Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

“Prurigo Nodularis”

Diajukan Kepada Pembimbing :

dr. R.A. Lucia Devianty, Sp.KK

Disusun oleh :

Randilufti Santoso

1610221025

Periode 13 September-15 Oktober 2016

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RS TK II DR AK GANI PALEMBANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN

JAKARTA

2016
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

“Prurigo Nodularis”

Disusun oleh :

Randilufti Santoso 1610221025

Diajukan Sebagai Tugas untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan


Klinik di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Rumah Sakit TK II dr. AK. Gani Palembang

Telah disetujui,

Pada tanggal : Oktober 2016

Mengetahui,

Dokter Pembimbing

dr. R.A. Lucia Devianty, Sp.KK


KATA PENGANTAR

Puji syukur yang tidak terhingga penulis panjatkan atas kehadirat


Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan kasus
ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam laporan kasus ini adalah
Prurigo Nodularis. Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. R.A. Lucia
Devianty, Sp.KK selaku dokter pembimbing yang telah banyak
memberikan saran yang bermanfaat.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orangtua saya
beserta kakak saya yang terus menyemangati serta terus memberikan doa
dan restu. Saya ucapkan terima kasih juga untuk teman-teman kelompok
koas atas kerja samanya. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
perawat poli Kulit dan Kelamin Rumah Sakit AK GANI yang telah
memberikan izin dan membantu dalam pelaksanaan pengambilan data.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
dapat membangun kembali penyempurnaan dari makalah ini.

Palembang, Oktober 2016

Randilufti Santoso

|L a p o r a n K a s u s P r u r i g o N o d u l a r i s , R a n d i l u f t i S a n t o s o , 1 6 1 0 2 2 1 0 2 5 iii
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL ........................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. ii
KATA PENGANTAR ......................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
I.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
BAB II STATUS PASIEN ...................................................................... 2
II.1 Identitas Pasien ...................................................................................... 2
II.2 Anamnesis ............................................................................................. 2
II.3 Pemeriksaan Fisik .................................................................................. 4
II.4 Status Dermatologis ............................................................................... 5
II.5 Pemeriksaan Penunjang ......................................................................... 7
II.6 Diagnosis Banding ................................................................................. 7
II.7 Tatalaksana ............................................................................................. 8
II.8 Prognosis ................................................................................................ 8
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 9
III.1 Definisi ................................................................................................... 9
III.2 Epidemiologi .......................................................................................... 9
III.3 Etiologi ................................................................................................... 9
III 4 Faktor-faktor yang memperberat penyakit ............................................. 9
III 5 Gejala ..................................................................................................... 10
III 6 Patofisiologi ........................................................................................... 11
III 7 Diagnosis ............................................................................................... 12
III 8 Diagnosis Banding ................................................................................. 13
III 9 Tatalaksana ............................................................................................ 13
III 10 Prognosis ............................................................................................... 15

|L a p o r a n K a s u s P r u r i g o N o d u l a r i s , R a n d i l u f t i S a n t o s o , 1 6 1 0 2 2 1 0 2 5 iv
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................... 16
IV.1 Pembahasan ............................................................................................ 16
BAB V KESIMPULAN ......................................................................... 19
V.1 Kesimpulan ............................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 20

|L a p o r a n K a s u s P r u r i g o N o d u l a r i s , R a n d i l u f t i S a n t o s o , 1 6 1 0 2 2 1 0 2 5 v
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Prurigo adalah erupsi papular kronik dan rekurens. Prurigo diklasifikasikan
menjadi prurigo simpleks dan dermatosis prurigonosa.1 Prurigo yang sering
terjadi adalah tipe dermatosis prurigonosa, terutama prurigo nodularis. Prurigo
nodularis merupakan penyakit kronik pada orang dewasa, ditandai oleh adanya
nodus yang gatal, terutama terdapat di ekstremitas bagaikan ekstensor. 1,7
Prurigo nodularis menempati urutan ke-20 penyakit dermatologis di Asia tahun
2011, prevalensinya berkisar antara 1,82-3,8%.1,2,10 Menurut penelitian Wei Shang Tan
dan Hong Liang Tey (2014) di Singapura, menyatakan bahwa rata-rata pasien yang
mengalami prurigo nodularis adalah usia 53 tahun. 7 Penyakit prurigo nodularis biasanya
lebih sering terjadi pada wanita dan jarang terjadi laki-laki. Ras kulit tidak membedakan
angka kejadian prurigo nodularis. 1
Penyebab terjadinya prurigo nodularis sebenernya belum diketahui secara pasti.
Namun, ada keteribatan antara saraf sensorik dermal di epidermis dan dermis dengan
peningkatan produksi IL-31. Peningkatan IL-31 dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
1,2,3
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya prurigo nodularis, yaitu emosi,
makanan laut, dan iklim yang panas, serta adanya infeksi bakteri tipe Staphylococcal
enterotoksin B. 1,2
Peningkatan produksi IL-31 dapat menyebabkan terjadinya reaksi inflamasi.
Ketika terjadi reaksi inflamasi, maka akan timbul gejala seperti adanya papul, nodul
hiperpigementasi, dan rasa gatal di kulit. Predileksi timbulnya gejala biasanya di daerah
ekstremitas ekstensor. 1,2
Namun, gejala yang timbul pada prurigo nodularis, sering sulit dibedakan dengan
beberapa penyakit lain, seperti dermatitis atopik tipe dewasa dan neurodermatitis. Hal
tersebut dikarenakan gambaran lesi hiperpigmentasi.yang hampir mirip, sehingga
memerlukan beberapa pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis secara pastinya.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan darah dan
histopatologi. 1
Pada penyakit prurigo nodularis sering mengalami residif, sehingga dalam
pengobatannya harus tepat. Pengobatan yang dapat diberikan adalah kombinasi

