Anda di halaman 1dari 13

Skenario C Blok 29

Dr. Indah telah bertugas di Puskesmas Mercubuana selama 5 tahun dan menjabat sebagai Kepala
Puskesmas sejak 2 tahun terakhir. Puskesmas Mercubuana merupakan Puskesmas Kecamatan
Harumba yang memiliki 3 desa dengan jumlah penduduk 3s7.200 jiwa (700 KK). Tiap desa
memiliki 1 Poskesdes dengan 1 Bidan Desa di tiap Poskesdes Kecamatan Harumba dibagi oleh
sungai Barabara yang merupakan sumber kehidupan bagi penduduk Mayoritas penduduk bekerja
sebagai petani sawit dan mempunyai penghasilan yang sangat rendah. Penduduk rata-rata
berpendidikan rendah. Di Kecamatan Harumba hanya terdapat 3 SD dan 1 SMP.

Pada hari Senin pekan lalu, dr. Indah kedatangan 2 orang pasien. Pasien pertama bernama Neni,
seorang anak perempuan berusia 6 tahun yang dibawa keluarganya dengan surat dari RSUD
Kabupaten. Pada surat tersebut tertulis diagnosis pasien berupa pasca terapi Tipus Perut selama 7
hari. Pasien dibekali obat yang cukup untuk 5 hari.

Pasien kedua bernama Tn. Muradi, seorang laki-laki berusia 42 tahun yang diantar oleh bidan
desa dengan keluhan panas tinggi yang disertai muntah dan diare. Dr. Indah dan paramedis yang
bertugas di Puskesmas saat itu menangani kedua pasien dengan baik. Akan tetapi, Tn. Mursidi
akhirnya dirujuk ke RSUD Kabupaten dengan Kendaraan Puslrng Puskesmas.

Saat mini lokakarya Puskesmas, dr. lndah memaparkan kasus Neni dan Tn. Mursidi untuk
didiskusikan dengan tim UKM Puskesmas. Dr. indah membahas strategi penanggulangan
penyakit dari kedua kasus tersebut karena dianggap dapat menular melalui lingkungan. Setelah
lokakarya tersebut selesai, dr. Indah dan Tlrn Puskesmas Mercubuana memutuskan suatu
perencanaan dan strategi yang akan dilakukan Puskesmas untuk penduduk dan keluarga yang
tertular penyakit tersebut.

Klarifikasi Istilah:
1. Poskesdes: Pos Kessehatan Desa, adalah upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
atau UKBM yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan atau menediakan
pelayanan kesehatan dasar masyarakat desa
2. Bidan Desa: Adalah yang ditempatkan, diwajibkan tinggal serta bertugas melayani
masyarakat dalam mencapai target derajata kesehatan di wilayah kerjanya yang meliputi
1 sampai 2 desa, dalam melaksanakan tugasnya bidan bertanggung jawab langsung
kepada kepala puskesmas setempat dan bekerja sama dengan perangkat desa
3. Tipus Perut: (Demam tifoid) Merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh
salmonella enterica serova typhi(S. Typhi) Yang ditularkan melalui makanan atau
minuman yang terkontaminasi oleh feses atau urinorang yang terinfeksi
4. Diare: Merupakan peningtan pengeluaran tinja dengan konsistenssi lebih lunak atau lebih
cair dari biasanya dan terjadi paling sedikit 3x dalam 24 jam
5. Pusling: Puskesmas Keliling, merupakan unit pelayanan kesehatan keliling yang
dilengkapi dengan bkendaraan bermotor, peralatan kesehatan, peralatan omunikasi serta
sejumlah tenaga yang berasal dari puskesmas.
6. Puskesmas: Pusat Kesehatan Masyarakat adalah salah satau sarana pelayanan kesehatan
masyarakat yang sangat pentinng di Indonesia. Puskesmas merupakan unit pelaksana
teknis dinas kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
7. Lokakarya Mini: Penerapan manajemen pergerakan pelaksanaan di puskesmas dalam
bentuk forum pertemuan
8. UKM Puskesmas: Upaya Kesehatan Masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan
pemerintah dan atau masyarakat serta swasta untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya maslah kesehtan masyarakat

