Anda di halaman 1dari 69

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat
satu dari tiga anak di dunia meninggal setiap tahun akibat buruknya
kualitas gizi. Dari data Departemen Kesehatan menunjukkan setidaknya
3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena masalah kekurangan gizi dan
buruknya kualitas makanan, didukung pula oleh kekurangan gizi selama
masih didalam kandungan. Hal ini dapat berakibat kerusakan yang tidak
dapat diperbaiki pada saat anak beranjak dewasa. Dr.Bruce Cogill,
seorang ahli gizi dari badan PBB UNICEF mengatakan bahwa isu global
tentang gizi buruk saat ini merupakan problem yang harus diatasi
(Litbang, 2008).
Menurut data Riskesdas pada tahun 2010, menunjukkan bahwa
sebanyak 17.9% balita di Indonesia menderita gizi kurang dan gizi buruk.
Telah terjadi penurunan kalau dibandingkan dengan data tahun 1990
yaitu sebesar 31.0%. Hasil pemantauanstatus gizi (PSG) tahun 2016
menunjukkan bahwa jumlah balita yang tergolong sangat kurus sebesar
3,7% dan balita tergolong kurus sebesar 8,9%. Sementara data jumlah
anak sekolah dan remaja yang tergolong sangat kurus sebesar 2,4%, dan
yang tergolong sangat kurus sebesar 7,4%. Walaupun persentase balita
kurus ini sudah jauh lebih rendah dibandingkan beberapa periode yang
lalu, tetapi upaya untuk mengurangi balita kurus harus tetap dilanjutkan.
Gizi buruk pada balita tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi diawali
dengan kenaikan berat badan balita yang tidak cukup. Perubahan berat
badan balita dari waktu ke waktu merupakan petunjuk awal perubahan
status gizi balita. Dalam periode 6 bulan, bayi yang berat badannya tidak
naik 2 kali berisiko mengalami gizi buruk 12.6 kali dibandingkan pada
balita yang berat badannya naik terus. Bila frekuensi berat badan tidak
naik lebih sering, maka risiko akan semakin besar (Litbang, 2007).

1
Penyebab gizi buruk dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling
terkait, antara lain asupan makanan yang kurang disebabkan karena tidak
tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak cukup mendapat makanan
bergizi seimbang, pola makan yang salah, serta anak sering menderita
sakit. Kekurangan konsumsi makanan yang berlangsung lama, kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan gizi anak, serta rendahnya
kondisi kesehatan lingkungan, selain itu juga dipengaruhi oleh masalah
ekonomi dan pelayanan kesehatan, serta pola asuh yang kurang memadai
sehingga berdampak pada meningkatnya jumlah balita dengan status gizi
buruk (Depkes, 2000).
Tetanus terjadi diseluruh dunia dan endemik pada 90 negara yang
sedang berkembang, tetapi insidensinya sangat bervariasi. Bentuk yang
paling sering, tetanus neonatorum (umbilicus), membunuh
sekurang-kurangnya 500.000 bayi setiap tahun karena ibu tidak
terimunisasi.
Penderita tetanus umumnya anak-anak, usia dibawah 15 tahun.
Dilaporkan 10 % kasus tetanus dapat berakibat fatal, yaitu sampai
menimbulkan kematian. Selama permulaan pertama dari abad ke-20,
tetanus merupakan penyebab umum dari kematian bayi dan anak-anak
muda. Penyakit ini juga dijumpai pada daerah padat penduduk ditingkat
sanitasi rendah. Oleh karena itu, menjaga kebersihan diri sangatlah penting,
karena berperan dalam menunjang kesehatan kita. Lingkungan buruk
merupakan sumber dan penularan penyakit
Tetanus merupakan penyakit yang sering ditemukan , dimana masih
terjadi di masyarakat terutama masyarakat kelas menengah ke bawah.
Di RS sebagian besar pasien tetanus berusia > 3 tahun dan < 1
minggu. Dari seringnya kasus tetanus serta kegawatan yang ditimbulkan,
maka sebagai seorang perawat atau bidan dituntut untuk mampu mengenali
tanda kegawatan dan mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi gizi buruk dan tetanus ?
2. Apa Etiologi gizi buruk dan tetanus ?
3. Bagaimana Tanda dan Gejala gizi buruk dan tetanus ?
4. Bagaimana Patofisiologi gizi buruk dan tetanus ?
5. Bagaimana Penatalaksanaan Medis gizi buruk dan tetanus ?
6. Apa Komplikasi gizi buruk dan tetanus ?
7. Bagaimana Pencegahan gizi buruk dan tetanus ?
8. Apa Dampak hospitalisasi bagi anak ?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan tetanus pada anak ?

