Skenario C Blok 29
Skenario C Blok 29
Dr. Indah telah bertugas di Puskesmas Mercubuana selama 5 tahun dan menjabat sebagai Kepala
Puskesmas sejak 2 tahun terakhir. Puskesmas Mercubuana merupakan Puskesmas Kecamatan
Harumba yang memiliki 3 desa dengan jumlah penduduk 3s7.200 jiwa (700 KK). Tiap desa
memiliki 1 Poskesdes dengan 1 Bidan Desa di tiap Poskesdes Kecamatan Harumba dibagi oleh
sungai Barabara yang merupakan sumber kehidupan bagi penduduk Mayoritas penduduk bekerja
sebagai petani sawit dan mempunyai penghasilan yang sangat rendah. Penduduk rata-rata
berpendidikan rendah. Di Kecamatan Harumba hanya terdapat 3 SD dan 1 SMP.
Pada hari Senin pekan lalu, dr. Indah kedatangan 2 orang pasien. Pasien pertama bernama Neni,
seorang anak perempuan berusia 6 tahun yang dibawa keluarganya dengan surat dari RSUD
Kabupaten. Pada surat tersebut tertulis diagnosis pasien berupa pasca terapi Tipus Perut selama 7
hari. Pasien dibekali obat yang cukup untuk 5 hari.
Pasien kedua bernama Tn. Muradi, seorang laki-laki berusia 42 tahun yang diantar oleh bidan
desa dengan keluhan panas tinggi yang disertai muntah dan diare. Dr. Indah dan paramedis yang
bertugas di Puskesmas saat itu menangani kedua pasien dengan baik. Akan tetapi, Tn. Mursidi
akhirnya dirujuk ke RSUD Kabupaten dengan Kendaraan Puslrng Puskesmas.
Saat mini lokakarya Puskesmas, dr. lndah memaparkan kasus Neni dan Tn. Mursidi untuk
didiskusikan dengan tim UKM Puskesmas. Dr. indah membahas strategi penanggulangan
penyakit dari kedua kasus tersebut karena dianggap dapat menular melalui lingkungan. Setelah
lokakarya tersebut selesai, dr. Indah dan Tlrn Puskesmas Mercubuana memutuskan suatu
perencanaan dan strategi yang akan dilakukan Puskesmas untuk penduduk dan keluarga yang
tertular penyakit tersebut.
Klarifikasi Istilah:
1. Poskesdes: Pos Kessehatan Desa, adalah upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
atau UKBM yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan atau menediakan
pelayanan kesehatan dasar masyarakat desa
2. Bidan Desa: Adalah yang ditempatkan, diwajibkan tinggal serta bertugas melayani
masyarakat dalam mencapai target derajata kesehatan di wilayah kerjanya yang meliputi
1 sampai 2 desa, dalam melaksanakan tugasnya bidan bertanggung jawab langsung
kepada kepala puskesmas setempat dan bekerja sama dengan perangkat desa
3. Tipus Perut: (Demam tifoid) Merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh
salmonella enterica serova typhi(S. Typhi) Yang ditularkan melalui makanan atau
minuman yang terkontaminasi oleh feses atau urinorang yang terinfeksi
4. Diare: Merupakan peningtan pengeluaran tinja dengan konsistenssi lebih lunak atau lebih
cair dari biasanya dan terjadi paling sedikit 3x dalam 24 jam
5. Pusling: Puskesmas Keliling, merupakan unit pelayanan kesehatan keliling yang
dilengkapi dengan bkendaraan bermotor, peralatan kesehatan, peralatan omunikasi serta
sejumlah tenaga yang berasal dari puskesmas.
6. Puskesmas: Pusat Kesehatan Masyarakat adalah salah satau sarana pelayanan kesehatan
masyarakat yang sangat pentinng di Indonesia. Puskesmas merupakan unit pelaksana
teknis dinas kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
7. Lokakarya Mini: Penerapan manajemen pergerakan pelaksanaan di puskesmas dalam
bentuk forum pertemuan
8. UKM Puskesmas: Upaya Kesehatan Masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan
pemerintah dan atau masyarakat serta swasta untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya maslah kesehtan masyarakat
Identifikasi Masalah:
1. Puskesmas Mercubuana merupakan Puskesmas Kecamatan Harumba yang memiliki 3
desa dengan jumlah penduduk 37.200 jiwa (7000 KK). Tiap desa memiliki 1 Poskesdes
dengan 1 Bidan Desa di tiap Poskesdes Kecamatan Harumba dibagi oleh sungai Barabara
yang merupakan sumber kehidupan bagi penduduk Mayoritas penduduk bekerja sebagai
petani sawit dan mempunyai penghasilan yang sangat rendah. Penduduk rata-rata
berpendidikan rendah. Di Kecamatan Harumba hanya terdapat 3 SD dan 1 SMP.
