Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
serta karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Seminar Manajemen
ini dengan sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Hubungan Lingkungan Organisasi dengan Kinerja
Organisasi Bisnis (Lingkungan Persaingan Industri). Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami
harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mempertahankan kinerja karyawan tetap tinggi, maka kemungkinan besar perusahaan
juga akan mampu bertahan dan berkembang. Kinerja karyawan merupakan faktor yang
penting dalam mendorong produktifitas perusahaan. Upaya peningkatan kemampuan
profesional karyawan ini penting dilakukan agar peningkatan kinerja dan loyalitas
karyawan dapat menjadi kenyataan. Apabila karyawan bekerja optimal dengan penuh
kesadaran, maka tujuan organisasi akan lebih mudah tercapai.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kinerja organisasi merupakan sesuatu yang telah dicapai oleh organisasi dalam
kurun waktu tertentu, baik yang terkait dengan input, output, outcome, benefit,
maupun impact. (Sobandi, 2006:176).
Kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang dicapai suatu organisasi di
dalam tercapainya tujuan organisasi berarti bahwa, kinerja suatu organisasi itu dapat
dilihat dari tingkatan sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang didasarkan
pada tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. (Surjadi, 2009:7).
Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja organisasi usaha
adalah indikator tingkatan prestasi yang dapat dicapai dan mencerminkan
keberhasilan suatu organisasi, serta merupakan hasil yang dicapai dari perilaku
anggota organisasi.
3
Untuk mengetahui hasil dari kinerja suatu organisasi, juga dapat dilihat fungsi
perusahaannya yaitu dari aspek keuangan, pemasaran, operasional, dan SDM.
1. Aspek Keuangan
Balanced scorecard menggunakan tolok ukur kinerja keuangan, seperti laba
bersih dan ROI (Return On Investment), karena tolok ukur tersebut secara umum
digunakan dalam organisasi yang mencari keuntungan atau profit. Tolok ukur
keuangan yang didesain dengan baik dapat memberikan gambaran yang akurat untuk
keberhasilan suatu organisasi. Balanced scorecard mencari suatu keseimbangan dari
tolok ukur kinerja yang multiple-baik keuangan maupun non keuangan untuk
mengarahkan kinerja organisasional terhadap keberhasilan.
2. Aspek Pemasaran
Di dalam setiap usaha bisnis, pemasaran memegang peran yang cukup vital
bagi kelangsungan organisasi atau usaha tersebut. Pemasaran merupakan upaya untuk
mempromosikan, menginformasikan dan menawarkan kepada konsumen mengenai
sebuah produk usaha atau layanan jasa yang dikelola oleh sebuah organisasi sebagai
upaya untuk meningkatkan angka penjualan produk atau layanan jasa tersebut. Tanpa
adanya sebuah proses pemasaran, maka pasar tidak akan tahu terhadap produk atau
layanan bisnis yang kita buat.
Di dalam pengukuran kinerja organisasi, jumlah penjualan atau keuntungan
yang didapat oleh suatu organisasi dapat dijadikan acuan dalam menilai suatu kinerja
organisasi yaitu apakah sudah mencapai target yang direncakan atau belum. Selain
itu, perspektif dari sisi konsumen yaitu bagaimana respon mereka terhadap produk
maupun pelayanan yang telah diberikan suatu organisasi, apakah sudah memuaskan
atau belum.
3. Aspek Operasional
Suatu organisasi yang dikatakan berhasil juga dapat dilihat dari aspek
operasionalnya. Proses operasi organisasi yang efisien dapat dilihat dari ketepatan
waktu di dalam menyiapkan suatu produk kepada pelanggan. Hubungan pemasok
adalah kritikal dalam keberhasilan organisasi, khususnya dalam usaha eceran dan
perakitan manufacturing. Pemasok dapat memuaskan pelanggan apabila mereka
memegang jumlah persediaan yang cukup untuk meyakinkan pelanggan bahwa
barang –barang yang diminati tersedia ditangan.
4
4. Aspek SDM
Tolok ukur untuk menilai kinerja organisasi khusunya manajer adalah
kepuasan karyawan, retensi karyawan, dan produktivitas karyawan. Kepuasan
karyawan mengakui bahwa moral karyawan adalah penting untuk memperbaiki
produktivitas, mutu, kepuasan pelanggan, dan ketanggapan terhadap situasi. Manajer
dapat mengukur kepuasan dengan mengirim survei, mewawancara karyawan,
mengamati karyawan pada saat bekerja.