C. Tujuan Penulisan
a. Umum
Yaitu, agar Mahasiswa/i memahami tentang penyakit gizi buruk dan tetanus
pada anak
b. Tujuan Khusus
Yaitu, agar Mahasiswa/i mengetahui dan memahami tentang :
a. Definisi dari gizi buruk dan tetanus.
b. Etiologi dari gizi buruk dan tetanus.
c. Tanda dan Gejala dari gizi buruk dan tetanus.
d. Patofisiologi dari gizi buruk dan tetanus.
e. Penatalaksanaan Medis dari gizi buruk dan tetanus.
f. Komplikasi dari gizi buruk dan tetanus.
g. Pencegahan dari gizi buruk dan tetanus.
h. Dampak hospitalisasi
i. Asuhan Keperawatan gizi buruk dan tetanus.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gizi Buruk
Malnutrisi adalah suatu keadaan klinis yang disebabkan
ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi, baik karena
kekurangan atau kelebihan asupan makanan maupun akibat kebutuhan
yang meningkat. Pada pembahasan selanjutnya yang dimaksud dengan
malnutrisi adalah keadaan klinis sebagai akibat kekurangan asupan
makanan ataupun kebutuhan nutrisi yang meningkat ditandai dengan
adanya gejala klinis, antropometris, laboratoris dan data analisis diet.
(Depkes RI, 2007).
Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat
diketahui dari pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia
minimal 2 tahun (baduta). Apabila pertambahan berat badan sesuai
dengan pertambahan umur menurut suatu standar organisasi kesehatan
dunia, dia bergizi baik. Kalau sedikit dibawah standar disebut bergizi
kurang yang bersifat kronis. Apabila jauh dibawah standar dikatakan
bergizi buruk. Jadi istilah gizi buruk adalah salah satu bentuk kekurangan
gizi tingkat berat atau akut (Pardede, J, 2006).
Malnutrisi ringan dan sedang umumnya tidak menunjukkan gejala
klinis yang spesifik: anak tampak kurus, BB/TB : 70-90% atau diantara
-2SD dan -3SD (Z-score), sangat mungkin terdapat gejala defisiensi
nutrien mikro. Malnutrisi berat umumnya menunjukkan gejala klinis
yang khas, BB/TB < 70% atau <-3SD (Z-score) kecuali bila ada edema
serta sudah terdapat kelainan biokimiawi. Saat ini kriteria WHO 1999
digunakan untuk diagnosis dan tatalaksana anak malnutrisi berat.
(Depkes RI, 2007).

4
Malnutrisi dapat terjadi secara primer atau sekunder. Malnutrisi
primer terjadi bila konsumsi makanan baik dari segi kualitas maupun
kuantitas inadekuat dan tidak seimbang.
Malnutrisi sekunder terjadi sebagai akibat kebutuhan nutrien yang
meningkat atau output yang berlebihan, umumnya pada penyakit kronik
baik infeksi maupun keganasan. (Depkes RI, 2007).
Gizi buruk berat dapat dibedakan tipe kwashiorkor,marasmus dan
tipe marasmus-kwarsiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada
ciri-ciri atau tanda klinis dari masing-masing tipe yang berbeda-beda.

1. Marasmus
a. Pengertian

Marasmus adalah bentuk malnutrisi protein kalori yang terutama


akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi
selama tahun pertama kehidupan, disertai retardasi pertumbuhan
dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. (Dorland, 1998).

