Anda di halaman 1dari 17

ABSTRAK

Distilasi merupakan proses pemisahan komponen-komponen dalam larutan


cair dengan menggunakan panas sebagai separating agent. Tujuan dari praktikum
ini adalah untuk menentukan overall coloumn efficiency dengan memvariasikan
power dan refluks rasio. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah
seperangkat alat distilasi yang dilengkapi dengan 8 tray. Praktikum ini dilakukan
dengan variasi power 0.8 kW, 0.9 kW dan variasi refluk rasio 2:1 dan 3:1. Metode
yang digunakan untuk menentukan overall coloumn efficiency adalah dengan
menggunakan persamaan Fenske dan metode Mc Cabe Thiele. Hasil yang
diperoleh pada praktikum ini adalah hubungan antara laju boil-up dan efisiensi
kolom adalah berbanding lurus, yaitu semakin tinggi laju boil-up maka efisiensi
kolom akan semakin besar. Pada power 0.8 kW efisiensi kolom adalah 25% untuk
rasio refluks 2:1 dan 52,5% untuk rasio refluks 3:1. Pada power 0,9 kW efisiensi
kolom adalah 22,5% untuk rasio refluks 2:1dan 23,75% untuk 23,75%. Hubungan
antara laju boil up dengan efisiensi kolom adalah berbanding lurus yaitu semakin
besarlaju boil up maka semakin efisiensi kolom semakin tinggi. Hubungan antara
refluk rasio dengan efisiensi kolom adalah berbanding terbalik yaitu semakin
besar refluk rasio maka efisiensi kolom akan semakin rendah.

Keyword: overall coloumn efficiency, refluk rasio, laju boil-up


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


1. Menghitung jumlah plate teoritis dengan Metode Mc. Cabe – Thiele dan
persamaan Fenske.
2. Menghitung efisiensi kolom.
3. Menjelaskan hubungan antara variasi laju boil-up dan refluk rasio terhadap
effisiensi kolum.

