Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem urogenitalia atau genitourinaria terdiri atas sistem organ reproduksi dan
mereka saling berdekatan, berasal dari embriologi yang sama, dan menggunakan
saluran yang sama sebagai alat pembuangan, misalkan uretra pada pria. Sistem
saluran kemih atau disebut juga sebagai sistem ekskretori adalah sistem organ yang
memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan air kemih. Pada manusia normal, organ
ini terdiri ginjal beserta sistem pelvikalises, ureter, buli-buli, dan uretra (Purnomo
BB, 2012).
Saluran Kemih dibagi atas dua bagian yakni bagian atas dan bagian bawah.
Saluran kemih bagian atas terdiri atas ginjal dan saluran yang disebut ureter. Fungsi
ginjal memiliki sebuah ureter (Drake et al., 2010). Saluran kemih bagian bawah
terdiri atas kandung kemih dan saluran yang disebut uretra. Fungsi uretra adalah
2.1.1.1. Ginjal
Ginjal mempunyai nefron yang tiap – tiap tubulus dan glomerulusnya adalah
satu unit. Ukuran ginjal ditentukan oleh sejumlah nefron yang dimilikinya. Kira –
kira terdapat 1,3 juta nefron dalam tiap – tiap ginjal manusia. Ukuran ginjal dapat
bervariasi dengan panjang ginjal sekitar 10 – 12 cm, lebar 5 cm, dan tebal sekitar 2,5
cm(Wibowo D.S, 2009). Ginjal merupakan bagian dari systema urinarium yang
spleen, pankreas, jejunum, dan descending colon. Setiap ginjal memilki 3 regio, yaitu
kortex, medula dan pelvis renalis, juga memiliki permukaan anterior dan posterior,
margin medial dan lateral sehingga membuatnya berbentuk seperti kacang merah, dan
memiliki kutub superior dan inferior. Pelvis renalis ialah bagian akhir dari superior
ureter yang berbentuk rata dan seperti corong yang memanjang. Pelvis renalis
menerima 2-3 major calices, yang mana setiap major calyx menerima 2-3 minor
calices. Setiap minor calyx terdapat sebuah papila renalis, dimana papila renalis ini
merupakan ujung (apex) dari piramida renalis. Pada orang hidup, pelvis renalis dan
2.1.1.2. Ureter
Ureter merupakan tabung yang dilalui urine yang berasal dari ginjal.
Ureter bermuara pada vesica urinaria secara miring dan muaranya tampak
sebagai celah sempit pada dinding belakang vesica urinaria. Muara ureter atau
ureterovesical junction ini merupakan bagian yang paling sempit dari ureter.
Batu ginjal yang turun kedalam ureter sering tersangkut di bagian sempit
tersebut (Wibowo D.S, 2009). Pada orang dewasa panjangnya lebih kurang 25-
30 cm, dan diameternya 3-4 mm. Ureter membentang dari pielum hingga buli-
buli, dan secara anatomis terdapat beberapa tempat yang ukuran diameternya
relatif lebih sempit daripada tempat lain. Tempat penyempitan itu antara lain
adalah (1) pada perbatasan antara pelvis renalis dan ureter atau pelvic ureter
junction, (2) tempat pada saat ureter menyilang arteri iliaka di rongga pelvis,
dan (3) pada saat ureter masuk ke buli-buli (Purnomo BB, 2012).