5
Marasmus adalah suatu kondisi dimana anak mengalami
penurunanberat badan sehingga mengalami penciutan atau
pengurusan otot generalisatadan tidak adanya lemak subkutis
(Rudolph, 2014).
Marasmus adalah suatu bentuk kurang kalori-protein yang
berat.Keadaan merupakan hasil akhir dari interaksi antara
kekurangan makanan danpenyakit infeksi. Selain faktor lingkungan,
ada beberapa faktor lain pada anaksendiri yang dibawa sejak lahir,
diduga berpengaruh terhadap terjadinyamarasmus (Nurarif, 2013).

b. Etiologi
Menurut Behrman (1999:122) etiologi marasmus antara lain :
1) Pemasukkan kalori yang tidak mencukupi, sebagai akibat
kekurangan dalam susunan makanan.
2) Kebiasaan-kebiasaan makanan yang tidak layak, seperti terdapat
pada hubungan orang tua-anak yang terganggu atau sebagai
akibat kelainan metabolisme atau malformasi bawaan
3) Gangguan setiap sistem tubuh yang parah dapat menyebabkan
terjadinya malnutrisi.
4) Disebabkan oleh pengaruh negative faktor-faktor sosioekonomi
dan budaya yang berperan terhadap kejadian malnutrisi
sebelumnya, keseimbangan nitrogen yang negative dapat pula
disebabkan oleh diare kronik malabsorpsi protein, hilangnya
protein melalui air kemih (sindrom nefrotik), infeksi menahun,
luka bakar dan penyakit hati.

6
c. Pathway

d. Manifestasi Klinis
Menurut FKUI ( 1985 : 361 ). Ngastiyah ( 3005 : 259 ) dan
markum ( 1991 : 166 ) tanda dan gejala dari marasmus adalah :
1) Anak cengeng, rewel, dan tidak bergairsh.
2) Diare
3) Mata besar dan dalam
4) Akral dingin
5) Wajah seperti orang tua
6) Pertumbuhan dan perkembangan terganggu

7
7) Terjadi pantat begi karena atrofi otot
8) Jaringan lemak di bawah kulit akan menghilang, kulit keriput
dan turgor kulit jelek.
9) Perut membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas.
10) Nadi lambat dan metabolism nasal menurun
11) Vena supervisialis tampak lebih jelas
12) Ubun – ubun besar cekung
13) Tulang pipi dan dagu kelihatan cekung
14) Anoreksia
15) Serimg bangun malam.

e. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi menurut (Markum : 1999 : 168)
defisiensi Vitamin A, infestasi cacing, dermatis tuberkulosis,
bronkopneumonia, noma, anemia, gagal tumbuh serta keterlambatan
perkembangan mental dan psikomotor.
1) Defisiensi Vitamin A
Umumnya terjadi karena masukan yang kurang atau absorbsi
yang terganggu. Malabsorbsi ini dijumpai pada anak yang
menderita malnurtrisi, sering terjangkit infeksi enteritis,
salmonelosis, infeksi saluran nafas) atau pada penyakit hati.
Karena Vitamin A larut dalam lemak, masukan lemak yang
kurang dapat menimbulkan gangguan absorbsi.
2) Infestasi Cacing
Gizi kurang mempunyai kecenderungan untuk mudahnya
terjadi infeksi khususnya gastroenteritis. Pada anak dengan gizi
buruk/kurang gizi investasi parasit seperti cacing yang jumlahnya
meningkat pada anak dengan gizi kurang.

