TBC Pada Anak
TBC Pada Anak
Patogenesis
1. Pembentukan Fokus Primer Gohn
Inhalasi bakteri Masuk ke alveolus Fagositosis oleh makrofag Bakteri tidak
dapat dihancurkan Berkembang biak di dalam makrofag Lisis makrofag
Fokus Gohn
2. Pembentukan Kompleks Primer
Bakteri menyebar secara limfogen ke kelenjar limfe regional Limfangitis lokal dan
limfadenitis regional Kompleks primer
Fokus Gohn pada lobus medius atau inferior Kelenjar limfe parahilus
Fokus Gohn pada apeks Kelenjar limfe paratracheal
Kompleks primer terdiri dari fokus Gohn, limfangitis lokal, dan limfadenitis regional
3. Respons Imunitas Seluler
Kompleks primer terbentuk Muncul imunitas seluler dan hipersensitivitas tipe
lambat Proliferasi bakteri berhenti, sebagian tetap hidup dalam granuloma
Fokus Gohn Nekrosis kaseosa dan enkapsulasi Resolusi sempurna dengan
fibrosis atau kalsifikasi
Kelenjar limfe regional mengalami fibrosis dan enkapsulasi. Bakteri tetap hidup
dan menetap selama bertahun – tahun dalam kelenjar limfe tanpa
menimbulkan gejala
4. Komplikasi Kompleks Primer
Fokus Primer
GEJALA KLINIS
Gejala Umum
Berat badan turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya atau terjadi gagal
tumbuh meskipun sudah diberikan perbaikan gizi selama 1 – 2 bulan
Demam subfebris selama 2 minggu, keringat malam, tidak merespons terhadap
antibiotik atau antimalaria
Batuk kronis 2 minggu yang tidak pernah sembuh atau semakin lama semakin
berat (non-remitting). Tidak merespons terhadap antibiotik atau obat asma
Lesu, malaise, kurang aktif bermain
Riwayat kontak dengan pasien TBC paru dewasa
Pemeriksaan Bakteriologi
Terutama dilakukan pada umur > 5 tahun, HIV positif, dan terdapat gambaran kelainan
paru yang luas
Cara Mendapatkan Sputum
Ekspektorasi
Anak > 5 tahun biasanya sudah dapat mengeluarkan sputum secara langsung
Bilas lambung
Puasa selama minimal 4 jam (3 jam untuk bayi) Posisi telentang atau miring
Sambung syringe ke pipa nasogastric Masukkan pipa nasogastric melalui
hidung sampai ke lambung Aspirasi 2 – 5 ml isi lambung dengan syringe
Induksi sputum
Berikan bronkodilator Berikan nebulisasi NaCl 3% selama 15 menit atau sampai 5
cm3 Lakukan ekspektorasi, suction hidung, atau aspirasi nasofaring
Kontraindikasi Induksi Sputum
Belum puasa selama minimal 3 jam
Distress pernapasan berat termasuk tachypnea, wheezing, hipoksia
Riwayat asma atau wheezing
Sedang dalam intubasi
Pendarahan : Trombositopenia, epistaksis, mudah berdarah
Kesadaran menurun
Cara Pemeriksaan
Pemeriksaan mikroskopis BTA dengan pewarnaan ZN
Sebaiknya dilakukan minimal 2 kali yaitu sewaktu dan pagi hari
Tes cepat molekular (TCM)
Mendeteksi bakteri secara molekular dan menentukan resistensi terhadap
rifampisin. Lebih baik daripada pemeriksaan mikroskopis tetapi masih lebih rendah
daripada kultur
Kultur dan sensitivititas
Merupakan gold standard untuk diagnosis TBC. Membutuhkan waktu 4 – 8 minggu
pada media padat atau 1 – 2 minggu pada media cair
Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Tuberkulin (Mantoux)
Cara Pemeriksaan
Injeksi tuberkulin PPD 0,1 ml IC di bagian volar antebrachii 5 – 10 cm di bawah
fossa cubiti
Jika dilakukan dengan benar, maka akan muncul indurasi berupa gelembung
putih pucat yang padat, keras, dan berdiameter 6 – 10 mm
Amati indurasi dalam waktu 72 jam setelah penyuntikan
Cara Pengukuran
Yang diukur adalah diameter transversal indurasi, bukan eritema
Telusuri indurasi dengan pena, mulai dari eritema sampai tepi indurasi. Lakukan
cara yang sama pada tepi kontralateralnya
Catat hasil pengukuran dalam satuan mm