dan hubungan dengan struktur sekitarnya yang sangat bervariasi. Variasi itu
dipengaruhi umur dan isi urin di dalam vesica urinaria. Kandung kemih yang
kosong pada orang dewasa berbentuk agak bundar dan seluruhnya terletak
dalam rongga pelvis. Pada perempuan letaknya lebih rendah dari pada laki-
laki. Bila terisi penuh, dinding atas vesica urinaria akan naik kedalam rongga
Buli-buli atau vesika urinaria terdiri atas 3 lapisan otot detrusor yang
saling beranyaman, yakni (1) terletak paling dalam adalah otot longitudinal, (2)
di tengah merupakan otot sirkuler, dan (3) paling luar merupakan otot
longitudinal. Pada dasar buli-buli kedua muara ureter dan meatus uretra
terdiri atas 3 permukaan, yaitu (1) permukaan superior yang berbatasan dengan
2.1.2.2. Uretra
anterior. Panjang uretra wanita kurang lebih 3-5 cm, sedangkan uretra pria
dewasa kurang lebih 23-25 cm. Uretra posterior pada pria terdiri atas 1) uretra
pars prostatika, yakni bagian uretra yang di lingkupi oleh kelenjar prostat, dan
dibungkus oleh korpus spongiosum penis. Uretra anterior terdiri atas (1) pars
bulbosa, (2) pars pendularis, (3) fossa navikularis, dan (4) meatus uretra
eksterna. Panjang uretra wanita lebih kurang 4 cm dengan diameter 8 mm.
Kurang lebih sepertiga medial uretra, terdapat sfingter uretra eksterna yang
terdiri atas otot bergaris. Tonus otot sfingter uretra eksterna dan tonus otot
levator ani berfungsi mempertahankan agar urin tetap berada di dalam buli-buli
ginjal yang lainnya, yaitu yang petama adalah mengatur komposisi ion darah.
Seperti ion natrium, kalium, kalsium, dll selain itu ginjal mengatur tingkat
keasaman darah, dengan cara mensekresi ion hidrogen kedalam urin dan juga
dapat berfungsi mengatur tekanan darah, dengan mensekresi enzim renin yang
ginjal yang lainnya yaitu dapat memproduki hormon. Yaitu kalsitriol dan
darah relative konstan, ginjal mengatur kehilangan air dan larutan dalam urin
secara terpisah. Kemudian, ginjalpun dapat mensekresi air dan substansi asing,
seperti ammonia, urea, bilirubin, keratin, dan asam urat (Guyton and Hall,
2008).
2.1.3.1 Pembentukan Urin
dan sekresi tubulus. Filtrasi dimulai pada saat darah mengalir melalui
volume plasma rata-rata pada orang dewasa adalah 2,75 liter, hal ini berarti
seluruh volume plasma tersebut difiltrasi sekitar enam puluh lima kali oleh
ginjal setiap harinya. Apabila semua yang difiltrasi menjadi urin, volume
plasma total akan habis melalui urin dalam waktu setengah jam. Namun, hal
itu tidak terjadi karena adanya tubulus-tubulus ginjal yang dapat mereabsorpsi
kembali zat-zat yang masih dapat dipergunakan oleh tubuh. Perpindahan zat-
zat dari bagian dalam tubulus ke dalam plasma kapiler peritubulus ini disebut
sebagai reabsorpsi tubulus. Zat-zat yang direabsorpsi tidak keluar dari tubuh
melalui urin, tetapi diangkut oleh kapiler peritubulus ke sistem vena dan
kemudian ke jantung untuk kembali diedarkan. Dari 180 liter plasma yang
difiltrasi setiap hari, 178,5 liter diserap kembali, dengan 1,5 liter sisanya terus
mengalir melalui pelvis renalis dan keluar sebagai urin. Secara umum, zat-zat
yang masih diperlukan tubuh akan direabsorpsi kembali sedangkan yang sudah
tidak diperlukan akan tetap bersama urin untuk dikeluarkan dari tubuh. Proses
ketiga adalah sekresi tubulus yang mengacu pada perpindahan selektif zat-zat
rute kedua bagi zat-zat dalam darah untuk masuk ke dalam tubulus ginjal. Cara
pertama adalah dengan filtrasi glomerulus dimana hanya 20% dari plasma
sekresi tubulus. Melalui 3 proses dasar ginjal tersebut, terkumpullah urin yang
2.1.3.2 Miksturisi
penuh dengan urin. Terdapat dua tahap, yaitu kandung kemih terisi secara
nilai ambang batas, akibatnya akan ada refleks saraf atau refleks miksturisi
yang akan mengosongkan kandung kemih dan perasaan ingin berkemih yang
disadari. Refleks ini juga bisa dihambat atau difasilitasi oleh pusat- pusat di
Batu ini terbentuk dari kristal-kristal yang terpisah dari urin. Komposisi ini
terja`di ketika konsentrasi urin seperti kalsium oksalat, asam urat yang tinggi
dari pada substansi yang menghambat pembentukan batu seperti sitrat (Fink,
2013).
