BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertolongan penderita gawat darurat dapat terjadi dimana saja baik di dalam rumah sakit maupun
di luar rumah sakit, dalam penanganannya melibatkan tenaga medis maupun non medis termasuk
masyarakat awam. Pada pertolongan pertama yang cepat dan tepat akan menyebabkan
pasien/korban dapat tetap bertahan hidup untuk mendapatkan pertolongan yang lebih lanjut.
Adapun yang disebut sebagai penderita gawat darurat adalah penderita yang memerlukan
pertolongan segera karena berada dalam keadaan yang mengancam nyawa, sehingga
memerlukan suatu pertolongan yang cepat, tepat, cermat untuk mencegah kematian maupun
kecacatan. Untuk memudahkan dalam pemberian pertolongan korban harus diklasifikasikan
termasuk dalam kasus gawat darurat, darurat tidak gawat, tidak gawat tidak darurat dan
meninggal.
Salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan segera dimana pasien berada dalam
ancaman kematian karena adanya gangguan endokrin seperti hiperglikemia dan hipoglikemia
hal ini dibiarkan tentu akan berakibat fatal bagi korban atau pasien bahkan bisa menimbulkan
kematian. Oleh karena itu kita perlu memahami penanganan kegawatdaruratan pada system
endokrin secara cepat,cermat dan tepat sehingga hal-hal tersebut dapat kita hindari.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana konsep medis dan asuhan keperawatan koma hiperglikemia ?
1.2.2 Bagaimana konsp medis dan asuhan keperawatan koma hipoglikemia ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Mengetahui bagaimana konsep medis dan asuhan keperawatan koma hiperglikemia
1.3.2 Mengetahui bagaimana konsep medis dan asuhan keperawatan koma hipoglikemia
1.4 Manfaat Penulisan
Selain tujuan yang ingin dicapai, penulisan makalah ini juga mengutamakan asas manfaat bagi
penulis khususnya , umunya bagi pembaca yang mayoritas mahasiswa keperawatan agar dapat
dijadikan sebagai salah satu referensi dalam kasus koma hiperglikemia dan koma hipoglikemia
15. Metode Penulisan
Penulisan makalah yang berjudul “ Asuhan Keperawatan pada Klien Dengan Kegawat Daruratan
SSistem Endokrin : Koma Hiperglikemia dan Koma Hipoglikemia “ ini menggunakan buku “
Brunner & Suddart : Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah “ sebagai sumber utama, sumber
lainnya penulis browsing internet. Dengan browsing penulis memperoleh berbagai informasi
yang menunjang penulisan makalah ini.
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan yang berisi , latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, metode penulisan dan sistematiika penulisan
BAB II Pembahasan yang berisi konsep medis koma hiperglikemia dan koma hipoglikemia
BAB III Asuhan Keperawatan pada klien dengan koma hiperglikemia dan koma hipoglikemia
BAB IV Penutupan yang berisi kesimpulan dan saran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Medis Koma Hipoglikemia
2.2.1 Pengertian
Hipoglikemia merupakan salah satu kegawatan diabetic yang mengancam, sebagai akibat dari
menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dl. Adapun batasan hipoglikemia adalah:
Hipoglikemi murni : ada gejala hipoglikemi, glukosa darah < 60 mg/dl
Reaksi hipoglikemi : gejala hipoglikemi bila gula darah turun mendadak, misalnya dari 400
mg/dl menjadi 150 mg/dl
Koma hipoglikemi : koma akibat gula darah < 30 mg/dl
Hipoglikemi reaktif : gejala hipoglikemi yang terjadi 3 – 5 jam sesudah makan.
Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal rendah) terjadi kalau kadar glukosa darah
turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3 mmol/L). keadaan ini dapat terjadi akibat
pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit
atau karena aktivitas fisik yang berat. Hipoglikemi dapat terjadi setiap saat pada siang atau
malam hari. Kejadian ini dapat dijumpai sebelum makan, khususnya jika waktu makan tertunda
atau jika pasien lupa makan camilan.