Kepuasan karyawan mengakui bahwa karyawan yang mengembangkan modal
intelektual khusus organisasi adalah merupakan aktiva non keuangan yang bernilai
bagi perusahaan. Suatu sitem insentif yang baik akan mendorong manajer
meningkatkan kepuasan karyawan yang tinggi, perputaran karyawan yang rendah dan
produktivitas karyawan yang tinggi.
5
2.2.2 Pengelompokan Lingkungan Organisasi
1. Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal adalah institusi atau kekuatan luar yang potensial
mempengaruhi kinerja organisasi. Menurut Sopiah (2008: 6) faktor lingkungan
eksternal berpengaruh besar terhadap kemajuan atau kegagalan sebuah
organisasi dalam upaya mencapai tujuan. Lingkungan ekternal dibagi menjadi
dua yaitu :
a) Lingkungan eksternal mikro (khusus)
Lingkungan eksternal mikro adalah unsur-unsur yang berpengaruh
langsung terhadap organisasi, yang terdiri dari pesaing (competitors),
penyedia (suppliers), langganan (customers), lembaga keuangan
(financial institutions), pasar tenaga kerja (labour supply), dan instansi
pemerintah.
b) Lingkungan eksternal makro (umum)
Menurut Sukriah (2009), lingkungan umum pada lingkungan organisasi
merupakan kondisi eksternal yang luas yang dapat mempengaruhi
organisasi serta berpengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja
organisasi. Lingkungan eksternal makro meliputi berbagai faktor,
antara lain kondisi ekonomi, politik dan hukum, sosial budaya,
demografi, teknologi, dan kondisi global yang mungkin
mempengaruhi organisasi.
2. Lingkungan Internal
Lingkungan internal perusahaan merupakan kekuatan-kekuatan yang ada dalam
organisasi itu sendiri dan memiliki sifat yang dapat dikontrol oleh manajemen.
Lingkungan internal meliputi; pekerja/karyawan, dewan komisaris, dan
pemegang saham.
Pada makalah ini, kami akan membahas salah satu mengenai aspek lingkungan
eksternal mikro organisasi yaitu lingkungan persaingan industri.
6
2.2.3 Lingkungan Persaingan Industri
Industri sangat erat kaitannya dengan persaingan. Karena tidak mungkin suatu
industri hanya berdiri sendiri tanpa adanya hubungan dengan industri lain. Suatu
industri memproduksi suatu produk tentunya juga menggunakan bahan yang
diperoleh dari industri lain. Untuk itu, satu industri dengan industri lain itu selalu
berhubungan dan tidak jarang melakukan persaingan. Persaingan industri terjadi
apabila suatu perusahaan menganggap para pesaingnya adalah semua perusahaan
yang membuat produk atau kelas produk yang sama.
A. Bentuk Persaingan
7
semua industri minuman. Karena itu pesaingnya adalah juga Coca Cola, Aqua, dan
lain-lain.
3. Persaingan bentuk, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para pesaingnya
adalah semua perusahaan yang memproduksi produk yang memberikan jasa/
pelayanan yang sama. Misalnya persaingan antara Teh Botol Sosro dengan Susu
Ultra, Yogurt, dan lain-lain.
4. Persaingan generik. terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para pesaingnya
adalah semua perusahaan bersaing untuk mendapatkan uang konsumen yang sama.
Misalnya antara Teh Botol Sosro dengan Sari Roti, dan lain-lain.
Porter (1985) mengajukan model lima kekuatan (five forces model) sebagai alat untuk
menganalisis lingkungan persaingan industri. Industri dapat didefinisikan sebagai suatu
kelompok perusahaan yang memproduksi produk atau jasa yang sama atau barang pengganti
yang dekat (close substitute). Lima kekuatan persaingan tersebut adalah sebagai berikut.
Menurut Porter, faktor persaingan antar pesaing dalam industri yang sama inilah yang
menjadi sentral kekuatan persaingan. Misalnya, dalam industri minuman, Coca-Cola bersaing
dengan Pepsi, Teh Botol Sosro, dan limun. Dalam industri telepon seluler, Nokia bersaing
dengan Samsung, Sony, Motorola.