1.2 Teori
Distilasi merupakan proses penting dalam bidang rekayasa (teknik) kimia.
Pada dasarnya distilasi merupakan proses pemisahan campuran dua komponen
atau lebih (banyak) komponen menjadi bagian-bagian atau komponen berdasarkan
pada perbedaan volatilitas (kemudahan menguap) atau perbedaan titik didih antara
masing-masing komponen (Laboratorium Teknik Kimia 2, Fakultas Teknik
UNRI).
Distilasi merupakan proses pemisahan komponen-komponen dalam
larutan cair dengan menggunakan panas sebagai separating agent. Proses distilasi
dapat digambarkan sebagai deretan tahap flashing yang disusun secara seri,
sehingga uap yang mengalir ke atas dan cairan yang mengalir ke bawah saling
berkontak. Dengan demikian, di setiap tahap aliran uap (V) dan cairan (L) akan
berkontak dan membentuk kesetimbangan. Agar kontak antara uap dan cairan
dapat berlangsung lebih sempurna, maka dipasang tray yang jumlahnya
disesuaikan dengan kebutuhan. Secara teoritis, satu tray dapat dianggap sebagai
suatu tahap kesetimbangan (Laboratorium Teknik Kimia 2, Fakultas Teknik
UNRI).
Cairan dan uap yang memasuki suatu tahap tidak berada dalam keadaan
setimbang. Cairan dan uap tersebut berkontakkan satu sama lain sehingga terjadi
perpindahan massa, sehingga uap cairan yang meninggalkan tahap tersebut berada
dalam keadaan setimbang. Uap yang meninggalkan tahap kesetimbangan ini
mengandung lebih banyak komponen yang mudah menguap (volatile) dari pada
uap yang memasuki tahap tersebut. Sebaliknya, cairan yang meninggalkan tahap
tersebut akan mengandung lebih sedikit volatile dari cairan yang memasuki tahap.
Jadi, uap di puncak kolom memiliki komponen yang lebih mudah menguap secara
dominan, sedangkan di dasar kolom cairan mengandung komponen yang sukar
menguap (Laboratorium Teknik Kimia 2, Fakultas Teknik UNRI).
Kolom distilasi adalah sarana melaksanakan operasi pemisahan
komponen-komponendari campuran fasa cair, khususnya yang mempunyai
perbedaan titik didih dantekanan uap yang cukup besar (Geankoplis, 1993).
Perbedaan tekanan uap tersebut akan menyebabkan fasa uap yang ada dalam
kesetimbangan dengan fasa cairnya mempunyai komposisi yang perbedaannya
cukup signifikan. Fasa uap mengandung lebih banyak komponen yang memiliki
tekanan uap rendah, sedangkan fasa cair lebih benyak menggandung komponen
yang memiliki tekanan uap tinggi (Laboratorium Teknik Kimia 2, Fakultas
Teknik UNRI).
Kolom distilasi dapat berfungsi sebagai sarana pemisahan karena system
perangkat sebuah kolom distilasi memiliki bagian-bagian proses yang memiliki
fungsi-fungsi (Mc Cabe and J.C Smith, 1985):
a) menguapkan campuran fasa cair (terjadi di reboiler)
b) mempertemukan fasa cair dan fasa uap yang berbeda komposisinya (terjadi di
kolomdistilasi)
c) mengondensasikan fasa uap (terjadi di kondensor)
d) Konsep pemisahan dengan cara distilasi merupakan sintesa pengetahuan dan
peristiwa-peristiwa:
1. kesetimbangan fasa
2. perpindahan massa
3. perpindahan panas
4. perubahan fasa akibat pemanasan (penguapan)
5. perpindahan momentum
Distilasi adalah sistem perpindahan yang memanfaatkan perpindahan
massa (gambar 1.1). Masalah perpindahan massa dapat diselesaikan dengan dua
cara yang berbeda. Pertama dengan menggunakan konsep tahapan kesetimbangan
(equilibrium stage) dan kedua atasdasar proses laju difusi (difusional forces).
Distilasi dilaksanakan dengan rangkaian alat berupa kolom/menara yang terdiri
dari piring (plate tower/tray) sehingga dengan pemanasan komponen dapat
menguap, terkondensasi, dan dipisahkan secara bertahap berdasarkan tekanan
uap/titik didihnya. Proses ini memerlukan perhitungan tahap kesetimbangan (Mc
Cabe and J.C Smith, 1985).
Batas perpindahan fasa tercapai apabila kedua fasa mencapai
kesetimbangan dan perpindahan makroskopik terhenti. Pada proses komersial
yang dituntut memiliki laju produksi besar, terjadinya kesetimbangan harus
dihindari. Distilasi pada satu tahapannya memisahkan dua komponen, yang
terdapat dalam 2 fasa, sehingga derajat kebebasannya 2 dan 4 variabel yaitu
tekanan, suhu, dan konsentrasi komponen A pada fasa cair dan fasauap
(konsentrasi komponen B sama dengan 1 dikurangi konsentrasi komponen A).
Jika telah ditetapkan temperatur, hanya ada satu variabel saja yang dapat diubah
secara bebas, sedangkan temperatur dan konsentrasi fasa uap didapatkan sebagai
hasil perhitungan sesuai sifat-sifat fisik pada tahap kesetimbangan (Laboratorium
Operasi Teknik Kimia Fakultas UNTIRTA).

Gambar 1.1 Skema proses perpindahan massa pada distilasi (Laboratorium


Operasi Teknik Kimia Fakultas UNTIRTA)

1.2.1 Kesetimbangan Uap-Cairan


Keberhasilan suatu operasi distilasi tergantung pada keadaan setimbang
yang terjadi antara fasa uap dan fasa cairan dari suatu campuran. Dalam hal ini
akan ditinjau campuran biner yang terdiri dari kompoenen A (yang lebih mudah
menguap) dan komponen B (yang kurang mudah menguap).
Pada umumnya proses distilasi dilaksanakan dalam keadaan bubble
temperature dan dew temperature, dengan komposisi uap seperti yang
ditunjukkan pada gambar 1.2, sedangkan komposisi uap dan cairan yang ada
dalam kesetimbangan ditunjukkan pada gambar 1.3 (Laboratorium Operasi
Teknik Kimia Fakultas UNTIRTA).

