Anda di halaman 1dari 8

Chem Info

Vol 1, No 1, Hal 337 – 344 , 2013


ISOLASI, PURIFIKASI DAN KARAKTERISASI α-AMILASE DARI Saccharomyces
cerevisiae FNCC 3012

Dewi Permata Sari, Wuryanti, Khairul Anam.

Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas


Diponegoro dhe_uwieata@yahoo.co.id

ABSTRAK
Isolasi α-amilase dari Saccharomyces cerevisiae FNCC 3012 dilakukan untuk mendapatkan α-
amilase dari Saccharomyces cerevisiae FNCC yang kemudian dipurifikasi lebih lanjut menggunakan
metode kromatografi filtrasi gel dengan membandingkan aktivitas spesifik sebelum dan setelah purifikasi
dan ditentukan karakteristiknya yang meliputi waktu inkubasi, pH, dan suhu optimum. Αlfa amilase
didapatkan dari beberapa tahap diantaranya peremajaan, pembuatan kurva pertumbuhan dan proses isolasi
dengan menggunakan metode sentrifugasi. Αlfa amilase yang dihasilkan dari Saccharomyces cerevisiae
FNCC 3012 terdapat di fraksi 5 pada proses pemurnian menggunakan amonium sulfat dengan konsentrasi
kejenuhan 80-100% dengan aktivitas spesifik 7,28 unit/mg protein. Proses purifikasi α-amilase
menggunakan kromatografi filtrasi gel menggunakan sephadex G-100 memberikan peningkatan aktivitas
spesifik sebesar 8,56 %. Αlfa amilase dari Saccharomyces cerevisiae FNCC 3012 memiliki karakteristik
berupa waktu inkubasi optimum sebelum purifikasi dan setelah purifikasi berturut-turut sebesar 42 menit
dan 40 menit, pH optimum dan suhu optimum setelah purifikasi sebesar 4,9 dan 23ºC.

Kata kunci : Saccharomyces cerevisiae, α-amilase, kromatografi filtrasi gel, karakterisasi.

ABSTRACT

Isolation α-amylase from Saccharomyces cerevisiae FNCC 3012 were doing to get α-amylase that
purified by gel filtration chromatograph method and was determined their characteristic like time
incubation, pH and optimum temperature. Alpha amylase was god from any step like refresh, growth
curve and isolation process using centrifugation. Alpha amylase was produced by Saccharomyces
cerevisiae FNCC 3012 was found in fraction 5 in purified process used ammonium sulphate salt in
saturated level 80-100% with specific activity 7.28 Unit/mg protein. purification process of α-amylase
used gel filtration chromatograph used sephadex G-100 was increased specific activity up to 8.56 %.
Alpha amylase from Saccharomyces cerevisiae FNCC 3012 have characteristic optimum time incubation
before and after purified successively 42 minute and 40 minute, optimum pH 4.9 and optimum
temperature is 23ºC.

Key word : Saccharomyces cerevisiae, α-amylase, gel filtration chromatograph, characterisation.

1. Pendahuluan Alfa amilase dapat ditemukan dari


Alfa amilase EC 3.2.1.1 adalah enzim berbagai sumber diantaranya, tumbuhan, hewan
yang mengkatalisis reaksi hidrolisis ikatan α- dan mikroorganisme. Sumber α-amilase yang
1,4 glikosida pada amilosa secara acak banyak digunakan berasal dari mikroorganisme
menghasilkan campuran dekstrin, maltosa dan karena mikroorganisme mudah tumbuh tanpa
[10]
glukosa . Alfa amilase tidak memberikan dipengaruhi musim, cepat menghasilkan enzim
efek pemutusan pada ikatan α-1,6 glikosida dan lingkungan tumbuhnya dapat dikontrol
[12] sesuai dengan kebutuhan. Salah satu jenis
yang terdapat pada struktur amilopektin .
Amilase digunakan secara luas dalam bidang mikroorganisme yang mampu menghasilkan α-
[17]
industri seperti industri bioetanol, tekstil, amilase adalah Saccharomyces cerevisiae .
[2]
kertas, dan industri makanan . Kebutuhan Saccharomyces cerevisiae telah
produksi α-amilase mencapai 30% dari total digunakan dalam jangka waktu yang lama
[11]
produksi enzim dunia , hal ini mendukung untuk proses fermentasi, Pada proses
perlunya eksplorasi sumber α-amilase yang fermentasinya, Saccharomyces cerevisiae
lain. terbukti tidak menghasilkan produk samping
337
Chem Info
Vol 1, No 1, Hal 337 – 344 , 2013

