Anda di halaman 1dari 13

TUGAS STUDI KELAYAKAN TAMBANG

Oleh:

Ricky Basri Muhindra 03021181320048

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016

Kajian Endapan dan Cadangan

Lapisan (seam) endapan batubara di daerah studi, secara umum tersingkap di


permukaan tanah sebagai out-crop. Kemiringan (dip) seam rata - rata antara 100 - 290 ke
arah Barat Daya dengan ketebalan rata - rata berkisar antara 0,75 – 6,99 meter.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa lapisan endapan batubara yang akan
ditambang, letaknya relatif dekat dengan permukaan tanah dengan kemiringan relatif
datar.
Cadangan batubara adalah bagian dari totalitas sumber daya ekonomis batubara
(60% - 90%, reserve bases) yang tergantung kondisi lokal dan layout penambangan
yang diusulkan. Dari totalitas sumber daya tersebut (reserve bases) melahirkan dua
macam istilah, yaitu cadangan terkira (probable) dan cadangan terbukti (proven).
Adapun cadangan terkira merupakan gabungan dari sumberdaya/cadangan klasifikasi
terukur dan tertunjuk.Sedangkan cadangan terbukti merupakan kuantitas cadangan
dengan klasifikasi terukur yang telah dikaji ke-ekonomiannya. Perubahan klasifikasi
cadangan menunjukkan adanya peningkatan dalam hal kelayakan ekonomi dan
keyakinan geologinya, sehingga akhirnya akan diperoleh suatu cadangan yang dapat
ditambang secara ekonomis berdasarkan studi kelayakannya seperti yang dapat di lihat
pada tabel II.2
Mengacu kepada hasil perhitungan dengan metode BESR, ditetapkan bahwa
nisbah pengupasan yang diterapkan dalam operasi penambangan adalah 1 : 5. Secara
ekonomi nilai SR (Stripping Ratio) tersebut masih memberikan keuntungan pada
kegiatan penambangan. Oleh sebab itu, kegiatan penambangan di daerah studi, apabila
dilakukan dengan cara mengupas lapisan penutup, secara ekonomi masih dapat
dilakukan.

CADANGAN VOLUME
STRIPPING
No. LOKASI BLOK PROBABLE PROVEN OB
RATIO
(JUTA TON) (JUTA TON) (JUTA BCM)
Blok A
1 1.00 8.40 42.0 5.0
(Muara 10)
Blok B
2 0.60 4.20 21.0 5.0
(Sunda)
Blok C
3 1.80 13.2 66.0 5.0
(Permata)
4 TOTAL 3.40 25.62 129.0 15.0
Secara megaskopis, terlihat berwarna hitam sedikit kusam, kecoklatan,
berlapis, ringan dan sedikit kompak, pirit ditemukan secara tak merata. Dari
kenampakan megaskopis dapat diperkirakan bahwa secara umum batubara disini masih
tergolong low grade atau Brown coal, berkadar abu dan sulfur yang rendah.
Pengamatan fisik batubara dan hasil análisis kimia, menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan kualitas antara batubara didaerah Sepakat dengan batubara di sub blok
lainnya.
Kajian Geoteknik
Lokasi daerah Kajian Kelayakan PKP2B PT. Projectile Unity Energy
KW06PB0078 setelah perubahan terakhir, secara administratif terletak di Kabupaten
Muara Enim, Propinsi Sumatera Selatan dengan koordinat geografis pada koordinat

antara 3o45’ – 4o00’ Lintang Selatan (LS) dan antara 103o15’ – 103o30’ Bujur Timur
(BT).
Lokasi tersebut dapat dicapai dengan rute perjalanan Dari Palembang yakni
dapat dicapai dari Palembang kearah Barat daya melalui Muara Enim yang
berjarak sekitar 300 Km. Lokasi kegiatan eksplorasi dapat dicapai dari Jakarta
menuju Kota Muara Enim dilakukan dengan perjalanan darat menggunakan
kendaraan roda 4 dengan lama perjalanan sekitar 12 jam. Jalan yang dilalui
menuju lokasi penyelidikan merupakan jalan Propinsi dan jalur lintas Sumatera.
Lokasi penyelidikan terletak pada jalur trans Sumatra sehingga akses menuju
lokasi cukup mudah. Sarana perhubungan dari Kota Muara Enim menuju lokasi
penyelidikan telah tersedia dengan adanya angkutan darat menggunakan kendaraan
roda empat dan juga bisa dilakukan dengan menggunakan kendaraan roda dua yang
ditunjang oleh fasilitas jalan Kabupaten dan jalan Kecamatan.