8
3) Tuberkulosis
Ketika terinfeksi pertama kali oleh bakteri tuberkolosis, anak
akan membentuk “tuberkolosis primer”. Gambaran yang utama
adalah pembesaran kelenjar limfe pada pangkal paru (kelenjar
hilus), yang terletak dekat bronkus utama dan pembuluh darah.
Jika pembesaran menghebat, penekanan pada bronkus mungkin
dapat menyebabkanya tersumbat, sehingga tidak ada udara yang
dapat memasuki bagian paru, yang selanjutnya yang terinfeksi.
Pada sebagian besar kasus, biasanya menyembuh dan
meninggalkan sedikit kekebalan terhadap penyakit ini. Pada anak
dengan keadaan umum dan gizi yang jelek, kelenjar dapat
memecahkan ke dalam bronkus, menyebarkan infeksi dan
mengakibatkan penyakit paru yang luas.
4) Bronkopneumonia
Pada anak yang menderita kekurangan kalori-protein dengan
kelemahan otot yang menyeluruh atau menderita poliomeilisis
dan kelemahan otot pernapasan. Anak mungkin tidak dapat batuk
dengan baik untuk menghilangkan sumbatan pus. Kenyataan ini
lebih sering menimbulkan pneumonia, yang mungkin mengenai
banyak bagian kecil tersebar di paru (bronkopneumonia).
5) Noma
Penyakit mulut ini merupakan salah satu komplikasi
kekurangan kalori-protein berat yang perlu segera ditangani,
kerena sifatnya sangat destruktif dan akut. Kerusakan dapat
terjadi pada jaringan lunak maupun jaringan tulang sekitar
rongga mulut. Gejala yang khas adalah bau busuk yang sangat
keras. Luka bermula dengan bintik hitam berbau diselaput mulut.
Pada tahap berikutnya bintik ini akan mendestruksi jaringan
lunak sekitarnya dan lebih mendalam. Sehingga dari luar akan
terlihat lubang kecil dan berbau busuk.

9
f. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan fisik
a) Mengukur tinggi badan dan berat badan
b) Menghitung indeks massa tubuh, yaitu berat badan dibagi
dengan tinggi badan.
c) Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah
belakang (lipatan trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga
lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya
dengan menggunakan jangka lengkung (kapiler). Lemak
dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh.
Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan
sekitar 2,5 cm pada wanita.
2) Pemeriksaan laboratorium
Menurut FKUI (1985:364) pada pemeriksaan laboratorium
memperlihatkan :
a) Karena adanya kelainan kimia darah, maka :
i. kadar albumin serum rendah
ii. kadar globumin normal atau sedikit tinggi
iii. peningkatan fraksi globumin alfa 1 dan globumin gama
iv. kadar globumin beta rendah
v. kadar globumin alfa 2 menetap
vi. kadar kolesterol serum menurun

b) Pada biopsi hati ditemukan perlemahan yang kadang-kadang


demikian hebatnya sehingga hampir semua sela hati
mengandung vakual lemak besar. Sering juga ditemukan tanda
fibosis, nekrosis dan infiltrasi sel mononukleus.
c) Pada hasil outopsi penderita kwashiorkor yang berat
menunjukan hampir semua organ mengalami perubahan
seperti degenerasi otot jantung, osteoporosis tulang dan
sebagainya.

10
Menurut Markum (1996:167) pada pemeriksaan laboratorium
menunjukan :
a) Penurunan badan albumin, kolesterol dan glukosa dalam
serum
b) Kadar globumin dapat normal atau meningkat, sehingga
perbandingan albumin dan globumin dapat terbalik kurang
dari 1.
c) Kadar asam amino esensial dalam plasma relatif lebih
rendah dari pada asam amino non esensial.
d) Umumnya kadar imunoglubin serum normal atau
meningkat.
e) Kadar Ig A serum normal, kadar Ig A sekretori rendah.

g. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan marasmus mengikuti 10 langkah utama
penatalaksanaan gizi buruk yaitu sebagai berikut :
1) Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia
Pada keadaan hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh
rendah. Jika anak sadar dan dapat menerima makanan usahakan
memberikan makanan sering 2-3 jam sekali. Jika anak tidak
dapat makan (tetapi masih dapat minum ) berikan air gula
dengan menggunakan sendok.
2) Pengobatan dan pencegahan hipotermia
Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah kurang
dari 36oC. Pada keadaan ini anak harus dihangatkan dengan cara
ibu atau orang dewasa lain mendekapkan anak didadanya lalu
ditutupi selimut atau dengan membungkus anak dengan
menggunakan selimut tebal dan meletakkan lampu didekatnya.
Selama masa penghangatan dilakukan pengukuran suhu anak
pada dubur setiap 30 menit sekali.

