Anda di halaman 1dari 55

By: Derison Marsinova Bakara

Email: derisonmarsinovab@yahoo.com
Hp : 08126391013
Airway
Sumbatan Total
 Korban dewasa
 Jika korban sadar lakukan heimlich maneuver sampai
benda keluar atau sampai korban tidak sadar.
 Jika korban masih sadar dan benda belum keluar lakukan
teknik ini bergantian dengan teknik back blows.
 Jika korban menjadi tidak sadar lakukan teknik abdominal
thrust dan segera lakukan prosedr CPR/RJP.
 Untuk korban dewasa yang sedang hamil atau obesitas
lakukan teknik chest trhust dengan kondisi korban sadar
ataupun tidak sadar.
Korban anak-anak.
 Lihat postur tubuh anak, besar atau tidak. Jika postur
tubuh anak besar lakukan seperti orang dewasa.
 Jika postur tubuh kecil teknik sama dengan orang
dewasa hanya saja kekuatan penenkanan yang sedikit
dikurangi dari dewasa.

Korban bayi: lakukan teknik back blows dan chest secara


bergantian sebanyak 5 (kali). Jika korban menjadi
tidak sadar segera lakukan prosedur CPR/RJP.
Abdominal Thrust
Chest Thrust Pada Ibu Hamil
 Sumbatan Parsial
 Pada saat korban tidak sadar dan terbaring telentang, gaya
gravitasi akan membuat dagu jatuh ke belakang. Mulut
akan terbuka tetapi jalan napas cederung tertutup. Dalam
keadaan tidak sadar otot mejadi rileks lidah jatuh ke arah
dinding belakang mulut.
 Buka jalan napas dengan teknik head tilt and chin lift jika
korban non trauma.
 Untuk korban yang trauma gunakan teknik jaw trust,
trauma harus dicurigai terjadinya patah tulang leher atau
fraktur servikal.
 Jika sumbatan karena darah atau sekret yang berlebih
maka posisi korban harus dimiringkan dengan cara log roll
yaitu dimana posisi miring dari ujung kepala sampai ujung
kaki segaris.
Tanda dan Gejala obstruksi
Obstruksi Parsial Obstruksi Total/Komplet
Korban Sadar Korban Tidak Sadar
Suara napas abnormal: Berusaha berbicara, tetapi Tidak memperlihatkan tanda-
Snoring (mengorok):Lidah. tidak dapat melakukannya tanda normal bernapas: gerakan
Gurgling (bunyi kumur- dada yang ritmik.
kumur): Cairan.
Stridor : Obstruksi anatomis
Diskolorisasi kulit. Batuk Pertukaran udara melalui mlut
Perhatikan warna biru/biru dan hidung
abu-abu pada kulit,
bibir, lidah, kuku,
atau daun telinga.
Perubahan dalam bernapas. Memegang leher dengan
Berubah-ubah dari normal ke tangan di antara ibu jari dan
abnormal lalu kembali lagi. jari-jari
Tindakan Membebaskan Jalan Napas

