PENDAHULUAN
Kemajuan dalam pengobatan perinatal selama beberapa dekade terakhir telah meningkat pada
perawatan bayi yang sangat prematur dengan pertahanan hidup meningkat paling terlihat bagi
bayi yang lahir pada usia 23 dan 24 minggu kehamilan. Resusitasi aktif sekarang disediakan
pada beberapa pusat pada bayi baru lahir prematur semuda kehamilan 22 minggu. Meskipun
ada kemajuan dalam pertahanan hidup, hanya sedikit pengurangan morbiditas neonatal telah
diamati. Bayi prematur memiliki resiko disfungsi tiroid yang tinggi dari banyak alasan,
termasuk ketidakmatangan hipotalamus-hipofisis- sumbu tiroid, adanya pola janin yang gigih
dari metabolisme hormon tiroid, hilangnya tiroksin transplasental, penyakit nonthyroidal akut
dan kurangnya asupan yodium. Peningkatan skrining bayi baru lahir (NBS) untuk hipotiroid
congenital (CH) telah menyebabkan akumulasi informasi baru yang mengarah ke pertanyaan
sulit tentang diagnosis, fisiologi dan pengelolaan uang optimal pada kelainan tiroid pada bayi
prematur. Satu pola disfungsi tiroid adalah 'delayed thyroid-stimulating hormone (TSH)
elevation. Pola disfungsi tiroid ini lebih umum pada bayi yang berat lahir prematur sangat
rendah (VLBW). Elevasi TSH tertunda telah dilaporkan terjadi pada usia rata-rata 22-30 hari.
Banyak program skrining neonatal sekarang menggabungkan tes skrining kedua untuk
mengidentifikasi CH dengan elevasi TSH tertunda pada populasi neonatus yang ditargetkan.
NBS Iowa untuk CH berdasarkan pada pengukuran TSH dan tidak memerlukan pemeriksaan
kelahiran kedua yang rutin untuk diperoleh di bayi prematur.
Unit perawatan intensif neonatal (NICU) di University of Iowa Children's Hospital
menerapkan program penyaringan fungsi tiroid untuk mengidentifikasi bayi prematur dengan
CH terkait dengan elevasi TSH tertunda di tahun 2012. Menurut Protokol NICU, kadar
tiroksin serum bebas (FT4) dan TSH diperoleh pada semua bayi prematur yang lahir pada
usia kehamilan <30 minggu. Pada 30 hari kehidupan. Skrining ini dilakukan selain daripada
NBS rutin. Pada penelitian ini kami melaporkan hasil hari kehidupan 30 screening fungsi
tiroid (TFS) pada bayi prematur mulai dari 1 Juli 2012 hingga 30 Juni 2015 dirawat di
University of Iowa Children’s Hospital NICU.
HASIL
Sebanyak 318 neonatus yang lahir pada usia kehamilan 220 sampai 296 minggu
dirawat di Universitas Iowa NICU antara 1 Juli 2012 hingga 30 Juni 2015 (Gambar 2). Ada
286 bayi yang termasuk dalam penelitian ini setelah mentidakikutsertakan 32 bayi untuk
kriteria yang telah ditentukan. Semua 286 bayi menjalani NBS rutin. Enam didiagnosis
dengan disfungsi tiroid sebelum 30 hari kehidupan, menyisakan 280 bayi yang menjalani
TFS pada hari ke 30 kehidupan (kisaran 28 sampai 33 hari). Karakteristik populasi penelitian
tercantum pada Tabel 1. Untuk keseluruhan kohort 286 pasien, median (kisaran
interkuartil)usia kehamilan saat kelahiran dan berat lahir bayi tersebut 26,2 minggu (25, 28)
dan 926 g (714, 1344) secara berurutan.
Sebanyak 26 pasien (9,1%) didiagnosis menderita disfungsi tiroid dan dimulai pada
LT4. Enam pasien didiagnosis dengan disfungsi tiroid sebelum TFS dan 20 pasien
didiagnosis dari TFS (Gambar 2). Hipotiroidisme tipikal didiagnosis pada dua bayi. CH
dengan elevasi TSH tertunda didiagnosis pada 20 pasien dan hipotiroksin dikaitkan dengan
sindrom sakit eutiroid atau hipotiroidisme sentral didiagnosis pada 4 pasien.