11
Jika suhu anak sudah normal dan stabil tetap bungkus anak
dengan selimut atau pakaian rangkap agar tidak kembali jatuh
kekeadaan hipotermia.
3) Pengobatan atau pencegahan kekurangan cairan
Tanda yang sering dijumpai pada anak dengan KEP berat
dengan dehidrasi adalah ada riwayat diare sebelumnya, anak
sangat kehausan, mata cekung, nadi lemah, tangan dan kaki
teraba dingin, anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup
lama. Tindakan yang dapat dilakukan adalah :
a) Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap
setengah jam sekali tanpa berhenti. Jika anak masih dapat
minum, lakukan tindakan rehidrasi oral dengan memberikan
minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap 30 menit dengan
sendok. Ciaran rehidrasi oral khusus untuk KEP disebut
ReSoMal.
b) Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat dapat
menggunakan oralit yang diencerkan 2x. Jika anak tidak
dapat minum, lakukan rehidrasi intravena RL atau glukosa
5% dan NaCL dengan perbandingan 1:1.
4) Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit
Pada semua KEP berat atau gizi buruk terjadi gangguan
keseimbangan elektrolit diantaranya :
a) Kelebihan natrium tubuh, walaupun kadar natrium plasma
rendah.
b) Defisiensi kalium dan magnesium.
Ketidakseimbangan elektrolit ini memicu terjadinya edema
dan untuk pemulihan elektrolit diperlukan waktu minimal 2
miggu.Ketidakseimbangan ini diterapi dengan memberikan:
i. K : 2 – 4 meq/kgBB/hari (150 – 300 mg KCL/kgBB/hari)
ii. Mg :0,3–0,6 meq/kgBB/hari (7,5 – 15 MgCl2/kgBB/hari).
iii. Berikan makanan rendah garam untuk rehidrasi.

12
5) Obati/cegah infeksi Pada KEP berat, tanda yang umumnya
menunjukan adanya infeksi seperti demam, seringkali tidak
nampak, oleh karena itu pada semua KEP berat secara rutin
diberikan:
a) Antibiotika spektrum luas, bila tanpa komplikasi:
kontrimoksazol 5 ml suspensi pediatri secara oral, 2 kali sehari
selama 5 hari (2,5 ml bila BB < 4 kg). b. Bila anak sakit berat
(apatis, letargi) atau ada komplikasi (hipoglikemia, hipotermia,
infeksi kulit, infeksi saluran napas atau saluran kencing) beri
ampisilin 50 mg/kgBB IM atau IV setiap 6 jam selama 2 hari,
kemudian secara oral amoksisilin 15 mg/kgBB setiap 8 jam,
selama 5 hari.
b) Bila amoksisilin tidak ada, maka teruskan ampisilin 50
mg/kgBB setiap 6 jam secara oral, atau gentamisin 7,5
mg/kgBB/IM atau IV sekali sehari selama 7 hari.
c) Bila dalam 48 jam tidak ada kemajuan klinis, tambahkan
kloramfenikol 25 mg/kgBB/IM atau IV setiap 6 jam selama 5
hari.
d) Bila terdeteksi kuman spesifik, beri pengobatan spesifik. Bila
anoreksia menetap selama 5 hari pengobatan antibiotik,
lengkapi pemberian hingga 10 hari.
e) Vaksinasi campak bila umur anak > 6 bulan dan belum pernah
diimunisasi.
f) Berikan setiap hari tambahan multivitamin, asam folat 1
mg/hari (5 mg hari pertama), seng (Zn) 2 mg/kgBB/hari. Bila
berat badan mulai naik: Fe 3 mg/kgBB/hari atau sulfas ferosus
10 mg/kgBB/hari. Vitamin A oral pada hari 1, 2 dan 14. Untuk
umur > 1 tahun 200.000 SI, umur 6 – 12 bulan 100.000 SI, dan
umur 0 – 5 bulan 50.000 SI.

