Oleh :
Rachmat I.Z. Badare
Yemima Rini Nd
Lupita Claudia Pangga
Jery Tewelu
PEMBAHASAN
PENGERTIAN
Pajak penghasilan pasal 25 adalah angsuran pajak penghasilan yangharus dibayar sendiri oleh
wajib pajak untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan.
Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh wajib
pajak untuk setiap bulan adalah sebesar pajak penghasila yang terutang menurut surat
pemberitahuan tahunan pajak penghasilan tahun pajak yang selanjutnya dikurangi dengan :
1. Pajak penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 dan 23 serta
pajak penghasilan yang dipungut sebagaimana dimaksud dalam pasal 22.
2. Pajak penghasilan yang dibayar atau terutang diluar negeri yang boleh dikreditkan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 24, dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian
tahun pajak.
Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk bulan-bulan
sebelum surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan disampaikan sebelum batas waktu
penyampaian surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan sama dengan besarnya
angsuran pajak untuk bulan terakhir tahun pajak yang lalu.
Apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan surat ketetapan pajak untuk tahun pajak yang
lalu, besarnya angsuran pajak dihitung kembali berdasarkan surat ketetapan pajak tersebut
dan berlaku mulai bulan berikutnya setelah bulan penerbitan.
Berdasarkan ketentuan ini dalam hal-hal tertentu direktur jenderal pajak diberikan wewenang
untuk menyesuaikan perhitungan besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh
wajib pajak dalam tahun berjalan yaitu :
Besarnya pajak penghasilan pasal 25 dalam hal waajib pajak berhak atas kompensasi
kerugian adalah sebesar pajak penghasilan yang dihitung dengan dasar penghitungan Pph
dikurangi dengan pajak penghasilan yang dipotong dan atau dipungut serta pajak penghasilan
yang dibayar atau terutang diluar negeri yang boleh dikreditkan sesuai ketentuan pasal 21, 23
dan 24 UU Pajak penghasilan, dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.
Penghasilan teratur adalah penghasilan yang lazimnya diterima atau diperoleh secara berkala
sekurang-kurangnya sekali dalam setiap tahun pajak, yang ebrsumber dari kegiatan usaha,
pekerjaan bebas, pekerjaan harta, dan atau modal, kecuali penghasilan yang telah dikenakan
pajak penghasilan yang bersifat final.
Tidak termasuk dalam penghasilan teratur adalah keuntungan selisih kurs dari utang atau
piutang dalam mata uang asing dan keuntungan dari pengalihan harta sepanjang bukan
merupakan penghasilan dari kegiatan usaha pokok serta penghasilan lainnya yang bersifat
insidentil. Besarnya pajak penghasilan pasal 25 apabila wajib pajak memperoleh penghasilan
tidak teratur adalah sebesar pajak penghasilan yang dihitung dengan dasar perhitungan pph
dikurangi dengan pajak.
Apabila surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan tahun yang lalu disampaikan setelah
batas waktu yang ditentukan selambat-lambatnya 3 bulan setelah akhir tahun pajak maka
besar pajak penghasilan pasal 25 dihitung sebagai berikut :
1. Untuk bulan-bulan mulai batas waktu penyampaian SPT tahunan sampai dengna
bulan sebelum disampaikannya SPT tahunan tersebut adalah sama dengan besarnya
pajak penghasilan pasal 25 bulan terakhir tahun pajak yang lalu dan bersifat
sementara.
2. Setelah wajib pajak menyampaikan SPT tahunan pajak penghasilan, besarnya pajak
penghasilan pasal 25 dihitung kembali sebagai berikut :
a. Sebesar pajak penghasilan yang terutang menurut SPT tahunan pajak penghasilan
yang lalu dipotong dan atau dipungut serta penghasilan yang dibayar atau diluar
negeri yang boleh dikreditkan sesuai ketentuan pasal 21, 22, 23 dan UU Pajak
Penghasilan dibagi 2 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak yang
berlaku surut mulai bulan batas waktu penyampaian SPT tahunan pajak
penghasilan.
b. Dalam hal wajib pajak berhak atas kompensasi kerugian atau dalam hak wajib
pajak memperoleh penghasilan tidak teratur, maka besarnya pph pasal 25 dihitung
kembali berdasarkan ketentuan yang berlaku bagi wajib pajak yang berhak atas
kompensasi kerugian atau bagi wajib pajak memperoleh penghasilan tidak teratur
sebagaimana telah diuraikan diatas.