|L a p o r a n K a s u s P r u r i g o N o d u l a r i s , R a n d i l u f t i S a n t o s o , 1 6 1 0 2 2 1 0 2 5 1
antihistamin oral dengan antileukotrien oral atau dengan penginjeksian kortikosteroid
intralesi. 1,4
Berdasarkan angka kejadian prurigo nodularis yang cukup banyak di daerah
Asia dan di Indonesia, maka penulis tertarik untuk membuat laporan kasus
prurigo nodularis.

|L a p o r a n K a s u s P r u r i g o N o d u l a r i s , R a n d i l u f t i S a n t o s o , 1 6 1 0 2 2 1 0 2 5 2
BAB II
STATUS PASIEN
II.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Usia : 43 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Palembang
Pekerjaan : Tukang becak
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 28 September 2016
No. Rekam Medis : 234999

II.2 Anamnesis
Pasien datang ke poli kulit dan kelamin RS TK II AK GANI pada tanggal
28 September 2016. Dilakukan anamnesis pada pasien Tn. S.
Keluhan utama : timbul bintil-bintil berwarna hitam dan bisul di kedua
tangan dan adanya bintil-bintil berwarna hitam di kedua kakinya sejak 6 bulan
yang lalu.
Keluhan tambahan : Pasien juga mengeluhkan adanya gatal yang tidak
tertahankan sejak 6 bulan yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang : Pasien mengatakan bahwa sejak 6 bulan
yang lalu, mengeluhkan adanya rasa gatal yang tidak tertahankan di kedua
tangannya. Keluhan rasa gatalnya mengganggu ketika bekerja di siang hari dan
ketika tidur di malam hari. Selanjutnya 1 bulan kemudian, timbul bintil-bintil
dan bisul di kedua tangannya. Bisul yang digaruk pecah mengeluarkan nanah,
sedangkan bintil-bintilnya membentuk luka memerah. Pada saat itu, pasien
dateng ke Puskesmas dan diberikan kompres, obat bubuk dan amoxillin oleh
dokter umum Puskesmas. Namun selama 3 bulan berobat ke Puskemas, keluhan
bintil-bintilnya dan rasa gatanya tidak berkurang, sehingga pasien sering
mengatasi keluhan gatal di tangannya dengan cara menggaruk dan menyiram
air hangat. Pasien mengatakan keluhan gatalnya sedikit berkurang ketika
digaruk dan disiram air hangat, akan tetapi keesokan harinya keluhan gatalnya

|L a p o r a n K a s u s P r u r i g o N o d u l a r i s , R a n d i l u f t i S a n t o s o , 1 6 1 0 2 2 1 0 2 5 3
tersebut muncul kembali, bintil-bintil di tangan semakin banyak dan menyebar
ke kedua kakinya, serta timbul bisul di tangannya. Oleh karena itu 1 bulan yang
lalu, pasien dateng ke Poli Kulit Kelamin di Rumah Sakit AK Gani Palembang
dan diberikan obat salep berwarna bening dan obat minum warna hijau oleh
dokter spesialis kulit. Keluhan rasa gatalnya sedikit berkurang, akan tetapi
keluhan bintil-bintil dan bisulnya tidak kunjung hilang sampai saat itu.
Sehingga pasien kembali ke rumah sakit AK Gani untuk mengobati bintil-
bintilnya yang semakin banyak dan berbisul, serta rasa gatalnya.
Riwayat penyakit dahulu : Riwayat keluhan yang sama pada pasien
disangkal, riwayat sesak napas disangkal, riwayat bersin-bersin di pagi hari
disangkal, riwayat alergi obat disangkal, riwayat tekanan darah tinggi disangkal
dan riwayat kencing manis disangkal. Namun, pasien mengatakan adanya
riwayat alergi makanan ikan asin, dan telor.
Riwayat penyakit keluarga : Pasien mengatakan bahwa tidak ada yang
keluhan yang sama di keluarganya. Tidak ada riwayat sesak napas atau bersin-
bersin saat pagi hari di keluarganya. Namun, pada ibunya sering mengalami
rasa gatal ketika mengonsumsi ikan asin dan telur.
Riwayat status sosial ekonomi : Pasien bekerja sebagai tukang becak yang
sering terpapar matahari. Pasien tinggal bersama istri dan satu anaknya. Istrinya
bekerja sebagai ibu rumah tangga dan anaknya masih sekolah.
Riwayat hygiene : Pasien mengatakan mandi sehari 3 kali dengan
menggunakan sabun Lux. Membersihkan rumah 2-3x/minggu.
II.3 Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
 Kesadaran : Compos Mentis
 Keadaan Umum : Baik, tampak sakit ringan
 Tanda Vital : Dalam batas normal
 Kepala : Tidak ada kelainan
 Leher : Tidak ada kelainan
 Toraks : Cor dan Pulmo tidak ada kelainan
 Abdomen : Tidak ada kelainan
 Ekstremitas : Lihat status dermatologikus