13
6) Pemberian makanan pada anak dengan KEP berat
Pemberian diet KEP berat dibagi menjadi 3 fase :
a) Fase Stabilisasi (2 – 7 hari)
Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat
hati-hati, karena keadaan faal anak yang sangat lemah dan
kapasitas homeostatik berkurang. Pemberian makanan harus
dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang
sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup untuk
memenuhi metabolisme basal saja. Formula khusus seperti
formula WHO 75/modifikasi/modisko1/2 yang dilanjutkan
dan jadwal pemberian makanan harus disusun agar dapat
mencapai prinsip pemberian nutrisi pada fase
inisial/stabilisasi adalah sebagai berikut : Porsi kecil, sering,
rendah serat dan rendah laktosa, secara oral atau
nasogastrik.Kalori 100 kkal/kgBB/hari. Protein 1 – 1,5
gr/kgBB/hari. Cairan 130 ml/kgBB/hari.
Perhatikan masa tumbuh kejar balita
Fase ini meliputi 2 fase : fase transisi dan rehabilitasi
b) Fase Transisi (Minggu ke-2)
Fase pemberian makanan secara perlahan-lahan untuk
menghindari resiko gagal jantung dan intoleransi saluran
cerna bila anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah
banyak secara mendadak.
Ganti formula khusus awal dengan formula khususu
lanjutan (kalori 100 Kkal dan protein 2,9 gr/100 ml) dalam
jangka waktu 48 jam.
c) Fase Rehabilitasi (Minggu ke 3–7)
Pada masa pemulihan, dibutuhkan berbagai pendekatan
secara gencar agar tercapai asupan makanan yang tinggi dan
pertambahan BB > 10 gr/kgBB/hari.

14
Awal fase rehabilitasi ditandai dengan timbulnya selera
makan, biasanya 1 – 2 minggu setelah dirawat. Setelah masa
transisi dilampaui, anak diberi: Makanan/formula dengan
jumlah tidak terbatas dan sering, Energi 150 – 220
kkal/kgBB/hari. Protein 4 – 6 gr/kgBB/hari. Bila anak masih
mendapat ASI, teruskan tetapi beri formula lebih dulu karena
energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh
kejar. Fasilitasi tumbuh-kejar (“catch up growth”) Untuk
mengejar pertumbuhan yang tertinggal, anak diberi asupan
makanan seperti pada fase-fase tersebut di atas. Untuk itu
harus tersedia jumlah asupan makanan yang memadai seperti
pada tahapan fase-fase di atas.
d) Lakukan penangggulangan kekurangan zat gizi mikro
Semua pasien KEP berat mengalami kurang vitamin
dan mineral,walupun anemia biasa terjadi, jangan
tergesa-gesa memberikan preparat besi (Fe). Tunggu sampai
anak mau makan dan berat badannya mulai naik (pada
minggu kedua). Pemberian Fe pada masa stabilisasi dapat
memperburuk keadaaan infeksinya. Berikan setiap hari :
i. Tambahkan multivitamin lain
ii. Bila BB mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet
besi folat atau sirup besi
iii. Bila anak diduga penderita cacingan berikan pirantel
pamoat dosis tunggal
iv. Vitamin A oral 1 kali
v. Dosis tambahan disesuaikan dengan baku pedoman
pemberian kapsul vitamin A
e) Berikan stimulasi dan dukungan emosional
Pada KEP berat terjadi keterlambatan perkembangan mental
dan perilaku, karenanya diberikan : kasih sayang, lingkungan
yang menyenangkan, lakukan terapi bermain terstruktur

15
15-30 menit sehari, rencanakan aktifitas fisik setelah sembuh,
tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan
dan bermain).
f) Persiapan untuk tindak lanjut dirumah
Bila BB anak sudah berada digaris kuning anak dapat
dirawat dirumah dan dipantau oleh tenaga kesehatan
puskesmas didesa.
h. Discharge Planning
1. Pemberian ASI sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi
yang paling baik untuk bayi.
2. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi
pada umur 6 bulan keatas.
3. Pemberian imunisasi
4. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan
lingkungan dan kebersihan perorangan.
5. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah
kehamilan terlalu sering.
6. Penyuluhan atau pendidikan gizi tentang pemberian makanan
yang adekuat merupakan usaha pencegahan jangka panjang.
7. Pemantauan secara teratur pada bayi dan balita yang tinggal
didaerah endemik gizi buruk dengan cara emnimbang berat
badan tiap bulan secara teratur.