Kajian Geohidrologi

Kabupaten Muara Enim mempunyai Iklim tropis basah dengan suhu

maksimum rata - rata 30,47oC dan suhu minimum yaitu rata-rata 22,16oC. Variasi
curah hujan pertahun rata-rata 251,27 mm atau 425 mm perbulan dengan jumlah
hari hujan sebanyak 79 hari atau rata-rata 11 hari setiap bulannya. Kelembaban udara
rata-rata sebesar 78,50% dengan rata-rata kecepatan angin 4,66 Km/jam. Musim
kemarau umumnya berkisar antara bulan April sampai dengan Oktober setiap
tahunnya, sedangkan musim penghujan berkisar antara bulan Oktober sampai
dengan bulan April. Penyimpangan musim biasanya berlangsung lima tahun
sekali, berupa musim kemarau yang lebih panjang dari musim penghujan dengan

suhu udara bervariasi minimum 21,37o C sampai dengan 32,39oC, bermuara kearah
Timur.
Keadaan iklim di daerah penyelidikan dipengaruhi oleh iklim tropis basah
seperti halnya didaerah lain di Indonesia yang terletak di sekitar ekuator. Suhu udara
berkisar antara 23°C - 34°C. Data curah hujan 5 tahun terakhir yaitu pada tahun 2001 -
2005, menunjukkan musim kemarau mulai pada bulan Mei dan berakhir pada bulan
September, sedangkan musim penghujan mulai bulan Oktober sampai bulan April.
Curah hujan terbesar terjadi pada bulan Maret tahun 2004 yaitu 459 mm selama 17 hari
dan curah hujan terkecil pada bulan Juli tahun 2001 - 2002 dengan tanpa ada hujan.
Curah hujan rata-rata terbesarumumnya terjadi pada bulanJanuari tahun 2004, sedang
kancurah hujan rata - rata terendah umumnya pada bulan Juli di tahun yang sama.
Jumlah hari hujan terpanjang terjadi pada bulan Januari tersebut yaitu 24 hari. Fluktuasi
ketinggian muka air sungai antara musim kemarau dan musim penghujan sekitar 0,5
hingga 3,0 meter. Intensitas curah hujan dan jumlah hari hujan ini sangat berpengaruh
terhadap kegiatan pertambangan, karena sangat berpengaruh baik pada kegiatan
pengangkutan overburden dan batubara maupun pola penanganan air tambang.