Identifikasi Masalah:
1. Puskesmas Mercubuana merupakan Puskesmas Kecamatan Harumba yang memiliki 3
desa dengan jumlah penduduk 37.200 jiwa (7000 KK). Tiap desa memiliki 1 Poskesdes
dengan 1 Bidan Desa di tiap Poskesdes Kecamatan Harumba dibagi oleh sungai Barabara
yang merupakan sumber kehidupan bagi penduduk Mayoritas penduduk bekerja sebagai
petani sawit dan mempunyai penghasilan yang sangat rendah. Penduduk rata-rata
berpendidikan rendah. Di Kecamatan Harumba hanya terdapat 3 SD dan 1 SMP.
2. Pasien pertama bernama Neni, seorang anak perempuan berusia 6 tahun yang dibawa
keluarganya dengan surat dari RSUD Kabupaten. Pada surat tersebut tertulis diagnosis
pasien berupa pasca terapi Tipus Perut selama 7 hari. Pasien dibekali obat yang cukup
untuk 5 hari.
3. Pasien kedua bernama Tn. Mursidi, seorang laki-laki berusia 42 tahun yang diantar oleh
bidan desa dengan keluhan panas tinggi yang disertai muntah dan diare. Sudah diterapi
dengan baik, akan tetapi, Tn. Mursidi akhirnya dirujuk ke RSUD Kabupaten dengan
Kendaraan Pusling Puskesmas.
4. Saat mini lokakarya Puskesmas, dr. lndah dan UKM Puskesmas membahas rencana dan
strategi penanggulangan penyakit dari kedua kasus tersebut karena dianggap dapat
menular melalui lingkungan dan mengobati penduduk dan keluarga yang tertular
penyakit tersebut.

Analisis Masalah
1. Puskesmas Mercubuana merupakan Puskesmas Kecamatan Harumba yang memiliki 3
desa dengan jumlah penduduk 37.200 jiwa (7000 KK). Tiap desa memiliki 1 Poskesdes
dengan Bidan Desa di tiap Poskesdes Kecamatan Harumba dibagi oleh sungai Barabara
yang merupakan sumber kehidupan bagi penduduk Mayoritas penduduk bekerja sebagai
petani sawit dan mempunyai penghasilan yang sangat rendah. Penduduk rata-rata
berpendidikan rendah. Di Kecamatan Harumba hanya terdapat 3 SD dan 1 SMP.
a. Berapa jumlah pusat pelayanan kesehatan yang ideal untuk 1 kecamatan dengan
jumlah populasi sesuai pada kasus?1,2,3
b. Apa saja faktor resiko dari sungai Bara-bara yang dapat mengganggu kesehatan
masyarakat di kecamatan Harumba?4,5,6
c. Apa saja faktor resiko dari pekerjaan sebagai petani sawit yang dapat
mengganggu kesehatan masyarakat di kecamatan Harumba?7,8,9
Jawab:
a. Malaria
Petani Indonesia umumnya bekerja di daerah endemic malaria , habitat utama di
persawahan dan perkebunan. Parasit malaria akan menyerang dan berkembang
biak dalam butir darah merah sehingga seseorang yang terkena malaria akan
menderita demam dan anemia sedang hingga berat. Anemia dan kekurangan
hemoglobin dapat mengganggu kesehatan tubuh serta stamina petani. Seseorang
yang menderita anemia akan memiliki stamina yang rendah, loyo, cepat lelah, dan
tentu saja tidak produktif.
b. Tuberkulosis
Penyakit yang sering diderita oleh angkatan kerja Indonesia termasuk petani
adalah tuberculosis (TBC). Kelompok yang terkena resiko penyakit TBC adalah
golongan ekonomi lemah khususnya petani dengan kondisi ekonomi lemah
tersebut. TBC diperburuk dengan kondisi perumahan yang buruk, rumah tanpa
ventilasi dengan lantai tanah akan menyebabkan kondisi lembab, pengap, yang
akan memperpanjang masa viabilitas atau daya tahan kuman TBC dalam
lingkungan.
Penderita TBC akan mengalami penurunan penghasilan 20-30%, kinerja dan
produktivitas rendah, dan akan membebani keluarga.

