Anda di halaman 1dari 18

II.

LANDASAN TEORI
A. Geologi Lokal Daerah Penelitian

Berdasarkan struktur litoktenik, sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya dibagi

menjadi empat, yaitu; Mandala Barat (West & North Sulawesi Volcano-Plutonic

Arc), Mandala tengah (Central Sulawesi Metamorphic Belt), Mandala timur (East

Sulawesi Ophiolite Belt), dan Fragmen Benua Banggai-Sula-Tukang Besi,

kepulauan paling timur dan tenggara sulawesi yang merupakan pecahan benua

yang berpindah ke arah barat karena strike-slip dari New Guinea. Geologi

regional kabupaten konawe utara berdasarkan himpunan batuan dan pencirinya,

geologi lembar lasusua-kendari dapat dibedakan dalam dua lajur, yaitu Lajur

Tinodo dan Lajur Hialu. Lajur Tinodo dicirikan oleh batuan endapan paparan

benua dan Lajur Hialu oleh endapan kerak samudra/ofiolit (Rusmana, dkk., 1985).

Secara garis besar kedua mendala ini dibatasi oleh Sesar Lasolo.

Gambar 1. Peta Geologi Sulawesi


(Hall and Wilson, 2000 dalam Armstrong Sompotan, 2012)

Struktur geologi yang berkembang di lengan Tenggara Sulawesi dominasi

oleh sesar berarah Barat Laut-Tenggara, yang utama terdiri atas Sesar Matano,

kelompok Sesar Kolaka, kelompok Sesar Lawanopo dan kelompok Sesar Lainea.
Berdasarkan hasil penggambaran struktur regional Sulawesi dan daerah

sekitarnya (Surono, 2013). Daerah penelitian ini merupakan salah satu kawasan

daerah yang masih mendapat pengaruh oleh sesar diantaranya sesar Lasolo.
Sesar dan kelurusan umumnya berarah barat laut-tenggara searah dengan

sesar geser lurus mengiri Lasolo meliputi daerah Kecamatan Asera, Kecamatan

Molawe,Kecamatan Lasolo, Kecamatan Lembo, sampai Kecamatan Sawa dan

memanjang sampai ke Teluk Lasolo. Sesar Lasolo bahkan masih aktif hingga saat

ini. Sesar tersebut diduga ada kaitannya dengan Sesar Sorong yang aktif kembali

pada Kala Oligosen. Sesar naik ditemukan di daerah Wawo sebelah barat

Tampakura dan di Tanjung Labuandala di selatan Lasolo, yaitu beranjaknya

Batuan Ofiolit ke atas Batuan Malihan Mekonga, Formasi Meluhu, dan Formasi

Matano.

Daerah satuan morfologi perbukitan rendah melampar luas di Utara Kendari

dan ujung Selatan Lengan Tenggara. Satuan ini terdiri atas bukit kecil dan rendah

dengan morfologi yang bergelombang. Batuan penyusun satuan ini terutama

batuan sedimen klastik Mesozoikum dan Tersier. Stratigrafi daerah penelitian

adalah batuan ofiolit (Ku) berumur kapur. Batuan ofiolit merupakan batuan beku

yang tersusun oleh jenis batuan Peridotit, Harzburgit, Dunit, Gabro, dan

Serpentinit berumur Kapur. Struktur yang berkembang pada daerah penelitian

yaitu sesar dan kelurusan yang umumnya berarah barat laut-tenggara searah

dengan sesar geser lurus mengiri Lasolo meliputi daerah Kecamatan Asera,

Kecamatan Molawe, Kecamatan Lasolo, Kecamatan Lembo, sampai Kecamatan

Sawa dan memanjang sampai ke Teluk Lasolo. Sesar Lasolo bahkan masih aktif
hingga saat ini. Sesar tersebut diduga ada kaitannya dengan Sesar Sorong yang

aktif kembali pada Kala Oligosen (Simandjuntak, dkk., 1983).