Hasil Positif
Diameter indurasi 10 mm
Diameter indurasi 5 mm pada immunocompromised
Hasil positif menunjukkan terdapat infeksi, bukan sakit TBC. Anak dengan tes
tuberkulin positif belum tentu sakit TBC
Infeksi laten : Tes tuberkulin positif tanpa gejala klinis dan radiologi
Sakit TBC : Tes tuberkulin positif dengan gejala klinis dan radiologi
2. Pemeriksaan Radiologi
Limfadenopati hilus atau paratrachea
dengan atau tanpa infiltrat
Konsolidasi segmental atau lobar
Efusi pleura
Miliar
Atelektasis
Cavitary
Kalsifikasi dengan infiltrat
Tuberkuloma
3. Pemeriksaan Histopatologi
Sarang granuloma yang terdiri dari sel epiteloid dan sel datya Langhans dengan
nekrosis kaseosa di bagian tengah
TERAPI
Obat yang Digunakan
1. Obat Anti Tuberculosis (OAT)
Dosis Harian Dosis Maksimal Efek Samping
10 (7 – 15) Hepatotoksik, neuritis perifer,
Isoniazid (H) 300 mg/hari
mg/kgBB/hari hipersensitivitas
Gangguan GIT, ruam kulit,
15 (10 – 20) hepatotoksik, trombositopenia,
Rifampisin (R) 600 mg/hari
mg/kgBB/hari peningkatan enzim hepar,
cairan tubuh berwarna merah
35 (30 – 40) Hepatotoksik, gangguan GIT,
Pirazinamid (Z) -
mg/kgBB/hari hiperurisemia, gout arthritis
Neuritis optik, visus menurun,
20 (15 – 25)
Etambutol (E) - buta warna merah dan hijau,
mg/kgBB/hari
hipersensitivitas, gangguan GIT
Monitoring Terapi
Dilakukan setiap 2 minggu pada fase intensif dan sebulan sekali pada fase lanjutan
Evaluasi respons pengobatan, kepatuhan, toleransi, dan efek samping
Pemeriksaan sputum pada bulan ke-2, 5, dan 6
Tidak membutuhkan pemeriksaan radiologi karena perbaikan baru tampak dalam
jangka waktu lama
Pengobatan Ulang
Evaluasi dengan pemeriksaan bakteriologi atau skoring
Skoring dilakukan di fasilitas rujukan secara lebih teliti
Jika pemeriksaan bakteriologi hasilnya positif, maka termasuk kasus kambuh
Jika pernah mendapatkan OAT, maka tidak disarankan untuk tes tuberkulin ulang
INVESTIGASI KONTAK
Tujuan
Identifikasi anak yang kontak erat dengan pasien TBC
Memeriksa status infeksi pada anak yang kontak tersebut
Memberikan terapi yang sesuai dengan hasil pemeriksaan
Klasifikasi Pasien
Kasus TBC pertama yang ditemukan di rumah atau
Kasus indeks tempat lain seperti kantor, sekolah, tempat penitipan
anak, rumah tahanan, panti asuhan
Orang yang kontak dengan kasus indeks misalnya orang
Kontak
serumah, sekamar, satu asrama, satu kelas, satu penitipan
Kontak serumah Orang yang tinggal serumah minimal semalam atau
Sering tinggal serumah pada siang hari dengan kasus
indeks dalam 3 bulan terakhir sebelum kasus indeks
mendapatkan OAT
Orang yang tidak tinggal serumah, tetapi sering
Kontak erat bertemu dengan kasus indeks dalam waktu lama
Intensitas kontak hampir sama seperti kontak serumah
Alur Investigasi
1. Kontak dengan Kasus Indeksi yang Sensitif OAT
2. Kontak dengan Kasus Indeksi yang Resisten OAT
PENCEGAHAN
Pengobatan Pencegahan dengan Isoniazid (PP INH)
1. Indikasi
Anak yang kontak tetapi tidak terbukti sakit TBC dengan kriteria berikut :
Umur < 5 tahun tanpa memandang status HIV
HIV positif
Anak dengan HIV positif Kontak dengan pasien PP INH berapapun
TBC dewasa umur anak
Tidak sakit TBC
Tidak diketahui kontak PP INH jika umur anak
dengan pasien TBC > 12 bulan
Vaksinasi BCG
Diberikan pada umur 0 – 2 bulan secara IC
Pada umur > 2 bulan, harus dilakukan tes tuberkulin terlebih dahulu. Jika hasilnya
negatif, maka vaksinasi BCG diberikan. Jika positif, maka tidak perlu diberikan
Efektif untuk mencegah TBC berat seperti TBC miliar atau meningitis TBC
Jangan diberikan pada anak yang terinfeksi HIV Risiko BCG diseminata