c. Kecacingan dan Gizi Kerja


Untuk melakukan aktivitas kerja membutuhkan tenaga yang diperoleh dari
pasokan makanan. Namun makanan yang diperoleh dengan susah payah dan
seringkali tidak mencukupi masih digerogoti oleh berbagai penyakit menular dan
kecacingan. Masalah lain yang dihadapi ankgatan kerja petani adalah kekurangan
gizi. Kekurangan gizi dapat berupa kekurangan kalori untuk tenaga maupun zat
mikronutrien lainnya, akibat dari tingkat pengetahuan yang rendah dan
kemiskinan.
d. Sanitasi Dasar
Sanitasi dasar merupakan salah satu faktor risiko utama timbulnya penyakit-
penyakit infeksi baik yang akut seperti demam tifoid, demam berdarah, kolera,
hepatitis A, disentri, infeksi Bakteri Coli maupun penyakit kronik lainnya.
Tidak mungkin petani bekerja dengan baik kalau sedang menderita malaria kronik
atau diare kronik. apalagi TBC. Untuk meningkatkan produktivitas, seorang
petani harus senantiasa mengikuti pengembangan diri. Lalu tidak mungkin
mengikuti pelatihan dengan baik kalau tidak sehat. Untuk itu diperlukan khusus
kesehatan dan keselamatan kerja petani sebagai modal awal seseorang atau
kelompok tani agar bisa bekerja dengan baik dan lebih produktif.

d. Bagaimana hubungan sosioekonomi dan tingkat pendidikan yang rendah terhadap


kondisi kesehatan masyarakat di kecamatan Harumba?10,1,2
e. Apa peran dari poskesdes dan bidan desa dalam memberikan pelayanan kesehatan
masyarakat di kecamatan Harumba?3,4,5
f. Apa peran dari posyandu dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat di
kecamatan Harumba?6,7,8
2. Pasien pertama bernama Neni, seorang anak perempuan berusia 6 tahun yang dibawa
keluarganya dengan surat dari RSUD Kabupaten. Pada surat tersebut tertulis diagnosis
pasien berupa pasca terapi Tipus Perut selama 7 hari. Pasien dibekali obat yang cukup
untuk 5 hari.
a. Apa saja faktor resiko kejadian typhoid?9,10,1
Jawab:
Faktor resiko kejadian tifoid adalah sebagai berikut:
1. Faktor karakteristik individu
a) Faktor umur
Semua kelompok umur dapat tertular demam tifoid, tetapi paling
banyak adalah golongan umur dewasa muda. Di daerah endemik
demam tifoid, insiden tertinggi didapatkan pada anak-anak.

b) Faktor jenis kelamin


Distribusi jenis kelamin antara penderita pria dan wanita pada demam
tifoid tidak ada perbedaan, tetapi lebih banyak pria terpapar dengan
kuman Salmonella thyphii dibandingkan dengan wanita karena
aktivvitas di luar rumah lebih banyak. Hal ini memungkinkan pria
memiliki risiko lebih besar

c) Faktor tingkat pendidikan


Tingkat pendidikan sangat berhubungan dengan kemampuan baca
tulis seseorang sehingga seseorang yang punya kemampuan baca tulis
akan berpeluang menerima informasi dan pengetahuan lebih.
Pengetahuan yang dimiliki akan mempengaruhi persepsi seseorang
akan konsep sehat dan sakit pada akhirnya akan mempengaruhi
kebiasaan individu dan keluarga untuk hidup sehat termasuk upaya
individu dan keluarga di dalam melakukan pencegahan penyakit.

d) Riwayat tifoid pada keluarga


Berdasarkan penelitian Vollard et al. yang menemukan adanya
hubungan riwayat tifoid dalam keluarga dengan kejadian deemam
tifoid. Orang baru sembuh dari demam tifoid masih terus
mengekskresi S.typhii dalam tinja da air kemih sampai tiga bulan (fase
konvalesen) dan hanya 3% penderita yang mengekskresi lebih dari
satu tahun

2. Sanitasi lingkungan
a) Kepemilikan sarana/air bersih
Sarana air bersih merupakan hal penting bagi masyarakat. Seseorang
yang memiliki air bersih cenderung menggunakan air bersih untuk
berbagai keperluan termasuk mandi, mencuci pakaian, mencuci tangan
dan keperluan rumah tangga lainnya. Kuman S. typhi sering
ditemukan di sumur-sumur penduduk yang telah terkontaminasi oleh
feses manusia yang terinfeksi oleh kuman tifoid. Tinja manusia yang
terinfeksi dan dibuang secara tidak layak tanpa memenuhi persyaratan
sanitasi dapat menyebabkan terjadinya pencemaran tanah dan sumber-
sumber air

b) Kepemilikan jamban dan kebiasaan buang air besar


Jamban merupakan sarana yang digunakan masyarakat sebagai tempat
BAB. Jamban sangat potensial menyebabkan gangguan bagi
masyarakat, gangguan ini dapat berupa estetika, kenyamanan dan
kesehatan. Membuang tinja pada tempat selain jamban masih
merupakan kebiasaan pada beberapa masyarakat, terutama yang
tinggal di desa walaupun mereka sendiri sudah memiliki jamban. Tinja
yang dibuang selain di jamban akan mudah menjadi tempat erindukan
bakteri dan oleh vektor tertentu akan dapat mencemari makanan yang
akan dikonsumsi manusia.