Kajian Penambangan

Aktivitas penambangan merupakan kegiatan medapatkan endapan bahan galian


dengan memanfaatkan peralatan-peralatan yang menunjang untuk mencapai target
target produksi tertentu. Dalam hal ini sistem penambangan yang direncanakan adalah
untuk penambangan batubara yang disebut dengan sistem surface mining (tambang
terbuka). Meliputi tahap-tahap berikut ini :
Pengupasan lapisan penutup (stripping of overburden) meliputi beberapa tahap
sebagai berikut :
1. Pembersihan permukaan (land clearing)
Pembersihan permukaan merupakan pekerjaan pembersihan tempat kerja
dari semak-semak, pohon maupun pembersihan pohon yang sudah di tebang.
Penebangan pohon-pohon diusahakan seminimal mungkin, hanya yang benar-
benar tidak dapat dihindari, seperti front penambangan, bangunan pabrik
pemurnian dan fasilitas penting lain.
Setelah selesai dilakukan pembersihan , maka dilakukan perataan dan
selanjutnya dilakukan perintisan, pembuatan jalan sementara untuk lewat alat-
alat berat seperti bulldozer, excavator, dumptruck. Kemudian di buat saluran air
untuk drainage dan pengeringan front penambangan. Pekerjaan ini dilakukan oleh
Bulldozer Komatsu D 65 P.
2. Stripping of over burden.
Untuk mendapatkan endapan batubara, maka dilakukan pekerjaan
pengupasan lapisan penutup. Alat yang dipakai adalah Bulldozer Komatsu D 65
P. Setelah dilakukan pengupasan, maka dilanjutkan dengan mendorong
tanah/material penutup ketempat pembuangan, tetapi harus diperhatikan
humusnya sehingga tanah tersebut bisa di manfaatkan untuk pertanian, atau untuk
penghijauan.
Proses Penambangan
Tahap kegiatan penambangan batubara di bagi menjadi :
a.Pemilihan Metode Penambangan
Dalam merencanakan desain tambang, hal penting yang harus dilakukan
adalah memilih metode penambangan yang sesuai dengan kondisi teknis dan
ekonomis sumberdaya batubara yang dapat ditambang dari potensi sumberdaya
yang ada, sehingga jumlah batubara sebagai cadangan yang dapat ditambang akan
dihitung dengan mempertimbangkan hasil desain tambang.
Secara teknis, pemilihan metode penambangan didasarkan pada
pertimbangan hal-hal sebagai berikut : kedalaman lapisan (seam), ketebalan
lapisan dan penyebarannya, kondisi lapisan tanah penutup serta struktur
geologinya. Secara ekonomis dipertimbangkan nisbah pengupasan atau
“Stripping ratio”, yaitu besarnya volume pengupasan tanah penutup untuk
mendapatkan setiap ton batubara.
Metode penambangan yang dipilih adalah metode tambang terbuka atau
“Open Pit Mining”, metode ini didasarkan pertimbangan factor-faktor teknis yang
mencakup model geologi, kondisi lapisan tanah penutup, kondisi lapisan
batubara, serta pertimbangan jumlah cadangan batubara. Metode penambangan
ini menggunakan system kerja “Konvensional” yang merupakan kombinasi antara
excavator sebagai alat gali muat, truck sebagai alat angkut dan Bulldozer sebagai
alat bantu pengupasan.
Metode ini memilki kelebihan dalam fleksibilitas dan selektivitas dalam
penambangan, antara lain seperti :
 Biaya investasi awal lebih kecil
 Perolehan cadangan batubara lebih besar
 Tingkat produksi batubara per hari lebih besar
 Penanganan peralatan tambang lebih mudah
 Keselamatan tambang dan karyawan lebih mudah dikontrol
Open pit merupakan teknik merupakan terknik penambangan batubara yang
dinilai cocok dan susai diterpakan pada desain penambangan batubara lokasi ini.
Teknik penambangan Open Pit Mining ini adalah dengan melakukan penggalian
batubara pada batas-batas penambangan (Out Pit Limit) dari arah singkapan
(Crop Line ) menuju kebawah searah dengan kemiringan dari lapisan batubara
yang digali (down dip).
Penggalian ini dikerjakan dengan membentuk jenjang-jenjang atau lereng
(bench) yang memilki geometri tertentu berdasarkan hasil kajian geoteknik dan
rencana pengoperasian alat-alat penambangan. Dengan teknik penambangan ini
diharapkan semua lapisan (seam) batubara yang penyebarannya jelas, dapat
ditambang dengan baik.
b. Operasi Penambangan
Langkah - langkah operasi penambangan batubara di desa Bungamas
adalah sebagai berikut :
1. Pembongkaran/penggalian
2. Pemuatan
3. Pengangkutan
4. Penimbunan
Performance alat mekanis dapat dilihat dari kemampuan alat tersebut dalam
penggunaannya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah sebagai
berikut :
1. Pola Penggalian dan Pemuatan

Untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan sasaran produksi maka pola
pemuatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi waktu edar alat. Pola
pemuatan yang digunakan tergantung pada kondisi lapangan operasi pengupasan
serta alat mekanis yang digunakan dengan asumsi bahwa setiap alat angkut yang
datang, mangkuk (bucket) alat gali-muat sudah terisi penuh dan siap
ditumpahkan.
Setelah alat angkut terisi penuh segera keluar dan dilanjutkan dengan alat
angkut lainnya sehingga tidak terjadi waktu tunggu pada alat
angkut maupun alat gali-muatnya. Pola pemuatan dapat dilihat dari beberapa
keadaan yang ditunjukkan alat gali-muat dan alat angkut, yaitu:
a. Pola pemuatan yang didasarkan pada keadaan alat gali-muat yang berada di
atas atau di bawah jenjang.
1) Top Loading, yaitu alat gali-muat melakukkan penggalian dengan
menempatkan dirinya di atas jenjang atau alat angkut berada di bawah alat
gali-muat.
2) Bottom Loading, yaitu alat gali-muat melakukan penggalian dengan
menempatkan dirinya di jenjang yang sama dengan posisi alat angkut.
b. Pola pemuatan berdasarkan jumlah penempatan posisi alat angkut untuk
dimuati terhadap posisi alat gali-muat.
1) Single Back Up, yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuati pada
satu tempat sedangkan alat angkut berikutnya menunggu alat angkut
pertama dimuati sampai penuh, setelah alat angkut pertama berangkat alat
angkut kedua memposisikan diri untuk dimuati sedangkan truk ketiga
menunggu, dan begitu seterusnya.
2) Double Back Up, yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuati pada
dua tempat, kemudian alat gali-muat mengisi salah satu alat angkut sampai
penuh setelah itu mengisi alat angkut kedua yang sudah memposisikan diri
di sisi lain sementara alat angkut kedua diisi, alat angkut ketiga
memposisikan diri di tempat yang sama dengan alat angkut pertama dan
seterusnya.

