TINJAUAN TEORI
2.1 kehamlan
A. Abortus
1. Definisi
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan yang dimana berat janin kurang dari 500 gram dengan umur kehamilan
kurang dari 20 minggu. (Marmi, 2012)
Abortus adalah ancaman atau pegeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan, batasanya ialah kurag dari 20 minggu dan berat janin kurang
dari 500 gram. (Prawirohrdjo, 2010)
2. Etiologi
a. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan
cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan. Gangguan hasil
pertumbuhan konsepsi dapat terjadi karena :
1) Faktor kromosom
Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk pertemuan
kromosom seks.
2) Faktor lingkungan endometrium
a) Endometrium yang belum siap menerima implantasi hasil konsepsi
b) Gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.
3) Pengaruh luar
a) Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil
konsepsi.
b) Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan
pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.
b. Kelainan pada plasenta
1) Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak dapat
berfungsi
2) Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya padadiabetes melitus.
3) Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga
menimbulkan keguguran.
4) Penyakit ibu
Penyakit ibu dapat langsung mempengaruhi pertumbuhan janin dalam
kandungan melalui plasenta.
Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria dan sifilis.
Anemia ibu, melalui gangguan nutrisi dan peredaran O2 menuju sirkulasi
retroplasenta. Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal,
penyakit hati, penyakit DM.
5) Kelainan yang terdapat dalam rahim
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin, keadaan abnormal
seperti ioma uteri, uterus arkuatus, uterus septus, retrofleksia uteri, serviks
inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi pada serviks),
robekan serviks postpartum dapat mengakibatkan abortus. (Manuaba,
1998)
B. Solusio Plasenta
1. Definisi
Solusio plasenta adalah pelepasan plasenta sebelum waktunnya plasenta itu secara
terlepas anak lahir jadi plasenta terlepas sebelum waktunya kalau terlepas
sebelum anak lahir.
Solusio plasenta adalahn terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal
plasenta dari tempat impalntasinya yang normal pada lapisan desidua
endometrium sebelum waktunya yakni anak lahir. ( Sarwono, ilmu kebidanan
2010 ).
Jadi definisi yang lengkap ialah : solusio plasenta adalah sebagian atau seluruh
plasenta yang normal implantasinya antara minggu 22 dan lahirnya anak (
menurut buku obstetrik patologi, 2002 )
2. Jenis-jenis solusio plasenta
Menurut cara terlepasnya dibagi menjadi: solusio lasenta parsialis, dimana hanya
sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas dari tempat perlekatannya. Solusio
plasenta totalis atau komplit, dimana plasenta terlepas seluruh dari tempat
perlekatannya.
Secara klinis dibagi menjadi:
a. Solusio plasenta ringan,
Yakni ruptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang
tidak berdarah banyak , sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu atau
janin. Dengan gejala: Perdarahan Pervaginam yang berwarna kehitam-
hitaman dan sedikit sekali, perut terasa agak sakit terus menerus tegang.
b. Solusio plasenta sedang,
Dalam hal ini plasenta telah lebih dari seperempatnya tetapi belum sampai dua
pertiga luas permukaannya, ditandai : perdarahan pervaginam yang berwarna
kehitam-hitaman, perut mendadak sakit terus menerus dan tidak lama
kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam walaupun tampak sedikit
tetapi memungkinkan lebih banyak perdarahan di dalam, di dinding uterus
teraba terus menerus dan nyeri tekan sehingga bagian janin sulit di raba,
apabila janin masih hidup bunyi jantung sukar didengar denga stetoskop biasa
denga stetoskop ultra Jadi definisi yang lengkap ialah : solusio plasenta adalah
sebagian atau seluruh plasenta yang normal implantasinya antara minggu 22
dan lahirnya anak ( menurut buku obstetrik patologi, 2002 ) Jadi definisi yang
lengkap ialah : solusio plasenta adalah sebagian atau seluruh plasenta yang
normal implantasinya antara minggu 22 dan lahirnya anak ( menurut buku
obstetrik patologi, 2002 )
c. Solusio plasenta berat,
plasenta lebih dari dua pertiga permukaanyaterjadinya sangant tiba-tiba
biasanya ibu masuk syok dan janinnya telah meninggal, gejalanya: ibu telah
masuk dalam keadaan syok dan kemungkinan janin telah meninggal, Uterus
sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri, perdarahan pervaginam
tampaknya tidak sesuai dengan syok ibu, Perdarahan pervaginammungkin
belum sempat terjadi besar keungkinan telah terjadi kelainan pembekuan
darah dan kelainan ginjal
3. Etiologi
Solusio plasenta hingga kini belum diketahui dengan jelas, wqalaupun beberapa
keadaan tertentu dapat menyertai seperti : umur ibu yang tua (> 35 tahun) karena
kekuatan rahim ibu berkurang pada multiparitas, penyakit hipertensi menahun,
karena perdarahan darah ibu terganggu sehingga suplay darah janin tidak ada,
trauma abdomen, seperti terjatuh terlengkup,tendangan anak yang sedang
digendong. Karena pengecilan yang tiba-tiba pada hidromnion dan gemeli, tali
pusat yang pendek, karena pergerakan janin yang banyak atau bebas, setelah versi
luar sehingga terlepasnya plasenta, karena tarikan tali pusat.