B. Klasifikasi Sumber Daya Mineral dan Cadangan

Klasifikasi sumber daya mineral dan cadangan adalah suatu proses

pengumpulan, penyaringan serta pengolahan data dan informasi dari suatu

endapan mineral untuk memperoleh gambaran yang ringkas mengenai endapan itu

berdasarkan kriteria keyakinan geologi dan kelayakan tambang. Kriteria

keyakinan geologi didasarkan pada tahap eksplorasi yang meliputi survai tinjau,

prospeksi, eksplorasi umum dan eksplorasi rinci. Kriteria kelayakan tambang

didasarkan pada faktor-faktor ekonomi, teknologi, peraturan/perundang-

undangan, lingkungan dan sosial. (economic, technological, legal, environment

and social factor ).

Dibawah ini merupakan penjelasan dari klasifikasi sumber daya mineral

dan cadangan, sebagai berikut :

1. Sumber Daya Mineral (Mineral Resource)

Sumber daya mineral (Mineral Resources) adalah endapan mineral yang

diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumber daya mineral dengan

keyakinan geologi tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan

pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak tambang.

2. Cadangan (Reserve)

Cadangan (Reservers) adalah endapan mineral yang telah diketahui ukuran,

bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitasnya yang secara ekonomis, teknis, hukum,

lingkungan dan sosial dapat ditambang pada saat perhitungan dilakukan.


3. Keterdapatan Mineral (Mineral Occurrence).

Keterdapatan mineral (Mineral Occurrence) adalah suatu indikasi mineral

(Mineralization) yang dinilai untuk dieksplorasi lebih jauh. Istilah keterdapatan

mineral tidak ada hubungannya dengan ukuran volume/tonase atau kadar/kualitas,

dengan demikian bukan bagian dari suatu sumber daya mineral.

4. Endapan Mineral (Mineral Deposit)

Endapan Mineral (Mineral Deposit) adalah longgokan (akumulasi) bahan

tambang berupa mineral atau batuan yang terdapat di kerak bumi yang terbentuk

oleh proses geologi tertentu, dan dapat bernilai ekonomi.

5. Keyakinan Geologi (Geological Assurance)

Keyakinan geologi (Geological Assurance) adalah tingkat keyakinan

mengenai endapan mineral yang meliputi ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan

kualitasnya sesuai dengan tahap eksplorasinya.

6. Tingkat Kesalahan (Error Tolerance)

Tingkat kesalahan (Error Tolerance) adalah penyimpangan kesalahan baik

kuantitas maupun kualitas sumber daya mineral dan cadangan yang masih bisa

diterima sesuai dengan tahap eksplorasi.

7. Kelayakan Tambang (Mine Feasibility)

Kelayakan tambang (Mine Feasibility) adalah tingkat kelayakan tambang

dari suatu endapan mineral apakah layak tambang atau tidak berdasarkan kondisi

ekonomi, teknologi, lingkungan, sosial serta peraturan/perundang-undangan atau

kondisi lain yang berhubungan pada saat itu.


C. Kelas Sumber Daya Mineral dan Cadangan

Berdasarkan kedua kriteria yang menjadi dasar klasifikasi. Adapun

kriteria dan klasifikasi sumber tingkat kelas sumber daya mineral dan cadangan

dikelompokkan daya mineral dan cadangan dapat dilihat pada gambar 7 yaitu

sebagai berikut :

Gambar 2. Kriteria dan Klasifikasi Sumber Daya Mineral dan Cadangan.,


(SNI, 13-4776-1998)

Urutan sumber daya mineral dan cadangan (Mineral Resources and Reserves)

adalah sebagai berikut :

1. Sumber Daya Mineral Hipotetik (Hypothetical Mineral Resource)


Sumber daya mineral hipotetik (Hypothetical mineral resources) adalah

sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan

perkiraan pada tahap survai tinjau.

2. Sumber Daya Mineral Tereka (Inferred Mineral Resource)

Sumber daya mineral tereka (Inferred mineral resources) adalah sumber daya

mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap

prospeksi.

3. Sumber Daya Mineral Terunjuk (Indicated Mineral Resource)

Sumber daya mineral terukur (Indicated mineral resources) adalah sumber

daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap

eksplorasi umum.

4. Sumber Daya Mineral Terukur (Measured Mineral Resource)

Sumber daya mineral terukur (Measured mineral resources) adalah sumber

daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap

eksplorasi rinci.