2.2.2 Etiologi
• Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
• Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita diabetes
untuk menurunkan kadar gula darahnya
• Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
• Kelaiana pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.
• Secara umum, hipogklikemia dapat dikategorikan sebagai yang berhubungan dengan obat dan
yang tidak berhubungan dengan obat. Sebagian besar kasus hipoglikemia terjadi pada penderita
diabetes dan berhubungan dengan obat. Hipoglikemia yang tidak berhubungan dengan obat lebih
jauh dapat dibagi lagi menjadi:
a) Hipoglikemia karena puasa, dimana hipoglikemia terjadi setelah berpuasa
b) Hipoglikemia reaktif, dimana hipoglikemia terjadi sebagai reaksi terhadap makan, biasanya
karbohidrat.
• Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh insulin atau obat lain (sulfonilurea) yang diberikan
kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya. Jika dosisnya lebih tinggi
dari makanan yang dimakan maka obat ini bisa terlalu banyak menurunkan kadar gula darah.
Penderita diabetes berat menahun sangat peka terhadap hipoglikemia berat. Hal ini terjadi
karenasel-sel pulau pankreasnya tidak membentuk glukagon secara normal dan kelanjar
adrenalnya tidak menghasilkan epinefrin secara normal. Padahal kedua hal tersebut merupakan
mekanisme utama tubuh untuk mengatasi kadar gula darah yang rendah.
•Pentamidin yang digunakan untuk mengobati pneumonia akibatAIDS juga bisa menyebabkan
hipoglikemia. Hipoglikemia kadang terjadi pada penderita kelainan psikis yang secara diam-
diam menggunakan insulin atau obat hipoglikemik untuk dirinya.
•Pemakaian alkohol dalam jumlah banyak tanpa makan dalam waktu yang lama bisa
menyebabkan hipoglikemia yang cukup berat sehingga menyebabkan stupor. Olah raga berat
dalam waktu yang lama pada orang yang sehat jarang menyebabkan hipoglikemia.
•Puasa yang lama bisa menyebabkan hipoglikemia hanya jika terdapat penyakit lain (terutama
penyakit kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal) atau mengkonsumsi sejumlah besar alkohol.
Cadangan karbohidrat di hati bisa menurun secara perlahan sehingga tubuh tidak dapat
mempertahankan kadar gula darah yang adekuat.
• Pada orang-orang yang memiliki kelainan hati, beberapa jam berpuasa bisa menyebabkan
hipoglikemia.
• Bayi dan anak-anak yang memiliki kelainan sistem enzim hati yang memetabolisir gula bisa
mengalami hipoglikemia diantara jam-jam makannya.
• Seseorang yang telah menjalani pembedahan lambung bisa mengalami hipoglikemia diantara
jam-jam makannya (hipoglikemia alimenter, salah satu jenis hipoglikemia
reaktif). Hipoglikemia terjadi karena gula sangat cepat diserap sehingga merangsang
pembentukan insulin yang berlebihan. Kadar insulin yang tinggi menyebabkan penurunan kadar
gula darah yang cepat. Hipoglikemia alimentari kadang terjadi pada seseorang yang tidak
menjalani pembedahan. Keadaan ini disebuthipoglikemia alimentari idiopatik.
•Jenis hipoglikemia reaktif lainnya terjadi pada bayi dan anak-anak karena memakan makanan
yang mengandung gula fruktosadan galaktosa atau asam amino leusin. Fruktosa dan galaktosa
menghalangi pelepasan glukosa dari hati, leusin merangsang pembentukan insulin yang
berlebihan oleh pankreas. Akibatnya terjadi kadar gula darah yang rendah beberapa saat setelah
memakan makanan yang mengandung zat-zat tersebut.
• Hipoglikemia reaktif pada dewasa bisa terjadi setelah mengkonsumsi alkohol yang dicampur
dengan gula (misalnya gin dan tonik). Pembentukan insulin yang berlebihan juga bisa
menyebakan hipoglikemia. Hal ini bisa terjadi pada tumor sel penghasil insulin di pankreas
(insulinoma). Kadang tumor diluar pankreas yang menghasilkan hormon yang menyerupai
insulin bisa menyebabkan hipoglikemia.
