dengan berinteraksi dengan baik ke masyarakat. Disamping obat yang diberikan harus
aman, berkhasiat dan rasional, tetapi juga mempertimbangkan aspek ekonomi, etika,
politik, hukum, psikologi serta konteks masyarakat baik lokal maupun internasional.
1. Interaksi sosial
2. Klinis
3. Kepercayaan atau keyakinan
4. Perilaku
5. Peraturan
Manfaat:
1. Membantu apoteker memahami fenomena sosial
2. Pendekatan untuk mengenali kebutuhan pasien untuk hidup sehat sesuai dengan
pemahaman yang dapat diterima oleh pasien tersebut agar dapat hidup sehat
seutuhnya
3. Melakukan praktek kefarmasian secara komprehensif bukan semata-mata
menerapkan ilmu farmasi, sehingga praktek kefarmasian terintegrasi dengan optimal
dalam sistem pelayanan kesehatan
4. Pasien memperoleh obat yang tepat dan dimakan sesuai aturan pakainya
Secara luas perilaku kesehatan dikatakan mengacu pada tindakan yang dilakukan
individu, kelompok, dan organisasi beserta faktor penentunya yang berkorelasi dan
memiliki konsekuensi perubahan sosial, pengembangan dan implementasi kebijakan,
peningkatan keterampilan untuk mengatasi masalah, dan peningkatan kualitas hidup
(Parkerson et al, 1993).
Apoteker adalah orang pertama didalam sistem kesehatan yang memegang beragam
peran: industri, akademis, farmasi komunitas, klinis, rumah sakit, kesehatan hewan, dan
lain-lain.
Apoteker bekerja sama secara langsung dan tidak langsung dalam sistem kesehatan
nasional dengan misi utama “Obat yang tepat untuk pasien yang tepat yang diberikan
pada waktu yang tepat dengan harga yang tepat untuk masing-masing pasien”.
Apoteker merupakan profesi yang komplit dan merefleksikan setiap aspek pekerjaan
yang ada dimasyarakat, yaitu:
1. Pekerjaan kefarmasian merupakan pekerjaan seni: meracik secara lege artis
pembuatan obat.
2. Pekerjaan kefarmasian merupakan pekerjaan seperti lawyer: paham mengenai
peraturan dan perundang-undangan obat dan kesehatan.
3. Pekerjaan farmasi sebagai engineer: paham mengenai teknikal yang terkait dengan
pembuatan obat.
4. Pekerjaan farmasi sebagai entrepreneur: mengelola apotek dan health care lain
sehingga harus paham managemen, marketing, tata buku, dan lain-lain.
5. Pekerjaan farmasi sebagai konsultan: memberikan konsultasi kesehatan kepada
pasien.
Kesehatan merupakan sebuah kebutuhan yang sangat mendasar bagi setiap orang
karena kesehatan merupakan modal awal bagi perkembangan potensi individu dalam
hidup. Kesehatan sering menjadi dampak dari berbagai permasalahan yang dialami
individu dan lingkungan sekitarnya.
Determinan sosial kesehatan menurut WHO adalah kondisi sosial yang mempengaruhi
kesempatan seseorang untuk memperoleh kesehatan. Faktor-faktor seperti kemiskinan,
kekurangan pangan, ketimpangan sosial dan diskriminasi, kondisi masa kanak-kanak
yang tidak sehat, serta rendahnya status pekerjaan merupakan penting dari terjadinya
penyakit, kematian dan ketidakseimbangan kesehatan antar maupun didalam sebuah
negara.
Menurut Teori klasik H. L. Bloom ada 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan
secara berturut-turut, yaitu:
1) Gaya hidup
2) Lingkungan
3) Pelayanan kesehatan
4) Faktor genetik
Menurut WHO dalam determinan sosial ada 2 hal berbeda yang menggambarkan
ketimpangan sosial terkait derajat kesehatan masyarakat, yaitu inequity dan inequality.
1. Inequity bidang kesehatan
Bila masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang berbeda usia, jenis kelamin, ras,
etnis, agama, kelas sosial, tempat tinggal tapi memilik hak dan akses yang sama
terhadap kesehatan atau pelayanan kesehatan.