TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Abortus
2.1.2 Etiologi
Faktor ovofetal:
Faktor maternal:
1. Faktor janin
Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik, dan ini terjadi
pada 50%-60% kasus keguguran.
2. Faktor ibu:
c. Infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti cacar air, campak jerman,
toksoplasma , herpes, klamidia.
3. Faktor Ayah
Selain 3 faktor di atas, faktor penyebab lain dari terjadinya abortus adalah:
1. Faktor genetik
2. Faktor anatomi
Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul pada 10-15
% wanita dengan abortus spontan yang rekuren.
3. Faktor endokrin:
4. Faktor infeksi
5. Faktor imunologi
Terdapat antibodikardiolipid yang mengakibatkan pembekuan darah
dibelakang ari-ari sehingga mengakibatkan kematian janin karena
kurangnya aliran darah dari ari-ari tersebut. Faktor imunologis yang telah
terbukti signifikan dapat menyebabkan abortus spontan yang berulang
antara lain: antibodi antinuklear, antikoagulan lupus dan antibodi
cardiolipin. Adanya penanda ini meskipun gejala klinis tidak tampak dapat
menyebabkan abortus spontan yang berulang. Inkompatibilitas golongan
darah A, B, O, dengan reaksi antigen antibodi dapat menyebabkan abortus
berulang, karena pelepasan histamin mengakibatkan vasodilatasi dan
peningkatan fragilitas kapiler.
6. Penyakit kronis
7. Faktor Nutrisi
9. Faktor psikologis.
Pada kehamilan 8 – 14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan
pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang
cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta mungkin sudah
berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis
ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak. Pada kehamilan
minggu ke 14 – 22, Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya
plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam
uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan
pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa
nyeri lebih menonjol. Dari penjelasan di atas jelas bahwa abortus ditandai dengan
adanya perdarahan uterus dan nyeri dengan intensitas beragam (Prawirohardjo,
2008).
4. Abortus Kompletus adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum
uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari
500 gram.
5. Missed Abortion adalah abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus
telah meninggal dalam kehamilan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil
konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.
6. Abortus Habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturut-turut.
7. Abortus Infeksious ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia.
2.2.1 Pengertian
Abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan
uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas
digunakan adalah keguguran (miscarriage) (Cunningham, 2000). Keguguran adalah
setiap kehamilan yang berakhir secara spontan sebelum janin dapat bertahan.
Sebuah keguguran secara medis disebut sebagai aborsi spontan. WHO
mendefenisikan tidak dapat bertahan hidup sebagai embrio atau janin seberat 500
gram atau kurang, yang biasanya sesuai dengan usia janin (usia kehamilan) 20
hingga 22 minggu atau kurang.
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan penunjang:
d) Missed Abortion. Hal ini didefenisikan sebagai retensi produk konsepsi yang
telah meninggal in utero selama beberapa minggu. Setelah janin meninggal,
mungkin terjadi perdarahan per vaginam atau gejala lain yang mengisyaratkan
abortus iminens, mungkin juga tidak. Uterus tampaknya tidak mengalami
perubahan ukuran, tetapi perubahan-perubahan pada payudara biasanya kembali
seperti semula.
c. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal
ini terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara
masuk ke dalam uterus, sedangkan pada saat yang sama sistem vena di
endometrium dalam keadaan terbuka. Udara dalam jumlah kecil biasanya tidak
menyebabkan kematian, sedangkan dalam jumlah 70-100 ml dilaporkan sudah
dapat memastikan dengan segera.
d. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa
anestesi pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panik. Hal ini dapat terjadi
akibat alat yang digunakan atau suntikan secara mendadak dengan cairan yang
terlalu panas atau terlalu dingin.
f. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi
memerlukan waktu.
2. Pemberian antibiotika yang cukup tepat yaitu suntikan penisilin 1 juta satuan tiap
6 jam, suntikan streptomisin 500 mg setiap 12 jam, atau antibiotika spektrum luas
lainnya
3. 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih cepat bila
terjadi perdarahan yang banyak, lakukan dilatasi dan kuretase untuk mengeluarkan
hasil konsepsi.
Semua pasien abortus diberikan vaksin serap tetanus 0,5 cc IM. Umumnya
setelah tindakan kuretase pasien abortus dapat segera pulang ke rumah. Kecuali bila
ada komplikasi seperti perdarahan banyak yang menyebabkan anemia berat atau
infeksi.2 Pasien dianjurkan istirahat selama 1 sampai 2 hari. Pasien dianjurkan
kembali ke dokter bila pasien mengalami kram demam yang memburuk atau nyeri
setelah perdarahan baru yang ringan atau gejala yang lebih berat. Tujuan perawatan
untuk mengatasi anemia dan infeksi. Sebelum dilakukan kuretase keluarga terdekat
pasien menandatangani surat persetujuan tindakan (Maureen, 2002).
Terdapat berbagai metode bedah dan medis untuk mengobati abortus
spontan serta terminasi yang dilakukan pada keadaan lain, dan hal ini diringkas
sebagai berikut (Kenneth dkk, 2003).
Dilator Higroskopik
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, Gary, F. dkk. 2006. Obstetri Williams Vol. 2. Jakarta: EGC, 951-964
Manuaba, I.B.G dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC, 683-697.
Rustam, Mochtar. 2012. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.
Jakarta: EGC.
Saifuddin, Abdul Bari. 2009. Perdarahan Kehamilan Muda. Dalam: Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Edisi I. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sepilian, Vicken; Ellen W. 2012. Threatened miscarriage.
www.emedicinehealth.com/threatened_miscarriage/article_em.html
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 246.