2. Faktor Pengembangan Material


Material di lapangan jika digali akan mengalami pengembangan.
Perbandingan volume sebelum digali (V1) dan volume setelah digali (V2)
diartikan sebagai faktor pengembangan. Faktor pengembangan juga dapat
diketahui dari perbandingan densitas material lepas dengan densitas material
insitunya.
3. Cycle Time
Pada Saat ini tambang di sangatta menerapkan sistem konvensional dalam
sistem produksinya. Menurut Partanto, dalam suatu sistem produksi pada
tambang terbuka yang menerapkan sistem konvensional (dump truck dan
excavator) sebagai alat tambang utama, untuk kerja dump truck sebagai alat
angkutnya sangat berperan dalam pencapaian target produksi. Dapat juga
dikatakan, dump truck adalah alat yang fleksibel serta jumlah dan kapasitasnya
dapat disesuaikan dengan alat gali/muat yang melayaninya.

4. Kebutuhan Alat Gali Muat Dan Angkut


Software Talpac merupakan software yang digunakan salah satunya untuk
menghitung kebutuhan alat mekanis yang akan digunakan untuk setiap haul
profile yang ada di tambang. Dengan Talpac kebutuhan alat angkut tiap sequence
penambangan perbulannya untuk masing-masing excavator yang akan digunakan
dapat dihitung.
Selain jumlah truck yang dibutuhkan Output dari Talpac berupa data cycle
time excavator tiap sequence penambangan, bucket passes, queue time, produksi
excavator dan dump truck perjamnya. Pada input data di Talpac terdapat
parameter yang harus diisi diantaranya spesifikasi alat angkut dan excavator
yaitu diantaranya kapasitas bucket dan payload dari dump truck, bucket cycle
time masing-masing excavator, spot time at loader, spot time at dump, dumping
time, dan lain sebagainya.
Secara teori perhitungan kebutuhan alat angkut dapat dicari dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut :
Vt
Wt = x CTex
Vex
CTt = FT + Wt
CTt
Tt =
Wt
Dimana ;
Wt : Waktu yang diperlukan truck terisi penuh (menit)
Vt : Kapasitas truck (m3)
Vex : Kapasitas Bucket excavator (m3)
CTt : Cycle time truck (menit)
FT : Waktu tempuh dan dumping (menit)
Tt : Jumlah truck yang dibutuhkan (Unit)
Hasil dari perhitungan dengan persamaan diatas akan menghasilkan
bilangan yang tidak bulat untuk itu perlu dilakukan pembulatan, dan dapat dicari
effesiensi kerja truck dari masing-masing hasil pembulatan, apabila pembulatan
ke atas maka effesiensi kerja excavator 100 % dan untuk truck dicari dengan
persaman :
Wtn = n x Wt
CTt
Eff Truck = x 100%
Wtn
Sedangkan apabila dilakukan pembulatan ke bawah maka effesiensi kerja
truck 100% dan excavator dicari dengan persamaan :
Wtn = n x Wt
Wtn
Eff excavator = x 100%
CTt
Dimana :
Wtn : Waktu yang diperlukan untuk pengisian sejumlah n truck
n : Jumlah truck (hasil pembulatan)