pirogen atau bahan lain yang bersifat toksik, 2.3 Peremajaan Saccharomyces cerevisiae
sehingga diharapkan α-amilase yang diisolasi FNCC 3012
dari Saccharomyces cerevisiae juga tidak
memberikan efek kontaminan yang berbahaya Jarum ose yang telah disterilkan,
[6] disentuhkan pada biakan murni sel
atau toksik .
Saccharomyces cerevisiae FNCC 3012 dari
Alfa amilase hasil isolasi memiliki
stok awal media agar miring sebanyak satu kali.
aktivitas yang relatif masih rendah, sehingga
Secara aseptik biakan tersebut diinokulasikan
perlu dilakukan proses purifikasi α-amilase
hasil isolasi. Penggunaan kromatografi filtrasi pada media PDA miring. Media kemudian
gel untuk pemurnian enzim lebih diinkubasi selama 3 hari dalam inkubator
menguntungkan karena pada proses filtrasi gel dengan temperatur ruang. Pengulang selama 3
tidak terjadi ikatan antara enzim yang akan kali. Selanjutnya dilakukannya pemindahan
dipisahkan dengan matriksnya, sehingga inokulum kedalam erlenmeyer yang berisi
struktur dan aktivitas enzim relatif tidak media fermentasi secara aseptik kemudian
berubah oleh pengaruh matriks dan kondisi diinkubasi pada inkubator sheker selama 3 hari
[5] dengan kecepatan 50 rpm pada suhu ruang.
elusi dapat disesuaikan denga tipe sampel .
Pada proses hidrolisis amilosa, α- [18]
Tabel 2.1. Komposisi media fermentasi
amilase dipengaruhi oleh kondisi lingkungan Komposisi Jumlah (g/L)
diantaranya pH, suhu dan waktu kontak dengan Yeast extract 30
substrat, oleh karena itu, pada penelitian ini Pepton 20
dilakukan karakterisasi α-amilase hasil isolasi (amilosa) 10
yang meliputi pH, suhu, dan waktu inkubasi (NH4)2SO4 2,0
optimum. CaCl2 2,0
MgSO4 0,5
2.METODELOGI FeSO4 0,1
Bufer asetat Sampai 1000 mL
2.1.Peralatan dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini 2.3. Pembuatan Kurva Pertumbuhan
adalah alat autoklaf (Napco Model 8000-DSE), Saccharomyces cerevisiae FNCC 3012
inkubator (Memmert), mikropipet (Nichiryo
Sebanyak 11 buah tabung masing-
Model 5000F), sentrifus (Centrific-228),
masing diisi dengan 50 mL media tumbuh yang
magnetik stirer (Thermolyne Cimarec), sheker
berisi amilosa dalam bufer asetat pH 5
(KS-260 Basic Merk Ika),spektrofotometer UV-
kemudian disterilisasikan. Pada 10 buah tabung
VIS.
masing-masing ditambahkan 1% inokulum
Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Biakan murni khamir Saccharomyces Saccharomyces cerevisiae FNCC 3012 secara
cerevisiae FNCC 3012, aquades, media PDA aseptik dan 1 buah tabung yang lain dijadikan
(potato dextros agar), Amilosa 1%, larutan folin sebagai kontrol. Kemudian ke-11 tabung
ciocalteau, Yeast ekstrak, Pepton, CaCl2, tersebut dimasukkan dalam inkubator shaker
pada suhu ruang, selanjutnya sampel diambil
MgSO4, FeSO4, Na2CO3, I2, larutan maltosa,
tiap 12 jam sekali diukur berat keringnya
DNS (3,5 dinitrosalisilat acid), NaOH, Na2SO3,
BSA (Bovin Serum Albumin), (NH4)2SO4, 2.4.Produksi α-amilase
BaCl2, sephadex G-100 dan
aquabides. Dalam pembuatan produksi enzim
langkah awal yang dilakukan adalah pembuatan
2.2. Sterilisasi Alat dan Bahan starter. Kemudian stok Saccharomyces
Alat-alat dari kaca dibungkus cerevisiae FNCC 3012 hasil peremajaan
menggunakan alumunium foil dan plastik lalu dipindahkan secara aseptik ke dalam media
o fermentasi dengan volume media fermentasi
diautoklaf pada suhu 121 C tekanan 2 atm
selama 20 menit, termasuk dalam hal ini media 500 mL sebagai kultur produksi. Media
cair yang digunakan untuk produksi α-amilase. fermentasi ini diinkubasi pada ikubator shaker
338
Chem Info
Vol 1, No 1, Hal 337 – 344 , 2013