3. Perilaku individu
a) Kebiasaan makan dan minum di luar rumah
Keberadaan penjaja makanan di warung atau pinggir jalan dibutuhkan
oleh sebagian besarmasyarakat karena murah dan terjangkau bagi
yang berekonomi rendah.Namun demikian, biasanya para penjaja
tersebut kebanyakan berlatar belakang pendidikan yang rendah serta
tidak menghargai keamanan dan higienitas makanan yang dijajakan
sehingga berisiko terhadap kesehatan masyarakat luas. Adanya
beberapa hasil pelitian kesehatan masyarakat tentang kontaminasi
kuman pada makanan yang dijual di tempat pengelolaan makanan
(TPM) menunjukkan bahwa sebagian besar jenis makanan dan
minuman yang dijual.

telah tercemar kuman E. coli dan coli tinja.


b) Kebiasaan cuci tangan sebelum makan dan buang air besar
Pemutusan rantai penularan berkaitan erat dengan perilaku individu
dan penyediaan fasilitas yang menghalangi pencemaran sumber oleh
tinja atau menghindarkan masuknya sumber antara ke mulut. Mencuci
tangan menggunakan sabun sebelum makan bisa dijadikan salah satu
indikator higienitas perorangan. Pencucian tangan dengan sabun
diikuti dengan pembilasan akan banyak menghilangkan mikroba yang
terdapat pada tangan. Tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat
memindahkan bakteri dan virus patogen dari tubuh, tinja atau sumber
lain ke makanan. Kombinasi antara aktivitas sabun sebagai pembersih,
penggosokan dan aliran air akan menghanyutkan partikel kotoran
yang banyak mengandung mikroba.

b. Bagaimana pola penularan dalam kasus typhoid?2,3,4


c. Bagaimana kriteria rujuk balik pada pasien typhoid?5,6,7
d. Apa saja komplikasi pada kasus typhoid?8,9,10
Jawab:
Menurut Sudoyo (2010), komplikasi demam tifoid dapat dibagi atas dua bagian,
yaitu:1.
1. Komplikasi Intestinal
a) Perdarahan Usus
Sekitar 25% penderita demam tifoid dapat mengalami perdarahan
minor yang tidak membutuhkan tranfusi darah. Perdarahan hebat
dapat terjadi hingga penderita mengalami syok. Secara klinis
perdarahan akut darurat bedah ditegakkan bila terdapat perdarahan
sebanyak 5 ml/kgBB/jam.

b) Perforasi Usus
Terjadi pada sekitar 3% dari penderita yang dirawat. Biasanya
timbul pada minggu ketiga namun dapat pula terjadi pada minggu
pertama. Penderita demam tifoid dengan perforasi mengeluh nyeri
perut yang hebat terutama di daerah kuadran kanan bawah yang
kemudian meyebar ke seluruh perut. Tanda perforasi lainnya
adalah nadi cepat, tekanandarah turun dan bahkan sampai syok.

2. Komplikasi Ekstraintestinal
a) Komplikasi kardiovaskuler: kegagalan sirkulasi perifer (syok,
sepsis),miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.
b) Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia, koaguolasi
intravaskuler diseminata, dan sindrom uremia hemolitik.
c) Komplikasi paru: pneumoni, empiema, dan pleuritis.
d) Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan kolelitiasis.
e) Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis.
f) Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis, dan
artritis.
g) Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, meningismus,
meningitis,polineuritis perifer, psikosis, dan sindrom katatonia.