|L a p o r a n K a s u s P r u r i g o N o d u l a r i s , R a n d i l u f t i S a n t o s o , 1 6 1 0 2 2 1 0 2 5 4
II.4 Status Dermatologis

c
b

Gambar 1. Regio ekstremitas superior sinistra. (a) Papul hiperpigmentasi multipel berukuran ± 0,2
x 0,2 x 0,1 cm, anular dengan batas tegas, diskret. (b) Pustul hiperpigmentasi multipel
berukuran 0,2 x 0,2 x 0,1 cm, anular dengan batas tegas, diskret. (c) Ekskoriasi
hiperpigmen berukuran 0,2 x 0,2 x 0,1 cm.

a b
Gambar 2. Regio ekstremitas superior dextra.(a) Papul hiperpigmentasi multipel berukuran 0,2 x
0,2 x 0,1 cm, anular dengan batas tegas, diskret. (b) Pustul hiperpigmentasi multipel
berukuran 0,3 x 0,3 x 0,1 cm, anular dengan batas tegas, diskret.

|L a p o r a n K a s u s P r u r i g o N o d u l a r i s , R a n d i l u f t i S a n t o s o , 1 6 1 0 2 2 1 0 2 5 5
Gambar 3. Regio ekstremitas inferior dextra. Papul hiperpigmentasi multipel berukuran 0,3 x 0,3 x
0,2 cm, anular dengan batas tegas, diskret.

Gambar 4. Regio ekstremitas inferior sinistra. (a) Makula hiperpigmen berukuran ± 3 x 2 cm,
bentuk tidak beraturan, dan berbatas tidak tegas. (b) Papul hiperpigmen multipel
berukuran ± 0,3 x 0,3 x 0,1 cm, anular dengan batas tegas, diskret. (c) Ekskoriasi
hiperpigmen berukuran ± 0,3 x 0,3 x 0,2 cm.

|L a p o r a n K a s u s P r u r i g o N o d u l a r i s , R a n d i l u f t i S a n t o s o , 1 6 1 0 2 2 1 0 2 5 6
II.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk melemahkan diagnosis
banding dan menegakkan diagnosis kerja.
1. Pemerikasaan laboratorium
Pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati dan serum IgE.
2. Perwarnaan Gram
Perwarnaan Gram dilakukan jika curiga adanya infeksi karena
Staphylococcus aureus. Preparat diambil dari kerokan kulit pada pustul
dan diletakkan pada kaca preparat, serta diberikan pewarnaan dengan
gentian violet, lugol dan safranin secara berurutan sesuai prosedur,
kemudian dilihat menggunakan mikroskop. Ditemukan :
Bentuk : kokus
Susunan : bergerombol seperti buah anggur
Warna : ungu
Sifat : Gram (+)
Metode : pewarnaan Gram
Bakteri : Staphyloccocus aureus
3. Pemeriksaan Histopatologi
Preparat berasal dari jaringan ekstremitas yang diambil dengan
biopsi. Gambaran histopatologi pada epidermis berupa parakeratosis,
hiperkeratosis, akantolisis, dan papilomatosis, sedangkan pada dermis
tampak pelebaran ujung-ujung pembuluh darah, serbukan sel-sel radang
dan tampak kumpulan serat-serat kolagen kasar tegak lurus pada
permukaan kulit.

II.6 Diagnosis Banding


 Prurigo nodularis
 Prurigo hebra
 Dermatitis atopi tipe dewasa
 Liken simpleks kronik

|L a p o r a n K a s u s P r u r i g o N o d u l a r i s , R a n d i l u f t i S a n t o s o , 1 6 1 0 2 2 1 0 2 5 7
II.7 Diagnosis Kerja
Prurigo Nodularis + infeksi sekunder

II.8 Penatalaksanaan
 Umum
o Edukasi pasien untuk meminimalisasi faktor yang memperburuk
keluhan dan pencegahan kekambuhan.
o Edukasi pasien untuk tidak banyak menggaruk dan tidak
menyiram air panas pada daerah yang terasa gatal.
o Edukasi pasien untuk mengurangi makanan ikan asin, makanan
laut dan telor.
 Khusus
o Sistemik :
 Cetirizine : 1 kali 10 mg/hari/oral jika gatal.
 Suntikan kortikosteroid intralesi terutama larutan
triamsinolon asetonida 5-10 mg/ml. Dosis 0,1-0,2 ml pada
tiap tempat suntikan dengan jarak suntikan 1 kali seminggu.
 Antibiotik
Eritromisin dengan dosis 4 x 500 mg/hari untuk seminggu.
Untuk mencegah infeksi sekunder.
o Topikal
Dosisnya Klobetasol propionate 0.05% Cream 2x/hari selama
seminggu.