Dalam hal wajib pajak diberikan perpanjangan waktu penyampaian surat pemberitahuan
tahunan pajak penghasilan besarnya pajak penghasilan pasal 25 adalah :
Dalam hal wajib pajak dalam tahun pajak berjalan membetulkan sendiri SPT tahunan pajak
penghasilan tahun pajak yang lalu, besarnya pajak penghasilan pasal 25 dihitung kembali
berdasarkan SPT tahunan pembetulan tersebut dengan memperhatikan ketentuan kompensasi
dan ketentuan penghasilan tidak teratur dan berlaku surut mulai bulan batas waktu
penyampaian SPT.
Apabila besarnya pph pasal 25 setelah pembetulan SPT tahunan lebih besar dari pajak
penghasilan pasal 25 sebelum dilakukan pembetulan, atas kekurangan setoran pajak
penghasilan pasal 25 terutang bunga sesuai ketentuan pasal 19 ayat 1 UU ketentuan umum
dan tata cara perpajakan untuk jangka waktu yang dihitung sejak jatuh tempo pajak
penghasilan pasal 25 dan masing-masing bulan sampai dengan tanggal penyetoran.
Apabila setelah 3 bulan atau lebih berjalannya suatu tahun pajak, wajib pajak dapat
menunjukan bahwa pajak penghasilan yang akan terutang untuk tahun pajak tersebut kurang
dari 75% dari pajak penghasilan yang terutang yang menjadi dasar penghitungan pajak
penghasilan pasal 25, wajib pajak dapat mengajukan permohonan pengurangan besarnya
pajak penghasilan pasal 25 secara tertulis kepada kepala kantor pelayanan pajak tempat ajib
pajak terdaftar.
Apabila dalam jangka waktu 1 bulan sejak tanggal diterimanya SPT kepala kantor pelayanan
wajib pajak tersebut dianggap diterima dan wajib pajak dapat melakukan pembayaran pajak
penghasilan pasal 25 sesuai dengan penghitungannya untukbulan-bulan yang tersisa dari
tahun pajak yang bersangkutan.
Wajib pajak baru adalah wajib pajak orang pribadi dan badan yang baru pertama kali
memperoleh penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas penghasilan
neto sebelan yang disetahunkan kemudian dibagi 12. Penghasilan neto adalah :
1. Dalam hal wajib pajak menyelenggarakan pembukuan dan dari pembukuannya dapat
dihitung besarnya penghasilan neto setiap bulan, penghasilan neto fiskal dihitung
berdasarkan pembukuannya.
2. Dalam hal wajib pajak hanya menyelenggarakan pencatatan dengan menggunakan
norma penghitungan penghasilan neto atau menyelenggarakan pembukuan, tetapi dari
pembukuannya tidak dapat dihitung besarnya penghasilan neto setiap bulannya,
penghasilan neto fiskal dihitung berdasarkan norma penghitungan penghasilan neto
atas peredaran atau penerimaan bruto.
Untuk wajib pajak orang pribadi baru jumlah penghasilan neto fiskal yang disetahunkan
dikurangi terlebih dahulu dengan penghasilan tidak kena pajak. Apabila wajib pajak baru
berupa wajib pajak badan yang mempunyai kewajiban membuat laporan berkala, besarnya
angsuran pajak penghasilan pasal 25 adalah sebesar pajak penghasilan yang dihitung
berdasarkan penerapan tarif umum atas proyeksi laba rugi fiskal pada laporan berkala
pertama yang disetahunkan dibagi 12.
PPH PASAL 25 BAGI WAJIB PAJAK BANK DAN SEWA GUNA USAHA DENGAN
HAK OPSI
Besarnya angsuran pajak penghasilan pasal 25 untuk wajib pajak bank dan sewa guna usaha
dengan hak opsi adalah sebesar pajak penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif
umum atas laba rugi fiskal atas laporan laba rugi keuangan triwulan terakhir yang
disetahunkan dikurangi pajak penghasilan pasal 24 yang dibayar atau terutang diluar negeri
untuk tahun pajak yang lalu dibagi 12.
Besarnya angsuran pajak penghasilan pasal 25 untuk wajib pajak BUMN dan BUMD dengan
nama dan dalam bentuk apapun, kecuali wajib pajak bank dan sewa guna usaha dengan hak
opsi adalah sebesar pajak penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tariff umum atas
laba rugi fiskal menurut rencana kerja dan anggaran pendapatan tahun pajak yang
bersangkutan yang telah disahkan rapat umum pemegang saham dikurangi dengan
pemotongan dan pemungutan pajak penghasilan pasal 22 dan 23 serta pajak penghasilan
pasal 24 yang dibayar atau terutang diluar negeri tahun pajak yang lalu dibagi 12.