5. Cadangan Terkira (Probable Reserve)

Cadangan terkira (Probable reserve) adalah sumber daya mineral terunjuk dan

sebagian sumber daya mineral terukur yang tingkat keyakinan geologinya masih

lebih rendah, yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor yang

terkait telah terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan secara ekonomik.

6. Cadangan Terbukti (Proved Recerve)


Cadangan terbukti (Proved reserve) adalah sumber daya mineral terukur yang

berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi,

sehingga penambangan dapat dilakukan secara ekonomik.

D. Nikel
Nikel adalah unsur kelima yang paling melimpah di bumi, tetapi kebanyakan

dari nikel terletak di inti bumi, lebih dari 1.800 mil di bawah permukaan. Dalam

kerak bumi, dua jenis deposit utama bijih memasok sebagian besar nikel yang

digunakan saat ini deposit nikel sulfat (seperti yang ditemukan di Norilsk, Rusia,

Sudbury, Kanada, dan Kambalda, Australia) dan deposit laterit (termasuk yang

ditemukan di kuba, kaledonia dan indonesia.


1. Nikel Sulfida
Deposit nikel sulfat atau nikel sulfida mengandung sekitar 40%

sumberdaya nikel di dunia, Deposit nikel sulfat atau nikel sulfida mengandung

sekitar 40% sumberdaya nikel di dunia. Bijih nikel dapat berkembang jika magma

yang mengandung jumlah rendah silika dan jumlah tinggi magnesium menjadi

jenuh dalam sulfur, biasanya bereaksi melalui batu di kerak bumi. Cairan yang

kaya belerang dapat terpisah dari magma ion nikel, dan beberapa elemen lainnya

bisa bergerak ke dalamnya. Karena cairan magma kaya belerang padat, maka

cairan akan tenggelam dan terakumulasi di sepanjang dasar "magma chambers"


intrusi, atau aliran lava, di mana mineral-mineral "nikel bearing sulfida" kemudian

mengkristal. Nikel Sulfida sering mengandung kobalt, tembaga, atau logam

platinum. "Sudbury Igneous Complex" adalah sumber terkemuka bijih nikel di

Kanada dan terbesar kedua endapan nikel sulfida di dunia. Bagian yang terdekat

dari kerak bumi terkena dampak dan meleleh membentuk lapisan magma besar di

kawah yang dihasilkan dari benturan tadi cairan "sulfida nikel bering" kemudian

terkumpul sepanjang dasar lapisan magma dan kemudian mengkristal.

2. Nikel Laterit
Batuan induk bijih nikel adalah batuan peridotit. Batuan ultrabasa rata-

rata mempunyai kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur nikel tersebut terdapat

dalam kisi-kisi kristal mineral olivin dan piroksin, sebagai hasil substitusi

terhadap atom Fe. Proses terjadinya substitusi antara Ni, Fe dan Mg dapat

diterangkan karena radius ion dan muatan ion yang hampir bersamaan diantara

unsur-unsur tersebut.

Proses serpentinisasi yang terjadi pada batuan peridotit akibat pengaruh

larutan hydrothermal, akan merubah batuan peridotit menjadi batuan serpentinit

atau batuan serpentinit peroditit. Sedangkan proses kimia dan fisika dari udara,

air serta pergantian panas dingin yang bekerja secara continue, menyebabkan

disintegrasi dan dekomposisi pada batuan induk. Pada pelapukan kimia

khususnya, air tanah yang kaya akan CO 2 berasal dari udara dan pembusukan

tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral-mineral yang tidak stabil (olivin dan

piroksin) pada batuan ultrabasa, menghasilkan Mg, Fe, Ni yang larut, Si

cenderung membentuk koloid dari partikel-partikel silika yang sangat halus. Fe


teroksidasi dan mengendap sebagai ferri-hydroksida, akhirnya membentuk

mineral-mineral seperti geothit, limonit, dan hematit dekat permukaan.

Adapun skema pembentukan profil nikel laterit dapat dilihat pada gambar

4 yaitu sebagai berikut :

Gambar 3. Skema Pembentukan Profil Nikel Laterit (Djadjulit,1992).