II.9 Prognosis
 Quo ad vitam : ad bonam.
 Quo ad fungsionam : ad bonam.
 Quo ad sanationam : dubia.
 Quo ad cosmeticum : dubai ad bonam.

|L a p o r a n K a s u s P r u r i g o N o d u l a r i s , R a n d i l u f t i S a n t o s o , 1 6 1 0 2 2 1 0 2 5 8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

III.1. Definisi
Suatu reaksi kulit yang bersifat kronik dengan gejala utama berupa nodus
yang menyebar di ekstremitas.1

III.2. Epidemiologi
Prurigo nodularis menempati urutan ke-20 penyakit dermatologis di Asia
tahun 2011, prevalensinya berkisar antara 1,82-3,8%.1,2,10 Menurut
penelitian Wei Shang Tan dan Hong Liang Tey (2014) di Singapur,
menyatakan bahwa rata-rata pasien yang mengalami prurigo nodularis
adalah usia 53 tahun. 7 Penyakit prurigo nodularis biasanya lebih sering
terjadi pada wanita dan jarang terjadi laki-laki. Ras kulit tidak membedakan
angka kejadian prurigo nodularis. 1

III.3. Etiologi dan patogenesis


Penyebab terjadinya prurigo nodularis sebenernya belum diketahui
secara pasti.,2,3,9 Namun, beberapa kasus prurigo biasanya terjadi karena
adanya pengaruh respons Th2 yang dapat menyebabkan peningkatan
produksi IL-31. Peningkatan IL-31 dapat mengaktivasi dari makrofag,
keratonosit, dan eosinofil di lapisan dermis kulit. 2,3,9 Peningkatan IL-31 bisa
juga dikarenakan adanya infeksi bakteri Staphylococcus aureus2,3,9.

III.4. Faktor-faktor yang dapat memperberat penyakit


a. Lingkungan
Lingkungan yang panas dapat memperparah keadaan gatal. Hal
tersebut dikarenakan adanya peningkatan kelenjar keringat.1
b. Higiene
Higienitas yang buruk dari seorang pasien dapat menyebabkan
terjadinya infeksi sekunder, sehingga yang awal lesinya berupa papul

|L a p o r a n K a s u s P r u r i g o N o d u l a r i s , R a n d i l u f t i S a n t o s o , 1 6 1 0 2 2 1 0 2 5 9
atau nodul, bisa berubah menjadi lesi pustul dan jika pecah akan
keluar nanah. Hal tersebut dapat mempengaruhi prognosis dari
seorang pasien. 1
c. Penyakit sistemik
Keluhan rasa gatal dapat dipengaruhi oleh penyakit sistemik, seperti
gagal ginjal, gangguan fungsi hati, dan penyakit endokrin. Hal
tersebut dikarenakan adanya penigkatan kadar ureum, garam empedu
dan deposit kalsium difosfat di kulit, sehingga dapat menimbulkan
rasa gatal yang terus-menerus dan dapat merubah manifestasi klinis
dari prurigo nodularis. 1

III.5. Gejala singkat penyakit


Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan tambahan :
Kelainan kulit dimulai dengan papul-papul miliar pada bagian ekstensor
ekstremitas yang semakin membesar membentuk nodus-nodus lentkuler.
Lesi terasa gatal dan kadang terjadi infeksi sekunder. Jika ada infeksi
timbul limfadenopati. 4,5,6

Gambar 5. Regio Ekstremitas dan dorsomanus dextra tampak nodul


hiperpigmen dan pustul dengan dasar hiperpigmen, serta
adanya krusta dengan dasar hiperpigmen. 4

|L a p o r a n K a s u s P r u r i g o N o d u l a r i s , R a n d i l u f t i S a n t o s o , 1 6 1 0 2 2 1 0 2 5 10
III.6. Patofisiologi

Peningkatan Alergen terpajan Infeksi Staphylococcus


neuropeptida dengan Sel Th0 aureus

Terbentuk Sel Th2


Peningkatan
kalsitonin &NGF, Peningkatan
sel merkel produksi IL-31

Aktivasi makrofag,
Pruritus kronis keratonosit, dan eosinofil

Keratonosit Eosinofil Aktivasi makrofag

Degranulasi Reaksi inflamasi


Parakeratosis,
sel mast
Hiperkeratosis
PG
Histamin
Peningkatan
Gatal permeabilitas
vaskular