PPH PASAL 25 BAGI WAJIB PAJAK MASUK BURSA DAN WAJIB PAJAK
LAINNYA YANG BERDASARKAN KETENTUAN DIHARUSKAN MEMBUAT
LAPORAN KEUANGAN BERKALA
Besarnya angsuran wajib pajak penghasilan pasal 25 untuk wajib pajak masuk bursa dan
wajib pajak lainnya berdasarkan ketentuan diharuskan membuat laporan keuangan berkala
adalah sebesar pajak penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas
laporan laba rugi fiskal menurut laporan keuangan berkala terakhir yang disetahunkan
dikurangi dengan pemotongan dan pemungutan pajak penghasilan pasal 22, 23 dan 24 yang
dibayar atau terutang diluar negeri untuk tahun pajak yang lalu dibagi 12.
Wajib pajak orang pribadi pengusaha tertentu adalah wajib pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha sebagai pedagang pengecer yang mempunyai 1 atau lebih tempat
usaha. Pedagang adalah orang pribadi yang melakukan penjualan barang baik secara grosir
atau secara eceran dan atau penyerahan jasa melalui suatu tempat usaha, besarnya angsuran
pajak penghasilan pasal 25 untuk wajib pajak orang pribadi pengusaha tertentu ditetapkan
sebesar 0.75% dari jumlah peredaran bruto setiap bulan dari masing-masing tempat usaha.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagian besar pendapatan negara-negara didunia termasuk di Indonesia berasal dari
sector perpajakan. Pajak itu sendiri adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UU
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sbesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak memiliki beragam jenis misalnnya pajak penghasilan bumi bangunan dan
sebagainnya. Oleh karena itu pajak diatur dalam undang-undang tentu ada pasal-pasal
yang membahas khusus mengenai kelompok pajak. Pajak penghasilan yang mengatur
tentang besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan. Pajak penghasilan 25
dalam hal tertentu direktur jenderal pajak diberi wewenang untuk menyesuaikan
penghitungan besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak
dalam tahun berjalan, yang harus dibayar sendiri.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dari PPH pasal 25?
2. Bagaimana cara menghitung angsuran PPH pasal 25 ?
3. Bagaimana cara menghitung angsuran PPH pasal 25 dalam hal-hal tertentu?
4. Bagaiman menghitung besarnya angsuran PPH pasal 25 bagi wajib pajak baru
Bank, sewa dengan hak opsi ,BUMN dan BUMD?
C. TUJUAN MASALAH
1. Mampu menjelaskan secara rinci mengenai pengertian PPH pasal 25.
2. Mampu menghitung besarnya angsuran pasal 25.
3. Mampu menghitung PPH pasal 25 dalam hal tertentu.
4. Mampu menghitung besarnya angsuran PPh pasal 25 bagi wajib pajak baru, Bank,
sewa dengan hak opsi, BUMN dan BUMD.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang karena anugerahnya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Pajak Penghasilan Pasal 25 “ ini.
Tujuan penulisan makalah ini untuk melengkapi tugas mata kuliah perpajakan. Dengan
demikian dapat kami sampaikan. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi
siapapun yang membaca dan mendengarnya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik serta saran yang
membangun demi perbaikan makalah ini diwaktu yang akan datang.
Penulis
BAB III
A. KESIMPULAN
PPH pasal 25 adalah angsurang pajak penghasilan dalam tahun pajak berjalan yang
harus dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan. Besarnya angsuran pajak
dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak adalah sebesar
pajak penghasilan yang terutang menurut pemberitahuan tahunan pajak penghasilan
tahun pajak yang lalu.besarnya pajak penghailan pasal 25 untuk wajib pajak bank dan
sewa guna dengan hak opsi adalah sebesar pajak penghasilan yang dihitung
berdasarkan penerapan tariff umum atas laba rugi fiskal menurut laporan keuangan
triwulan terhkir yang setahunkan dikurangi penghasilan yang dihitung berdasarkan
laporan keuangan triwulan terahkir yang di kurangi pajak penghasilan pasal 24 yang
dibayar diluar negeri untuk tahun pajak yang lalu dibagi 12.
DAFTAR PUSTAKA
Halim, Abdul, Dkk. 2017 Perpajakan:Konsep, Aplikasi, Contoh dan Studi Kasus.
Jakarta:Salemba Empat