Secara umum proses pembentukan nikel laterit dipengaruhi oleh proses

pelapukan batuan ultrabasa yang terjadi diatas permukaan. Proses ini juga dapat

mengoksidasi material pada daerah itu tanpa mengganti kadar bijih tersebut, atau

dengan kata lain proses ini dapat membuat cadangan bijih dengan konsentrasi

materialnya sama dengan batuan induknya (Guilbert, 1986). Proses pelapukan

dimulai pada batuan ultramafik (peridotit, dunit, serpentinit), batuan ini banyak

mengandung mineral olivin, piroksen, magnesium silikat dan besi silikat, yang

pada umumnya mengandung 0,30 % nikel. Batuan tersebut sangat mudah


dipengaruhi oleh pelapukan lateritik. Proses laterisasi adalah proses pencucian

pada mineral yang mudah larut dan silika dari profil laterit pada lingkungan yang

bersifat asam, hangat dan lembab serta membentuk konsentrasi endapan hasil

pengkayaan proses laterisasi pada unsur Fe, Cr, Al, Ni dan Co. (Rose dan

Hawkers 1979).

Air permukaan yang mengandung CO2 dari atmosfir dan terkayakan

kembali oleh material-material organis di permukaan meresap ke bawah

permukaan tanah sampai pada zona pelindian, fluktuasi air tanah berlangsung.

Akibat fluktuasi ini air tanah yang kaya CO 2 akan kontak dengan zona saprolit

yang masih mengandung batuan asal dan melarutkan mineral-mineral yang tidak

stabil seperti olivin/serpentin dan piroksen. Mg, Si dan Ni akan larut dan terbawa

sesuai dengan aliran air tanah dan akan memberikan mineral-mineral baru pada

proses pengendapan kembali.

Endapan besi yang bersenyawa dengan oksida akan terakumulasi dekat

dengan permukaan tanah, sedangkan Mg, Ni dan Si akan tetap tertinggal didalam

larutan dan bergerak turun selama suplai air yang masuk ke dalam tanah terus

berlangsung. Rangkaian proses ini merupakan proses pelapukan dan

pelindihan/leaching, (Djadjulit, 1992). Pada proses pelapukan lebih lanjut

magnesium (Mg), Silika (Si), dan Nikel, (Ni) akan tertinggal didalam larutan

selama air masih bersifat asam. Tetapi jika dinetralisasi karena adanya reaksi

dengan batuan dan tanah, maka zat-zat tersebut akan cenderung mengendap

sebagai mineral hidrosilikat (Ni-magnesium hidrosilicate) yang disebut mineral

garnierit [(Ni, Mg)6Si4O10(OH)8] atau mineral pembawa Ni. Adanya suplai air dan
saluran untuk turunnya air, dalam hal berupa kekar, maka Ni yang terbawa oleh

air turun ke bawah, lambat laun akan terkumpul di zona air sudah tidak dapat

turun lagi dan tidak dapat menembus batuan dasar (bedrock). Ikatan dari Ni yang

berasosiasi dengan Mg, SiO dan H akan membentuk mineral garnierit dengan

rumus kimia (Ni, Mg) Si4O5(OH)4. Apabila proses ini berlangsung terus menerus,

maka yang akan terjadi adalah proses pengkayaan supergen enrichment. Zona

pengkayaan supergen ini terbentuk di zona Saprolit. Dalam satu penampang

vertikal profil laterit dapat juga terbentuk zona pengkayaan yang lebih dari satu,

hal tersebut dapat terjadi karena muka air tanah yang selalu berubah-ubah,

terutama tergantung dari perubahan musim, (Djadjulit, 1992 dalam Sutisna, 2006).

Nikel laterit adalah produk residual pelapukan kimia pada batuan

ultramafik. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan

ultramafik tersingkap dipermukaan bumi. Pelapukan pada peridotit menyebabkan

unsur-unsur dengan mobilitas rendah sampai immobile seperti Ni, Fe dan Co

mengalami pengayaan secara residual dan sekunder (Burger, 1996). Berdasarkan

proses pembentukannya endapan nikel laterit terbagi menjadi beberapa zona

dengan ketebalan dan kadar yang bervariasi. Daerah yang mempunyai intensitas

pengkekaran yang intensif kemungkinannya akan mempunyai profil lebih tebal

dibandingkan dengan yang pengkekarannya kurang begitu intensif. Perbedaan

intensitas inilah yang menyebabkan ketidakteraturan dari distribusi pengkayaan

unsur-unsur pada profil laterit, karena pembentukan endapan laterit sangat

tergantung pada faktor-faktor batuan dasar (source rock), laju pelapukan, struktur

geologi, iklim, topografi, reagen-reagen kimia dan vegetasi, dan waktu.