selama 72 jam (sesuai dengan data kurva 2.7. Uji aktivitas α-amilase
pertumbuhan). Selanjutnya setelah media
Penentuan aktivitas α-amilase diawali
fermentasi telah mencapai 72 jam, media
dengan penentuan panjang gelombang
fermentasi disentrifugasi selama 15 menit
maksimum larutan standar maltosa dan
dengan kecepatan 4000 rpm. Hasil yang
penentuan kurva standar maltosa. Penentuan
diperoleh berupa filtrat (ekstrak kasar enzim)
panjang gelombang maksimum dilakukan
dan endapannya. Bagian yang diambil adalah
dengan mereaksikan 1 mL maltosa 0,2 mg/mL
filtratnya karena α-amilase merupakan ekstrak
dengan reagensia DNS dan diukur serapannya
kasar.
dengan spektrofotometer UV-Vis pada rentang
2.5. Fraksinasi dengan Garam Amonium panjang gelombang 400-600 nm. Penentuan
Sulfat kurva standar maltosa dilakukan serupa dengan
penentuan panjang gelombang maksimum
Kebutuhan amonium Sulfat ditimbang dimana pada penentuan kurva standar
sesuai dengan tingkat kejenuhan. Selanjutnya dilakukan dengan membuat variasi konsentrasi
amonium sulfat ditambahkan kedalam ekstrak dari 0,2-0,5 mg/mL dengan rentang konsentrasi
kasar sedikit demi sedikit sesuai dengan 0,05 mg/mL dan diukur serapannya pada
volume ekstrak kasar enzim, sambil diaduk panjang gelombang maksimum. Penentuan
dengan menggunakan magnetic stirer. aktivitas enzim dilakukan dengan mereaksikan
Campuran tersebut didiamkan selama satu 0,1 mL enzim dengan 1 mL amilosa dan
malam dalam keadaan dingin. Selanjutnya diinkubasi selama 30 menit. Hasil inkubasi
disentrifus selama 20 menit dengan kecepatam ditambahklan dengan DNS dan diukur
0
4000 rpm pada suhu 4 C. Endapan dipisahkan serapannya pada panjang gelombang
dan disuspensikan dengan bufer asetat 0,05 M maksimum.
pH 5. Endapan tersebut merupakan fraksi
pemurnian amonium sulfat. selanjutnya filtrat 2.8 Penentuan Kadar protein
tersebut dilanjutkan dengan perlakuan yang Penentuan kadar protein diawali dengan
sama untuk fraksi berikutnya. Pengelompokan penentuan panjang gelombang larutan standar
fraksi berdasarkan tingkat kejenuhannya BSA dan pembuatan kurva standar BSA.
dimana tingkat kejenuhannya 0-20% Penentuan panjang gelombang maksimum
dikelompokkan menjadi fraksi 1, 20-40% fraksi larutan standar BSA dilakukan dengan membuat
2, 40-60% fraksi 3, 60-80% fraksi 4 dan 80- larutan BSA 2,00 mg/mL dan direaksikan
100% fraksi 5. dengan reagensia Lowry kemudian diukur
serapannya dengan spektrofotometer UV-Vis
2.6.Dialisis α-amilase dengan membran pada rentang panjang gelombang 600-800 nm.
selofan
Pembuatan kurva standar BSA dilakukan serupa
Membran selofan direbus selama 30 dengan penetuan panjang gelombang
menit dengan larutan EDTA alkali, kemudian maksimum dimana pembuatan kurva standar
dicuci dengan aquades dan bufer. Salah satu dilakukan dengan membuat variasi konsentrasi
ujung selofan diikat dengan benang kemudian larutan BSA antara 2,00-4,25 mg/mL dengan
kedalam selofan diisi α-amilase, karena selama rentang 0,25 mg/mL dan diukur serapannya
dialisis volume larutan dapat meningkat, maka pada panjang gelombang maksimum.
pengisian kantong selofan jangan terlalu penuh. Penentuan kadar protein dilakukan dengan
Selanjutnya tiap fraksi α-amilase dimasukkan mereaksikan 0,1 mL enzim dengan reagensia
kedalam masing-masing membran selofan yang Lowry dan diukur serapannya pada panjang
berbeda. Proses dialisis dilakukan dengan gelombang maksimum.
merendam kantong selofan dalam bufer asetat 2.9.Kromatografi kolom filtrasi gel
dan diaduk menggunakan magnetik stirer pada
0 Sebanyak 2 mL fraksi α-amilase dengan
suhu 5 C. Tiap dua jam bufer diganti serta diuji
nilai aktivitas spesifik tertinggi yang diperoleh
kandungan amonium sulfatnya dengan BaCl2. dari pengendapan amonium sulfat, dimasukkan
339
Chem Info
Vol 1, No 1, Hal 337 – 344 , 2013