e. Bagaimana tatalaksana pada pasien rujuk balik pasca terapi Tipus Perut di
puskesmas?1,3,5
3. Pasien kedua bernama Tn. Mursidi, seorang laki-laki berusia 42 tahun yang diantar oleh
bidan desa dengan keluhan panas tinggi yang disertai muntah dan diare. Sudah diterapi
dengan baik, akan tetapi, Tn. Mursidi akhirnya dirujuk ke RSUD Kabupaten dengan
Kendaraan Pusling Puskesmas.
a. Apa kemungkinan diagnosis kerja pada kasus Tn. Mursidi?7,9,2
Jawab:
Kemungkinan Tn Mursidi terkena demam tifoid suspek klinis
b. Apa saja diagnosis banding dari kasus Tn. Mursidi?4,6,8
c. Bagaimana manifestasi klinis pada kasus typhoid?10,1,3
d. Bagaimana kriteria Demam Typhoid dapat dirujuk ke RSUD Kabupaten?5,7,9
Jawab:
Berdasarkan Kepmenkes no 364 tahun 2006 tentang Pengendalian Demam Tifoid,
indikasi rujuk pada demam tifoid yaitu:
a) Demam tifoid dengan tanda-tanda kedaruratan
b) Demam tifoid dengan tnda-tanda komplikasi dengan fasilitas tidak
mencukupi
e. Bagaimana tatalaksana dokter umum dalam menangani typhoid?2,4,6
4. Saat mini lokakarya Puskesmas, dr. lndah dan UKM Puskesmas membahas rencana dan
strategi penanggulangan penyakit dari kedua kasus tersebut karena dianggap dapat
menular melalui lingkungan dan mengobati penduduk dan keluarga yang tertular
penyakit tersebut.
a. Apa saja yang harus dilakukan oleh dr. Indah dan UKM puskesmas sebelum
melakukan intervensi terhadap kasus?8,10,1
b. Bagaimana program promosi kesehatan yang dapat dilakukan?3,5,7
c. Apa saja media promosi yang dapat digunakan pada kasus?9,2,4
Jawab:
Alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar :
1) Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati.
Merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal,
mempunyai bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini
kelemahannya tidak selalu mudah dibawa ke mana-mana sebagai alat
bantu mengajar. Termasuk dalam macam alat peraga ini antara lain :
 Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja.
 Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti
cacing dalam botol pengawet.
 Sample yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan
seperti oralit

2) Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya.


Benda tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam
promosi kesehatan. Hal ini dikarena menggunakan benda asli tidak
memungkinkan, misal ukuran benda asli yang terlalu besar, terlalu berat,
dll. Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-macam bahan seperti tanah,
kayu, semen, plastik dan lain-lain.

3) Gambar/Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan,


dan sebagainya.
 Poster
Poster adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-
gambar dengan sedikit kata-kata.Kata-kata dalam poster harus jelas
artinya, tepat pesannya dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak
kurang lebih 6 meter. Poster biasanya ditempelkan pada suatu tempat
yang mudah dilihat dan banyak dilalui orang misalnya di dinding
balai desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lain-lain. Gambar
dalam poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau
photo.Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak,
memberikan pesan singkat. Karena itu cara pembuatannya harus
menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide atau satu kenyataan
saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai daya tinggal
lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat mendorong
untuk bertindak.
 Leaflet
Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-
kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar
yang sederhana. Ada beberapa yang disajikan secara berlipat. Leaflet
digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentan suatu
masalah, misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga,
deskripsi tentang diare dan penecegahannya, dan lain-lain. Leaflet
dapat diberikan atau disebarkan pada saat pertemuanpertemuan
dilakukan seperti pertemuan FGD, pertemuan Posyandu, kunjungan
rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan
perbanyakan sederhana seperti di photo copy.
4) Gambar alat optik. seperti photo, slide, film, dll
 Photo
Sebagai bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk :
a. Album, yaitu merupakan foto-foto yang isinya berurutan,
menggambarkan suatu cerita, kegiatan dan lain-lain.
Dikumpulkan dalam sebuah album. Album ini bisa dibawa dan
ditunjukan kepada masyarakat sesuai dengan topik yang
sedang di diskusikan. Misalnya album photo yang berisi
kegiatan-kegiatan suatu desa untuk merubah kebiasaan
BABnya menjadi di jamban dengan CLTS sampai mendapat
pengakuan resmi dari Bupati.
b. Dokumentasi lepasan, yaitu photo-photo yang berdiri sendiri
dan tidak disimpan dalam bentuk album. Menggambarkan satu
pokok persoalan atau titik perhatian. Photo ini digunakan
biasanya untuk bahan brosur, leaflet, dll
 Slide
Slide pada umumnya digunakan dengan sasaran kelompok atau
grup. Slide ini sangat efektif untuk membahas suatu topic tertentu,
dan peserta dapat mencermati setiap materi dengan cara seksama,
karena slide sifatnya dapat diulang-ulanng.
 Film
Film lebih kearah sasaran secara masal, sifatnya menghibur namun
bernuansa edukatif.