Gambar 1.2 Kesetimbangan upa-cair pada kondisi bubble dan dew temperature
(Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas UNTIRTA)

Gambar 1.3 Komposisi uap dan cairan pada kesetimbangan (xA1 dan yA1 =
komposisi cairan dan uap pada kesetimbangan)
(Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas UNTIRTA)
Dalam banyak campuran biner, titik didih campuran terletak di antara titik
didih komponen yang lebih mudah menguap (Ta) dan titik didih komponen yang
kurang mudah menguap (Tb). Untuk setiap suhu, harga yA selalu lebih besar dari
pada harga xA.Ada beberapa campuran biner yang titik didihnya di atas atau di
bawah titik didih kedua komponennya. Campuran pertama disebut azeotrop
maksimum seperti dapat dilihat pada gambar 1.4, sedangkan campuran kedua
disebut azeotrop minimum seperti pada gambar 1.5. Dalam kedua hal, yA tidak
selalu lebih besar dari pada harga xA, ada kesetimbangan uap cairan dengan yA
selalu lebih kecil dari pada xA. Pada titik azeotrop, yA sama dengan xA dan
campuran cairan dengan komposisi sama dengan titik azeotrop tidak dapat
dipisahkan dengan cara distilasi (Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas
UNTIRTA).

Gambar 1.4 Titik azeotrop maksimum pada kesetimbangan (Laboratorium


Operasi Teknik Kimia Fakultas UNTIRTA)

Gambar 1.5 Kurva azeotrop minimum pada kesetimbangan (Laboratorium


Operasi Teknik Kimia Fakultas UNTIRTA)
Proses distilasi melibatkan kesetimbangan uap-cairan (vapour-liquid
equilibrium-VLE). Sistem kesetimbangan uap cairan yang ideal mengikuti hukum
Dalton dan hukum Raoult (Robert E. Treybal, 1981).
Hukum Dalton untuk gas ideal :
pi = yi P …………………………………………....1.1)
Dimana : pi = tekanan uap koponen
yi = fraksi komponen idi fasa uap (gas)
P = tekanan total
Hukum Raoult untuk larutan ideal :
pi = xi.pio……………………....................................1.2)
Dimana : pi = tekanan uap koponen
xi = fraksi komponen idi fasa cairan
pio = tekanan uap murni

1.2.2 Konstanta Kesetimbangan


Konstanta kesetimbangan didefinisikan sebagai :
fraksi mol komponen i di fasa uap
Ki 
fraksi mol komponen i di fasa cair
K i  y i xi ……………………………….1.3)
Ki adalah ukuran kecenderungan komponen I untuk menguap. Jika Ki> 1,
komponen icenderung terkonsentrasi di fasa uap. Jika Ki< 1, komponen
icenderung terkonsentrasi di fasa cair. Jika Ki = 1, komponen iakan terdistribusi
secara sama diantara fasa uap dan fasa cair.
Ki adalah fungsi dari tiga variabel, yakni : tekanan, temperatur, dan
komposisi. Pada keadaan setimbang, salah satu variabel sudah ditetapkan, oleh
karena itu Ki hanya bergantung pada dua variabel, (P dan T, P dan x, T dan x)
(Laboratorium Operasi Teknik Kimia ITB).

1.2.3 Relative Volatility


Hubungan komposisi uap cairan dalam keadaan setimbang dapat
dinyatakan dengan relative volatility () yang didefinisikan sebagai berikut :
yA xA yA xA
  .........................................1.4)
y B x B 1  y A 1  x A 

Persamaan di atas dapat disusun menjadi :


y A   x A /1   x A  x A  .......................................1.5)
Bila diketahui harga-harga  sebagai fungsi suhu, maka pada tekanan
tetap, hubungan yA dan xA sebagai fungsi suhu pada keadaan setimbang dapat
ditentukan (Laboratorium Operasi Teknik Kimia ITB).
Nilai relative volatility merupakan ukuran kemudahan untuk pemisahan.
Persamaan (4) dapat diartikan sebagai perbandingan kecenderungan untuk
teruapkan diantara dua komponen i dan j. Jika ij = 1, maka kedua komponen
tidak dapat dipisahkan secara distilasi (Laboratorium Operasi Teknik Kimia ITB).