ke dalam kolom dengan matriks sephadex G- mikroba yang digunakan serta menghindari
100 (panjang kolom 35 cm dan diameter 1 cm) kontaminasi atau mutasi. Proses pemindahan
yang telah disetimbangkan dengan bufer asetat pada media padat dilakukan untuk menyiapkan
0,05 M pH 5 dan diatur laju elusinya 6 tetes nutrisi bagi mikroba dalam proses
tiap menit. Selanjutnya sampel dielusi dengan penyimpanan. Langkah selanjutnya dilakukan
bufer yang sama. Volume tiap fraksi yang pemindahan pada media fermentasi cair
dikumpulkan sebanyak 3,0 mL dengan total tujuannya untuk mengaktifkan Saccharomyces
pengelompokkan 50 fraksi dimana setiap fraksi cerevisiae FNCC 3012 dan siap untuk
diukur kadar protein dan aktivitas enzimnya. digunakan dalam proses fermentasi.
Fraksi dengan aktivitas spesifik tinggi
3.2 Pembuatan Kurva Pertumbuhan
dikelompokkan menjadi satu dan diuji kembali
Saccharomyces cerevisiae FNCC 3012
aktivitas enzimnya.
Proses isolasi α-amilase dari
2.10.Karakterisasi Α-amilase
Saccharomyces cerevisiae FNCC 3012 perlu
Karakterisasi α-amilase meliputi penentuan dilakukan pembuatan kurva pertumbuhan.
waktu inkubasi optimum, pH dan suhu Kurva pertumbuhan merupakan kurva yang
optimum. Penentuan waktu inkubasi optimum menggambarkan fase perumbuhan dari
dilakukan dengan mereaksikan 0,1 mL α- mikroorganisme selain itu untuk mengetahui
amilase terhadap 1 mL amilosa pada pH 5 dan waktu terjadinya fasa eksponensial yang akan
suhu ruang dengan membuat variasi waktu digunakan dalam proses isolat α-amilase.
inkubasi antara 20 sampai 40 menit dengan Grafik kurva pertumbuhan khamir
rentang 5 menit. Hasil inkubasi ditambahkan Saccharomyces cerevisiae FNCC 3012 dapat
dengan DNS dan diukur untuk mengetahui unit dilihat pada Gambar 3.1
aktivitas tertinggi antara rentang tersebut.
Perlakuan ini diulang terhadap waktu inkubasi 0,3
yang memberikan unit aktivitas tertinggi
Berat Kering sel (gram)

dengan rentang yang lebih kecil (2 menit). Hal 0,2


serupa dilakukan terhadap penentuan pH dan 0,1
suhu optimum inkubasi dimana rentang pH
yang digunakan adalah 4,0-6,0 dengan interval 0
0,5 dan diteruskan terhadap pH yang 0 12 24 36 48 60 72 84 96 108120132
memberikan hasil uji unit aktivitas tertinggi
dengan interval 0,2. Demikian juga dengan Waktu (Jam)
penentuan suhu optimum dilakukan inkubasi
0 Gambar 3.1 Kurva pertumbuhan
pada variasi kondisi suhu antara 20-40 C
0 Saccharomyces cerevisiae FNCC 3012
dengan interval 5 C dan diteruskan terhadap yang dihitung setiap 12 jam.
suhu yang memberikan hasil uji unit aktivitas
tertinggi dengan interval 2ºC. Berdasarkan kurva pertumbuhan diatas
3. HASIL DAN PEMBAHASAN jam ke 12 terjadi fase adaptasi sedangkan pada
jam ke 24 sampai 72 terjadi fase eksponensial,
3.1 Peremajaan Saccharomyces cerevisiae dimana puncak fase eksponensial terjadi pada
FNCC 3012 jam ke 72 yang ditandai dengan kenaikan masa
Isolat Saccharomyces cerevisiae FNCC sel Saccharomyces cerevisiae FNCC 3012.
3012 diremajakan terlebih dahulu agar Fase eksponensial ditandai dengan pembelahan
menghasilkan α-amilase secara optimal. Tahap sel secara cepat membutuhkan gula sederhana
selanjutnya isolat khamir Saccharomyces sebagai sumber energi dalam jumlah yang
cerevisiae FNCC 3012 dipindahkan dari media banyak pula, sehingga pada fase ini mikroba
isolat murni kedalam media agar miring PDA akan menyekresikan α-amilase yang berperan
secara berulang sebanyak tiga kali. Perlakuan dalam pemecahan amilosa menjadi gula
tersebut bertujuan untuk memastikan jenis sederhana.

