Anda di halaman 1dari 9

BAB 3

METODE PENGUJIAN AKTIVITAS OBAT

3.1 Alat dan Bahan

 Alat:
 Kotak kelinci
 Penggaris
 Pipet tetes
 Senter
 Kapas
 Software ExPharm 2.0
 Bahan:
1. Larutan fisiologis NaCl 0,9%
2. Fisostigmin 0,5%
3. Atropin sulfat 1%
4. Efedrin 0,5%
5. Adrenalin hidroklorida 0,1%
6. Lignokain hidroklorida 1%

3.2 Klasifikasi hewan coba:

Kingdom : Animal

Phylum : Chordata

Sub phylum : Vertebrata

Kelas : Mammalia

Ordo : Legomorpha Family : Leporidae

Genus : Oryctogalus

Species : Oryctogalus cuniculus


Skema Kerja

Dilakukan pengukuran diameter dari pupil kanan dan kiri (dengan menggeser penggaris kea
rah diameter pupil). Dicatat pula tekanan intraokularnya (low, normal, high). Rflkek cahaya
di uji dengan menggunakan senter dan reflex kornea diuji dengan menggunakan kapas

Mata kanan digunakan sebagai control dan mata kiri untuk perlakuan

Larutan fisiologis NaCl 0,9%, diteteskan pada mata kanan dan obat pada mata kiri

Dilakukan pengukuran diameter pupiul, tekan intraocular, reflex cahaya, dan reflex kornea

Hasil pencatatnan dimasukkan kedalam tabel


BAB 4
METODE PENGUJIAN AKTIVITAS OBAT

4.1 Alat dan Bahan


Alat :
o Kotak kelinci, penggaris, pipet tetes, senter, kapas, software ExPharm 2.0
Bahan :
o Larutan fisiologis NaCl 0,9%
o Fisostigmin 0,5%
o Atropine sulfat 1%
o Efedrin 0,5%
o Adrenalin hodroklorida 0,1%
o Lignokain hidroklorida 1%

4.2 Klasifikasi Hewan Coba


Kelinci sebagai hewan coba mempunyai banyak kelebihan sebagai berikut: sangat jinak
dan non-agresif sehingga mudah untuk menangani dan mengamati, mudah dikembangbiakan
dan sangat ekonomis dibandingkan dengan memakai hewan yang lebih besar, memiliki siklus
vital pendek (bunting, menyusui, dan pubertas) dan termasuk kategori hewan rendah
sehingga mudah untuk disetujui komite etika dibandingkan menggunakan hewan katagori
tinggi. Strain kelinci yang banyak dipakai dalam penelitian adalah strain kelinci putih New
Zealand (NZ), karena strain ini kurang agresif di alam dan memiliki masalah kesehatan lebih
sedikit dibandingkan dengan jenis lainnya. Pada penelitian ini menggunakan kelinci jantan
(Cavia cobaya), berat 400-500 gram, umur 2-3 bulan, pergerakan aktif dan dalam kondisi
sehat (Noor Fithriyah et al, 2013). Berikut merupakan taksonomi dari kelinci
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Lagomorpha
Family : Leporidae
Genus : Orytolagus
Spesies : Orytolagus cuniculus
BAB 5

HASIL PENGAMATAN

Tabel Hasil Pengamatan

Refleks Refleks Ukuran


No. Kelinci/ TIO
Obat/ Saline Cahaya Korneal Pupil (mm)
Mata (R/L)
Sblm Ssdh Sblm Ssdh Sblm Ssdh Sblm Ssdh

1.Mata (L) Epinefrin N L + + + + 6 8


1.Mata (R) NaCl 0,9% N N + + + + 6 6
2..Mata (L) Atropin N N + - + + 6 10
2.Mata (R) NaCl 0,9% N N + + + + 6 6
3.Mata (L) Efedrin N N + + + + 6 9
3.Mata (R) NaCl 0,9% N N + + + + 6 6
4.Mata (L) Fisostigmin N L + + + + 6 3
4.Mata (R) NaCl 0,9% N N + + + + 6 6
5.Mata (L) Lignokain N N + + + - 6 6
5.Mata (R) NaCl 0,9% N N + + + + 6 6
Keterangan : L (Left/Kiri); R (Right/Kanan); TIO (Tensi Intraokular); Sblm (Sebelum);
Ssdh (Sesudah); Refleks Cahaya + (Pupil Miosis); Refleks Korneal + (Mata Berkedip).

Data dari tabel hasil pengamatan di dapatkan bahwa mata kelinci sebelah kiri yang
diberi obat epinefrin pada tensi intraokular mengalami penurunan, pada reflek cahaya dan
reflek korneal mendapatkan hasil yang positif, serta ukuran pupil bertambah besar yaitu 8
mm. Pemberian obat atropin pada tensi intraokular tidak mengalami perubahan, pada reflek
cahaya hasil yang diperoleh negatif yaitu tidak terjadi miosis pupil dan pada reflek kornea
hasilnya positif karena kelopak mata berkedip serta ukuran pupil bertambah besar menjadi 10
mm. Obat efedrin pada tensi intraokular tidak terjadi perubahan, pada reflek cahaya dan
reflek kornea hasil yang diperoleh positif serta ukuran pupil bertambah besar menjadi 9 mm.
Pemberian fisostigmin tensi intraokular mengalami penurunan, untuk reflek cahaya dan
kornea hasilnya positif, untuk ukuran pupil mengalami penurunan menjadi 3 mm. Obat
lignokain pada tensi intraokular tidak mengalami perubahan, untuk reflek cahaya hasil yang
diperoleh positif tetapi pada refleks cahaya hasil yang diperoleh negatif yaitu tidak ada terjadi
pergerakan berkedip pada kelopak mata tetapi untuk ukuran pupil tidak mengalami
perubahan.
BAB 6

PEMBAHASAN

Dari hasil praktikum di dapat bahwa masing masing obat memiliki reaksi yang berbeda-
beda saat di aplikasikan ke mata dan di uji dengan menggunakan kapas dan senter.