(+) infeksi Mempengaruhi


Edem intraseluler
produksi
melanosit
Peningkatan
leukosit Papul

Lesi tampak
Digaruk
Pustul hiperpigmentasi

Eskoriasi
Digaruk

Krusta

Grafik 1. Patofisiologi prurigo nodularis 2,3,6

|L a p o r a n K a s u s P r u r i g o N o d u l a r i s , R a n d i l u f t i S a n t o s o , 1 6 1 0 2 2 1 0 2 5 11
III.7. Diagnosis
a. Anamnesis
Sebagai klinisi, diperlukan pendekatan klinis dengan melakukan
anamnesis secara seksama dan lengkap yang mencakup:4
1. Keluhan utama (kuantitas dan kualitas)
2. Awitan sakit dan perjalanan penyakit
3. Faktor pencetus
4. Faktor eksogen yang mempengaruhi penyakit
5. Faktor predisposisi penyakit (genetik, penyakit sistemik yang
mendasari, imunitas tubuh)
6. Riwayat penyakit dan perkembangan terapi
b. Pemerikasaan Fisik
Melakukan pemeriksaan dermatologis pasien dan biasanya akan
tampak lesi papul sampai nodul yang hiperpigmentasi atau berwarna
kehitaman. Lesi akan tampak di daerah ekstremitas ekstensor. Pada
lesi dengan infeksi sekunder akan tampak pustul. 4,5,6
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemerikasaan laboratorium
- Pemeriksaan fungsi ginjal
Diperlukan untuk mengetahui adanya gangguan gagal ginjal,
yaitu dilihat dari kadar ureum di dalam darah
- Pemeriksaan fungsi hati
Diperlukan untuk mengetahui adanya gangguan fungsi hati,
yaitu dilihat dari garam empedu.
- Pemeriksaan imun IgE.
Untuk mengetahui adanya reaksi alergi pada pasien.4
2. Perwarnaan Gram
Perwarnaan Gram dilakukan jika curiga adanya infeksi karena
Staphylococcus aureus. Preparat diambil dari kerokan kulit pada
pustul dan diletakkan pada kaca preparat, serta diberikan
pewarnaan dengan gentian violet, lugol dan safranin secara

|L a p o r a n K a s u s P r u r i g o N o d u l a r i s , R a n d i l u f t i S a n t o s o , 1 6 1 0 2 2 1 0 2 5 12
berurutan sesuai prosedur, kemudian dilihat menggunakan
mikroskop. Ditemukan :
Bentuk : kokus
Susunan : bergerombol seperti buah anggur
Warna : ungu
Sifat : Gram (+)
Metode : pewarnaan Gram
Bakteri : Staphyloccocus aureus
Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit dan selaput mukosa
manusia, yang dapat menyebabkan menyebabkan penanahan. 5
3. Pemeriksaan Histopatologi
Preparat berasal dari jaringan ekstremitas yang diambil dengan
biopsi. Gambaran histopatologi pada epidermis berupa
parakeratosis, hiperkeratosis, akantolisis, dan papilomatosis,
sedangkan pada dermis tampak pelebaran ujung-ujung pembuluh
darah, serbukan sel-sel radang dan tampak kumpulan serat-serat
kolagen kasar tegak lurus pada permukaan kulit.

Gambar 6. Histopatologi prurigo nodularis4

III.8. Diagnosis banding


a. Dermatitis topik tipe dewasa : perbedaan dari lokalisasi di punggung
kaki dan efloresensi biasanya berupa likenifikasi.
b. Liken simpleks kronik : biasanya di punggung kaki/tangan,
hiperpigmen likenifikasi numular sampai plakat. 1,1

|L a p o r a n K a s u s P r u r i g o N o d u l a r i s , R a n d i l u f t i S a n t o s o , 1 6 1 0 2 2 1 0 2 5 13
III.9. Tatalaksana
a. Edukasi
Menginstruksikan pasien prurigo nodularis untuk meminimalkan
menyentuh, menggaruk, dan menggosok daerah yang terkena. 4
b. Medikamentosa
1. Kombinasi antihistamin dan antileukotrien
Obat kombinasinya adalah fexofenadine 240 mg per hari dan
montelukast 10 mg per hari.
Farmakodinamik dari montelukast adalah mengahambat
pembentukan leukotrien melalui penghambatan enzim 5-
lipoksigenase yang berfungsi mengkatalis asam arakidonat
menjadi leukotriene, sehingga dapat mengurangi efek dari
vasodilatasi pembuluh darah, mengurangi produksi IL-2 dan Sel
T. Sedangkan obat fexofenadine berguna untuk mengontrol
gatal-gatal dengan memblokir efek histamin endogen, tapi
mungkin terbaik digunakan sebagai obat penenang untuk
mengontrol pruritus, terutama pada malam hari. 4,6,8
2. Kortikosetroid
Fungsi pemberian kortikosteroid adalah untuk mengurangi
peradangan dan rasa gatal.
a) Kortikosteroid topikal
Klobetasol adalah pengobatan lini pertama (untuk
penggunaan topikal). Obat ini adalah kelas I superpotent.
Steroid topikal ini bekerja meningkatkan sintesis protein
yang mengurangi peradangan dan menyebabkan
vasokonstriksi. Dosisnya Klobetasol propionate 0.05%
Cream. 4,6,7
b) Pemberian kortikosteroid intralesi
Pemberian obat secara intralesi sangat efektif untuk kasus-
kasus resisten terhadap pemberian kortikosteroid topikal dan
gangguan kulit yang meluas. Salah satu obat kortikosteroid
intralesi adalah triamsinolon acetonide 2,5 mg / mL. Dosis

