Bab Ii Landasan Teori
Bab Ii Landasan Teori
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
akut usus halus. Sinonim dari keduanya adalah thyphoid dan parathypoid
(Mansjoer, 2005).
adalah suatu penyakit infeksi yang biasanya terjadi pada saluran pencernaan
dengan gejala demam lebih dari 1 minggu, gangguan saluran pencemaan dan
melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faces dan
urin dari orang yang terinfeksi kuman salmonella (Deden & Tutik, 2010).
gejala demam 1 minggu atau lebih dari itu, gangguan kesadaran dan
7
yang lebih ringan dan menunjukkan menifestasi klinis yang sama atau
disebabkan oleh Salmonella typhi. Lain hal nya dengan Enria (2014) Typus
Abdominalis adalah suatu infeksi akut yang terjadi pada usus kecil yang
masih tinggi.
pada klien.
2. Etiologi
a. Bisa juga karena penanganan yang kurang begitu hygienis ataupun juga
disebabkan dari sumber air yang sering digunakan untuk mencuci dan
tidak membentuk spora. Bakteri ini akan mati pada pemanasan 57oC
selama beberapa menit. Kuman ini mempunyai tiga antigen yang penting
menghasilkan spora. Kuman ini dapat hidup baik sekali pada suhu tubuh
manusia maupun lebih rendah serta mati pada suhu 70°C maupun antiseptic.
Diketahui bahwa kuman ini hanya menyerang manusia (Wijaya & Putri,
2013).
Menurut Deden & Tutik (2010), Salmonella Typi basil gram negative,
berbulu getar, tidak berspora. Masa tunas 14-20 hari. Mempunyai 3 antigen
yaitu:
3. Patofisiologi
yang akan dimakan oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang
yang tercemar kuman Salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat
limfoid, usus halus. Minggu II terjadi nekrosis. Minggu III terjadi ulserasi
Sebagian besar bakteri rnati oleh asam lambung. Bakteri yang tetap
4. WOC
12
a. Tanda
(a). Minggu I : Suhu meningkat setiap hari, menurun pada pagi hari
(c). Minggu III : Suhu tubuh berangsur menurun dan normal pada
6). Bintik merah pada kulit (roseola) akibat emboli basil dalam kapiler
kulit
7). Epistaksis
13
b. Gejala
kepala, rasa tidak enak di abdomen dan nyeri seluruh badan. Demam
teutama pada sore dan malam hari. Pada minggu kedua dan ketiga
nyeri tekan, limpa membesar dan nyeri peranakan, pada awal penyakit
2013).
2005).
14
6. Pemeriksaan Penunjang
mendapatkan bahwa hitung jumlah dan jenis leukosit serta laju endap
feses.
(2) perbandingan volume darah dari media empedu; dan (3) waktu
pengambilan darah.
tulang yang dibutuhkan untuk kultur hanya sekitar 0.5-1 mL. Bakteri
teori bahwa kultur sumsum tulang lebih tinggi hasil positifnya bila
adalah media empedu (gall) dari sapi dimana dikatakan media Gall ini
biakan darah positif 40-80% atau 70-90% dari penderita pada minggu
dan rasio darah dengan media kultur yang dipakai. Bakteri dalam feses
ketiga (75%) dan turun secara perlahan. Biakan urine positif setelah
didapat pada 80-95% kasus dan sering tetap positif selama perjalanan
cukup baik akan tetapi tidak digunakan secara luas karena adanya
risiko aspirasi terutama pada anak. Salah satu penelitian pada anak
lamanya waktu yang dibutuhkan (5-7 hari) serta peralatan yang lebih
penderita.
antigen itu sendiri. Volume darah yang diperlukan untuk uji serologis
demam thypoid ini meliputi : (1) uji Widal; (2) tes TUBEX; (3)
penyakit).
18
(O) dan flagela (H) yang ditambahkan dalam jumlah yang sama
hapusan (slide test) atau uji tabung (tube test). Uji hapusan dapat
akan tetapi hasil uji Widal yang positif akan memperkuat dugaan
penderita.
spesifik.
89%.
uji dot EIA lebih tinggi oleh karena kultur positif yang bermakna
yang belum ditandai dan diblok dapat tetap stabil selama 6 bulan
bila disimpan pada suhu 4°C dan bila hasil didapatkan dalam
dipakai untuk melacak antibodi IgG, IgM dan IgA terhadap antigen
95% pada sampel darah, 73% pada sampel feses dan 40% pada
Brucellosis.
d. Pemeriksaan Dipstik
ini sebesar 69.8% bila dibandingkan dengan kultur sumsum tulang dan
sebesar 88.9% dan nilai prediksi positif sebesar 94.6%. Penelitian lain
ini terbukti mudah dilakukan, hasilnya cepat dan dapat diandalkan dan
sebesar 63% bila dibandingkan dengan kultur darah (13.7%) dan uji
Widal (35.6%).
dan garam empedu dalam spesimen feses), biaya yang cukup tinggi
dan teknis yang relatif rumit. Usaha untuk melacak DNA dari
7. Penatalaksanaan
abdominal, yaitu:
penyebaran kuman.
selama 2 minggu.
26
2 minggu pula.
makanan padat dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa
1. Pengkajian
berikut:
a. Pengkajian focus
1) Identitas .
2) Keluhan utama
pagi hari serta meningkat pada sore hari dan malam hari,
koagulasi.
6) Riwayat psikososial
5) Pola eliminasi
6) Pola hubungan
intrapersonal.
diri yang meliputi (identitas diri , Body Image, peran diri, ideal
ibadahnya.
c. Pemeriksaan fisik
5) B5 (Bowel)
adanya diare.
kembung.
d. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan feces
inflamasi.
3) Kolonoskopi
4) Pemeriksaan serologi
2. Diagnosa
4. Implementasi
spesifik, yang mencakup tindakan perawat dan tindakan dokter (Potter dan
Perry, 2005).
5. Evaluasi
Sedangkan menurut Potter dan Perry (2005) evaluasi adalah suatu proses
menggunakan SOAP dan SOAPIER dengan tujuan dan kriteria hasil yang
ditetapkan.
nentukan pasien.
46