 Epinefrin
- Pada pengujian tekanan intra okuler di dapat sebelum di berikan obat
tekanannya normal, setelah di berikan tekanannya sedikit menurun di
karenakan kurangnya pembentukan cairan bola mata akibat vasokontriksi dan
karena bertambahnya aliran ke luar
- Pada pengujian refleks cahaya
Sebelum di berikan obat dan sesudah di berikan, di dapat hasil yang sama yaitu
positif.karena epinefrin tidak mempengaruhi refleks cahaya
- Pengujian refleks korneal
Sebelum dan sesudah di berikan obat,di dapat hasil yang positif di karenakan
epinefrin tidak berpengaruh pada refleks kornea
- Ukuran pupil
Pada pengukuran ukuran pupil di dapat hasil setelah di berikan epinefrin
diameter pupil membesar.
 Atropin
- Pengujian tekanan intra okuler di dapat hasil yang normal sebelum dan sesudah
pemberian atropin sehingga tidak banyak mengalami perubahan
- Pengujian refleks cahaya; di dapat hasil sesudah di berikan obat refleks cahaya
bernilai (-) karena atropin sukar di eliminasi dari cairan bola mata.alkaloid
beladona menghambat M.constrictor pupillae dan M.ciliaris lensa mata,
sehingga menyebabkan midriasis.midriasis tersebut menyebabkan fotofobia.hal
ini juga memudahkan dalam mengamati keadaan guna mencari tahu penyakit
apa yang di derita oleh pasien.
- Pengujian refleks korneal
Di dapat hasil sebelum dan sesudah di berikan adalah (+).
- Ukuran pupil
Setelah di berikan atropin diameter pupil membesar di karenakan alkaloid
belladona menghambat M.constrictor pupillae dan M.ciliaris lensa mata,
sehingga menyebabkan midriasis.midriasis adalah pelebaran pupil.
 Efedrin
- Pengujian tekanan intra okuler
Sebelum dan sesudah di berikan efedrin di dapat hasil yang positif
- Pengujian refleks cahaya
Sebelum dan sesudah di berikan di dapat hasil yang (+)
- Pengujian refleks korneal
Sebelum dan sesudah di berikan di dapat hasil yang (+)
- Ukuran pupil
Setelah di berikan efedrin,ukuran pupil membesar.hal ini di karenakan
 Fisostigmin
- Pengujian tekanan intra okuler
Setelah di berikan tekanan intra okuler menurun di karenakan stimulan
muskarinik dan inhibitor kolinesterase mengurangi tekanan intra okuler dengan
menyebabkan kontraksi badan siliaris sehingga aliran keluar aqueous humor
lebih lancar dan mungkin juga dengan mengurangi laju sekresi
- Pengujian refleks cahaya
Sebelum dan sesudah di berikan obat di dapat hasil yang (+)
- Pengujian refleks korneal
Sebelum dan sesudah di berikan obat di dapat hasil yang sama yaitu (+)
- Ukuran pupil
Diameter pupil setelah di berikan obat mengecil, hal ini di karenakan
fisostigmin menyebabkan miosis yang berarti pupil mata mengecil
 Lignokain
- Pengujian tekanan intra okuler
Sebelum dan sesudah di berikan obat, tekanan intra okuler nya tetap
- Pengujian refleks cahaya
Sebelum dan sesudah di berikan obat,refleks cahaya bernilai (+)
- Pengujian refleks korneal
Sebelum di berikan obat,hasil yang di dapat (+) dan setelah di berikan obat
refleks korneal bernilai (-). Hal ini di karenakan lignokain merupakan obat
anastesi pada mata yang menyebabkan pupil mengecil.
BAB 7
KESIMPULAN

Dari praktikum dapat di simpulkan bahwa:


 efek obat pada diameter pupil ada yang mengakibatkan pupil mengecil,misalnya
fisostigmin di karenakan fisostigmin menyebabkan mioisis.sedangkan obat yang
menimbulkan efek pupil membesar contohnya atropin di karenakan atropin
menyebabkan midriasis.
 efek obat pada refleks korneal yang hasilnya negatif adalah lignokain karena
lignokain merupakan obat yang dapat menyebabkan pupil mengecil, sedangkan
obat-obat yang lain menghasilkan nilai yang (+).
 efek obat pada refleks cahaya yang menghasilkan nilai (-) adalah atropin, hal ini di
sebabkan oleh alkaloid belladona menghambat M.constrictor pupillae dan
M.ciliaris lensa mata, sehingga menyebabkan midriasis.
 selanjutnya efek obat yang menurunkan tekanan intraokuler adalah epinefrin dan
fisostigmin.pada epinefrin di sebabkan oleh kurangnya pembentukan cairan bola
mata akibat vasokontriksi dan karena bertambahnya aliran ke luar. Sedangkan pada
fisostigmin di sebabkan karena stimulan muskarinik dan inhibitor kolinesterase
mengurangi tekanan intra okuler dengan menyebabkan kontraksi badan siliaris
sehingga aliran keluar aqueous humor lebih lancar dan mungkin juga dengan
mengurangi laju sekresi.

Anda mungkin juga menyukai