Anda di halaman 1dari 6

PENYAKIT SALURAN LIMFATIK

LIMFANGITIS DAN LIMFADENITIS

Kriteria diagnosis :
o Terdapat garis merah mulai dari luka atau area selulitis
sampai limfonodi regional, biasanya meluas dan lunak
o Dapat ditemui keadaan menggigil, demam dan malaise

Gambaran umum
Limfangitis dan limfadenitis merupakan manifestasi umum dari infeksi
bakteri yang biasanya disebabkan oleh streptokokus hemolitik atau
stafilokokus (atau kedua organisme tersebut) dan biasanya muncul dari area
selulitis, umumnya pada sisi luka yang terinfeksi. Luka mungkin sangat
kecil atau dangkal, dan abses yang menetap mungkin ada, menjadi sumber
makanan bagi bakteri dalam limfatik. Keterlibatan limfatik sering
ditampakkan oleh adanya garis merah pada kulit yang meluas langsung ke
limfonodi regional. Penampakan secara umum lunak dan meluas.
Manifestasi sistemik yang ada antara lain demam, mengigil, taakikardia dan
malaise. Infeksi mungkin berkembang cepat, dalam beberapa jam dapat
menyebabkan septikimia dan bahkan kematian.

Gambaran klinis
a. Gejala dan Tanda
Luka perih berdenyut biasanya muncul pada area sellulitis pada bagian yang
diserang bakteri. Malaise, anoreksia, gelisah, menggigil dan demam 37,8 –
400C berkembang dengan cepat. Garis merah, apabila ada, dapat tampak
berbeda atau tidak jelas sehingga mudah diabaikan, khususnya pada pasien
berkulit gelap. Biasanya tidak selunak daerah sellulitis. Daerah limfonodi
yang terkena meluas secara signifikan dan biasanya melunak.

b. Hasil laboratorium
Lekositosis biasanya tanpa perubahan. Pada akhirnya, kultur darah menjadi
positif, umumnya spesies stafilokokus atau streptokokus. Pemeriksaan kultur
dan sensivitas pada eksudat luka atau pus mungkin membantu pengobatan
infeksi, tetapi seringkali sulit dilakukan karena adanya kontaminan pada
kulit.

Diagnosis banding
Limfangitis mungkin dirancukan dengan tromboflebitis permukaan,
tetapi reaksi eritematus berhubungan dengan trombosis pada permukaan
indurasi reaksi inflamasi sekitar vena yang mengalami trombosis. Trombosis
vena tidak berhubungan dengan limfadenitis, dan luka terbuka dengan
selulitis sekunder umumnya tidak ada. Tromboflebitis permukaan terkadang
muncul sebagai akibat terapi intravena, terutama pada penggunaan jarum
atau kateter yang ditinggalkan pada lokasi tersebut selama lebih dari dua
hari, jika terdapat bakteri, tromboflebitis dapat terjadi.
Demam cakaran kucing (cat scratch fever) harus dipertimbangkan
apabila limfadenitis terdapat pada nodus, yang meskipun sangat besar,
biasanya relatif tidak lunak. Paparan oleh kucing merupakan hal yang lazim,
tetapi cakarannya biasa diabaikan pasien.
Penting untuk membedakan selulitis dari infeksi jaringan lunak yang
memerlukan insisi lebih cepat dan agresif, serta reseksi nekrosis jaringan
yang terinfeksi, misalnya gangren hemolitik streptokokus, fascitis nekrosis,
gangren kutaneus anerob gram negatif dan gangren bakteri sinergis yang
progresif. Ini merupakan infeksi lebih dalam yang secara anatomis lebih
berat, pasien mengalami kesakitan yang lebih parah, dan subcutaneous
crepitus dapat dipalpasi atau auskultasi menggunakan diagram dengan
tekanan ringan diatas area yang terkena.

Terapi
A. Terapi Umum
Terapi awal harus meliputi, panas (panas, kompres basah atau bantal
pemanas), posisi miring bila memungkinkan, dan jangan menggerakkan
daerah yang terinfeksi. Analgesik dapat diberikan untuk mengurangi rasa
sakit.

B. Terapi Spesifik
Antibiotik harus diberikan jika infeksi lokal meluas, yang ditandai dengan
selulitis dan limfangitis. Karena organisme penyebabnya yang sering adalah
streptokokus, maka penisilin G lebih lazim digunakan, walaupun penisilin
antistreptokokus (misalnya nafsilin) atau sefalosporin juga disukai oleh
beberapa orang. Apabila pasien alergi terhadap penisilin, eritromisin dapat
digunakan.