ginjal, batu ureter, batu buli-buli dan batu uretra. Batu ginjal merupakan
ataupun kalsium fosfat, secara bersama dijumpai sampai sebesar 65-68% dari
menimbulkan gejala yang berbeda sesuai letak dan ukuran batu tersebut. Batu
yang berukuran kecil biasanya tidak menimbulkan gejala dan biasanya dapat
keluar bersamaan dengan air kemih saat berkemih. Batu yang berada di saluran
kemih atas (ginjal dan ureter) menimbulkan nyeri kolik dan jika batu berada di
berkemih. Hal ini bisa disebabkan karena kontraksi peristaltik otot-otot saluran
kemih terhadap batu yang dapat menimbulkan rasa nyeri kolik yang hebat
2.2.2 Patogenesis
pembentukan batu. Inhibitor pembentuk batu ditemukan dalam air kemih normal.
Aksi reaktan dan inhibitor belum dikenali sepenuhnya, ada dugaan proses ini
berperan pada pembentukan awal atau nukleasi kristal, progresi kristal atau agregatasi
Proses perubahan Kristal yang terbentuk pada tubulus menjadi batu masih belum
sejelas proses pembuangan Kristal melalui aliran air kemih yang banyak.
Diperkirakan bahwa agregasi Kristal menjadi cukup besar sehingga tertinggal dan
timbunan akan membesar. Pengendapan ini diperkirakan timbul pada bagian sel
epitel yang mengalami lesi. Kelainan ini kemungkinan disebabkan oleh Kristal
sendiri. Sekitar delapan puluh persen pasien batu saluran kemih merupakan batu
kalsium, yang terdiri dari kalsium oksalat atau kalsium fosfat, batu sistin, batu asam
ginjal dan batu kandung kemih. Batu ginjal merupakan keadaan tidak normal
Lokasi batu ginjal dijumpai khas di kaliks atau pelvis dan bila akan keluar
dapat terhenti di ureter atau di kandung kemih. Batu ginjal sebagian besar
mengandung batu kalsium. Batu oksalat, kalsium oksalat, atau kalsium fosfat,
secara bersama dapat dijumpai sampai 65-85 % dari jumlah keseluruhan batu
berkembang seperti India, Thailand, dan Indonesia lebih banyak dijumpai batu
kandung kemih. Di daerah Semarang, sejak tahun 1979 proporsi batu ginjal
Peningkatan kejadian batu pada saluran kemih bagian atas terjadi di abad-20,
khususnya di daerah bersuhu tinggi dan dari Negara yang sudah berkembang.
M, 2014).
Di beberapa rumah sakit di Indonesia dilaporkan ada perubahan
proporsi batu ginjal dibandingkan batu saluran kemih bagian bawah. Hasil
Mada sekitar tahun 1964 dan 1974, menunjukkan kenaikan proporsi batu
ginjal dibanding proporsi batu kandung kemih. Sekitar tahun 1964 dan 1974,
kemih. Sekitar tahun 1964-1969 didapatkan proporsi batu ginjal sebesar 20%
dan batu kandung kemih sebesar 80%, tetapi pada tahun 1970-1974 batu ginjal
sebesar 70 persen (101-144 batu) dan batu kandung kemih 30 persen (43/144
1. Jenis Kelamin
2. Umur
Urolithiasis banyak terjadi pada usia dewasa dibanding usia tua, namun bila
dibandingkan dengan usia anak-anak, maka usia tua lebih sering terjadi.
serta intake cairan yang dibatasi atau terbatas dapat memacu kehilangan
batu karena adanya penurunan jumlah volume urin (Colella, et al., 2005).
dan keadaan- keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik) (Purnomo
BB, 2012).
seseorang. Faktor itu meliputi faktor intrinsik, yaitu keadaan yang berasal dari
tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik, yaitu pengaruh yang berasal dari
lingkungan di sekitarnya.
2. Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3. Jenis kelamin: Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan
kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga dikenal sebagai
daerah stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah bantu di Afrika Selatan
3. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada
xantin, dan sistin, silikat, dan senyawa lainnya (Purnomo BB, 2012). Tujuh
puluh lima persen batu mengandung kalsium oksalat, 50% disertai kalsium
magnesium ammonium fosfat (struvit atau tripel fosfat), 5% terbentuk dari urat
dan 1-2% terbentuk dari sistin (Aggarwal et al, 2013, Alaya et al, 2010). Data
mengenai kandungan/komposisi zat yang terdapat pada batu sangat penting
a. Batu Kalsium
Batu jenis ini paling banyak dijumpai, yaitu kurang lebih 70-80 % dari
seluruh batu saluran kemih, kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium
oksalat, kalsium fosfat, atau campuran dari kedua unsur itu (Purnomo BB,
Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Di
antara 75-80% batu asam urat terdiri atas asam urat murni dan sisanya
merupakan campuran kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat banyak diderita
yang lebih besar untuk mendapatkan penyakit ini (Purnomo BB, 2011).
c. Batu Struvit
(batu struvit) dan kalsium fosfat. Batu ini terjadi sekunder terhadap infeksi
saluran kemih yang disebabkan bakteri pemecah urea. Batu dapat tumbuh
menjadi lebih besar membentuk batu staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan
kaliks ginjal. Batu ini bersifat radioopak dan mempunyai densitas yang
berbeda. Di urin kristal batu struvit berbentuk prisma empat persegi panjang.
Dikatakan bahwa batu staghorn dan struvit mungkin berhubungan erat dengan
destruksi yang cepat dan ginjal hal ini mungkin karena proteus merupakan
d. Batu Sistin
Lebih kurang 1-2% dari seluruh BSK. Batu ini jarang dijumpai (tidak
umum, berwarna kuning jeruk dan berkilau. Sedang kristal sistin di air kemih
tampak seperti plat segi enam, sangat sukar larut dalam air. Bersifat radioopak
e. Batu Xantin
al, 2008).
Tanda dan gejala penyakit BSK ditentukan oleh letaknya, besarnya dan
hematuria, baik hematuria nyata maupun mikroskopik. Selain itu, bila disertai infeksi
saluran kemih dapat juga ditemukan kelainan endapan urin, bahkan mungkin demam
menempati bagian pelvis, tetapi dapat juga tumbuh mengikuti bentuk susunan
terdapat di suatu kaliks. Batu pelvis ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala
sampai dengan gejala berat. Umumnya gejala BSK merupakan akibat obstruksi
aliran kemih dan infeksi. Nyeri di daerah pinggang dapat dalam bentuk pegal
hingga kolik atau nyeri yang terus-menerus dan hebat karena adanya
ginjal yang terkena. Sesuai dengan gangguan yang terjadi, batu ginjal yang
kaliks pada umumnya tidak memberi gejala fisik (Sjamsuhidajat et al, 2010).
b. Batu Ureter
kolik, yakni nyeri yang hilang timbul disertai perasaan mual dengan atau tanpa
muntah dengan nyeri alih khas. Selama batu bertahan di tempat yang
menyumbat, selama itu kolik akan berulang-ulang sampai batu bergeser dan
memberi kesempatan pada air kemih untuk lewat (Sjamsuhidajat et al, 2010).
kemudian keluar bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung
kemih dan kemudian berupa nidus menjadi batu kandung kemih yang besar.
Batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan
terjadi hematuria yang didahului serangan kolik. Bila keadaan obstruksi terus
kemih, aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan terhenti dan menetes
disertai dengan nyeri. Pada anak, nyeri menyebabkan anak yang bersangkutan
menarik penisnya sehingga tidak jarang dilihat penis yang agak panjang. Bila
pada saat sakit tersebut penderita berubah posisi, suatu saat air kemih akan
dapat keluar karena letak batu yang berpindah. Bila selanjutnya terjadi infeksi
yang sekunder, selain nyeri, sewaktu miksi juga akan terdapat nyeri menetap
d. Batu Uretra
Batu uretra umumnya merupakan batu yang berasal dari ureter atau
kandung kemih yang oleh aliran kemih sewaktu miksi terbawa ke uretra, tetapi
menyangkut ditempat yang agak lebar. Tempat uretra yang agak lebar ini
navikular. Bukan tidak mungkin dapat ditemukan di tempat lain. Gejala yang
1) Anamnesis
Riwayat penyakit batu (ditanyakan jenis kelamin, usia, pekerjaan,
yang telah dilakukan, cara pengambilan batu, analisis jenis batu dan situasi
2) Pemeriksaan Fisik
fisik sampai tanda- tanda sakit berat tergantung pada letak batu dan penyulit
kemungkinan adanya obstruksi saluran kemih, infeksi dan gangguan faal ginjal
1) Pencitraan
a. Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi dapat untuk melihat semua jenis batu,
b. Radiologi
radiopak ini berbeda untuk berbagai jenis batu sehingga dari sifat
umumnya adalah dari jenis asam urat murni. Pada yang radiopak
batu saluran kemih bila diambil foto dua arah. Pada keadaan yang
sehingga dapat luput dari pengamatan. Oleh karena itu, foto polos
sering perlu ditambah dengan foto pielografi intravena
murni lebih dari 105 colony forming units (cfu/ml) pada biakan urin.
Bakteriuria bermakna bisa disertai presentasi klinis ISK atau simtomatik, juga
bisa tanpa presentasi klinis atau asimtomatik. Pada beberapa keadaan pasien
(Sukandar E, 2014).
2.3.2 Klasifikasi
Tergantung pada jenis kelamin, pada perempuan terdiri dari sistitis, yaitu
infeksi yang terdapat pada kandung kemih, dan sindrom uretra akut, sedangkan pada
laki- laki terdiri dari sistitis, prostatitis, epidimidis, dan urethritis (Sukandar E, 2014).
2.3.2.2 Infeksi Saluran Kemih Atas
Untuk infeksi saluran kemih atas biasanya terdapat pielitis, pielonefritis, dan
Terdapat beberapa faktor yang bisa mencetuskan adanya infeksi pada saluran
kemih, diantaranya apabila terdapat litiasis, obstruksi saluran kemih, diabetes melitus
Eschercia coli merupakan MO yang paling sering diisolasi dari pasien dengan
ISK anak laki-laki berusia 5 tahun) Klebsiella spp, dan stafilokokus dengan
koagulase negative
juga melewati darah atau pembuluh limfe. Setelah memasuki kandung kemih,
bakteri dapat menempel pada dinding kandung kemih dan membentuk biofilm
yang kebal terhadap respon kekebalan tubuh. Setelah dari kandung kemih,
bakteri pun bisa naik ke atas ke ginjal melalui ureter sehingga menyebabkan
dalam kandung kemih, dan pada beberapa pasien dapat mencapai ginjal, yang
2.3.7 Diagnosis
lanjut. Dalam kasus yang kompleks atau yang meragukan, dapat dilakukan
leukosit, atau esterase leukosit. Pemeriksaan yang lain seperti mikroskopi urin,
untuk melihat adanya bakteri pada urin, dan kultur urin dinyatakan positif bila
jumlah koloni bakteri yang didapat lebih besar atau sama dengan 105 unit
kemih biasa. Sensitivitas antibiotikpun dapat diuji dengan kultur ini, yang
2.3.8 Komplikasi
ada yang berkomplikasi dan ada yang tidak berkomplikasi atau tipe sederhana.
Pada infeksi saluran kemih tipe sederhana, biasanya terjadi pada orang yang
mengalami tipe yang non-obstruksi dan bukan perempuan hamil, biasanya tidak
menyebabkan akibat lanjut jangka lama sedangkan pada infeksi saluran kemih
Kerangka teori adalah ringkasan dari tijauan pustaka yang digunakan untuk
(Notoatmodjo S, 2012).
Batu di saluran kemih
Urin stagnan
hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau
antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang diteliti
serta kerangka teori yang ada, maka penyusun membuat kerangka konsep
Independent Dependent