Menurut sarwono ilmu kebidanan (2012), Sebab yang primer dari solusio plasenta
tidak diketahui, terapi terdapat beberapa keadaan patologi yang terlihat lebih
sering bersama dengan atau menyertai solusio plasenta dan dianggap sebagai
faktor risiko. Usia ibu dan paritas yang tinggi beresiko lebih tinggi..
4. Komplikasi-komplikasi
Komplikasi yang terjadi bisa terjadi pada ibu maupun janin yang dikandungnya
dengan kriteria :
a. Komplikasi pada ibu yaitu perdarahanyang dapat menimbulkan: variasi
turunnya tekanan darah sampai keadaan syok , perdarahan tidak sesuai
keadaan penderita anemis syok, kesadaran bervariasi dari baik sampai koma.
b. Gangguan pembekuan darah: masuknya trombosit kedalam sirkulasi darah
menyebabkan pembekuan darah intravaskuler dan disertai hemolisis,
terjadinya fibrinogen sehingga hipofibrogen dapat mengganggu pembekuan
darah.
c. Oliguria menyebabkan terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan dapat
menimbulkan produksi urin makain berkurang.
d. Perdarahan postpartum: Pada solusio plasenta sedang sampai berat terjadi
infiltrasi darah ke otot rahim, sehingga mengganggu kontraksi dan
menimbulkan perdarahan karena atonia uteri. Kegagalan pembekuan darah
menambah beratnya perdarahan.
e. Sementara komplikasi-komlikasi yang terjadi pada janin antara lain: Asfiksia
ringan sampai berat dan kematian janin, karena pendarahan yang timbul
dibelakang plasenta yang mengganggu sirkulasi dan nutrisi kearah janin.
Rintangan kejadian asfiksia sampai kematian janin dalam rahim tergantung
pada seberapa bagian plasenta telah lepas dari implantasinya di fundus uteri.
Menurut sarwono ilmu kebidanan ( 2010), komplikasi solusio plasenta berasal
dari perdarahan retroplasenta yang terus berlangsung sehingga menimbulkan
berbagi akibat pada ibu seperti anemia, syok hipovolemik, insufisiensi fungsi
plasenta, gangguan pembekuan darah, gagal ginjal mendadak, dan uterus
couvelaire disamping komplikasi sindroma insufisiensi fungsi plasenta pada
janin berupa angka kematian perinatal yang tinggi. Sindroma sheehan
terdapat pada beberapa penderita yang terhindar dari kematian setelah
menderita syok yang berlangsung lama yang menyebabkan iskemia dan
nekrosis adenohipofisis sebagai akibat solusio plasenta.
5. Tanda dan gejala
Beberapa gejala dari solusio plasenta adalah sebagai berikut:
a. Perdarahan yang disertai nyeri.
b. Anemia dan syok, beratnya anemia dan syok tidak sesuai dengan banyaknya
darah yang keluar.
c. Rahim keras seperti papan dan terasa nyeri sangat dipegang karena isi rahim
bertambah dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta hinggga rahim
teregang ( uterus en bois ).
d. Palpasi sulit dilakukan karena rahim keras.
e. Fundus uteri makin lama makin baik.
f. Bunyi jantung biasanya tidak ada.
g. Pada toucher teraba ketuban yang teregang terus-menerus ( karena isi rahim
bertambah ).
h. Sering terjadi proteinuria karena disertai preeklamsi.
6. Penatalaksanaan
Semua pasien yang tesangka menderita solusio plasenta harus dirawat inap di
rumah sakit yang berfasilitas cukup. Ketika masuk segera dilakukan pemeriksaan
darah lengkap termasuk kadar Hb dan golongan darah. Penanganan ekspektatif
pada kehamilan belum genap bulan berfaedah bagi janin tetapi persalinan
umunya persalinan preterm tidak terhindarkan baik spontan sebagai komplikasi
solusio plasenta maupun atas indikasi obtertrik yang timbul setelah beberapa hari
dalam rawatan. Terhadap pemberian tokolisis masih terdapat silang pendapat
disamping keberhasilan yang belum menjajikan.