•Penyebab lainnya adalah penyakti autoimun, dimana tubuh membentuk antibodi yang
menyerang insulin. Kadar insulin dalam darah naik-turun secara abnormal karena pankreas
menghasilkan sejumlah insulin untuk melawan antibodi tersebut. Hal ini bisa terjadi pada
penderita atau bukan penderita diabetes.
• Hipoglikemia juga bisa terjadi akibat gagal ginjal atau gagal jantung, kanker, kekurangan gizi,
kelainan fungsi hipofisa atau adrenal, syok dan infeksi yang berat.
Penyakit hati yang berat (misalnya hepatitis virus, sirosis atau kanker) juga bisa menyebabkan
hipoglikemia.
2.2.3 Gejala
Pada hipoglikemia ringan, ketika kadar glukosa darah menurun, system saraf simpatik akan
terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti :
• Tremor
• Takikardi
• Palpitasi
• Kegelisahan
• Rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak
memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi pada
system saraf pusat mencakup :
• Ketidakmampuan konsentrasi
• Sakit kepala
• Vertigo
• Konfusi
• Penurunan daya ingat
• Pati rasa di daerah bibir dan lidah
• Bicara pelo
• Gerakan tidak terkoordinasi
• Perubahan emosional
• Perilaku yang tidak rasional
• Penglihatan ganda
• Perasaan ingin pingsan.
Pada hipoglikemia berat, fungsi system saraf pusat mengalami gangguan sangat berat sehingga
pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia yang dideritanya.
Gejala dapat mencakup :
1) Perilaku yang mengalami disorientasi
2) Serangan kejang
3) Sulit dibangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran.
Gejala hipoglikemia dapat terjadi mendadak dan tanpa terduga sebelumnya. Kombinasi semua
gejala tersebut dapat bervariasi antara pasien yang satu dan lainnya. Sampai derajat tertentu,
gejala ini dapat berhubungan dengan tingkat penurunan kadar glukosa darah yang sebenarnya
atau dengan kecepatan penurunan kadar tersebut. Sebagai contoh, pasien yang biasanya memiliki
glukosa darah dalam kisaran hiperglikemia (misalnya, sekitar 200-an atau lebih ) dapat
merasakan gejala hipoglikemi (adrenergik) kalau kadar glukosa darahnya secara tiba-tiba turun
hingga 120 mg/dl (6,6 mmol/L) atau kurang. Sebaliknya, pasien yang biasanya memiliki kadar
glukosa drah yang rendah namun masih berada dalam rentang yang normal dapat tetap
asimtomatik meskipun kadar glukosa tersebut turun secara perlahan-lahan sampai dibawah 50
mg/dl (2,7 mmol/L).
Factor lain yang berperan dalam menimbulkan perubahan gejala hipoglikemi adalah penurunan
respon hormonal (adrenergik) terhadap hipoglikemi. Keadaan ini terjadi pada sebagian pasien
yang telah menderita diabetes selama bertahun-tahun. Penurunan respon adrenergic tersebut
dapat berhubungan dengan salah satu komplikasi kronis diabetes yaitu neuropati otonom.
Dengan penurunan kadar glukosa darah, limpahan adrenalin yang normal tidak terjadi. Pasien
tidak merasakan gejala adrenergic yang lazim seperti perasaan lemah. Keadaan hipoglikemi ini
mungkin baru terdeteksi setelah timbul gangguan system saraf pusat yang sedang atau berat.
2.2.4 Patofisiologi
Ketergantungan otak setiap saat pada glukosa yang disuplai oleh sirkulasi diakibatkan oleh
ketidakmampuan otak untuk membakar asam lemak berantai panjang, kurangnya simpanan
glukosa sebagai glikogen di dalam otak orang dewasa, dan ketidaktersediaan keton dalam fase
makan atau kondisi pos absorptif.