C. Perawatan Luka
Drainase pus pada luka yang terinfeksi harus dilakukan, umumnya setelah
pengobatan seperti diatas dilakukan dan hanya jika terdapat abses yang
berhubungan dengan lokasi awal terinfeksi.
Prognosis
Dengan terapi yang sesuai dan antibiotik yang efektif untuk melawan
bakteri infeksi dapat ditangani dalam beberapa hari. Pengobatan yang tidak
tuntas dapat menyebabkan resistensi dan septikimia.

LIMFADEMA

Kriteria diagnosis :
o Edema ringan pada salah satu atau kedua ekstremitas bawah,
biasanya melibatkan betis dan jari kaki, khususnya pada wanita usia
muda.
o Awalnya berupa edema ringan yang kemudian menjadi
parah dan tidak kunjung membaik.
o Ulserasi, varises dan pigmentasi stasis tidak terjadi. Dapat
terjadi episode limfangitis dan selulitis.

Gambaran umum
Limfadema tejadi karena adanya kerusakan atau gangguan aliran limfa
dari ekstremitas. Jika abnormalitas perkembangan kongenital yang terdiri
dari hipo atau hiperplastik melibatkan limfatik proksimal dan distal, maka
akan mengarah pada bentuk primer. Obstruksi dapat terjadi pada saluran
limfa pelvis atau lumbar dan jika penyakit telah parah atau progresif dapat
terjadi pada nodus. Bentuk sekunder jika terjadi inflamasi atau obstruksi
mekanis limfatik disebabkan oleh trauma, reseksi atau irradiasi limfonodi
regional, atau karena adanya keterlibatan penyebaran nodus regional oleh
penyakit yang parah (malignant) atau filariasis. Dilasi/pelebaran limfatik
sekunder yang terjadi dalam kedua bentuk menyebabkan terjadinya
inkompetensi sistem katup, kerusakan/gangguan sistem aliran pembuluh
limfa, dan menyebabkan stasis progresif pada cairan kaya protein, dengan
fibrosis sekunder. Episode inflamasi akut atau kronis dapat terjadi, dengan
stasis dan fibrosis parah. Hipertrofi terjadi pada anggota badan, dengan
penebalan yang jelas, fibrosis kulit dan jaringan subkutaneus, serta
pengurangan jaringan yang berlemak.
Limfangiografi dan pemeriksaan isotop radioaktif sering berguna untuk
menentukan defek limfatik spesifik.

TERAPI
Pengobatan limfadema sering tidak memuaskan. Pasien umumnya
dirawat dengan berbagai tindakan sebagai berikut :
1. Aliran limfa dari ekstremitas, untuk mengurangi keparahan stasis,
dapat ditolong dengan menaikkan kemiringan ekstremitas, khususnya
saat tidur, kaki dinaikkan 15-200, diperoleh dengan meletakkan bantal
pada kasur, penggunaan stoking bertekanan secara teratur (20-30
mmHg) dan pemijatan sampai anggota badan bagian atas dengan
tangan atau alat penekanan pneumatik yang didesain untuk
mengeluarkan edema dari ekstremitas. (Pompa linear Wright memberi
siklus tekanan yang secara efektif mengarahkan cairan keluar dari kaki
dan tungkai dan selanjutnya dari paha)
2. Selulitis sekunder pada ekstremitas dapat dicegah dengan menjaga
higiena yang baik dan perawatan trikofitosis pada jari kaki. Jika terjadi
infeksi, harus diberikan perawatan dengan istirahat yang cukup,
kemiringan (elevasi) yang sesuai dan anfibiotik untuk stafilokokus dan
streptokokus. Infeksi dapat menjadi masalah yang menetap dan serius
dan kadang sulit untuk diatasi/dikendalikan. Antibiotik profilaksi
intermitten terkadang penting, docloxacilin merupakan pilihan yang
baik.
3. terapi diuretik intermitten, khususnya pada pasien dengan eksaserbasi
premenstrual atau seasonal.
4. Pada kasus tertentu, operasi dapat memberikan hasil yang memuaskan.
Anastomosis limfatikovena dengan mikrosurgeri telah memberikan
hasil yang memuaskan, baik secara fungsional maupun kosmetik,
khususnya jika saluran limfa dapat terlokalisasi dengan limfoskintigrafi
dan anastomosis limfovena telah dilakukan. Teknik ini dapat
memperbaiki/menggantikan prosedur yang merubah bentuk dan ini
bertujuan mengenalkan jembatan limfatik atau yang berhubungan
dengan vena limfatik. Amputasi dilakukan sebagai usaha terakhir pada
bentuk yang sangat parah atau jika ditemukan limfangiosarkoma pada
ekstremitas.

Anda mungkin juga menyukai