2. Pasien pertama bernama Neni, seorang anak perempuan berusia 6 tahun yang dibawa
keluarganya dengan surat dari RSUD Kabupaten. Pada surat tersebut tertulis diagnosis
pasien berupa pasca terapi Tipus Perut selama 7 hari. Pasien dibekali obat yang cukup
untuk 5 hari.
3. Pasien kedua bernama Tn. Mursidi, seorang laki-laki berusia 42 tahun yang diantar oleh
bidan desa dengan keluhan panas tinggi yang disertai muntah dan diare. Sudah diterapi
dengan baik, akan tetapi, Tn. Mursidi akhirnya dirujuk ke RSUD Kabupaten dengan
Kendaraan Pusling Puskesmas.
4. Saat mini lokakarya Puskesmas, dr. lndah dan UKM Puskesmas membahas rencana dan
strategi penanggulangan penyakit dari kedua kasus tersebut karena dianggap dapat
menular melalui lingkungan dan mengobati penduduk dan keluarga yang tertular
penyakit tersebut.
Analisis Masalah
1. Puskesmas Mercubuana merupakan Puskesmas Kecamatan Harumba yang memiliki 3
desa dengan jumlah penduduk 37.200 jiwa (7000 KK). Tiap desa memiliki 1 Poskesdes
dengan Bidan Desa di tiap Poskesdes Kecamatan Harumba dibagi oleh sungai Barabara
yang merupakan sumber kehidupan bagi penduduk Mayoritas penduduk bekerja sebagai
petani sawit dan mempunyai penghasilan yang sangat rendah. Penduduk rata-rata
berpendidikan rendah. Di Kecamatan Harumba hanya terdapat 3 SD dan 1 SMP.
a. Berapa jumlah pusat pelayanan kesehatan yang ideal untuk 1 kecamatan dengan
jumlah populasi sesuai pada kasus?1,2,3
b. Apa saja faktor resiko dari sungai Bara-bara yang dapat mengganggu kesehatan
masyarakat di kecamatan Harumba?4,5,6
c. Apa saja faktor resiko dari pekerjaan sebagai petani sawit yang dapat
mengganggu kesehatan masyarakat di kecamatan Harumba?7,8,9
Jawab:
a. Malaria
Petani Indonesia umumnya bekerja di daerah endemic malaria , habitat utama di
persawahan dan perkebunan. Parasit malaria akan menyerang dan berkembang
biak dalam butir darah merah sehingga seseorang yang terkena malaria akan
menderita demam dan anemia sedang hingga berat. Anemia dan kekurangan
hemoglobin dapat mengganggu kesehatan tubuh serta stamina petani. Seseorang
yang menderita anemia akan memiliki stamina yang rendah, loyo, cepat lelah, dan
tentu saja tidak produktif.
b. Tuberkulosis
Penyakit yang sering diderita oleh angkatan kerja Indonesia termasuk petani
adalah tuberculosis (TBC). Kelompok yang terkena resiko penyakit TBC adalah
golongan ekonomi lemah khususnya petani dengan kondisi ekonomi lemah
tersebut. TBC diperburuk dengan kondisi perumahan yang buruk, rumah tanpa
ventilasi dengan lantai tanah akan menyebabkan kondisi lembab, pengap, yang
akan memperpanjang masa viabilitas atau daya tahan kuman TBC dalam
lingkungan.
Penderita TBC akan mengalami penurunan penghasilan 20-30%, kinerja dan
produktivitas rendah, dan akan membebani keluarga.
2. Sanitasi lingkungan
a) Kepemilikan sarana/air bersih
Sarana air bersih merupakan hal penting bagi masyarakat. Seseorang
yang memiliki air bersih cenderung menggunakan air bersih untuk
berbagai keperluan termasuk mandi, mencuci pakaian, mencuci tangan
dan keperluan rumah tangga lainnya. Kuman S. typhi sering
ditemukan di sumur-sumur penduduk yang telah terkontaminasi oleh
feses manusia yang terinfeksi oleh kuman tifoid. Tinja manusia yang
terinfeksi dan dibuang secara tidak layak tanpa memenuhi persyaratan
sanitasi dapat menyebabkan terjadinya pencemaran tanah dan sumber-
sumber air
3. Perilaku individu
a) Kebiasaan makan dan minum di luar rumah
Keberadaan penjaja makanan di warung atau pinggir jalan dibutuhkan
oleh sebagian besarmasyarakat karena murah dan terjangkau bagi
yang berekonomi rendah.Namun demikian, biasanya para penjaja
tersebut kebanyakan berlatar belakang pendidikan yang rendah serta
tidak menghargai keamanan dan higienitas makanan yang dijajakan
sehingga berisiko terhadap kesehatan masyarakat luas. Adanya
beberapa hasil pelitian kesehatan masyarakat tentang kontaminasi
kuman pada makanan yang dijual di tempat pengelolaan makanan
(TPM) menunjukkan bahwa sebagian besar jenis makanan dan
minuman yang dijual.
b) Perforasi Usus
Terjadi pada sekitar 3% dari penderita yang dirawat. Biasanya
timbul pada minggu ketiga namun dapat pula terjadi pada minggu
pertama. Penderita demam tifoid dengan perforasi mengeluh nyeri
perut yang hebat terutama di daerah kuadran kanan bawah yang
kemudian meyebar ke seluruh perut. Tanda perforasi lainnya
adalah nadi cepat, tekanandarah turun dan bahkan sampai syok.