C. Plasenta Previa
1. Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri
internum ( Sarwono, ilmu kebidanan 2010 ).
Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah
rahim kearah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah
plasenta tersebut bermigrasi.
Plasenta previa adalah plasenta ada di depan jalan lahir (prae: didepan, vias: jalan)
Jadi yang dimaksud adalah plasenta yang implantasinya tidak normal ialah rendah
sekali sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum. Implantasi
plasenta yang normal adalah pada dinding depan atau belakang rahim di daerah
fundus uteri ( winknjosastro, 1999 )
2. Jenis – jenis plasenta previa
Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium
uteri internum.
a. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
internum.
b. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir
ostium uteri internum.
c. Plasenta retak rendah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2cm
dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2cm dianggap plasenta letak
normal.
3. Ciri – Ciri Plasenta Previa
a. Perdarahan tanpa nyeri
b. Perdarahan berulang
c. Warna perdarahan merah segar
d. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
e. Timbulnya perlahan-lahan
f. Waktu terjadinya saat hamil
g. His biasanya tidak ada
h. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
i. Denyut jantung janin ada
j. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
k. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
l. Presentasi mungkin abnormal
4. Etiologi
Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan
pertama dari plasenta previa. Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen
bawah uterus akan lebih melebar lagi dan serviks akan lebih membuka. Apabila
plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan
pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa
terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus, pada saat itulah melailah terjadi
perdarahan. Darahnya berwarna merah segar, berlainan dengan darah yang
disebabkan solusio plasenta yang berwarna kehitam-hitaman (Winkjosatro, 1999 )
Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belumlah diketahui
dengan pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista menimpa desidua di
daera segmen bawah rahim tanpa latar belakang lain yang mungkin. Teori yang
lain mengemukakan sebagai salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua
yang tidak memadai, mungkin sebagai akibat dari proses radang atau atrofi.
Paritas tinggi, usia lanjut, cacat rahim misalnya bekas bedah sesar, kerokan,
miomektomi, dan sebagainya berperan dalam proses peradangan dan kejadian
atrofi di endometrium yang semuanya dapat di pandang sebagi faktor resiko bagi
terjadinya plasenta previa ( Sarwono, ilmu kebidanan 2010 )..
.
5. Penatalaksanaan
Ibu yang menderita anemia sebelumnya akan sangat rentan terhadap perdarahan,
walaupun perdarahan tidak terlalu banyak. Darah sebagai obat utama untuk
menagatasi perdarahan belum selalu ada atau tersedia di rumah sakit.
Prinsip dasar penanganan. Setiap ibu dengan perdarahan antepartum harus segera
dikirim ke rumah sakit yang memiliki fasilitas perdarahan yang pertama kali
jarang sekali. Apabila dalam penilaian yang tenang dan jujur ternyata perdarahan
telah berlangsung tidak membahayakan ibu,janin dan kehamilannya belum cukup
36 minggu atau taksiran berat janin kurang dari 2500 gram dan persalinan belum
mulai dapat dibenarkan menunda persalinan sampai janin dapat hidup diluar
kandungan.Tetapi bila terjadi perdarahan yang membahayakan ibu dan janin atau
kehamilannya telah mencapai 36 minggu dan taksiran berat janin mencapai 2500
gram atau persalinan telah mulai, maka penanganan pasif harus di tinggalkan dan
di tempuh penanganan aktif.
Memilih cara persalinanan yang terbaik adalah tergantung dari derajat plasenta
previa, paritas dan banyaknya perdarahan.
Plasenta previa totalis merupakan indikasi mutlak untuk seksio sesaria tanpa
menghiraukan faktor – faktor lannya. Perdarahan banyak dan ber ulang – ulang
biasnya disebabkan oleh plasenta yang letaknya lebih tinggi daerjatnya daripada
yangditemukan pada pemeriksaan dalam atau vaskularisasi yang hebat pada
serviks dan segmen bawah uterus.
Pada kasus yang terbengkalai, dengan anemia berat karena perdarahan atau infeksi
intra uterin, baik seksio sesaria maupun persalinan pervaginam sama – sama tidak
mengamankan ibu dan janinnya. Akan tetapi dengan bantuan transfusi darah dan
antibiotika secukupnya, seksio cesaria masih lebih aman daripada persalinan
pervaginam untuk semua kasus plasenta previa totalis dari kebanyakan plasenta
previa parsialis (Hanifa Winkjosastro, 2005).
a. Factor-faktor yang menentukan sikap/tindakan persalinan mana yang akan
dipilih.
