Terdapat Tiga Instrumen Dasar Yang Digunakan Untuk Memeriksa Mata
Terdapat Tiga Instrumen Dasar Yang Digunakan Untuk Memeriksa Mata
1. Oftalmoskop
Oftalmoskop merupakan alat yang paling sering digunakan, dan telah dibuat
beberapa versi. Alat ini diciptakan pada tahun 1851 oleh Helmholtz, seorang
pelopor "pakar fisika kedokteran". Sinar terang diproyeksikan ke dalam mata
subjek, dan sinar pantul dari retina subjek diletakkan sedemikian sehingga sinar
tersebut dapat difokuskan oleh pemeriksa.
Sistem lensa pada mata pasien berfungsi sebagai lensa pembesar built-in.
Dengan oftalmoskop, individu yang terlatih dapat mendeteksi lebih dari sekedar
masalah mata karena peningkatan tekanan di dalam tengkorak (misalnya akibat
tumor otak) dapat menyebabkan perubahan yang nyata di bagian dalam mata
(papiledema).
Bila suatu titik terang cahaya jatuh pada retina mata emetrop, cahaya akan
menyebar melalui sistem lensa, cahaya ini akan berjalan sejajar satu sama lainnya
sebab retina terletak tepat pada jarak panjang fokal di belakang sistem lensa.
Selanjutnya, sewaktu melewati mata emetrop orang lain, cahaya paralel ini akan
difokuskan lagi pada suatu titik retina orang kedua sebab retina orang kedua juga
mempunyai jarak satu panjang fokal di belakang lensa. Setiap titik cahaya pada
retina mata yang diperiksa, menjadi suatu titik fokus di retina mata pemeriksa.
Demikian juga, bila titik terang cahaya dipindahkan ke berbagai titik retina yang
diperiksa, titik fokus pada retina pemeriksa juga akan bergerak dengan jumlah
yang sesuai. Jadi, bila retina seseorang dibuat memancarkan cahaya, bayangan
retinanya akan difokuskan pada retina pemeriksa, dengan syarat kedua mata
emetrop dan saling melihat satu sama lain.
Untuk membuat sebuah oftalmoskop, hanya perlu merencanakan suatu
cara untuk menyinari retina yang akan diperiksa. Selanjutnya, cahaya yang
dipantulkan dari retina dapat dilihat oleh pemeriksa dengan mendekatkan kedua
mata satu sama lain. Untuk menerangi mata yang diperiksa, digunakan kaca
bersudut atau prisma yang diletakkan di depan mata yang diperiksa dengan cara
yang sedemikian rupa, sehingga cahaya yang berasal dari bola lampu dipantulkan
ke mata yang diperiksa. Jadi, retina disinari melalui pupil, dan pemeriksa melihat
ke dalam pupil subjek dengan cara melihat batas kaca atau prisma, atau melalui
suatu prisma yang dibuat sedemikian rupa.
Prinsip ini hanya dapat diterapkan pada orang yang kedua matanya benar-
benar emetrop. Bila daya bias kedua mata yang diperiksa atau pemeriksa itu
abnormal, perlu dikoreksi agar pemeriksa dapat melihat bayangan retina yang
diperiksa dengan jelas. Oftalmoskop biasa mempunyai rangkaian lensa sangat
kecil yang disusun pada suatu putaran sehingga dapat diputar dari satu lensa ke
lensa lain, dan koreksi daya bias abnormal dapat dilakukan dengan cara memilih
lensa dengan kekuatan lensa yang sesuai. Pada orang dewasa muda normal, terjadi
refleks akomodasi yang alamiah sehingga menyebabkan peningkatan kekuatan
lensa kurang lebih sebesar +2 dioptri pada tiap mata. Untuk mengkoreksi keadaan
ini, lensa harus diputar sampai koreksi kira-kira -4 dioptri.
2. Retinoskop
Retinoskop digunakan untuk menentukan resep dari suatu lensa korektif tanpa
peran serta pasien, walaupun mata perlu dibuka dan dalam posisi yang cocok
untuk diperiksa. Teknik ini dapat digunakan, misalnya, pada bayi yang dianestesi.