1. Tanpa alat secara manual


a. Head Tilf Chin Lift
b. Jaw Trust Maneuver

Head Tilt And Chin Lift

Jaw Thrust Maneuver


b. Metode finger sweep (sapuan jari) dengan teknik
tongue jaw lift. Seorang yang tidak sadar dapat dibuka
mulut dan jalan napasnya dengan teknik memegang
tongue jaw lift.
c. Posisi miring stabil/posisi pulih (recovery position).
2. Menggunakan Alat
a. Suctioning
Dilakukan bila sumbatan jalan napas karena benda
cair, terdengar suara tambahan gurgling.
b. Oro Pharyngeal Air way (OPA)
Tindakan ini adalah untuk membebaskan sumbatan
jalan napas dengan menyisipkan alat kedalam
mulut(dibalik lidah) dengan cara menahan lidah
penderita agar tidak menyumbat jalan napas.
Teknik ini digunakan untuk ventilasi sementara pada
penderita yang tidak sadar sementara intubasi sedang
disiapkan, dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan menyisipkan OPA secara terbalik dan dengan
bantuan tounge spatel.
 Teknik pertama dilakukan dengan cara menyisipkan
OPA secara terbalik (up side down), sehingga bagian
yang cekung mengarah ke kranial, sampai di daerah
palatum molle. Pada titik ini, alat diputar 1800, bagian
cekung mengarah ke kaudal, OPA diselipkan diatas
lidah. Cara ini tidak boleh dilakukan pada anak-anak
dan bayi karena dapat merusak mulut dan faring
 Teknik kedua dilakukan dengan cara menggunakan
bantuan tounge spatel untuk menekan lidah dan
meluncurkan OPA diatas tounge spatel sampai sayap
penahan berhenti diatas bibir.
Tujuan:
 Memberikan fasilitas untuk suctioning.
 Mencegah endotracheal tergigit pasien.
 Hanya untuk pasien-pasien tak sadar.
Komplikasi:
 Menimbulkan obtruksi.
 Dapat menstimulisasi muntah dan spasme laring
Ukuran Oro Pharyngeal Air way (OPA):
Besar No 5
Medium No 4
Small No 3
c. Naso Pharyngeal Airway (NPA)
 Tindakan ini dilakukan dengan cara menyisipkan alat pada
salah satu lubang hidung dan dilewatkan dengan hati-hati
ke orofaring posterior.
 Pada pasien yang masih berespons pemasangan Naso
Pharyngeal Airway (NPA) lebih tepat dibandingkan dengan
pemasangan Oro Pharyngeal Air way (OPA), karena lebih
kecil kemungkinan menimbulkan rangsangan muntah.
Naso Pharyngeal Airway (NPA) digunakan untuk menjaga
lidah agar tidak menyumbat jalan napas pada pasien yang
mengalami penurunan kesadaran tetapi masih memiliki
gag reflex. Naso Pharyngeal Airway (NPA) juga digunakan
pada pasien yang tidak bisa dipasang Oro Pharyngeal Air
way (OPA), atau karena giginya yang mengunci dan tidak
bisa dibuka.
c. Sumbatan Anatomis
 Sumbatan anatomis disebabkan oleh penyakit saluran
pernapasan ( misal Difteri) atau karena adanya
trauma yang mengakibatkan pembengkakan/edema
pada jalan napas (misalnya) trauma inhalasi pada
kebakaran atau trauma tumpul pada leher).
Penanganan sumbatan karena anatomis seringkali
membutuhkan penanganan secara surgical dengan
membuat jalan nafas alternatif tanpa melalui mulut
atau hidung penderita.
Advance Airway Management
 Advance Airway Management sering kali diartikan
sebagai tindakan pemasangan airway definitif yaitu
dengan cara pemasangan pipa kedalam trakhea.
Indikasi Pemasangan Airway Definitif
Kebutuhan Untuk Perlindungan Airway Kebutuhan Untuk Ventilasi
Tidak sadar Apnea
a. Paralisis neuromuskular
b. Tidak sadar
Fraktur Maksilofasial Berat Usaha napas yang tidak adekuat
a. Takhipnea
b. Hipoksia
c. Hiperkarbia
d. Cianosis
Bahaya aspirasi Cidera kepala berat yang membutuhkan
a. Perdarahan hiperventilasi.
b. Muntah-muntah
Bahaya sumbatan
a. Hematoma leher
b. Cidera Laring
c. Cidera Trakhea
d. Stridor
 Pemasangan airway definitif didasarkan pada penemuan
bukti-bukti klinis sebagai berikut:
 Adanya apnea.
 Ketidakmampuan mempertahankan airway yang bebas
dengan cara lain.
 Kebutuhan untuk melindungi airway bagian bawah dari
aspirasi darah atau vomitus.
 Ancaman segera atau bahaya potensial sumbatan airway,
seperti akibat lanjut dari cidera inhalasi, patah tulang,
wajah, hematome retri faringeal, atau kejang-kejang yang
berkepanjangan.
 Adanya cidera kepala tertutup yang memerlukan bantuan
napas (GCS 8).
 Ketidakmampuan mempertahankan oksigenasi yang
adekuat dengan pemberian oksigen melalui bag valve mask
(BVM)
Ada tiga macam airway definitif, yaitu pipa orotrakheal, pipa nasotrakheal, dan airway
surgical (krikotiroidotomi). Keperluan untuk pemasangan airway definif dapat dilihat pada
diagram.

Keperluan Segera Airway Definitif

Kecurigaan cidera servikal

Oksigen/Ventilasi

Apnea Bernapas

Intubasi orotrakheal Cidera Maksilofasial Berat Intubasi Nasotrakheal/


dengan imobilisasi Orotrakheal dengan
servikal segaris imobilisasi servikal
segaris