Gambar 1. Contoh Leaflet Tifoid


Gambar 2. Contoh Poster Demam Tifoid
d. Apa saja intervensi yang dapat dilakukan pada kasus? (Lingkungan dan Non
Lingkungan)1,2,3,4,5
e. Bagaimana 5 level prevention yang dapat dilakukan pada kasus?6,7,8,9,10
Jawab:
Pencegahan dibagi menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan perjalanan
penyakit, yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier.
1) Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang
sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit.
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan cara imunisasi dengan vaksin
yang dibuat dari strain Salmonella typhi yang dilemahkan. Di Indonesia
telah ada 3 jenis vaksin tifoid, yaitu :
 Vaksin oral Vivotif Berna. Vaksin ini tersedia dalam kapsul yang
diminum selang sehari dalam 1 minggu satu jam sebelum makan.
Vaksin ini kontraindiksi pada wanita hamil, ibu menyusui, demam,
sedang mengkonsumsi antibiotik. Lama proteksi 5 tahun.
 Vaksin parenteral sel utuh : Typa Bio Farma. Dikenal 2 jenis vaksin
yakni, K vaccine (Acetone in activated) dan L vaccine (Heat in
activated-Phenol preserved). Dosis untuk dewasa 0,5 ml, anak 6 – 12
tahun 0,25 ml dan anak 1 – 5 tahun 0,1 ml yang diberikan 2 dosis
dengan interval 4 minggu. Efek samping adalah demam, nyeri kepala,
lesu, bengkak dan nyeri pada tempat suntikan. Kontraindikasi
demam,hamil dan riwayat demam pada pemberian pertama.
 Vaksin polisakarida Typhim Vi Aventis Pasteur Merrieux.
Vaksin diberikan secara intramuscular dan booster setiap 3 tahun.
Kontraindikasi pada hipersensitif, hamil, menyusui, sedang demam
dan anak umur 2 tahun. Indikasi vaksinasi adalah bila hendak
mengunjungi daerah endemik, orang yang terpapar dengan penderita
karier tifoid dan petugas laboratorium/mikrobiologi kesehatan.

2) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara mendiagnosa penyakit
secara dini dan mengadakan pengobatan yang cepat dan tepat. Untuk
mendiagnosis demam tifoid perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Ada 3 metode untuk mendiagnosis penyakit demam tifoid, yaitu :
 Diagnosis klinik.
 Diagnosis mikrobiologik/pembiakan kuman.
 Diagnosis serologik.

Pencegahan sekunder dapat berupa :


a) Penemuan penderita maupun carrier secara dini melalui penigkatan
usaha surveilans demam tifoid.
b) Perawatan umum dan nutrisi yang cukup.
c) Pemberian anti mikroba (antibiotik) Anti mikroba (antibiotik) segera
diberikan bila diagnosa telah dibuat. pada wanita hamil, terutama pada
trimester III karena dapat menyebabkan partus prematur, serta janin
mati dalam kandungan. Oleh karena itu obat yang paling aman
diberikan pada wanita hamil adalah ampisilin atau amoksilin.

3) Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi
keparahan akibat komplikasi. Apabila telah dinyatakan sembuh dari
penyakit demam tifoid sebaiknya tetap menerapkan pola hidup sehat,
sehingga imunitas tubuh tetap terjaga dan dapat terhindar dari infeksi
ulang demam tifoid. Pada penderita demam tifoid yang carier perlu
dilakukan pemerikasaan laboratorium pasca penyembuhan untuk
mengetahui kuman masih ada atau tidak.

f. Bagaimana evaluasi yang dilakukan oleh dr. Indah dan UKM puskesmas terhadap
intervensi yang akan dilakukan? 6,8,10
LI
1. 5 Level Prevention
2. Community Assessment and Intervention
Hipotesis
Dr. Indah dan Tim Ukm puskesmas akan melakukan perencanaan dan penyusunan strategi dalam
menanggulangi kasus typhoid di kecamatan Harumba

Anda mungkin juga menyukai