Hanya tiga pasien yang didiagnosis berdasarkan NBS rutin. Dua dari pasien ini
memiliki temuan NBS yang abnormal pada NBS pertama mereka (TSH 372 dan 500 μIU ml-
1
) dan didiagnosis dengan tipikal hipotiroidisme. Pasien ketiga memiliki tes positif ambang
batas (TSH 59,3 μIU ml- 1) pada NBS kedua yang diperoleh pada hari kehidupan 20 untuk
alasan yang tidak terkait dengan hasil TSH NBS awal dan didiagnosis dengan CH dengan
elevasi TSH yang tertunda (Gambar 2).
Tiga pasien tambahan didiagnosis berdasarkan investigasi laboratorium untuk
kecurigaan klinis hipotiroidisme sebelum hari dari kehidupan 30. Ketiga pasien ini memiliki
NBS awal normal dan tes fungsi tiroid dilakukan karena hiperbilirubinemia tidak langsung
yang gigih atau kelainan elektrolit yang mencurigakan pada hari kehidupan 13 sampai 14.
Ketiga pasien memiliki FT4 rendah dan TSH yang rendah atau normal dan dianggap
memiliki sindrom sakit euthyroid atau hipotiroidisme sentral. Satu pasien lainnya didiagnosis
dengan sindrom sakit eutiroid atau hipotiroidisme sentral berdasarkan TFS (Gambar 2).
Tujuh puluh dua (25,7%) bayi dari 280 orang yang menjalani TFS memiliki hasil
skrining abnormal. Lima puluh delapan bayi memiliki FT4 rendah / normal dan peningkatan
TSH (58 bayi) dan 14 bayi memiliki hipotiroksinemia dengan TSH rendah / normal. Tes
fungsi tiroid dinormalisasi pada 37 pasien pada tes tindak lanjut. Lima belas bayi dengan
sedikit kadar TSH yang meningkat (5,1 sampai 5,9 μIU ml- 1) pada TFS tidak menerima
tindak lanjut TFTs sesuai dengan pedoman skrining kami. Bayi-bayi ini dianggap memiliki
fungsi tiroid normal untuk tujuan analisis. Dua puluh bayi (19 bayi dengan CH dengan
elevasi TSH tertunda dan 1 bayi dengan hipotiroksinemia) didiagnosis dengan disfungsi
tiroid berdasarkan TFS dan dimulai pada LT4. Dua pasien dengan kadar TSH 415 μIU ml - 1
dirawat dengan LT4 setelah TFS awal. 18 pasien lainnya diawali dengan LT4 karena TSH
yang terus meningkat 7 sampai 15 μIU ml- 1 dan / atau tetap rendah FT4o0.8 ng dl - 1 pada
pengujian berulang.
Dua puluh bayi didiagnosis dengan CH dengan elevasi TSH tertunda dimulai pada
LT4 pada usia rata-rata 50 hari (38, 92). Median TSH dan FT4 pada awal perawatan adalah
10.3 μIU ml- 1 (8,9 sampai 12,2) dan 1,1 ng dl - 1 (0,9 sampai 1,2), secara berurutan pada bayi
yang dirawat. Pada saat keluar, semua 20 bayi dipulangkan dengan suplementasi tiroid yang
terrencana untuk melanjutkan penggantian tiroid sampai setidaknya usia 3. Karakteristik dari
20 bayi ini didiagnosis dan dirawat untuk CH dengan elevasi TSH tertunda dijelaskan pada
kolom 4 dari Tabel 1.
Karakteristik pasien bayi dengan dan tanpa CH dengan elevasi TSH tertunda
dibandingkan pada Tabel 1. Berat lahir, kehamilan multipel, kecil untuk usia kehamilan, skor
APGAR 5 menit dan durasi pada ventilasi tekanan positif secara signifikan diasosiasikan (P<
0.05) dengan diagnosis CH dengan elevasi TSH tertunda pada analisis univariat. Model
regresi logistik berganda dikembangkan untuk mengidentifikasi faktor risiko CH dengan
elevasi TSH yang tertunda menggunakan prosedur seleksi Stepwise forward. Variabel yang
termasuk dalam model adalah kehamilan multipel, berat badan kelahiran, usia kehamilan,
skor APGAR 5 menit, durasi ventilasi tekanan positif dan penggunaan steroid antenatal.