Tidak dapat intubasi Tidak dapat intubasi Tidak dapat intubasi

Tambahan
Farmakologik

Tidak dapat intubasi

Airway Surgikal
Intubasi Orotrakheal
 Intubasi Orotrakheal adalah memasukan pipa
kedalam trakhea memlalui mulut penderita. Pada
pasien non trauma memasukan pipa trakhea bisa
dilakukan dengan cara menegadahkan kepala
penderita. Tetapi pada pasien trauma dengan
kecurigaan fraktur servikal hal ini tidak boleh
dilakukan. Servikal harus tetap di imobilisasi pada
posisi segaris, oleh karena itu sebaiknya intubasi
dilakukan oleh dua orang.
 Pemasangan endotrakheal tube (ETT) sebaiknya
dilakukan oleh orang yang paling berpengalaman, hal
ini karena pemasangan harus dilakukan dalam waktu
singkat agar penderita tidak mengalami kekurangan
oksigen akibat pemasangan yang terlalu lama.
Intubasi Nasotrakheal
 Intubasi nasotrakheal adalah memasukan pipa ETT
kedalam trakhea melalui hidung penderita.
Pemasangan pipa nasotrakheal tanpa menggunakan
alat bantu laringoskop, tetapi dimasukan secara
manual dengan mengikuti irama napas penderita.
Oleh karena itu pipa nasotrakheal hanya pada
penderita yang masih bernapas spontan. Pemasangan
nasotrakheal tidak dianjurkan pada penderita dengan
apnea.
 Fraktur mid face dan fraktur basis cranii karena
berisiko untuk masuk kedalam rongga tekorak.
Pemasangan nasotrakheal pada prinsipnya sama
dengan pemasangan nasofaringeal airway.
 Nedle Cricothyroidotomi
 Nedle Cricothyroidotomi apabila pemasangan intubasi
gagal atau tidak bisa dilakukan( misalnya pada fraktur mid
face) maka tindakan alternatif yang dapat dilakukan adalah
tindakan surgical.
 Tindakan surgical hanya dapat dilakukan adalah
Cricothyroidotomi. Tindakan Cricothyroidotomi hanya
diperkenankan Nedle Cricothyroidotomi yaitu penusukan
jarum besar (IV catheter no 14) ke membran krikotiroidea
untuk membuat jalan napas dan melakukan tindakan zet
ventilation.
 Tindakan ini merupakan tindakan sementara (masikmal
45 menit) sebelum pemasangan tube cricothyroidotomi
oleh dokter. Tindakan zet ventilation yang terlalu lama
mengakibatkan penumpukan CO2 dalam tubuh penderita
karena proses ekshalasi yang tidak maksimal
1)

.
Breathing

 Setelah menstabilkan airway, maka tindakan


selanjutnya adalah menjamin pernapasan adekuat
bagi penderita. Otak, jantung dan hati sangat sensitif
terhadap suplai oksigen yang tidak adekuat. Sel-sel
otak mulai megalami kematian hanya beberapa menit
tanpa oksigen.
Penilaian gangguan breathing dapat dilakukan dengan
pemeriksaan:
 Look: melihat gerakan napas, pengembangan dada,
dan adanya retraksi sela iga.
 Listen: Medengarkan bunyi napas.
 Feel: Merasakan adanya aliran udara pernapasan.
Tanda-tanda pernapasan yang tidak adekuat.

 Pernapasan yang sangat cepat atau sangat lambat


 Pergerakan dinding dada yang tidak adekuat.
 Cyanosis.
 Penurunan kesadaran.
 Usaha bernapas yang berlebihan/sesak.
 Sesak dan ngorok.
 Suara pernapasan abnormal menandakan kesulitan pernapasan
seperti: snoring, gurgling, crowing, dan stridor.
 Denyut nadi yang lambat diikuti oleh frekuensi pernapasan
lambat.
 Pada tahap lanjut, pernapasan yang tidak adekuat ditandai
dengan denyut nadi yang lemah dan lambat, dan frekuensi
pernapasan yang tadinya cepat menjadi lambat.
Oksigenasi dan Ventilasi

Saturasi Oksigen Interpretasi Intervensi


(oxymetri)
95% - !00% Normal O2 4 liter/menit nasal
kanul
90% - <95% Hypoksia ringan-sedang Face Mask 6 – 10
liter/menit
85% - 90% Hypoksia sedang- berat Face Mask dengan
reserpoir 8 -12 liter –
Assisted Ventilation.
<85 % Hypoksia berat - Assisted Ventilation.
mengancam
Alat untuk menghantarkan oksigen dan prosentasi oksigen yang dihasilkan
berdasarkan jumlah liter permenit yang dikeluarkan:
Alat Flow Rate Delivery O2
Nasal Canule 1 liter/menit 21% - 24%
2 liter/menit 25% - 28%
3 liter/menit 29% - 32%
4 liter/menit 33% - 36%
5 liter/menit 37% - 40%
6 liter/menit 41% - 44%
Rebreathing Mask 6 -10 liter/menit 35% - 60%
Non Rebreathing Mask 6 liter/menit 60%
7 liter/menit 70%
8 liter/menit 80%
9 liter/menit 90%
10 – 15 liter/menit 95% - 100%
Nasal Kanul
Rebreathing Mask
Non Rebreathing Mask
a. Pemberian Ventilasi
1) Mouth to Mouth Ventilation.