Sebuah perusahaan tertarik untuk terjun ke dalam suatu industri bila industri tersebut
menawarkan keuntungan (return) yang tinggi. Masuknya lion air dalam industri maskapai
penerbangan Indonesia telah mengguncang dominasi Garuda Indonesia Airways, sekaligus
8
juga mengundang pendatang baru seperti Adam Air, Batavia Air, Air Asia untuk memasuki
industri sana.
Secara makro datangnya pemain baru akan membuat persaingan menjadi lebih ketat
dan akhirnya berujung pada turunnya laba yang diterima bagi semua perusahaan. Dalam
kasus industri rokok Indonesia, jumlah perusahaan rokok sebanyak 191 pada tahun 1996,
selama krisis ekonomi meningkat menjadi 206 .
Beberapa faktor yang mempengaruhi mudah atau sulitnya rintangan memasuki suatu
industri antara lain skala ekonomi, diferensiasi produk, persyaratan modal, biaya peralihan
pemasok, akses ke saluran distribusi, dan kebijakan pemerintah.
Barang subtitusi merupakan barang atau jasa yang dapat menggantikan produk
sejenis. Misalnya kartu American Express dapat digantikan oleh traveller’s cheque,
chequebooks, dan kartu kredit. Lebih jauh, ancaman barang subtitusi dapat dijelaskan oleh
faktor-faktor berikut :
Setidaknya ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan kekuatan tawar pembeli.
Faktor tersebut antara lain pangsa pembeli yang besar, biaya mengalihkan ke produk lain
yang relatif kecil, banyaknya produk subtitusi (daya tawar pembeli menjadi rendah jika tidak
terdapat barang subtitusi, sehingga mau tidak mau pembeli hanya mempunyai satu pilihan
produk), dan tidak atau minimnya diferensiasi produk.
Penyedia input mempunyai daya tawar yang tinggi bila perusahaan tersebut menjadi
satu-satunya penyedia bahan baku bagi perusahaan lain yang membutuhkan inputnya.
Artinya, penyedia input memonopoli harga maupun kuantitas barang. Berikut ini adalah
9
beberapa faktor yang mempengaruhi kuat tidaknya kekuatan daya tawar penyedia input
(pemasok) :
C. Strategi Bersaing
Michael Porter membagi strategi bersaing menjadi 3 strategi umum yaitu sebagai berikut.
2. Keunggulan biaya (low cost), adalah strategi mengefisienkan seluruh biaya produksi
sehingga menghasilkan produk atau jasa yang bisa dijual lebih murah dibandingkan
pesaing. Strategi harga murah ini fokusnya pada harga, jadi biasanya produsen tidak
terlalu perduli dengan berbagai faktor pendukung dari produk ataupun harga yang
penting bisa menjual produk atau jasa dengan harga murah kepada konsumen.
Contoh perusahaan yang menerapkan strategi ini adalah Toyota, dilihat dari
implementasi JIT (Just in Time) sehingga proses produksi bisa dipotong, efisiensi
dapat tercapai. Contoh lainya adalah Big cola dari AJE group yang mampu menjual
10
produk minuman bersoda dengan harga lebih murah dibanding produsen sejenis
seperti coca cola dan pepsi yang menyebabkan pembeli beralih ke merek ini.
3. Fokus, adalah strategi menggarap satu target market khusus. Strategi fokus biasanya
dilakukan untuk produk ataupun jasa yang memang mempunyai karakteristik khusus.
Contohnya PT AHM yang mengeluarkan motor matic wanita dengan teknologi injeksi
yaitu Vario PGM-FI dengan keunggulan akselerasi cepat, ramah lingkungan, hemat
bahan bakar dan helm in.
Perusahaan biasanya memilih salah satu dari ketiga strategi ini yang akan diterapkan, karena
bagaimanapun akan sulit menjalankan ketiga strategi ini secara bersamaan. Namun demikian,
jika perusahaan memilih salah satu di antara tiga strategi ini, bukan berarti sama sekali
meninggalkan yang lain, tetapi dua strategi lainnya biasanya diterapkan pada level yang
paling standar.
1. Pemasok (Suppliers)
11
a. Perantara Penjualan/Makelar (middlemen) adalah perusahaan saluran distribusi
yang membantu mendapatkan pelanggan atau melakukan penjualan. Perantara
penjualan/makelar mencakup pedagang besar dan ritel yang membeli dan menjual
kembali barang-barang dagangan (mereka seling disebut reseller).