340
Chem Info
Vol 1, No 1, Hal 337 – 344 , 2013

3.3. Produksi α-Amilase besar sehingga mudah berinteraksi dengan


Langkah awal dalam proses produksi α- [3]
molekul air . Ekstrak kasar α-amilase yang
amilase yaitu pembuatan starter khamir bebas sel, diendapkan dengan amonium sulfat.
Saccharomyces cerevisiae FNCC 3012. Pengendapan α-amilase dilakukan dengan
Kemudian pemberian media starter pada media variasi tingkat kejenuhan amonium sulfat yaitu,
fermentasi dengan volume yang lebih besar. 0-20% (Fraksi 1), 20-40% (fraksi 2), 40-60%
Komposisi media produksi tersebut memiliki (fraksi 3), 60-80% (fraksi 4), dan 80-100%
komposisi yang sama dengan media fermentasi (fraksi 5).
dalam proses peremajaan (tabel 2.1). Pada Pengendapan dengan garam
media ini amilosa digunakan sebagai sumber menggunakan prinsip salting out dimana
karbon untuk memproduksi α-amilase. kelarutan protein akan berkurang pada
Isolat Saccharomyces cerevisiae FNCC konsentrasi garam yang tinggi. Konsentrasi
3012 ditumbuhkan sampai waktu garam yang meningkat mengakibatkan air akan
eksponensialnya, yaitu 72 jam atau 3 hari lepas dari protein yang menyebabkan terjadinya
(sesuai dengan data kurva pertumbuhan dimana penempelan ikatan hidrofobik dari satu protein
Saccharomyces cerevisiae FNCC 3012). dengan protein yang lain menghasilkan
[5]
Pemanenan yang dilakukan pada waktu yang endapan . Penambahan garam dilakukan
terlalu singkat akan menghasilkan enzim yang secara perlahan pada suhu dingin sambil
sedikit karena, mikroba yang belum beradaptasi dilakukannya pengadukan, pengkondisian suhu
[9]
dengan lingkungannya . Nutrien yang dingin dilakukan karena terjadi peningkatan
berbentuk polimer tidak dapat memasuki sel suhu akibat proses pelarutan yang di bantu
mikroba secara langsung. Polimer ini akan dengan magnetic stirrer. Supernatan enzim
dicerna terlebih dahulu oleh enzim-enzim yang bebas sel yang telah di tambahkan dengan
ekstraseluler yang di sekresikan oleh mikroba amonium sulfat didiamkan selama semalam.
(Suhartono, 1989). Produksi enzim-enzim Pemisahan supernatan dan endapan protein
mikrobial memanfaatkan amilosa sebagai dilakukan dengan sentrifugasi.
substrat untuk menghasilkan α-amilase.
3.5 Dialisis Enzim dengan Membran Selofan
Hasil produksi α-amilase dilanjutkan
dengan disentrifugasi untuk memisahkan media Proses dialisis dilakukan untuk
yang mengandung α-amilase dengan sel memisahkan atau menghilangkan molekul
Saccharomyces cerevisiae FNCC 3012 garam amonium sulfat dan ion-ion pengganggu
sehingga dihasilkan filtrat yang berisi ekstrak lainnya. Kantung ini akan melewatkan zat
kasar enzim dan terpisah dari sel khamir serta terlarut dengan berat molekul di bawah 10000
sisa-sisa media yang tidak larut. Sentrifugasi D. Bufer yang ada diluar kantung memiliki
pada suhu dingin bertujuan untuk konsentrasi lebih rendah dari pada konsentrasi
meminimalkan kerusakan enzim. Sel bufer yang ada di dalam kantung.
Saccharomyces cerevisiae FNCC 3012 yang Menghindari kontaminan dari bahan
berukuran lebih besar dibandingkan dengan logam, maka kantung dialisis terlebih dahulu
enzim ekstraselulernya akan mengalami gaya direbus selama 10 menit dalam larutan EDTA
sentrifugal yang lebih besar pada kecepatan alkali lalu dicuci dan direbus kembali dengan
[9] [7]
radial dan jarak putar yang sama . Akibatnya, air bebas ion . Dialisis dilakukan di
sel akan mengendap dan enzim akan tetap lingkungan yang dingin untuk mengurangi
berada pada bagian filtrat. terjadinya penurunan aktivitas enzim.
Pengadukan dengan kecepatan rendah
3.4. Fraksinasi dengan Amonium Sulfat
bertujuan untuk mempermudah keluarnya
Pemurnian protein dengan molekul berukuran kecil dari kantung dialisis
menggunakan amonium sulfat merupakan salah dan mencegah molekul tersebut terkonsentrasi
satu metode pemurnian awal pada enzim. disekitar kantung.
Pemilihan amonium sulfat didasarkan pada Pada proses dialisis keberadaan
tingkat kelarutan garam amonium sulfat yang amonium sulfat diharapkan sudah tidak ada
341
Chem Info
Vol 1, No 1, Hal 337 – 344 , 2013