3. Profil Endapan Nikel Laterit
Umumnya unsur Fe terakumulasi pada bagian atas (over burden) sebagai Fe

oksida. Pengkayaan unsur Fe ini diakibatkan karena berat jenis unsur Fe yang

besar dan mempunyai mobilitas yang rendah. Semakin ke bawah dari profil, unsur

Fe akan mengalami penurunan sesuai dengan kedalaman sampai ke bedrock.

Sedangkan unsur Co akan terakumulasi pada zona limonit dan akan turun terus

menuju ke bedrock. Pada zona saprolit unsur Ni akan terakumulasi di dalam

mineral garnierite (3NiO4SiO22H2O). Akumulasi unsur Ni ini terjadi akibat sifat

unsur Ni yang akan berupa larutan pada kondisi oksidasi dan akan berupa padatan

pada kondisi silika.

SUMBER PT. PARAMITHA PERSADA TAMA


GAMBAR 4. PROFIL NIKEL LATERIT
1. Lapisan tanah penutup

Lapisan tanah penutup biasanya disebut iron capping. Material lapisan

berukuran lempung, berwarna coklat kemerahan, biasanya terdapat juga sisa-sisa

tumbuhan. Pengkayaan Fe terjadi pada zona ini kerena terdiri dari konkresi Fe

oksida mineral hematite (Fe2O3) dan chromiferous (FeCr2O4) dengan kandungan

nikel relatif rendah. Tebal lapisan bervariasi antara 0-2 M. Tekstur batuan asal

tidak dapat dikenali lagi. Kandungan unsur Ni pada zona ini <1% dan Fe>30%.

2. Zona limonit

Merupakan lapisan berwarna cokelat muda, ukuran butir lempung sampai

pasir, tekstur batuan asal mulai dapat diamati walupun masih sangat sulit, dengan

tebal lapisan berkisar antara 1–10 M. Lapisan ini tipis pada daerah yang terjal, dan

sempat hilang karena erosi pada zona limonit hampir seluruh unsur yang mudah

larut hilang terlindi, kadar MgO hanya tinggal kurang dari 2% berat dan kadar

SiO2 berkisar 2-5% berat. Sebaliknya kadar hematite menjadi sekitar 60–80%

berat kadar Al2O3 maksimum 7% berat. Kandungan Ni pada zona ini berada pada

selang antara 1% sampai 1,4%. Zona ini didominasi oleh mineral goetit,

disamping juga terdapat magnetit, hematit, kromit, serta kuarsa sekunder. Pada

goetit terikat nikel, krom, kobalt, vanadium, serta aluminium.

3. Zona saprolit

Merupakan lapisan dari batuan dasar yang sudah lapuk, berupa bongkah-

bongkah lunak berwarna coklat kekuningan sampai kehijauan. Struktur dan

tekstur batuan asal masih terlihat. Perubahan geokimia zona saprolit yang terletak

diatas batuan asal ini tidak banyak, H2O dan nikel bertambah dengan kadar Ni
keseluruhan lapisan antara 2–4 % sedangkan magnesium dan silikon hanya sedikit

yang hilang terlindi. Zona ini terdiri dari garnierit yang menyerupai bentuk vein,

mangan, serpentin, kuarsa sekunder yang bertekstur boxwork (tekstur seperti

jaring laba-laba), krisopras dan beberapa tempat sudah terbentuk limonit yang

mengandung Fehidroksida.