|L a p o r a n K a s u s P r u r i g o N o d u l a r i s , R a n d i l u f t i S a n t o s o , 1 6 1 0 2 2 1 0 2 5 14
total 20 mg (2,5 mg / mL) untuk orang dewasa setiap 3-4
minggu. Triamcinolone mengurangi peradangan dengan
menekan migrasi leukosit polimorfonuklear dan
membalikkan permeabilitas kapiler. Namun, pemberian obat
ini dikontraindikasikan untuk diabetes mellitus atau
hipertensi. 1,4,6,7
c) Antibiotik
Eritromisin dengan dosis 4 x 500 mg/hari untuk seminggu.
Untuk mencegah infeksi sekunder. 4
c. Operatif
1. Krioterapi
Krioterapi dengan nitrogen cair membantu mengurangi pruritus
dan meratakan lesi. Digunakan untuk pasien dengan diabetes
mellitus atau pada pasien dengan hipertensi. 4,8

d. Prognosis
Penyakit prurigo nodularis bersifat kronis dan setelah sembuh dengan
pengobatan biasanya residif. 1

|L a p o r a n K a s u s P r u r i g o N o d u l a r i s , R a n d i l u f t i S a n t o s o , 1 6 1 0 2 2 1 0 2 5 15
BAB IV
PEMBAHASAN
Suatu reaksi kulit yang bersifat kronik dengan gejala utama berupa nodus
yang menyebar di ekstremitas. 1
Pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis berupa prurigo nodularis
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan juga pemeriksaan penunjang
yang dilakukan pada tanggal 26 September 2106 sebagai berikut :
Dari anamnesa terhadap seorang pasien laki-laki yang bekerja
sebagai tukang becak dengan usia 43 tahun yang datang ke RS AK GANI
dengan keluhan utama timbul bintil-bintil dan bisul sejak 6 bulan yang lalu.
Menurut literatur, usia 40-60 tahun lebih sering mengalami prurigo
nodularis tanpa riwayat dermatitis atopi, sedangkan pada prurigo nodularis
dengan riwayat dermatitis atopi biasanya terjadi pada usia 19 tahun.
Berdasarkan jenis kelamin, ada yang mengatakan lebih sering terjadi pada
wanita, akan tetapi ada juga yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan
antara wanita dan laki-laki. 4,6
Gejala klinis yang timbul pada pasien adalah bintil-bintil dan
berbisul, serta dikeluhkan rasa gatal yang tidak tertahankan. Gejala klinis
yang dinyatakan pasien sesuai dengan literatur yang ada, dikarenakan gejala
khas pada prurigo nodular adalah timbulnya bintil-bintil kecil sampai
membesar dan jika ada infeksi akan muncul bisul berisi nanah, serta adanya
rasa gatal. Timbulnya bintil-bintil di kulit, dikarenakan adanya edem
intraseluler dan peningkatan kadar keratonosit di lapisan kulit epidermis dan
dermis. Respons gatal terjadi karena adanya reaksi histamin yang
diproduksi oleh sel mast. 2,3,9
Gejala klinis pada pasien timbul di daerah ekstremitas ekstensor, itu
sesuai dengan literatur. Pada literatur dikatakan predileksi prurigo nodularis
lebih sering terjadi pada ekstremitas ekstensor, dikarenakan pada prurigo
nodularis terjadi peningkatan sel merkel di kaki dan tangan. Peningkatan sel
merkel dikarenakan adanya kelainan neurokutaneus pada prurigo nodularis
dan peranan sel merkel tersebut menyebabkan terjadinya pruritus yang tidak
tertahankan. 2,3,4,9