karena amonium sulfat akan mengganggu kerja 3.7.Pemurnian Kromatografi Filtrasi Gel
enzim. Keberadaan amonium sulfat didalam
katong dialisis diuji dengan menambahkan BaCl2
Enzim yang mempunyai aktivitas yang
kedalam larutan bufer yang berada diluar kantung tinggi dilakukan pemurnian lebih lanjut dengan
[17] menggunakan filtrasi gel. Matriks yang
dialisis. Reaksi sebagai berikut :
digunakan adalah sephadex G-100. Sephadex
BaCl2 + (NH4)2SO4 BaSO4 + 2NH4Cl G-100 dapat digunakan untuk memisahkan
Endapan Putih
protein yang memiliki berat molekul 4000-
Endapan putih yang nampak dalam [16]
150000 D , oleh karena itu, sephadex G-100
percobaan adalah endapan BaSO4 yang cukup baik digunakan karena berat molekul
berwarna putih. Garam BaSO4 memiliki dari α-amilase adalah 50.000 D - 10.000 D.
tingkat kelarutan yang rendah dalam pelarut air Hasil purifikasi menggunakan
sehingga akan tampak sebagai endapan putih..
kromatografi filtrasi gel terdiri dari 50 fraksi
3.6 Penentuan Aktivitas α-Amilase yang kemudian diukur unit aktivitas α-amilase
dan kadar proteinnya. Hasil yang diperoleh
Unit aktivitas enzim didasarkan pada fraksi 21, 22, 23 (T1) dan 39, 40 (T2).
perhitungan pada kurva standar maltosa dengan
Kemunculan aktivitas pada 2 fraksi yang
DNS (3,5-dinitrosalisilat) menggunakan metode berbeda diakibatkan karena, berat molekul α-
[2]
Bernfeld . Penentuan jumlah kadar protein amilase memiliki 2 jenis yakni α-amilase yang
didasarkan pada perhitungan pada kurva standar memiliki berat molekul sekitar 50.000 D dan
BSA. Penentuan aktivitas spesifik α-amilase 2+
setiap molekulnya mengandung 1 ion Ca ,
dengan membandingkan unit aktivitas enzim serta dimer α-amilase yang memiliki berat
dengan kadar protein. Berikut hasil aktivitas molekul sekitar 100.000 Dalton. Enzim dengan
spesifik enzim dari tiap fraksi α-amilase BM 50.000 merupakan monomer α-amilase.
2+
Enzim dimer terjadi bila ada ion Zn dan
8 2+
kedua enzim dihubungkan melalui ion Zn
aktivitas spesifik U/mg

[16]
6 tersebut efek munculnya dimer α-amilase
mengakibatkan aktivitas α-amilase meningkat
4 pada dua kelompok fraksi yang berlainan.
2
Hasil pemurnian menunjukkan bahwa
aktivitas spesifik dari penggabungan fraksi 21,
0 22, 23 memiliki yang tinggi yaitu sebesar 7,91
EK F1 F2 F3 F4 F5 unit/mg protein, sehingga gabungan fraksi yang
Fraksi dikarakterisasi.
Gambar.4.2 Aktivitas spesifik α-amilase dari 3.8 Karakterisasi Α-amilase
Saccharomyces cerevisiae FNCC 3012
Karakterisasi α-amilase bertujuan untuk
Data pada Gambar 4.2 menunjukan menentukan kondisi optimum kerja enzim agar
bahwa fraksi dengan nilai aktivitas tertinggi reaksi enzimatis dapat berjalan dengan optimal.
berada pada fraksi 5 sebesar 7,28 Unit/mg
protein, hal ini mengindikasikan bahwa pada 3.8.1 Waktu inkubasi Optimum
fraksi tersebut keberadaan α-amilase paling Pada reaksi ezimatis waktu inkubasi
banyak. Aktivitas spesifik merupakan rasio antara merupakan waktu kontak antara enzim dan
unit aktivitas enzim dengan kadar protein total substrat sehingga produk yang dihasilkan juga
dalam miligram. Unit aktivitas enzim dalam sedikit. Bertambahnya waktu kontak
penelitian ini didefinisikan sebagai kemampuan memungkinkan seluruh enzim berperan untuk
α-amilase untuk menghidrolisis amilosa menjadi merubah substrat menjadi produk, akan
maltosa sebanyak 1 mg/mL. terjenuhi oleh substrat sehingga tidak terjadi
penambahan produk dan memungkinkan
terjadinya reaksi balik terjadinya kompleks