Terdapat sedikit perdebatan tentang manakala gula darah turun dengan tiba-tiba, otak mengenali
defisiensi energinya setelah kadar serum turun jauh dibawah sekitar 45 mg/dl. Kadar dimana
gejala-gejala timbul akan berbeda dari satu pasien dengan pasien lain, dan bukanlah hal yang
tidak lazim pada kadar serendah 30 sampai 35 mg/dl untuk terjadi (spt, selama tes toleransi
glukosa) tanpa gejala-gejala yang telah disebutkan.Yang lebih kontroversial adalah pertanyaan
tentang apakah gejala-gejala dapat berkembang dalam berespon terhadap turunnya kadar gula
darah bahkan sebelum turun di bawah batasan kadar normal. Karena suatu respon fisiologi
tertentu, seperti pelepasan hormon pertumbuhan, terjadi dengan penurunan gula darah namun
tetap normal, tampaknya gejala-gejala terjadi pada kondisi ini, tetapi stimulus penurunan kadar
kemungkinan kurang kuat dan konsisten dibanding penurunan dibawah ambang absolut.
Bagaimanapun, otak tampak dapat beradaptasi sebagian terhadap penurunan kadar gula darah,
terutama jika penurunan terjadi lambat dan kronis. Bukanlah hal yang tidak lazim bagi pasien
dengan gula darah yang sangat rendah, seperti yang terjadi pada tumor pensekresi insulin, untuk
memperlihatkan fungsi serebral yang sangat normal dalam menghadapi gula darah yang rendah
terus menerus dibawah batasan normal.
2.2.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan glukosa darah sebelum dan sesudah suntikan dekstrosa. (Mansjoer A 1999: 604).
a) perpanjangan pengawasan puasa, tes primer untuk hypoglikemia, perpanjanganya (48-72 jam)
setelah pengawasan puasa.
b) Tes bercampur makanan, tes ini di gunakan jika anda mempunyai tanda puasa (2 jam PP)
c) Tes urine di simpan untuk mencari substansi keton.
2.2.6 Penatalaksanaan
Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita mengkonsumsi
gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus buah, air gula atau segelas
susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes), hendaknya
selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan memberikan sejumlah gula
yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti
dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau biskuit).
Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk memasukkan gula
melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak yang
serius. Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu
membawa glukagon. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang
merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati.
Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu
5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus diangkat melalui pembedahan.
Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin oleh tumor (misalnya
diazoksid). Bukan penderita diabetes yang sering mengalami hipoglikemia dapat menghindari
serangan hipoglikemia dengan sering makan dalam porsi kecil.
2.2 Konsep Medis Koma Hiperglikemia
2.2.1 Pengertian
Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah daripada rentang kadar puasa
normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140 – 160 mg /100 ml darah (
Elizabeth J. Corwin, 2001 )
Hiperglikemia, hiperglikemia, atau gula darah tinggi adalah suatu kondisi di mana jumlah yang
berlebihan glukosa beredar dalam plasma darah. Ini umumnya merupakan tingkat glukosa darah
10 + mmol / l (180 mg / dl), tetapi gejala mungkin tidak memulai untuk menjadi terlihat sampai
nomor kemudian seperti 15-20 + mmol / l (270-360 mg / dl) atau 15,2 -32,6 mmol / l. Namun,
tingkat kronis melebihi 125 mg / dl dapat menghasilkan kerusakan organ.
Kadar glukosa bervariasi sebelum dan sesudah makan, dan pada berbagai waktu hari, definisi
"normal" bervariasi di kalangan profesional medis. Secara umum, batas normal bagi kebanyakan
orang (dewasa puasa) adalah sekitar 80 sampai 110 mg / dl atau 4 sampai 6 mmol / l. Sebuah
subjek dengan rentang yang konsisten di atas 126 mg / dl atau 7 mmol / l umumnya diadakan
untuk memiliki hiperglikemia, sedangkan kisaran yang konsisten di bawah 70 mg / dl atau 4
mmol / l dianggap hipoglikemik. Dalam puasa orang dewasa, darah glukosa plasma tidak boleh
melebihi 126 mg / dl atau 7 mmol / l. Berkelanjutan tingkat yang lebih tinggi menyebabkan
kerusakan gula darah ke pembuluh darah dan ke organ-organ mereka suplai, yang mengarah ke
komplikasi diabetes.