Kajian Pengolahan Batubara


Proses pengolahan batubara direncakan adalah proses reduksi ukuran batubara
produksi operasi penambangan sampai pada ukuran seragam yan diinginkan sesuai
dengan permintaan konsumen. Proses ini dilakuk dengan satu unit crusher.
Proses peremukan “crushing” batubara akan dilaksanakan dilokasi pelabuhan
khusus batubara yang berada ditepi sungai Apar kecil ng berjarak kurang lebih 14 km
dari penambangan.
Batubara hasil penambangan diwilayah eksplorasi rencananya akan dijual
berbentuk olahan dengan besar butiran 50 mm, dengan rencana produksi batubara yang
akan diolah atau 20.000 ton per bulan. Batubara yang akan dieksploitasi pada lokasi
tambang diangkut dengan menggunakan dump truck ke Crushing Plant selanjutnya
ditumpuk dengan Spreader di Stockpile, kemudian diangkut dengan dump truck untuk
pengapalan .
Berdasarkan besar cadangan batubara, kualitas batubara, metode penambangan
batubara yang dipilih, dan kualitas permintaan pasar batubara, proses pengolahan
batubara mempunyai ruang lingkup sebagai berikut :
 Reduksi ukuran (size reduction ) melalui penggerusan (crushing)
 Pemisahan ukuran melalui pengayakan (Screening)
 Penumpukan batubara (stockpiling)
 Penanganan limbah air (water pollution treatment)
Pada crushing plant, batubara diayak dimana under flow 50 mm masuk ke
spreader langsung dan over flow 50 mm masuk ke crusher hingga ukuran
butirannyaunder 50 mm, selanjutnya batubara ditumpuk di stockpile dengan
menggunakan spreader.

Kajian Pengangkutan Batubara


Pada wilayah kuasa pertambangan PT. Sembarang Batubara, untuk
mempermudah pengaturan jalannya kegiatan pertambangan dan penambangan batubara
diwilayah tersebut, maka wilayah pertambangan PT. Sembarang Batubara dibagi
menjadi 3 blok utama, yaitu Blok Permata, Blok Muara 10, dan Blok Sunda.
Pembagian blok - blok tersebut disesuaikan dengan fungsi dan kegunaannya untuk
kelancaran proses penambangan diwilayah tersebut.

Untuk kelancaran proses pengangkutan dan penimbunan batubara maupun


overburden, maka dilakukan pada blok - blok tertentu. Daerah loading point merupakan
daerah penggalian overburden pada Blok Sunda dan Blok Muara 10 (Gambar 6. 1).
Jenis batuan yang digali tidak terlalu keras yaitu top soil (tanah merah) dan clay
sehingga tidak memerlukan proses peledakan. Material ini kemudian diangkut dan di
dumping area yang berjarak 1,7 km dari front penambangan pada Blok Muara 10 dan
Blok Sunda (lokasi dumping area terletak pada Blok Sunda). Sistem penambangan
batubara pada Blok Muara 10 dan Blok Sunda ini menggunakan sistem penambangan
secara terbuka (Surface Mining) secara konvensional, yaitu kombinasi antara alat gali
muat yaitu Excavator dengan alat angkut yaitu Dump Truck.

Kajian K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)

Dalam rangka menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di


tempat kerja yang melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan
kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan
penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif
diperlukan suatu Sistem Manajemen K3.
Sistem Manajemen K3 berdasarkan Permenaker No. Per. 05/1996 adalah
bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang
dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan
kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang
berkaiatan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yanag aman, efisien dan
produktif.
Ruang lingkup dari Sistem Manajemen K3 bervariasi tergantung pada
perusahaan, negara dan faktor lokal. Secara umum, Sistem Manajemen K3
mensyaratkannya :
a) Adanya suatu Kebijakan K3
b) Struktur organisasi untuk menerapkan kebijakan di atas
c) Program implementasi
d) Metode untuk mengevaluasi keberhasilan penerapan dan adanya umpan balik
e) Rencana tindakan perbaikan untuk peningkatan secara berkesinambungan.
Sistem Manajemen K3 juga harus diterapkan dalam pertambangan, baik dalam
tambang terbuka maupun tambang bawah tanah.
Penerapan Sistem Manajemen K3 tersebut harus mengacu kepada Kepmen No.555.K
Tahun 1995 tentang K3 Pertambangan Umum.
Penerapan Sistem Manajemen K3 tidak akan berjalan tanpa adanya komitmen
terhadap sistem manajemen tersebut. Oleh karena itu, elemen pertama dan memegang
peran yang sangat penting adalah manajemen puncak harus menyatakan kebijakan dan
komitmennya terhadap K3. Kemudian, untuk kepentingan operasional maka disusun
peraturan K3 perusahaan.
Untuk penerapan kebijakan K3 maka diperlukan beberapa hal yang masuk
dalam elemen organizing, yaitu Kepala Teknik Tambang, Pengawas
Operasional/Teknis, Komite K3, Buku Tambang, pelatihan, dan tim tanggap darurat.
Mengingat skala risiko dan karakteristik tambang bawah tanah, maka elemen
organizing pada Sistem Manajemen K3 Tambang Bawah Tanah ditambah dengan
Kepala Tambang Bawah Tanah, Buku Derek, Buku Kawat, Buku Catatan Ventilasi dan
Penyanggaan. Elemen selanjutnya dalam Sistem Manajemen K3 Pertambangan adalah
Planning and Implementation yang terdiri atas Rencana Kerja Tahunan Teknik dan
Lingkungan (RKTTL)/Rencana Kerja Anggaran Biaya (RKAB)/Rencana Jangka
Panjang, Program K3, JSA dan SOP (Standar Operasional Prosedur). Nilai lebih Sistem
Manajemen K3 Pertambangan adalah perencanaan yang dibuat oleh perusahaan
tambang harus mendapat persetujuan dari pemerintah. Setiap tahun perusahaan
pertambangan harus menyampaiakn dan mempresentasikan RKTTL dan RKAB di
depan pemerintah. RKTTL dan RKAB baru bisa dijalankan dan menjadi acuan setelah
disetujui oleh pemerintah.
Sebagai upaya pemantauan dan pengukuran kinerja dan penerapan K3 di
perusahaan maka diperlukan evaluasi. Elemen evaluation terdiri atas pemantauan
lingkungan kerja, seperti debu, pencahayaan, getaran, iklim kerja, curah hujan, dan
untuk tambang bawah tanah yakni penyanggaan, ventilasi, drainase, dan lain - lain;
pemantaun proses kerja seperti peledakan, pengangkutan, dan lain-lain; investigasi
kecelakaan; inspeksi dan audit. Sistem Manajemen K3 yang merupakan sebuah system
dengan siklus tertutup memiliki sebuah karakteristik utama yaitu keharusan adanya
perbaikan yang berkelanjutan secara terus menerus (continous improvement). Oleh
karena itu, elemen terakhir Sistem Manajemen K3 Pertambangan adalah adanya action
for improvement dimana harus ada peningkatan kinerja dan budaya K3.