342
Chem Info
Vol 1, No 1, Hal 337 – 344 , 2013

substrat menjadi enzim bebas. Penentuan waktu .


inkubasi optimum dilakukan dengan
mengujikan α-amilase pada berbagi variasi. Gambar 4.5 menunjukkan bahwa α-
amilase setelah purifikasi memiliki aktivitas
15 optimum pada pH 4,9. Unit aktivitas enzim
Unit Aktivitas (U)

setelah
pada pH 4,9 ini adalah 5,5 unit
10 purifikasi
sebelum Kondisi pH berpengaruh terhadap aktivitas
5 purifikasi
enzim, karena perubahan muatan dapat
0 mempengaruhi aktivitasnya akan terganggu,
36 38 40 42 44
dimana perubahan tersebut berakibat pada
perubahan muatan residu asam amino yang
Waktu (Menit) +
berfungsi mengikat substrat. Perubahan ion H
Gambar. 4.6 Pengaruh waktu inkubasi yang ada dalam larutan enzim memberikan efek
sebelum purifikasi α-amilase dari pada bagian katalitik dan konformasi enzim.
Saccharomyces cerevisiae FNCC 3012 Pemilihan pH bufer yang tidak tepat dapat
menyebabkan terganggunya interaksi substrat
Berdasarkan pada Gambar 4.6, dengan enzim. Perubahan pH yang ekstrim
menunjukan bahwa waktu inkubasi optimum akan menyebabkan enzim mengalami
sebelum purifikasi adalah 42 menit sedangkan denaturasi karena terganggunya interaksi-
waktu inkubasi optimum setelah purifikasi interaksi non kovalen yang menjaga kestabilan
adalah 40 menit. Hal ini dikarenakan, α-amilase struktur tiga dimensi enzim.
sebelum dipurifikasi masih banyak senyawa 3.8.3 Suhu Optimum
lain yang menghambat kerja, sehingga reaksi Pada reaksi enzimatis, suhu berperan
enzimatisnya akan lebih lama dibandingkan dalam meningkatkan interaksi antara substrat
dengan α-amilase setelah purifikasi. Unit dengan enzim. Penelitian ini dilakukan
aktivitas pada waktu inkubasi optimum α- penentuan suhu optimum pada α-amilase pada
amilase sebelum purifikasi dan setelah 0
rentang suhu, 21ºC sampai 30 C .
purifikasi berturut-turut 5,8 U dan 7,33 U. Grafik 4.4 menunjukan bahwa suhu
0
inkubasi optimum berada pada suhu 23 C yang
8.2 Nilai pH Optimum ditandai dengan peningkatan aktivitas enzim
0
setelah melewati suhu 23 C aktivitas enzim
Kondisi pH reaksi enzimatis mengalami penurunan. Aktivitas enzim pada
mempengaruhi kemampuan enzim dalam 0
suhu 23 C adalah 7,125 U.
menghidrolisis substrat, oleh karena itu,
diperlukan penggunaan bufer untuk menjaga Aktivitas enzim akan semakin
kondisi pH reaksi. Nilai pH bufer yang tidak meningkat sejalan dengan kenaikan suhu
tepat dapat menyebabkan terganggunya sampai tingkat optimalnya dan sesudah itu
[7] aktivitas enzim akan mengalami penurunan
interaksi antara substrat dengan enzim .
karena enzim mengalami denaturasi protein.
Gambar 4.4 menunjukan kenaikan aktivitas
6 kembali pada suhu 29ºC, hal tersebut
dimungkinkan karena adanya kelompok enzim
Unit Aktivitas

4 amilase yang lain seperti glukoamilase.