1.2.4 Diagram Kesetimbangan Uap-Cair


Untuk menggambarkan sistem kesetimbangan uap-cairan untuk campuran
komponen (misal : campuran biner) dapat digambarkan dalam beberapa bentuk
diagram, yakni :
 Diagram x – y
 Diagram T – x
Diagram x – y (gambar 1.6), diperoleh dengan mencampurkan zat A dan
zat B dengan berbagai komposisi, tiap komposisi dikondisikan pada temperatur
yang dikehendaki. Kumpulan hasil yang diperoleh kemudian diplotkan
(Laboratorium Operasi Teknik Kimia ITB).
Diagram T – x (gambar 1.7), digambarkan hubungan komposisi dan
temperatur. Kurva ABC disebut kurva saturated liquid atau garis gelembung.
Pada titik B, dengan temperatur T1 dan komposisi xi, cairan mulai mendidih. Titik
B ini disebut dengan bubble point (titik gelembung) (Laboratorium Operasi
Teknik Kimia ITB).
Jika uap mulai mendidih pada T1, uap yang pertama terbentuk akan
mempunyai komposisi yi, ini disebut dew point (titik embun). Kurva ADC disebut
garis embun (Laboratorium Operasi Teknik Kimia ITB).
Dari titik B, jika temperatur terus diubah-ubah, maka cairan akan selalu
bergerak pada garis gelembung (BEH), sedangkan uap akan bergerak pada garis
embun (DFG). Inilah yang disebut dengan kesetimbangan uap-cair dalam distilasi.
Kondisi proses distilasi akan selalu berada diantara garis gelembung dan garis
embun, yaitu berada pada area ABCDA (Laboratorium Operasi Teknik Kimia
ITB).

Gambar 1.6 Diagram x-y [Benzen (A)-Toluen (B)] pada tekanan 1 atm
(Laboratorium Operasi Teknik Kimia ITB)

Gambar 1.7 Diagram T-x [Benzen (A)-Toluen (B)] pada tekanan 1 atm
(Laboratorium Operasi Teknik Kimia ITB)
1.2.5 Proses Pemisahan secara Distilasi
Prinsip distilasi adalah membuat kesetimbangan fasa uap dan cairan, serta
memisahkan uap dan cairan yang berada dalam keadaan setimbang tersebut. Cara
pemisahan tersebut diperlihatkan pada gambar 1.8 (Laboratorium Teknik Kimia 2,
Fakultas Teknik UNRI).

Gambar 1.8 Cara pemisahan secara distilasi (Laboratorium Teknik Kimia 2,


Fakultas Teknik UNRI)

