar atau menerima berita entah fakta maupun berita bohong atau
HOAX terkadang masyarakat dapat menelan mentah-mentah tanpa menyaring berita
terlebih dahulu akibatnya saat ini banyak orang-orang yang mudah terprovokasi. Seperti
yang telah dijelaskan bahwa zaman ini media massa tidak lagi diatur oleh pemerintah
namun masyarakat bebas mengakses segala informasi melalui media massa dan bebas
memilih berita apa yang ingin ia lihat dengan itu pula dengan adanya isu wacana
pemutaran kembali film G30SPKI menjadi sebuah perbincangan hangat di masyarakat
banyak yang pro namun tak sedikit juga yang kontra bahkan ada yang tidak begitu
peduli. Maka dari itu teori ini menunjukan bahwa masyarakat dapat memilih apa yang
ingin ia lihat atau tidak.
SIMPULAN

Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI adalah judul film bernuansa sejarah Indonesia


yang tayang pada tahun 1984. Film ini disutradarai dan ditulis oleh Arifin C. Noer,
diproduseri oleh G. Dwipayana, dan dibintangi Amoroso Katamsi, Umar Kayam, dan
Syubah Asa. Diproduksi selama dua tahun dengan anggaran sebesar 800 juta rupiah
kala itu, film ini disponsori oleh pemerintahan Orde Baru. Secara umum, film ini
menggambarkan peristiwa kudeta ini didalangi oleh Partai Komunis Indonesia (PKI)
dan beberapa hari setelahnya.

Film tersebut menayangkan peristiwa penculikan dan pembunuhan beberapa jenderal


dengan keji yang dilakukan oleh PKI. Tentu saja sebagai film yang sekarang mungkin
dikategorikan sebagai genre action thriller, film tersebut mengeksploitasi kekejian dan
banyak darah.

Bagi mereka yang menentang pemutaran kembali film G30S/PKI secara umum
mempunyai 2 alasan, yaitu mempertanyakan obyektivitas film dan mempertanyakan
dampak pemutaran film tersebut. Bagi pihak pertama, film G30S/PKI ini dianggap
sebagai film titipan Orde Baru yang tidak menggambarkan sesuatu sesuai dengan fakta
lapangan. Keseluruhan alur dianggap mengelu-elukan Soeharto dan Orde Baru sebagai
pahlawan yang berhasil menumpas pemberontakan PKI tahun 1965.

Keberatan ini terutama bagi mereka yang berafiliasi dengan PKI. Mereka merasa bahwa
PKI tidak melakukan pemberontakan. Mereka menuturkan, PKI merupakan korban
politik dan kambing hitam yang digunakan Soeharto untuk meruntuhkan tahta Soekarno
pada masa itu.

Di sisi lain, beberapa keberatan terkait dampak pemutaran film tersebut bersumber dari
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Ketua KPAI mengatakan, “Jika
kekerasan dan kekejaman dipertontonkan, mudaratnya lebih banyak dibandingkan
dampak positifnya. Maka, rencana nonton bareng film G30S/PKI di sejumlah sekolah
perlu dipikirkan ulang.”

Namun di sisi lain sejarah tetaplah harus diingat terlepas benar atau tidaknya bangsa
kita pernah memiliki masa kelam yang harus selalu diingat oleh generasi ke generasi
agar jiwa nasionalisme suatu bangsa tidak luntur,
DAFTAR PUSTAKA

Drs. C.T.R.Kansil,SH. 1992. Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa. Jakarta :


Erlangga

Center For Information Analysis. 2006. Gerakan G30SPKI Antara Fakta dan Rekayasa.
Yogakarta : Media Pressindo

http://www.kumpulansejarah.com/2012/11/sejarah-peristiwa-g30s-pki.html

Anda mungkin juga menyukai