2) Mouth to Mask Ventilation

3) Bag Valve (Bagging)


Circulatioan (Sirkulasi)
 Masalah yang sering terjadi pada sirkulasi:
 Luka dan Perdarahan
 Perdarahan adalah keadaan dimana darah keluar dari
pembuluh darah.
 Perdarahan Arteri: mengandung oksigen, merah muda,
tekanan sesuai dengan pompaan jantung. Perdarahan
memancar.
 Perdarahan Vena: sedikit oksigen, merah gelap,
tekanannya lebih kecil dari arteri, dindingya elastis, bisa
mengakibatkan perdarahan hebat. Sifat perdarahan
mengalir seperti keran air.
 Peradarahan Kapiler : Sifat perdarahan merembes.
Ada dua jenis perdarahan:
1. Perdarahan Luar:
 Tergantung jenis pembuluh darah yang terkena, apakah
nadi, vena, atau kapiler.
 Perdarahan luar akan mudah dikenali, jika korban kita
periksa dengan teliti.
2. Perdarahan Dalam
 Biasanya yang tampak diluar adalah jejas dan warna
kebiruan, bisa juga tidak tampak apa-apa.
 Dapat menimbulkan syok, oleh karena itu jangan lupa
memriksa tanda-tanda syok.
 Contohnya: Perdarahan thorak, abdomen, fraktur pelvis
dan fraktur tulang panjang.
Tindakan Pre-Hospital untuk perdarahan luar:
 Penekanan langsung.
 Elevasi/tinggikan posisi luka lebih tinggi dari
permukaan jantung.
 Point pressure/titik tekan pada nadi-nadi besar.
 Imobilisasi alat gerak/ekstremitas untuk megurangi
rasa nyeri dan mengurangi perdarahan yang terjadi.
 Awasi tanda-tanda syok ( nadi cepat, gelisah,
pernapasan cepat dan akral dingin).
 Evakuasi segera.
Tindakan Pre-Hospital untuk perdarahan dalam:
 Pertahankan jalan napas.
 Jaga agar pasien tetap hangat.
 Awasi tanda-tanda syok.
 Evakuasi segera.
Perdarahan Hebat (Extensive Bleeding)
Penanganan:
 Kenakan sarung tangan untuk melindungi diri.
 Gunakan kain bersih (kalau memungkinkan yang steril) dan
lakukan penekanan langsung ke daerah yang berdarah.
 Tinggikan dan sanggah daerah yang cidera.
 Baringkan korban untuk mencegah syok, dimana posisi kaki
lebih tinggi dari kepala.
 Lakukan pembalutan pada daerah yang cidera dengan cukup
kuat untuk membantu menghentikan perdarahan.
 Hati-hati balutan jangan terlalu kuat sehingga dapat
menghentikan peredaran darah ke jari-jari tangan dan kaki. Jika
balutan pertama belum cukup tambahkan dengan balutan
kedua, jika masih berdarah atau terlihat rembesan darah maka
balutan ditambah lagi dan seterusnya.
 Tangani masalah syok yang muncul
 Cari bantuan medis.
Luka ringan (Simple Wound)
Penanganan yang tepat untuk mencegah terjadinya
infeksi, langkah-langkah yang dapat membantu dalam
merawat luka ringan:
 Lindungi diri dari dengan menggunakan sarung
tangan.
 Gunting pakaian yang menutup luka.
 Hentikan perdarahan yang muncul dengan segera.
 Bila perdarahan sudah teratasi, cuci daerah sekitar
luka dengan air mengalir.
 Tutup dengan kain kassa steril (bersih).
 Ganti balutan minimal 1 x sehari.
Benda Yang Menancap
Jika memungkinkan dan benda yang menancap tersebut kecil, usap atau
cuci daerah tersebut untuk mengeluarkannya. Jika benda yang
menancap tersebut cukup besar/besar maka penanganannya adalah
sebagai berikut:
 Fiksasi agar benda tidak bergerak.
 Lakukan penekanan di sisi samping benda yang menancap tersebut.
 Tinggikan dan sanggah daerah yang cidera untuk luka dianggota
gerak.
 Baringkan korban untuk mengatasi syok.
 Tutup luka dengan kain steril/bersih.
 Buatlah balutan untuk menyanggah kedua sisi dari benda yang
menancap tersebut.
 Usahakan balutan lebih tinggi dari benda yang menancap, kemudian
balut sehingga seluruh daerah yang cidera tertutup tanpa menekan
benda yang menancap.
 Panggil bantuan medis atau bawa korban ke rumah sakit terdekat.
MAAF YO BANYAK NIAN,.....
TAPI CAK MANO LAGI,....
TERSERAHLAH,....
EGP AH,....

Anda mungkin juga menyukai