Anda di halaman 1dari 6

BAB III

ASUHAN KEPERWATAN KELUARGA

A. Konsep Teoritis TB
a. Definisi
Tuberculosis atau TB adalah penyakit infeksius yang terutama
menyerang parenkim paru. Tuberculosis paru adalah suatu penyakit
menular yang disebabkan oleh hasil Mikrobacterium tuberkulosis yang
merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang
sebagian besar basil tuberkulosis masuk ke dalam jaringan paru melalui
airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai
focus primer.
Batuk darah (hemoptisis) adalah darah atau dahak berdarah yang
dibatukkan berasal dari saluran pernafasan bagian bawah yaitu mulai dari
glottis kearah distal, batuk darah akan berhenti sendiri jika asal robekan
pembuluh darah tidak luas, sehingga penutupan luka dengan cepat terjadi
(Andra, 2013)

b. Etiologi
1. Agen infeksius utama, Mycobacetrium Tuberculosis adalah batang
aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap
panas dan sinar ultrafiolet.
2. Mycobacetrium Bovis dan Mycobacetrium Avium pernah, pada
kejadian yang jarang, berkaitan dengan terjadinya infeksi
Tuberculosis.

c. Klasifikasi
Klasifikasi TB paru dibuat berdasarkan gejala klinik bakteriologik,
radiologik, dan riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting
karena merupakan salahs atu faktor determinan untuk menetapkan strategi
terapi.
Sesuai dengan program Gerdunas P2TB klasifikasi TB paru dibagi
sebagai berikut:
1. TB paru BTA positif dengan kriteria:
a) Dengan atau tanpa gejala klinik
b) BTA positif : Mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1
kali disokong biakkan positif 1 kali atau disokong radiologik
positif 1 kali.
c) Gambaran radiologiks esuai dengan TB paru
2. TB paru BTA negatif dengan kriteria:
a) Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan TB paru
aktif
b) BTA negatif, biakkan negatif tetapi radiologik positif
3. Bekas TB paru dengan kriteria:
a) Bakteroligik (Mikroskopik dan biakkan) negatif
b) Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru
c) Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan
sereal foto yang tidak berubah
d) Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung)

d. Patofisiologi
Basil Tuberkel yang mencapai permukaan alfeoli biasanya di
inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari 1-3 basil karena gumpalan
yang lebih besar cenderung tertahan dirongga hidung dan tidak
menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus (biasanya
dibagian bawah lobus atas atau dibagian atas lobus bawah) basil
tuberkulosis ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit
polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan mefagosit bakteri
tetapi tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari-hari pertama
makan leokosit diganti oleh makrofat. Alfeoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala-gejala pnumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya tanpa
menimbulkan kerusakn jaringan paru atau proses dapat berjalan terus dan
bakteri terus divagosit atau berkembang biak didalam sel. Basil juga
menyebar melalui kelenjar limfe regional. Makrofag yang mengalami
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga
membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini
biasanya berlangsung selama 10-20 hari. Nekrosis bagian sentral lesi
memberikan gambaran relatif padat seperti keju, lesi nekrosis ini disebut
nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan
granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblas
menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa,
membentuk jaringan parut yang akhirnya membentuk suatu kapsul yang
mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru paru disebut fokus Ghon dan gabungan
terserangnya kelenjar limfe regional dan lesi primer dinamakan kompleks
Ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat yang
kebetulan menjalani pemeriksaan radiogram rutin. Respon lain yang
terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan cair lepas
kedalam bronkus dan menimbulkan kavitasi. Materi tubercular yang
dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kepercabangan
trakeobronkial. Proses ini dapat terulang kembali pada bagian lain dari
paru atau basil dapat terbawa kelaring, telinga tengah atau usus. Kavitas
kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan
jaringan parut vibrosa. Bila peraingan parut yang terdapat dangan mereda
lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang
terdapat dekat dengan perbatasan bronkus.

e. Manifestasi Klinis
Tuberculosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu
penyakit yang mempunyai banyak kemiripan memberikan gejala umum
seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yg timbul tidak
jelas sehingga bahkan kadang – kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi dua golongan, gejala
respirasi dan gejala sistemik:
1. Gejala respiratori , meliputi :
a) Batuk : Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan
yang paling dini dan merupakan gangguan yang paling
dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak
bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
b) Batuk darah : Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi,
mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darah,
gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak.
Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat
ringannya batuk darah tergantung dari besar pembuluh darah yang
pecah.
c) Sesak napas : Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru
sudah luas atu karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi
pleura, pneumothorax anemia dan lain-lain.
d) Nyeri dada : Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik
yang ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura
terkena.
2. Gejala sistemik, meliputi:
a) Demam : Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul
pada sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul
dan makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas
serangan makin pendek.
b) Gejala sistemik lain : Gejala sistemik lain ialah keringat malam,
anoreksia, penurunan berat badan serta malaise.
c) Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-
bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak
napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala
pneumonia.
Tuberkulosis paru termasuk insidius. Sebagian besar pasien
menunjukkan demam tingkat rendah, keletihan, anorexia,
penurunan BB, berkeringat malam, nyeri dada dan batuk
menetap. Batuk pada awalnya mungkin non produktif, tetapi
dapat berkembang ke arah pembentukan sputum mukopurulen
dengan hemoptisis.
Tuberkulosis dapat mempunyai manifestasi atipikal pada
lansia, seperti perilaku tiada batas dan perubahan status mental,
demam, anorexia dan penurunan BB.

f. Terapi
Tujuan pengobatan pada penderita TB paru selain untuk mengobati
juga mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap
OAT serta memutuskan mata rantai penularan.
Pengobatan Tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri
dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan
sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid,
Streptomisin dan Etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan adalah
Kanamisin, Kuinolon, Makrolide, dan Amoksisilin + Asam Klavulanat,
derivat Rifampisisn/INH. Cara kerja, potensi dan dosis OAT utama dapat
dilihat pada tabel berikut:
Obat Anti TB Aksi Potensi Rekomendasi Dosis (mg/kg BB)
Esensial Per Minggu
Per Hari 3x 2x
Isoniazid (H) Bakterisidal Tinggi 5 10 15
Rifampisisn (R) Bakterisidal Tinggi 10 10 10
Pirasinamid (Z) Bakterisidal Rendah 25 35 50
Streptomisin (S) Bakterisidal Rendah 15 15 15
Etambutol (E) Bakteriostatik Rendah 15 30 45
Untuk keperluan pengobatan perlu batasan kasus terlebih dahulu
berdasarkan lokasi Tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil
pemeriksaan bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan
sebelumnya. Di samping itu perlu pemahaman tentang strategi
penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly Observed Treatment
Short Course (DOTS) yang direkomendasikan oleh WHO yang terdiri
dari lima komponen yaitu :
1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan
dalam penanggulangan TB
2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik
langsung dengan pemeriksaan penunjangan lainnya seperti
pemerksaan radiologis dan kultur dapat dilaksanakan di unit
pelayanan yang memiliki sarana tersebut.
3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan
pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO)
khususnya dalam 2 bulan pertama dimana penderita harus minum obat
setiap hari.
4. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang
cukup.
5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.

Anda mungkin juga menyukai