Seperti terlihat pada gambar 1.8, misalnya cairan Ln+1 dengan komposisi
xA,n+1 dicampur dengan uap Vn+1 berkomposisi yA,n+1. Pencampuran tersebut
berlangsung pada suatu tahap kesetimbangan n. Pada tahap kesetimbangan n, akan
terbentuk uap dan cairan baru dalam keadaan setimbang, yaitu Vn dan Ln. Uap Vn
mempunyai komposisi yA,n yang mengandung lebih banyak komponen A
(ya,n>yA,n+1), sedangkan cairan Ln mengandung lebih sedikit komponen A
(xA,n<xA,n-1). Operasi kesetimbangan tersebut diulang berkali-kali, sehingga
diperoleh uap yang sangat kaya A dan cairan yang sangat miskin A.
Dalam operasi distilasi, pencampuran dilakukan berturut-turut dalam
tahap-tahap (stage), (Coulson, 1989). Pada saat operasi berlangsung, cairan di
tahap terendah dipanaskan (Qr), sedangkan uap di tahap teratas didinginkan (Qc).
Hasil atas yang diambil disebut distilat (D) dan yang dikembalikan ke kolom
disebut refluks (Lo). Jumlah refluks dibanding distilat disebut rasio refluks (R)
yang sangat mempengaruhi hasil pemisahan (Laboratorium Teknik Kimia 2,
Fakultas Teknik UNRI).
R  L 0 / D ……………………………………………1.6)
Jika R tak hingga, artinya semua hasil atas kembali ke tahap I, maka
operasi distilasi disebut refluks total. Pada operasi dengan refluks total, maka
jumlah tahap teoritis adalah minimum. Kalau relative volatility konstan (dapat
dianggap konstan), maka jumlah tahap minimum pada operasi dengan refluks
total dapat dihitung dengan persamaan Fenske (Laboratorium Teknik Kimia 2,
Fakultas Teknik UNRI) :
 X   X  
log  A   B  
 X B  D  X A  B 
n 1  .....................................................1.7)
log  av
dimana :
n = jumlah tahap teoritis
xA = fraksi mol komponen yang mudah menguap
xB = fraksi mol komponen yang kurang mudah menguap
av = relative volatility rata-rata (av = √d + b)
d dan b berturut-turut adalah distilat dan bottom
Selanjutnya, efisiensi kolom dapat ditentukan dengan persamaan berikut :
Jumlah tahap teoritis
E  100% ............…................1.8)
Jumlah tahap aktual
Pada kenyataannya, setiap tahap tidak akan pernah terjadi kesetimbangan
yang sempurna antara cairan dan uap yang meninggalkannya. Dengan demikian,
jumlah tahap aktual (yang sebenarnya) akan lebih banyak dari pada jumlah tahap
teoritis sehingga ada faktor efisiensi (Laboratorium Teknik Kimia 2, Fakultas
Teknik UNRI).
1.2.6 Metoda Distilasi
a. Distilasi Batch (Batch Distillation)
Pada beberapa industri kimia, terutama bila umpan (feed) jumlahnya kecil,
maka distilasi dilakukan secara batch. Begitu pula bil diinginkan distilat dengan
komposisi yang cukup bervariasi (Laboratorium Teknik Kimia 2, Fakultas Teknik
UNRI).
Distilasi batch biasanya dilakukan pada sebuah koom distilasi yang jumlah
platenya sudah tertentu dan umpan (feed) dimasukkan hanya sekali pada setiap
batch operasi. Distilat akan dikeluarkan secara kontinyu, tetapi produk bawah
(residu) baru dikeluarkan setelah operasi per batch selesai (Laboratorium Teknik
Kimia 2, Fakultas Teknik UNRI).
Pada distilasi batch, komposisi distilat sagat tergantung pada komposisi
residu, jumlah tahap pada kolom dan rasio refluk operasi. Sesaat setelah kolom
beroperasi, maka akan dihasilkan distilat berkadar komponen yang lebih mudah
menguap sangat tinggi. Di lain pihak, residu akan menurun kadarnya akibat tidak
ada umpan yang mengalir masuk. Akibatnya, kadar distilat selanjutnya juga akan
menurun. Berdasarkan hal tersebut, maka distilasi batch dapat beroperasi pada
dua kemungkinan, (Laboratorium Teknik Kimia 2, Fakultas Teknik UNRI) yaitu :
1) Distilasi Batch dengan Kadar Distilat Konstan
Misal pada saat operasi dimulai, jumlah liquid yang dimasukkan ke dalam
bejana adalah F1 mol dengan kadar XF1 dan sesaat setelah mulai dihasilkan distilat
dengan kadar XD pada rasio refluk R1. Setelah interval waktu tertentu, liquid
dalam bejana tinggal F2 mol dengan kadar XF2, sedangkan kadar distilat tetap XD
karena rasio refluk diubah menjadi R2. Bila jumlah distilat yang terkumpul selama
ini adalah D mol, maka neraca massanya (Laboratorium Teknik Kimia 2, Fakultas
Teknik UNRI) :
F1  x F1  F2  x F2  D  x D
F1  F2  D
Maka diperoleh 19 (Walas, 1984) :
x F1  x F2
D  F1 ...........……………………………………..….1.9)
x D  x F2

xD
R 1 .........………………......…………………….....1.10)

 adalah perpotongan garis operasi dengan sumbu y seperti terlihat pada
gambar di bawah ini (Laboratorium Teknik Kimia 2, Fakultas Teknik UNRI).

Gambar 1.9 Distilasi batch dengan XD konstan (Laboratorium Teknik Kimia 2,


Fakultas Teknik UNRI)

2) Distilasi Batch dengan Rasio Refluk Konstan


Bila kolom beroperasi dengan rasio refluk yang selalu sama tiap saat,
maka kadar distilat XD akan menurun secara kontinu. Misal, pada suatu interval
waktu yang sangat singkat dt, komposisi distilat berubah dari XD menjadi dXD.
Dalam waktu ini pula distilat akan bertambah dD, maka (Laboratorium Teknik
Kimia 2, Fakultas Teknik UNRI),
 dx 
dD x D  D   x D  dD (differensial tingkat diabaikan)
 2 

dan x D  dD  -d(F  x F )
tetapi dD = - dF, maka
 x D  dF  F  dx F  x F  dF
bila diatur dan diintegrasikan diperoleh :
F1 dx F
ln   xxFF 12 ………...……………………1.11)
F2 xD  xF
Dari persamaan 1.11 di atas, dapat ditentukan perbandingan jumlah liquid
yang berada didalam bejana sebelum dan sesudah operasi, yaitu dengan membuat
grafik XF versus 1/(XD-XF). Distilasi batch dengan rasio refluk konstan dapat
dilihat pada gambar 1.10 (Laboratorium Teknik Kimia 2, Fakultas Teknik UNRI).