Kajian Pengembangan Masyarakat


Seiring dengan program yang diterapkan pemerintah ya merupakan pendekatan
pembangunan ya berdasarkan azas pemberdayaan yang melibatkan selur komponen
masyarakat. Program pengembangan masyarakat secara terpadu (Community
Development) pada daerah penambangan batubara merupakan salah satu bentuk
kepedulian perusahaan dalam memberikan kontribusi terhadap pembangunan diwilayah
kerjanya. Alokasi Rp. 500,./Ton batubara. Sebagai penyusun rencana pelaksanaan dari
kegiatan ini akan ditetapkan bersama antara Desa Merapi Ketua RT di wilayah dekat
pertambangan dan lembaga-lembaga masyarakat, bersama-sama dengan pihak
perusahaan, dan akan ditahui oleh Camat.

TABEL IV. 2
PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT
No Jenis Kegiatan Keterangan
1 Pelayanan Masyarakat  Penyediaan sarana pendidikan
 Renovasi gedung sekolah
2 Penyerapan Tenaga  Tenaga Ahli
 Tenaga Terampil
 Buruh Harian
3 Pendidikan  Bantuan Beasiswa
 Kesempatan Tenaga Lokal
4 Partisipasi Keagamaan  Bantuan sarana ibadah dan
pengelolaannya
 Buku Agama dan perayaan hari besar
Agama
5 Infrastruktur  Perbaikan Jalan Desa
 Penerangan Jalan desa
 Perbaikan saluran air desa

Kajian Ekonomis
Umur Tambang Eksplorasi
Berdasarkan hasil Eksplorasi yang dilakukan pada tahun 2006 diketahui data
jumlah cadangan batubara tertambang 25.600.000 MT. Dengan angka Mining Recovery
85%, dan target produksi pertahun pertama sebesar 1.000.000 MT, atau 83.333,33 MT
perbulan, maka didapatkan umur tambang dari rencana proyek ini, yaitu sebagai berikut
Perhitungan Umur Tambang
Dari data lapangan hasil Eksplorasi didapatkan sebagai berikut :
Cadangan Terukur = 27.500.000 MT
Faktor Kehilangan = 15 %
Cadangan Tertambang= 25.600.000 MT
Rencana Produksi = 100.000 MT / Year
Maka,
Umur Tambang (UT) dapat diperkirakan sebagai berikut :
UT = Cadangan Tertambang : Rencana Produksi
= 25.600.000 MT : 1.000.000 / Year
UT = 25,6 Year
UT = 768 Months
Jadi, Umur tambang kira-kira 25,6 Tahun.

Anda mungkin juga menyukai