Anda di halaman 1dari 3

LEARNING ISSUE

Nama : Rati Amira Lekabreda


NIM : 04011181419050
Kelas : Beta 2014

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN


Pada dasarnya ada empat tingkatan pencegahan penyakit secara umum, yakni:
Pencegahan tingkat dasar (primordial prevention), pencegahan primer (primary prevention),
pencegahan sekunder (secondary prevention), dan pencegahan tersier (tertiary prevention).1
Berikut ini akan dijelaskan langkah-langkah atau tingkatan pencegahan (level of prevention)
dari demam tifoid:

A. Primordial Prevention
Pencegahan tingkat dasar merupakan upaya pencegahan dini terhadap penyakit secara
umum oleh masyarakat. Hal ini terkait dengan usaha memelihara atau mempertahankan gaya
hidup sehat masyarakat. Selain itu, pencegahan dapat dilakukan agar kebiasaan buruk atau
tidak sehat masyarakat kemudian tidak diikuti oleh generasi selanjutnya.
Oleh karena pencegahan ini masih bersifat umum (tidak untuk penyakit tertentu)
sehingga bisa digunakan tidak hanya untuk penyakit demam tifoid saja tetapi juga untuk
penyakit lainnya. Contoh primordial prevention, yaitu menjaga pola makan sehat, sanitasi
personal maupun lingkungan, dan sebagainya.
B. Primary Prevention
Pencegahan ini merupakan pencegahan terhadap suatu penyakit tertentu dengan
mengontrol atau mengawasi faktor resiko, faktor penyebab yang dilakukan sebelum penyakit
masuk kedalam tubuh (periode prepatogenesis). Pencegahan primer ini terbagi dua yaitu:
1. Health Promotion (Promosi Kesehatan)
 Penyuluhan dan edukasi terkait penyakit demam tifoid (gejala, penyebab langsung, faktor
resiko, bahaya dan sebagainya)
 Sosialisai melalui media massa (poster, iklan, brosur, pamflet, dsb.)
2. General and Specific Protection (Perlindungan Umum dan Khusus)
 Mengajak masyarakat untuk gotong-royong melakukan sanitasi lingkungan (bersih-bersih
pekarangan rumah, fasilitas umum seperti bak sampah, dsb.)
 Memperhatikan sarana dan sumber air bersih
 Mengajak masyarakat untuk melakukan personal hygiene (mencuci tangan setelah buang
air besar, dan sesudah maupun sebelum makan)
 Mengadakan pelatihan cara mengolah dan menyajikan makanan yang baik, sehat, dan
bersih kepada para Ibu rumah tangga
 Mengajak masyarakat untuk selalu memanfaatkan toilet ketika (maaf) buang air besar
maupun buang air kecil.
 Pasteurisasi susu yang tepat
 Imunisasi/vaksinasi, terutama kepada para tenaga medis, anggota keluarga penderita, dan
turis asing yang mendatangi daerah endemis
C. Secondary Prevention

Pencegahan ini disasarkan kepada orang-orang yang setelah diagnosis, mereka dianggap
menderita maupun yang terancam menderita. Sehingga, pencegahan ini berguna untuk
menghentikan proses penyakit lebih lanjut, mencegah perluasan penyakit, serta dapat
dilakukan pengobatan yang cepat dan tepat.

1. Early Diagnosis and Promt Treatment (Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera)
 Screening
 Pengobatan yang cepat dan tepat, seperti pemberian antibiotika yang tepat
 Pencarian dan pelaporan kasus demam tifoid yang rutin dan sigap
D. Tertiary Prevention

Pencegahan ini dilakukan terhadap pasien atau penderita penyakit tertentu sehingga
diharapkan dapat mencegah bertambah parahnya penyakit yang diderita dan mencegah
terjadinya kecacatan mapun kematian.

1. Disability Limitation (Pembatasan Kecacatan)


 Ahli medis melakukan pengobatan secara intensif
 Perencanaan pengobatan yang spesifik, sperti pada orang dewasa menggunakan
ciprofloxacin dan untuk anak-anak ada TMP-SMX yang masih efektif untuk penderita
akut
2. Rehabilitation (Rehabilitasi)
 Penderita disarankan untuk menjaga personal hygiene, sanitasi lingkungan dan makanan,
sarana air bersih, dan sebagainya.
 Manajemen stress, karena kemungkinan penyakit yang diderita membuat penderita
merasa tidak produktif dan merasa bosan, sehingga pasien bisa produktif kembali

Program-program pelayanan kesehatan terkait sanitasi dan personal hygiene sangat


membantu dalam penanggulangan penyakit ini. Pemeriksaan seperti uji widal, IDL TUBEX,
Typidot, dan Typidot M akan membantu menegakkan diagnosis demam tifoid. Namun untuk
memastikan adanya demam tifoid, perlu dilakukan pemeriksaan biakan darah, feses, dan urin.
Selain itu ada juga pemberian dua jenis vaksin yaitu, vaksin hidup yang dilemahkan (Ty21A)
dan vaksin polisakarida Vi.2

Anda mungkin juga menyukai