1) Jenis plasenta previa
2) Banyaknya perdarahan
3) keadaan umum ibu
4) Keadaan janin
5) Pembukaan jalan lahir
6) Paritas
7) Fasilitas rumah sakit
Dilakukan perawatan konservatif bila
a) Kehamilan kurang 37 minggu.
b) Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal).
c) Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh
perjalanan selama 15 menit).
2.4 Neonatus
A. KEJANG
1. Pengertian
Kejang terjadi akibat adanya kontraksi otot yang berlebihan dalam waktu
tertentu tanpa bisa dikendalikan. Salah satu penyebab terjadinya kejang
demam yaitu tingginya suhu badan anak. Timbulnya kejang yang disertai
demam ini diistilahkan sebagai kejang demam (convalsio febrillis) atau
stuip/step.Masalahnya, toleransi masing-masing anak terhadap demam
sangatlah bervariasi. Pada anak yang toleransinya rendah, maka demam
pada suhu tubuh 38 C pun sudah bisa membuatnya kejang. Sementara pada
anak-anak yang toleransinya normal, kejang baru dialami jika suhu badan
sudah mencapai 39 C atau lebih.
2. Ciri – Ciri Kejang
Tentu saja dalam hal ini orang tua harus bisa membaca ciri-ciri seorang
anak yang terkena kejang demam. Di antaranya:
a. kedua kaki dan tangan kaku disertai gerakan-gerakan kejut yang kuat
dan kejang-kejang selama 5 menit . bola mata berbalik ke atas
b. gigi terkatup
c. muntah
d. tak jarang si anak berhenti napas sejenak.
e. pada beberapa kasus tidak bisa mengontrol pengeluaran buang air
besar/kecil.
f. pada kasus berat, si kecil kerap tak sadarkan diri. Adapun intensitas
waktu kejang juga sangat bervariasi, dari beberapa detik sampai
puluhan menit.
3. Penatalaksanaan
Penatalaksaan kejang meliputi :
1. Penanganan saat kejang
Menghentikan kejang : Diazepam dosis awal 0,3 – 0,5
mg/kgBB/dosis IV (Suntikan Intra Vena) (perlahan-lahan) atau
0,4-0,6mg/KgBB/dosis REKTAL SUPPOSITORIA. Bila
kejang belum dapat teratasi dapat diulang dengan dosis yang
sama 20 menit kemudian.
Turunkan demam
Anti Piretika : Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO (Per Oral /
lewat mulut) diberikan 3-4 kali sehari.
Kompres ; suhu >39º C dengan air hangat, suhu > 38º C dengan
air biasa.
Pengobatan penyebab : antibiotika diberikan sesuai indikasi
dengan penyakit dasarnya.
Penanganan sportif lainnya meliputi : bebaskan jalan nafas,
pemberian oksigen, memberikan keseimbangan air dan
elektrolit, pertimbangkan keseimbangan tekanan darah.
2. Pencegahan Kejang
a. Pencegahan berkala (intermiten) untuk kejang demam sederhana
dengan Diazepam 0,3 mg/KgBB/dosis PO (Per Oral / lewat mulut)
dan anti piretika pada saat anak menderita penyakit yang disertai
demam.
b. Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata dengan
Asam vaproat 15-40 mg/KgBB/dosis PO (per oral / lewat mulut)
dibagi dalam 2-3 dosis.
B. Afiksia Neonatus
1. Pengertian
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan
teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai
dengan keadaan PaO2 di dalam darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia (Pa
CO2 meningkat) dan asidosis
2. Tanda dan Gejalah
a. Bayi tidaak bernapas/ napas megap-megap
b. Denyut jantung kurang dari 100 x/menit
c. kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap
refleks rangsangan.
3. Penyebab
a. Preeklampsia dan eklampsia
b. Perdarahan antepartum abnormal ( plasenta previa dan solusio
plasenta)
c. Partus lama atau partus macet
d. Demam sebelum dan selama persalinan
e. Infeksi berat ( malaria, sifilis, TBC, dan HIV)
f. Kehamilan lebih bulan
4. Penatalaksananaan
a. Resusitasi
b. Tahapan resusitasi tidak melihat nilai apgar
c. Terapi medikamentosa
d. Jaga kehangatan.
e. Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka.
f. Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah dan elektrolit
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-tiba,
seringkali merupakan kejadian yang berrbahaya (Dorlan, 2011).
Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala berbahaya
yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan segera guna
menyelamtkan jiwa/ nyawa (Campbell S, Lee C, 2000).
Kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi
dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian
banyak penyakit dan gangguan dalam kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan
bayinya (Chamberlain, Geoffrey, & Phillip Steer, 1999).
Kasus gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera ditangani
akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian
ibu janin dan bayi baru lahir. (Saifuddin, 2002)