2. Komplikasi Ekstraintestinal
a) Komplikasi kardiovaskuler: kegagalan sirkulasi perifer (syok,
sepsis),miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.
b) Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia, koaguolasi
intravaskuler diseminata, dan sindrom uremia hemolitik.
c) Komplikasi paru: pneumoni, empiema, dan pleuritis.
d) Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan kolelitiasis.
e) Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis.
f) Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis, dan
artritis.
g) Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, meningismus,
meningitis,polineuritis perifer, psikosis, dan sindrom katatonia.
e. Bagaimana tatalaksana pada pasien rujuk balik pasca terapi Tipus Perut di
puskesmas?1,3,5
3. Pasien kedua bernama Tn. Mursidi, seorang laki-laki berusia 42 tahun yang diantar oleh
bidan desa dengan keluhan panas tinggi yang disertai muntah dan diare. Sudah diterapi
dengan baik, akan tetapi, Tn. Mursidi akhirnya dirujuk ke RSUD Kabupaten dengan
Kendaraan Pusling Puskesmas.
a. Apa kemungkinan diagnosis kerja pada kasus Tn. Mursidi?7,9,2
Jawab:
Kemungkinan Tn Mursidi terkena demam tifoid suspek klinis
b. Apa saja diagnosis banding dari kasus Tn. Mursidi?4,6,8
c. Bagaimana manifestasi klinis pada kasus typhoid?10,1,3
d. Bagaimana kriteria Demam Typhoid dapat dirujuk ke RSUD Kabupaten?5,7,9
Jawab:
Berdasarkan Kepmenkes no 364 tahun 2006 tentang Pengendalian Demam Tifoid,
indikasi rujuk pada demam tifoid yaitu:
a) Demam tifoid dengan tanda-tanda kedaruratan
b) Demam tifoid dengan tnda-tanda komplikasi dengan fasilitas tidak
mencukupi
e. Bagaimana tatalaksana dokter umum dalam menangani typhoid?2,4,6
4. Saat mini lokakarya Puskesmas, dr. lndah dan UKM Puskesmas membahas rencana dan
strategi penanggulangan penyakit dari kedua kasus tersebut karena dianggap dapat
menular melalui lingkungan dan mengobati penduduk dan keluarga yang tertular
penyakit tersebut.
a. Apa saja yang harus dilakukan oleh dr. Indah dan UKM puskesmas sebelum
melakukan intervensi terhadap kasus?8,10,1
b. Bagaimana program promosi kesehatan yang dapat dilakukan?3,5,7
c. Apa saja media promosi yang dapat digunakan pada kasus?9,2,4
Jawab:
Alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar :
1) Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati.
Merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal,
mempunyai bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini
kelemahannya tidak selalu mudah dibawa ke mana-mana sebagai alat
bantu mengajar. Termasuk dalam macam alat peraga ini antara lain :
Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja.
Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti
cacing dalam botol pengawet.
Sample yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan
seperti oralit
2) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara mendiagnosa penyakit
secara dini dan mengadakan pengobatan yang cepat dan tepat. Untuk
mendiagnosis demam tifoid perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Ada 3 metode untuk mendiagnosis penyakit demam tifoid, yaitu :
Diagnosis klinik.
Diagnosis mikrobiologik/pembiakan kuman.
Diagnosis serologik.
3) Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi
keparahan akibat komplikasi. Apabila telah dinyatakan sembuh dari
penyakit demam tifoid sebaiknya tetap menerapkan pola hidup sehat,
sehingga imunitas tubuh tetap terjaga dan dapat terhindar dari infeksi
ulang demam tifoid. Pada penderita demam tifoid yang carier perlu
dilakukan pemerikasaan laboratorium pasca penyembuhan untuk
mengetahui kuman masih ada atau tidak.
f. Bagaimana evaluasi yang dilakukan oleh dr. Indah dan UKM puskesmas terhadap
intervensi yang akan dilakukan? 6,8,10
LI
1. 5 Level Prevention
2. Community Assessment and Intervention
Hipotesis
Dr. Indah dan Tim Ukm puskesmas akan melakukan perencanaan dan penyusunan strategi dalam
menanggulangi kasus typhoid di kecamatan Harumba