Menurut Kotler & Armstrong (2008:80) Seperti halnya pemasok, perantara pemasaran
merupakan komponen penting dalam keseluruhan sistem penghantar nilai perusahaan. Dalam
usahanya menciptakan hubungan pelanggan yang memuaskan, perusahaan harus bertindak
lebih dari sekedar mengoptimalkan kinerja mereka sendiri. Perusahaan harus bermitra secara
efektif dengan perantara pemasaran untuk mengoptimalkan kinerja seluruh sistem.
12
E. Dinamika Pesaing dan Pelanggan Serta Hubungannya dengan Pengelolaan dan
Kinerja Organisasi
1. Pesaing
Tidak ada strategi pemasaran kompetitif tunggal yang terbaik bagi seluruh
perusahaan. Setiap perusahaan sebaiknya mempertimbangkan ukuran dan posisi industrinya
sendiri dibandingkan dengan yang dimiliki pesaingnya. Perusahaan besar dengan posisi yang
dominan dalam industry dapat menggunakan strategi tertentu yang tidak dapat dilakukan
perusahaan yang lebih kecil. Tetapi, menjadi besar saja tidak cukup. Strategi perusahaan
besar bisa menang, tetapi juga bisa kalah. Disamping itu, perusahaan kecil dapat
mengembangkan strategi yang menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari
pada yang dinilmati perusahaan besar. Baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil harus
mengembangkankan strategi pemasaran yang membuat posisinya lebih baik dari pada
pesaingnya di pasar.
2. Mencari keunggulan posisi dibanding pesaing, dengan cara mengefisienkan biaya produksi
dan memberikan nilai tambah kepada konsumen.
13
3. Menghasilkan performa yang prima, dengan cara melihat kepuasan dan loyalitas
pelanggan, pangsa pasar, dan juga kemampulabaan (profitabilty) dari produk ataupun jasa
yang dihasilkan.
3. Pasar Pelanggan
14
atau kepentingan nyata, atau pengaruh pada kemampuan organisasi untuk mencapai
tujuannya. Ada tujuh tipe untuk mengidentifikasi lingkungan publik :
Perusahaan dapat mempersiapkan rencana pemasaran untuk masyarakat utama ini sama
halnya dengan pasar pelanggan. Anggaplah perusahaan menginginkan renpons khusus dari
masyarakat tertentu, seperti itikad baik, kata-kata yang menyenangkan atau meluangkan
waktu dan menyumbang uang. Perusahaan harus mendesain sebuah penawaran menarik
kepada masyarakat untuk menghasilkan respon yang diinginkan.
15
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari makalah ini adalah munculnya persaingan
dalam industri merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Dengan adanya persaingan,
maka sebuah perusahaan dihadapkan pada berbagai peluang dan ancaman baik berasal
dari luar maupun dari dalam perusahaan yang akan memberikan pengaruh cukup besar
terhadap kelangsungan hidup usaha. Untuk itu pelaku usaha dituntut untuk selalu
mengerti dan memahami yang terjadi di pasar serta berbagai perubahan yang terjadi di
lingkungan bisnis sehingga mampu bersaing dalam dunia bisnis yang dijalankannya.
1.2 Saran
Dalam rangka penyusunan makalah ini, penulis mencoba membuat makalah
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan sederhana yang penulis miliki.
Namun, penulis menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan yang terdapat di
dalam makalah ini. Agar semakin lengkap dan sempurnanya makalah ini, penulis
mengharapkan serta menerima kritik dan saran yang membangun agar menambah ilmu
pengetahuan kita dalam pembelajaran lingkungan persaingan industri.
16
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan, Robert, S., & Norton, David,P. (1996) : “The Balanced Scorecard: Translating
Strategy Into Action”, Massachusetts, Harvard Business School Press.
Kotler dan Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi ke 13 Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip. 1997. Marketing Management. 9th edition. New Jersey: Prentice Hall
International Inc.
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT.
Remaja Rsodakarya.
Mirza, Teuku. 1997. Economic Value Added: Pengukur Penciptaan Nilai Perusahaan.
Usahawan No. 4 Tahun XXVI.
Porter, Michael E. 1985. Strategi Bersaing: Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing.
Erlangga.
17
Sembiring, Masana. 2012. Budaya & Kinerja Organisasi (Perspektif Organisasi Pemerintah).
Bandung: Fokusmedia.
Surjadi. 2009. Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik. Bandung: PT. Reflika Aditama.
18