Gambar 1.10 Distilasi batch dengan R konstan (Laboratorium Teknik Kimia 2,


Fakultas Teknik UNRI)

b. Distilasi Kontinu (Continuous Distillation)


Distilasi kontinu menggunakan refluk biasanya dilakukan pada kolom
distilasi yang mempunyai tray yang disesuaikan dengan kebutuhan. Metode
perhitungan dalam proses distilasi dikembangkan oleh McCabe dan Thiele
didasarkan atas neraca massa di seksi enriching (pengayaan), neraca massa di
seksi stripping (pelucutan) dan data kesetimbangan (Laboratorium Teknik Kimia
2, Fakultas Teknik UNRI).
Asumsi untuk perhitungan McCabe Thiele adalah constant molar overflow
(equimolar overflow), yaitu jumlah mol antara umpan yang masuk sampai tray
paling atas dan tray bawah sama, hal ini dapat di jelaskan seperti gambar 1.13.
Persamaan neraca massa total (Laboratorium Teknik Kimia 2, Fakultas
Teknik UNRI:
Vn 1  L n 1  Vn  L n .....................………………1.12)

Persamaan neraca massa komponen :


Vn 1 Yn 1  L n-1 X n-1  Vn Yn L n X n ................…………..1.13)
dimana :
Vn+1 = Laju alir dari tray n + 1
Yn+1 = Fraksi mol uap dalam Vn+1
Ln-1 = Laju alir cairan dari tray n-1
Xn-1= Fraksi mol cairan dalam Ln-1
Vn = Laju alir uap dari tray n
Yn = Fraksi mol uap dalam Vn
Ln = Laju alir cairan dari tray n
Xn = Fraksi mol cairan dalam Ln

Gambar 1.11 Mekanisme distilasi pada tahap n dikolom distilasi (Laboratorium


Operasi Teknik Kimia Fakultas UNTIRTA)

Persamaan untuk seksi Enriching


Gambar 1.12 menggambarkan seksi enriching, dimana uap dari tray paling
atas dengan komposisi y1 melewati kondensor dan terkondensasi menghasilkan
cairan.
Gambar 1.12 Diagram seksi Enriching (Laboratorium Operasi Teknik Kimia
Fakultas UNTIRTA)

Aliran refluks L dan aliran distilat D mempunyai kompisisi yang sama


(xD). Dengan asumsi equimolar over flow L1 = L2 = L3 = Ln dan V1 = V2 = V3 = Vn
= Vn+1.
Persamaan neraca massa total untuk envelope bertitik-titik adalah :
Vn 1  L n  D ...…………..………..……………1.14)
Persamaan neraca massa komponen adalah :
Yn 1 Yn 1  L n X n  D X D ………………………..…1.15)

Persamaan untuk seksi Stripping


Diagram seksi stripping dapat dilihat pada gambar 1.13.

Gambar 1.13 Diagram seksi Stripping (Laboratorium Operasi Teknik Kimia


Fakultas UNTIRTA)

Persamaan neraca massa total untuk envelope (daerah bergaris titik-titik)


adalah (Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas UNTIRTA):
Vm1  L m  W …..……...……………….………1.16)
Persamaan neraca massa komponen adalah :
Vm1 Ym1  L m x m  W x m ……………….………….1.17)
Dengan asumsi equimolar overflow, maka Lm = Ln dan Vm+1 = Vn

c. Distilasi Diferensial
Kasus distilasi batch (partaian) yang paling sederhana adalah operasi yang
menggunakan peralatan seperti pada gambar berikut ini.

Gambar 1.14 Distilasi partial (Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas


UNTIRTA)
Keterangan :
D = laju alir distilat, mol/jam
yD = komposisi distilat, fraksimol
V = jumlah uap dalam labu
W = jumlah cairan dalam labu
Pada alat ini, cairan dalam labu dipanaskan sehingga sebagian cairan akan
menguap dengan komposisi uap yD yang dianggap berada dalam kesetimbangan
dengankomposisi cairan yang ada di labu, xW. uap keluar labu menuju kondenser
dan diembunkan secara total. Cairan yang keuar dari kondenser memiliki
komposisi xD yangbesarnya sama dengan yD (Laboratorium Operasi Teknik
Kimia Fakultas UNTIRTA).

Anda mungkin juga menyukai