2.2.2 Etiologi :
Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui kekurangan insulin adalah
penyebab utama dan faktor herediter yang memegang peranan penting.
Yang lain akibat pengangkatan pancreas, pengrusakan secara kimiawi sel beta pulau langerhans.
Faktor predisposisi herediter, obesitas. Faktor imunologi; pada penderita hiperglikemia
khususnya DM terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon ini merupakan respon
abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggap sebagai jaringan asing.
2.2.3 Patofisiologi
Sindrome Hiperglikemia mengambarkan kekurangan hormon insulin dan kelebihan hormon
glukagon. Penurunan insulin menyebabkan hambatan pergerakan glukosa ke dalam sel, sehingga
terjadi akumulasi glukosa di plasma. Peningkatan hormon glukagon menyebabkan glycogenolisis
yang dapat meningkatkan kadar glukosa plasma. Peningkatan kadar glukosa mengakibatkan
hiperosmolar. Kondisi hiperosmolar serum akan menarik cairan intraseluler ke dalam intra
vaskular, yang dapat menurunkan volume cairan intraselluler. Bila klien tidak merasakan sensasi
haus akan menyebabkan kekurangan cairan.
Tingginya kadar glukosa serum akan dikeluarkan melalui ginjal, sehingga timbul glycosuria
yang dapat mengakibatkan diuresis osmotik secara berlebihan ( poliuria ). Dampak dari poliuria
akan menyebabkan kehilangan cairan berlebihan dan diikuti hilangnya potasium, sodium dan
phospat.
Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar
gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini,
karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi
maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan
dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang
disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang
disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan merangsang pusat
haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan minum terus
yang disebut polidipsi. Perfusi ginjal menurun mengakibatkan sekresi hormon lebih meningkat
lagi dan timbul hiperosmolar hiperglikemik.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-sel
sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi
menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa
lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia.
Kegagalan tubuh mengembalikan ke situasi homestasis akan mengakibatkan hiperglikemia,
hiperosmolar, diuresis osmotik berlebihan dan dehidrasi berat. Disfungsi sistem saraf pusat
karena ganguan transport oksigen ke otak dan cenderung menjadi koma.Hemokonsentrasi akan
meningkatkan viskositas darah dimana dapat mengakibatkan pembentukan bekuan darah,
tromboemboli, infark cerebral, jantung.
INTERVENSI RASIONAL
1) Pertahankan untuk Mempertahankan komposisi cairan
memberikan cairan 1500-2500 ml atau dalam tubuh, volume sirkulasi dan
dalam batas yang dapat ditoleransi menghindari over load jantung
jantung jika pemasukan cairan melalui
oral sudah dapat diberikan
2) Pantau masukan dan Memberikan perkiraan kebutuhan akan
pengeluaran, catat berat jenis urin cairan pengganti dan membaiknya
fungsi ginjal
3) Pantau tanda-tanda vital, catat Penurunan volume cairan darah
adanya perubahan tekanan darah (hipovolemi) akibat dieresis osmosis
dapat dimanifestasikan oleh hipotensi,
takikardi, nadi teraba lemah
4) Pantau suhu, warna, turgor Dehidrasi yang disertai demam akan
kulit, dan kelembabannya teraba panas, kemerahan, dan kering di
kulit. Sedangkan penurunan turgor kulit
sebagai indikasi penurunan volume
cairan pada sel
5) Pantau nadi perifer, pengisian Nadi yang lemah, pengisian kapiler
kapiler, turgor kulit dan membrane yang lambat sebagai indikasi
mukosa penurunan cairan dalam tubuh.