4. Bedrock

Merupakan bagian terbawah dari profil nikel laterit, berwarna hitam

kehijauan, terdiri dari bongkah- bongkah batuan dasar dengan ukuran >75 cm, dan

secara umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis. Kadar mineral

mendekati atau sama dengan batuan asal, yaitu dengan kadar Fe ± 5% Ni dan Co

antara 0,01–0,30%. (Syafrizal, 2011)

Ketebalan dari masing-masing lapisan tidak merata, tergantung dari

morfologi dan relief, umumnya endapan laterit terakumulasi banyak pada bagian

bawah bukit dengan relief yang landai. Sedang relief yang terjal endapan semakin

menipis, disamping adanya kecenderungan akumulasi mineral yang berkadar

tinggi dijumpai pada zona-zona retakan, zona sesar dan rekahan pada batuan

(Osborne dan Waraspati, 1986).

4. Faktor-Faktor Pembentukan Endapan Bijih Nikel

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan endapan bijih nikel adalah

sebagai berikut:
1. Batuan Asal

Batuan asal yang merupakan syarat utama terbentuknya endapan bijih nikel

adalah peridotit yaitu yang termasuk jenis batuan ultrabasa dengan kadar (Ni)

kecil dari 0,20%. Batuan asal ini mengandung unsur-unsur Ca, Mg, Fe, Si, Al, Cr,

Mo, Ni dan Co yang kemudian mengalami perubahan bentuk dan struktur kimia

sebagai akibat dari pelapukan mekanis dan kimiawi, yang mana kandungan

nikelnya akan terkonsentrasi pada tempat-tempat tertentu dan membentuk

endapan nikel.

2. Iklim

Adanya pergantian musim kemarau dan musim hujan akan terjadi kenaikan

dan penurunan permukaan air tanah yang dapat menyebabkan terjadinya proses

pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup besar

akan membantu terjadinya pelapukan mekanis dan terjadinya rekahan-rekahan

dalam batuan yang akan mempermudah reaksi kimia pada batuan.

3. Reaksi kimia dan vegetasi

Reaksi kimia adalah unsur-unsur yang membantu mempercepat proses

pelapukan. Air tanah yang memegang peranan yang sangat penting dalam proses

pelapukan kimia. Selain itu, vegetasi dapat berfungsi untuk menjaga hasil

pelapukan terhadap proses erosi mekanis di permukaan tanah.

4. Struktur geologi

Struktur geologi yang sangat dominan berpengaruh terhadap proses

pembentukan endapan nikel laterit adalah struktur kekar (joint). Dengan adanya
rekahan-rekahan pada batuan maka akan lebih memudahkan masuknya air dan

berarti proses pelapukan akan lebih intensif.

5. Topografi

Topografi pada daerah yang landai, air akan bergerak perlahan-lahan melalui

pori-pori batuan dan pada daerah yang curam, jumlah air yang meluncur lebih

banyak daripada air yang meresap ini dapat menyebabkan pelapukan kurang

intensif

6. Sifat Batuan

Hal ini sangat bergantung pada tekstur dan komposisi mineral penyusun

batuan tersebut, umumnya ditentukan oleh perbandingan antara mineral silika

terhadap unstable mineral lainnya.

7. Waktu

Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup

intensif karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi

5. Penampang Tegak Endapan Nikel Laterit

Penampang endapan nikel laterit yaitu suatu tempat dimana yang banyak

mengandung rekahan-rekahan, Ni akan terjebak dan terakumulasi ditempat-

tempat yang dalam sesuai dengan rekahan-rekahan yang ada, sedangkan pada

lereng dengan kemiringan landai sampai sedang merupakan tempat pengkayaan

nikel (Chetetat, 1947).


Gambar 5. Penampang Tegak Endapan Nikel Laterit
(Chetetat, 1947 dalam Sutisna, 2006).

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat sebaran secara horizontal endapan

lateritik (Golightly 1979), yaitu:

1. Topografi/morfologi yang tidak curam tingkat kelerengannya, sehingga

endapan laterit masih mampu untuk ditopang oleh permukaan topografi sehingga

tidak terangkut semua oleh proses erosi ataupun ketidakstabilan lereng.


2. Adanya proses pelapukan yang relatif merata walaupun berbeda tingkat

intensitasnya, sehingga endapan lateritik terbentuk dan tersebar secara merata.


3. Adanya tumbuhan penutup yang berfungsi untuk mengurangi tingkat

intensitas erosi endapan laterit, sehingga endapan laterit tersebut relatif tidak

terganggu.

Anda mungkin juga menyukai