Retinoskop kadang-kadang juga digunakan untuk memeriksa resep yang
ditentukan dengan teknik biasa "mana yang lebih jelas, yang pertama atau yang
kedua".
3. Keratometer
4. Lensometer
Alat ini menggerakkan sebuah benda bersinar sampai terletak di titik fokus
suatu kombinasi lensa yang terdiri dari lensa plus tertentu (lensa tetap) yang sudah
diketahui dan lensa yang tidak diketahui. Berkas sejajar yang keluar dari lensa
dilihat dengan teleskop yang berfokus ke tak-terhingga. Lensa tetap diletakkan di
jarak yang sama dengan panjang fokusnya dari lensa yang tidak diketahui.
Penataan ini menyebabkan posisi benda bercahaya yang dapat digerakkan menjadi
fungsi linier dari kekuatan lensa yang tidak diketahui. Yaitu, skala dioptri terbagi
secara tidak merata. Apabila benda bersinar terletak di titik fokus dari lensa tetap,
lensometer akan membaca nol D. Seiring dengan pergeseran benda menjauh dari
lensa tetap, lensometer membaca dalam dioptri negative; dan sewaktu bergerak
mendekat, lensometer membaca dalam dioptri positif. Untuk lensa silindris (yang
digunakan untuk mengoreksi astigmatisme), kekuatan masing-masing sumbu
lensa diukur secara terpisah dan sudut lensa silindris dapat ditentukan.
5. Tonometer
Telah disadari sejak sebelum tahun 1900 bahwa tekanan mata yang tinggi
berkaitan dengan penyakit glaukoma. Penyakit ini mempersempit lapang pandang
(menimbulkan "penglihatan terowongan") dan menyebabkan kebutaan apabila
tidak diobati. Apabila kanalis Schlem terlalu sempit, diperlukan tekanan yang
lebih besar agar aqueous humor dapat mengalir keluar. Cairan di bola mata dalam
keadaar normal berada di bawah tekanan 1,6 sampai 3,0 kPa (12 sampai 23
mmHg); pada glaukoma, tekanan dapat mencapai 11 kPa (85 mmHg)-setara
dengan tekanan darah.
Sekitar tahun 1900, Schiotz di Jerman menciptakan suatu instrumen untuk
mengukur tekanan intraokulus (tonometer Schiotz). Teknik dasar mengharuskan
tonometer diletakkan di atas kornea yang telah dianestesi dengan pasien berbaring
telentang. Alat pendorong (plunger) di bagian tengah menyebabkan cekungan
ringan di kornea. Posisi pendorong menunjukkan, dalam skala, tekanan internal
mata. Gaya pada pendorong dapat diubah-ubah dengan menambahkan beban yang
berbeda'. Beban standar memiliki massa 5,5; 7,5; 10,0; dan 15,0 g. Alat
pendorong itu saja memiliki massa 11,0 g. Dengan massa standar 5,5 g, dihasilkan
massa 16,5 g yang terletak di suatu daerah kecil di kornea. Hal ini meningkatkan
tekanan internal sebesar kira-kira 2 kPa (15 mmHg) bergantung pada rigiditas
mata.
6. Pupilometer
Sumber :
Cameron, J. R; Skofronick, J. G; dan Grant, R. M. 2006. Fisika Tubuh
Manusia Edisi 2. Jakarta: EGC.
Guyton A.C. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC.
http://arwinlim.blogspot.com/2007/10/bio-optik-dalam-keperawatan.html
http://www.optivision2020.com/image-files/tonometer-pic1.jpg
http://3.bp.blogspot.com/_3Nq7CKYaRdQ/Sv4cidNNxmI/AAAAAAAAGfA/0G
nZuwAVPA4/s400/oftalmaskop.jpg
http://www.optivision2020.com/image-files/ker-marco.jpg
http://1.bp.blogspot.com/_N5cWXBA8Isk/StLb2_bFfZI/AAAAAAAAAWE/pJ8
gxxUE5YM/s320/direct_ophthalmoscope2.jpg
http://www.toreuse.com/wp-content/uploads/2011/01/DASN01-N-000.jpg
http://www.oii-ca.com/image.php?productid=405