Semakin lemah dan lambat dalam
pengisian, semakin tinggi derajat
kekurangan cairan
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidak cukupan insulin
Batasan Karakteristik :
a. Berat badan tidak normal (lebih rendah 10% dari berat badan ideal)
b. Lingkar lengan < 10 cm
c. Kelemahan, mudah lelah, tonus otot buruk
d. Kadar gula darah > 150 mg/dl
Kriteria hasil:
INTERVENSI RASIONAL
1) Berikan pengobatan insulin Insulin regular memiliki awitan cepat dan
secara teratur dengan teknik karenanya dengan cepat pula dapat
intravena secara intermitten atau membantu memindahkan ke dalam sel,
secara kontinyu pemberian melalui intravena merupakan
rute pilihan utama karena absorbs dari
jaringan sub kutan mungkin tidak
menentu/sangat lambat
2) Berikan diet 60% Intake kompleks karbohidrat(jagung,
karbohidrat, 20% protein, dan 20% wortel, brokoli, buncis, gandum)
lemak dan penataan makan dan berdampak pada penekanan kadar glukosa
pemberian makanan tambahan darah, kebutuhan insulin, menurunkan
kadar kolesterol, dan meningkatkan rasa
kenyang
3) Timbang berat badan atau Mengkaji indikasi terpenuhinya kebutuhan
ukur lingkar lengan setiap hari nutrisi dan menentukan jumlah kalori yang
sesuai indikasi harus dikonsumsi
4) Libatkan keluarga pasien Meningkatkan partisipasi keluarga dan
dalam memantau waktu makan, mengontrol masukan nutrisi sesuai dengan
jumlah nutrisi kemampuan untuk menarik glukosa dalam
sel
5) Pantau tanda-tanda Karena metabolism karbohidrat mulai
hipoglikemi (perubahan tingkat terjadi, gula darah akan berkurang dan
kesadaran, kulit lembab/dingin, sementara pasien tetap diberikan insulin
denyut nadi cepat, lapar, peka maka hipoglikemi dapat terjadi
rangsang, cemas, sakit kepala,
pusing)
6) Pantau pemeriksaan Gula darah akan menurun perlahan dengan
laboratorium seperti glukosa darah, penggunaan terapi insulin terkontrol.
aseton, pH, dan HCO3 Dengan pemberian insulin dosis optimal
glukosa dapat masuk ke dalam sel dan
digunakan untuk sumber kalori.
Peningkatan aseton, pH, dan HCO3 sebagai
indikasi kelebihan bahan keton.
Kriteria hasil
a. Tidak terdapat tanda-tanda peradangan dan infeksi seperti rubor, calor, dolor, tumor,
fungtioleisa, dan angka leukosit dalam batas 5000-11000ul
b. Suhu tubuh tidak tinggi (36,50C – 370C)
c. Kadar GDS 60-100 mg/dl
d. Glukosa urin negative
INTERVENSI RASIONAL
1) Berikan pengobatan insulin Insulin regular memiliki awitan cepat dan
secara teratur dengan teknik intravena karenanya dengan cepat pula dapat
secara intermitten atau secara membantu memindahkan ke dalam sel,
kontinyu pemberian melalui intravena merupakan
rute pilihan utama karena absorbs dari
jaringan sub kutan mungkin tidak
menentu/sangat lambat
2) Pantau pemeriksaan Gula darah akan menurun perlahan
laboratorium seperti glukosa darah, dengan penggunaan terapi insulin
aseton, pH, dan HCO3 terkontrol. Dengan pemberian insulin
dosis optimal glukosa dapat masuk ke
dalam sel dan digunakan untuk sumber
kalori. Peningkatan aseton, pH, dan
HCO3 sebagai indikasi kelebihan bahan
keton.