Enzim (U)

3,9 4,4 pH 4,9 5,4


Gambar. 4.5 Pengaruh variasi pH α-amilase
hasil dari isolasi Saccharomyces cerevisiae
FNCC 3012.
343
Chem Info
Vol 1, No 1, Hal 337 – 344 , 2013

[8] Pacheco R.A.C., Carvalho J.C.M., Converti A.,


(U

Perego P., Tavares L.C., dan Sato S., 2004,


Unit Aktivitas Enzim )

8
7 Production of α-amylase and Glucoamylase from
Different Starches by a New Trichoderma sp.
6
Isolate, Annals of Microbiology, 54 (2), 169-180
5 (2004).
4 [9] Rachmadani, D., 2007. Mempelajari Pemurnian
3 Enzim Kitosanase Termostabil dari Isolat
2 Bacillus licheniformis MB-2 Asal
1 Tampaso,Manado, Sulawesi Utara,Skripsi Institut
0 Pertanian Bogor, 25-39.
19 21 23 25 27 29 31 [10] Reddy NS, Nimmagadda A & Rao KR. 2003., An
Suhu (Celcius) overview of themicrobial α-Amylase family,
[11] Sivaramakrishnan.S., Gangadharan.D., Madhavan.
K., Ricardo,C., Pandey.A., 2006, α-amilase from
Gambar. 4.4. Pengaruh suhu terhadap unit microbial souces – An Overview on Recent
aktivitas α-amilase hasil dari isolasi Developments, ISSN 1330-9862, 173-174.
Saccharomyces cerevisiae FNCC 3012 [12] Sobreira A.G., Nascimento R.S., Taborda M.L.,
CunhaMorales A.A., Pepe deMoraes L., Araripe
4. KESIMPULAN F.G.T., SoniaMaria dan Jos´e C.U., 2011,
Biochemical And Structural Characterization Of
Penelitian yang telah dilakukan, dapat Amy1: An Alpha-Amylase Fromcryptococcus
disimpulkan bahwa. Α-amilase dapat diisolasi Flavus Expressed In Saccharomyces Cerevisiae,
dari khamir Saccharomyces cerevisiae FNCC AGE-Hindawi access to research. Springer-
3012. Aktivitas spesifik α-amilase hasil isolasi Verlag, 2-5.
dari Saccharomyces cerevisiae FNCC 3012 [13] Suhartono, M. T., 1989, Enzim dan Bioteknologi,
mengalami kenaikan sebesar 8,65 % setelah Pusat Antar Universitas, IPB Bogor, 172-220.
dilakukan purifikasi Kondisi optimum kerja α- [14] Svehla, G., 1990, Buku Teks Analisis Anorganik
Kualitatif Makro dan Semimikro, PT Kalman
amilase yaitu waktu inkubasi optimum sebelum Media Pustaka, Jakarta, 295-297.
dan setelah purifikasi filtrasi gel berturut-turut [15] Walsh, G., 2002, Protein (Biochemistry and
sebesar 42 menit dan 40 menit, suhu optimum Biotechnology), John Willey & Sons, LTD.
0 [16] Winarno,F.G. 1986, Enzim Pangan, PT. Gramedia,
setelah purifikasi 23 C, dan pH optimum
Jakarta, 57-58.
setelah purifikasi sebesar 4,9.
[17] Zaenudin, R., 2005, Pemanfaatan Khamir
DAFTAR PUSTAKA saccharomyces cerevisiae, wartazoa vot. 15 no. I
[18] Ul-Haq-Ikram, Abdullah Roheena, Ashraf Hamad
[1] Behal.A, Singht.J, Sarma, Puri.P, Batra.,2006, dan Hussain Athar Shah, 2002, Isolation and
Characterization of Alkaline α-amilase from Screening of Fungi for Biosynthesis of Alpha
Bacillus sp. ab 04, International Journal of Amilase, Biotechnology, Volume 1 Number 2-4,
Agiculture and Biologi, 80-83. 61-66.
[2] Bernfeld, P., 1955, Amylases α and β, Dalam
Colowick, S.P. and N.O. Kaplan (Eds), Methods
in Enzymology and Related of Biochemistry.
Academic Press, New York.
[3] Dynnar.N., 2011, Pemurnian dan karakterisasi enzim
katepsin dan ikan bandeng (Chanos chanos
Forskall). Skripsi Institut Pertanian Bogor.
[4] El-Safey E.M., dan Ammar M.S., 2004, Purification
and Characterization of α-amylase Isolated from
Aspergillus falvus var. Columnaris, Ass. Univ.
Bull. Environ. Res. Vol. 7 No. 1, March 2004.
[5] Harris ELV. 1989. Protein Purification Methods: A
Practical Approach. England:IRS Press, 152-170.
[6] Ozcan, Numan. 2001. Heterologous Expression of
Genes in the Yeast Saccharomyces cerevisiae.
Turk J Agric, 45-49.
[7] Puspita, 2007, Studi Karakterisasi Kitosanase dari
Isolat Bacillus licheniformis MB-2 , Skripsi
Institut Pertanian Bogor, 30-61.
344

Anda mungkin juga menyukai