|L a p o r a n K a s u s P r u r i g o N o d u l a r i s , R a n d i l u f t i S a n t o s o , 1 6 1 0 2 2 1 0 2 5 16
Riwayat dahulu pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama,
tidak ada riwayat asma, tidak ada riwayat dermatitis atopi, akan tetapi punya
riwayat alergi terhadap makanan laut. Menurut literatur sesuai dengan
penyakit prurigo nodularis tanpa riwayat dermatitis atopi, dikarenakan
pasien tidak pernah mengeluh keluhan yang sama dahulunya, tidak ada
riwayat dermatitis atopi dan keluhan bintik-bintiknya terjadi pada usia 40
tahun. Di mana pada usia 40 tahun termasuk insiden paling sering terjadi
pada prurigo nodularis tanpa riwayat dermatitis atopi. 4
Riwayat keluarga pasien, terdapat riwayat alergi makanan laut yang
sama seperti pasien, tetapi pasien mengatakan bahwa tidak memiliki
keluhan yang sama seperti pasien. Pada literatur tidak dikatakan adanya sifat
prurigo modular yang genetik. 4
Riwayat sosial ekonomi pasien. Pasien adalah seorang tukang becak
yang setiap hari bekerja dari pagi-sore dan pekerjaannya lebih sering
mengalami berkeringat. Ketika berkeringat pasien mengatakan bahwa
bintil-bintilnya semakin gatal. Menurut literatur, keadaan berkeringat dapat
memperparah keadaan gatalnya.1
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya lesi di regio ekstremitas
superior dextra et sinistra dan regio ekstremitas inferior dextra et sinistra,
lesi tampak adanya papul hiperpigmen multipel berukuran ± 0,3 x 0,3 x 0,1
cm, anular dengan batas tegas, diskret, pustul hiperpigmen multipel
berukuran 0,2 x 0,2 x 0,1 cm, batas tegas, diskret dan ekskoriasi
hiperpigmen berukuran 0,3 x 0,3 x 0,2 cm. Penampakan lesi sesuai dengan
literatur di daerah ekstremitas ekstensor. Jadi mendukung diagnosis tentang
prurigo nodularis.1,4
Diagnosis banding yang sesuai dengan pasien adalah prurigo
nodularis, prurigo herba, dermatitis atopik tipe dewasa dan liken simpleks
kronik. Prurigo nodularis : terdapat lesi papul sampai nodul hiperpigmen di
ekstremitas ekstensor, prurigo herba : pada kasus dewasa tampak lesi papul
hiperpigmen, likenifikasi, ekskoriasi di ekstremitas, belakang telinga, dan
sekitar pusar, serta adanya limfadenopati, dermatitis atopik tipe dewasa :
perbedaan dari lokalisasi di punggung kaki dan efloresensi biasanya berupa

|L a p o r a n K a s u s P r u r i g o N o d u l a r i s , R a n d i l u f t i S a n t o s o , 1 6 1 0 2 2 1 0 2 5 17
likenifikasi. Liken simpleks kronik : biasanya di punggung kaki/tangan,
hiperpigmen likenifikasi numular sampai plakat.1
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan adalah pemeriksaan
laboratorium untuk mengetahui faktor memperberat seperti fungsi ginjal
dan fungsi hati. Pemeriksaan perwarnaan Gram diperlukan untuk
mengetahui infeksi sekunder pada pasien. Hal terebut dikarenakan pasien
memiliki lesi pustul. Pemeriksaan histopatologi diperlukan untuk
melemahkan diagnosis banding dermatitis atopi dan liken simpleks kronik.
Pada pemeriksaan didapatkan gambaran histopatologi pada epidermis
berupa parakeratosis, hiperkeratosis, akantolisis, dan papilomatosis,
sedangkan pada dermis tampak pelebaran ujung-ujung pembuluh darah,
serbukan sel-sel radang dan tampak kumpulan serat-serat kolagen kasar
tegak lurus pada permukaan kulit. 4,5,6
Pasien diberikan pengobatan secara umum dan khusus. Tatalaksana
secara umum yaitu pasien diedukasi tentang penyakit yang dideritanya
termasuk meminimalisasi faktor yang memperburuk keluhan. Edukasi yang
dapat berikan sesuai literatur adalah menginstruksikan pasien prurigo
nodularis untuk meminimalkan menyentuh, menggaruk, dan menggosok
daerah yang terkena. Tatalaksana medikamentosa yang dapat diberikan
kepada pasien adalah menggunakan kortikosteroid topikal potensi kuat
seperti Klobetasol propionate 0.05% Cream. Bila terjadi gagal obat steroid
topikal dapat menggunakan kortikosteroid intralesi adalah triamsinolon
acetonide 2,5 mg / mL. Dosis total 20 mg (2,5 mg / mL) untuk orang dewasa
setiap 3-4 minggu. Namun, pemberian obat ini dikontraindikasikan untuk
diabetes mellitus atau hipertensi. 4,7,8
Prognosis pada pasien Tn. S quo ad vitam dan ad fungsionam baik.
Quo ad sanationam yaitu dubia karena memang penyakit prurigo nodularis
bersifat kronik residif ditambah beberapa faktor pemicu dapat
memperburuk keluhan seperti berkeringat dan makanan laut . Quo ad
cosmeticum adalah dubia ad bonam, jika pasien merawat kulit tangan dan
kaki dengan baik dari segi penggunaan terapi farmakologis yang rutin dan
mencegah garukan yang berlebihan. 1,4

|L a p o r a n K a s u s P r u r i g o N o d u l a r i s , R a n d i l u f t i S a n t o s o , 1 6 1 0 2 2 1 0 2 5 18
BAB V
KESIMPULAN