3) Libatkan keluarga pasien Meningkatkan partisipasi keluarga dan
dalam memantau waktu makan, mengontrol masukan nutrisi sesuai dengan
jumlah nutrisi kemampuan untuk menarik glukosa dalam
sel
Kriteria evaluasi
INTERVENSI RASIONAL
1) Pastikan akses penggunaan Meningkatkan pendengaran dan
alat bantu sensori , seperti alat bantu penglihatan yang masih tersisa
dengar, dan kacamata
2) Bantu pasien dalam ambulasi Meningkatkan keamanan pasien untuk
atau perubahan posisi dan secara beraktivitas. Aktivitas dapat
bertahap dinaikkan derajatnya meningkatkan sirkulasi dan fungsi
jantung
3) Buat jadwal intervensi Meningkatkan tidur dapat menurunkan
keperawatan bersama pasien agar tidak rasa letih dan dapat memperbaiki daya
mengganggu waktu istirahat pasien fikir
4) Pantau tanda-tanda vital dan Sebagai dasar untuk membandingkan
status mental temuan abnormal, seperti suhu yang
meningkat dapat mempengaruhi
fungsi mental
5) Pantau pemasukan elektrolit Meningkatkan eksitasi persarafan dan
melalui makanan maupun minuman mencegah kelebihan elektrolit
6) Pantau nilai laboratorium Ketidakseimbangan nilai laboratorium
seperti glukosa darah, elektrolit, ureum ini dapat menurunkan fungsi mental
kreatinin
Kriteria hasil :
INTERVENSI RASIONAL
1) Buat jadwal perencanaan dengan Aktivitas akan lebih terarah dan
pasien dan indikasi aktivitas yang menghindari kelelahan yang
menimbulkan kelelahan berlebihan
2) Berikan aktivitas alternatif Memberi kesempatan untuk
dengan periode istirahat yang cukup/tanpa mencukupkan produksi energi
diganggu untuk aktivitas
3) Tekankan pentingnya Membantu menciptakan gambaran
mempertahankan periksaan gula darah setiap nyata dari produksi energy
hari metabolic dari unsur glukosa
4) Pantau nadi, frekuensi Mengindikasikan tingkat
pernapasan dan tekanan darah pemenuhan energi dengan tingkat
sebelum/sesudah melakukan aktivitas aktivitas
5) Pantau aktivitas pasien dan Aktivitas yang tidak sesuai dengan
jumlah bahan energy yang masuk jumlah energi yang mempu
diproduksi pasien dapat
meningkatkan kelelahan
4.2 SARAN
1. Untuk mahasiswa sebaiknya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
kegawat daruratan endokrin diharapkan mampu memahami konsep dasar hipoglekemia dan
diabetic ketoasidosis serta konsep asuhan keperawatan.
2. Untuk institusi pendidikan hendaknya lebih melengkapi literatur yang berkaitan dengan
penyakit ini.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati.
Jakarta : EGC
Isselbacher, K,dkk, editor Asdie,H.(2000).Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit
Dalam.Jakarta:EGC
Kidd, Pamela S, Patty Ann Sturt dan Julia Fultz.(2010).Pedoman Keperawatan Emergensi.
Jakarta:EGC
Lippincot williams and Wilkins.(2011).Nursing the series for clinical excellence, Memahami
berbagai macam penyakit. Jakarta: PT Indeks
Mansjoer,Arif dkk.(2007).Kapita Selecta Kedokteran jilid 1.jakarta: Media Aesculapius FKUI
Setiadi.(2007).Anatomi dan Fisiologi Manusia.Yokyakarta:Graha Ilmu
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare(2002).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih.
Jakarta : EGC.
Soegondo,Sidartawan dkk.(2011).Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpada.Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
Brunner & Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi delapan.Jakarta : EGC
Scanlon,Valerie C. Sanders,Tina. 2006. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Edisi ketiga.
Jakarta:EGC
Emedicine Journal, Emergency medicine. http://doctorsjournals.wordpress.com/
Posting Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Mengenai Saya
sri fuji
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
▼ 2015 (4)
o ▼ November (4)
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KEGAWAT DARURATAN
SISTEM...
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KEGAWAT DARURATAN
SISTEM...
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KEGAWAT DARURATAN
SISTEM...
<!--[if gte mso 9]> <![endif]--> <!--[if gte ms...