Prurigo nodularis merupakan penyakit kronik pada orang dewasa, ditandai


oleh adanya nodus yang gatal, terutama terdapat di ekstremitas bagaikan
ekstensor. 1,4
Perjalanan penyakitnya kelainan kulit dimulai dengan papul-papul miliar
pada bagian ekstensor ekstremitas yang semakin membesar membentuk nodus-
nodus lentkuler. Lesi terasa gatal dan kadang terjadi infeksi sekunder. Jika ada
infeksi timbul limfadenopati. 1,4
Diagnosis prurigo nodularis dapat ditegakkan berdasarkan pada lokasi kulit
yang terkena dan lesinya yang tampak nodul hiperpigmentasi. Diperlukan
pemeriksaan penunjang histopatologis jika terdapat lesi yang tampak
hiperpigmentasi. 1,4
Tatalaksana secara umum dan khusus. Tatalaksana secara umum yaitu
pasien diedukasi tentang penyakit yang dideritanya termasuk meminimalisasi
faktor yang memperburuk keluhan. Edukasi yang dapat berikan sesuai literatur
adalah menginstruksikan pasien prurigo nodularis untuk meminimalkan
menyentuh, menggaruk, dan menggosok daerah yang terkena. Tatalaksana
khusus atau medikamentosa yang dapat diberikan kepada pasien adalah
menggunakan kortikosteroid topikal potensi kuat seperti betamethasone
dipropionate 0,5 mg/gr. Bila terjadi gagal obat steroid topikal dapat
menggunakan kortikosteroid intralesi adalah triamsinolon acetonide 2,5 mg /
mL. Dosis total 20 mg (2,5 mg / mL) untuk orang dewasa setiap 3-4 minggu. 4,6,7
Prognosis pada prurigo nodularis bersifat kronik residif sehingga perlu
edukasi yang baik kepada pasien agar kekambuhan minimal. 1

|L a p o r a n K a s u s P r u r i g o N o d u l a r i s , R a n d i l u f t i S a n t o s o , 1 6 1 0 2 2 1 0 2 5 19
DAFTAR PUSTAKA

1. Riepe, Stander, Sonja, Tsianakas, Zeidler, 2016, ‘Prurigo nodularis – an


update on an important disease’, Journal of the Egyptian Women's
Dermatologic Society, Vol. 13, No. 3, September 2016, Diakses 30 Oktober
2016
http://journals.lww.com/jewds/Fulltext/2016/09000/Prurigo_nodularis___a
n_update_on_an_important.1.aspx?trendmd-shared=0

2. Castellani ML, Donelan J, Falasca K, Frydas S, Madhappan B, Neri G,


Petrarca C, Salini V, Tete S, Vecchiet J, 2006, ‘Interleukin-31: a new
cytokine involved in inflammation of the skin’, International Journal OF
Immunophatology and Pharmacology, Vol. 19 No. 1, Jan-Mar 2006, diakses
30 September 2016.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16569341

3. Chiara FA, Grilomoni G, Tessari G, 2013, ‘ Prurigo Nodularis: an update


on etiophatogenesis and theraphy, Informa Healthcare, Vol 24, Juni 2013,
diakes 30 September 2016.
http://www.mediskin.cn/uploadfiles/file/20140120/20140120160707_9631
.pdf

4. Daniel JH, William D J, 2016, ‘Prurigo Nodularis’, diakses 30 September


2016
http://emedicine.medscape.com/article/1088032-clinical#showall

5. Djuanda A, 2007, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, FKUI, Jakarta

6. Eigelshoven S & Homey B, 2009, ‘ Prurigo Nodular’, Düsseldorf University


Hospital, September 2009, diakses 28 September 2016
http://derma.akademos.de/pdfdown/akademos-cme-203-7b35b0ea.pdf

7. Furumura M, Hamada T, Hashimoto T, Ishii N, Koga H, Nakama T, Ohata


C, Ohyama B, Shintani T, Tsuruta D, 2013, ‘Combination therapy of
fexofenadine and montelukast is effective in prurigo nodularis and
pemphigoid nodulari’ Department of Dermatology, Kurume University
School of Medicine, and Kurume University Institute of Cutaneous Cell
Biology, Vol 10, September 2013, diakses 30 September 2016.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24102897

|L a p o r a n K a s u s P r u r i g o N o d u l a r i s , R a n d i l u f t i S a n t o s o , 1 6 1 0 2 2 1 0 2 5 20
8. Johan R, 2015, ‘Penggunaan Kortikosteroid Topikal’, IAI, Vol 49, No. 4,
Januari 2015, diakses 28 September 2016
http://www.kalbemed.com/Portals/6/25_227CPDPenggunaan%20Kortikos
teroid%20Topikal%20yang%20Tepat.pdf

9. Baumert K, Kasraie S, Niebuhr M, & Werfel T, 2010, ‘Functional effects


of interleukin 31 in human primary keratinocytes’, Department of
Dermatology and Allergy, September 2010, Diakses 29 September 2016
http://misterx95.myds.me/wordpress/wpcontent/uploads/2014/07/Function
al-effects-of-interleukin-31-in-human-primary-keratinocytes.pdf

10. Siregar RS, 2013, Saripati Penyakit Kulit, EGC, Jakarta.

|L a p o r a n K a s u s P r u r i g o N o d u l a r i s , R a n d i l u f t i S a n t o s o , 1 6 1 0 2 2 1 0 2 5 21

Anda mungkin juga menyukai