16
2. Kwasiokor
a. Pengertian

Kata “kwarshiorkor” berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang


berate “anak yang kekurangan kasih sayang ibu”. Kwashiorkor
adalah suatu syndrome klinik yang timbul sebagai akibat adanya
kekurangan protein yang parah dan pemasukan kalori yang kurang
dari yang dibutuhkan. (Behrman, Richard E. 1994 : 299)
Kwashiorkor adalah bentuk malnutrisi berenergi protein yang
disebabkan oleh defisiensi protein yang berat, asupan kalori
biasanya juga mengalami defisiensi. (Dorland, 1998) Kwashiorkor
terjadi terutamanya karena pengambilan protein yang tidak cukup.
Pada penderita yang menderita kwashiorkor, anak akan mengalami
gangguan pertumbuhan, perubahan mental yaitu pada biasanya
penderita cengeng dan pada stadium lanjut menjadi apatis dan
sebagian besar penderita ditemukan edema.

17
Selain itu, pederita akan mengalami gejala gastrointestinal yaitu
anoreksia dan diare. Hal ini mungkin karena gangguan fungsi hati,
pankreas dan usus. Rambut kepala penderita kwashiorkor senang
dicabut tanpa rasa sakit. (Hassan et al., 2005).

b. Etiologi
Kwasiokor paling seringnya terjadi pada usia antara 1-4 tahun,
namun dapat pula terjadi pada bayi. Kwasiokor yang mungkin
terjadi pada orang dewasa adalah sebagai komplikasi dari parasit
atau infeksi lain. Banyak hal yang terjadi penyebab kwasiokor,
namun faktor paling mayor adalah menyusui, yaitu ketika ASI
digantikan oleh asupan yang tidak adekuat atau tidak seimbang.
Setelah usia 1 tahun atau lebih, kwaiokor dapat muncul bahkan
ketika kekurangan bahan pangan bukanlah menjadi masalahnya,
tetapi kebiasaan adat atau ketidaktahuan yang menyebabkan
penyimpangan keseimbangan nutrisi yang baik.
Walupun kekurangan kalori dan bahan-bahan makanan yang lain
mempersulit pola-pola klinik dan kimiawinya, gejala-gejala utama
malnutrisi protein disebabkan oleh kekurangan pemasukan protein
yang mempunyai nilai biologic yang baik. Bisa juga terdapat
gangguan penyerapan protein, misalnya yang dijumpai pada
keadaan diare kronik, kehilangan protein secara tidak normal pada
proteinuria (nefrosis), infeksi, perdarahan atau luka-luka bakar
serta kegagalan melakukan sintesis protein, seperti yang
didapatkan pula pada penyakit hati kronis.

18
c. Manifestasi Klinis
Tanda atau gejala yang dapat dilihat pada anak dengan Malnutrisi
protein berat-Kwashiorkor, antara lain :
1) Wujud Umum
Secara umumnya penderita kwashiorkor tampak pucat,
kurus, atrofi pada ekstremitas,adanya edema pedis dan pretibial
serta asites. Muka penderita ada tanda moon face dariakibat
terjadinya edema.
a) Edema
Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik
ringan maupun berat. Edemanyabersifat pitting. Edema
terjadi bisa disebabkan hipoalbuminemia, gangguan
dindingkapiler, dan hormonal akibat dari gangguan
eliminasi ADH.
b) Kelainan Rambut
Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai
bangunnya (texture), maupunwarnanya. Sangat khas untuk
penderita kwashiorkor ialah rambut kepala yang
mudahtercabut tanpa rasa sakit.
Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut akan tampak
kusam, halus, kering, jarang dan berubah warna menjadi
putih. Sering bulu matamenjadi panjang.
c) Kelainan Kulit
Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan
garis-garis kulit yang lebihmendalam dan lebar. Sering
ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit.
Padasebagian besar penderita dtemukan perubahan kulit
yang khas untuk penyakit kwashiorkor, yaitu crazy
pavement dermatosis yang merupakan bercak-bercak putih
atau merah muda dengan tepi hitam ditemukan pada bagian
tubuh yang sering mendapat tekanan.

19
Terutama bila tekanan itu terus-menerus dan disertai
kelembapan oleh keringat atau ekskreta, seperti pada
bokong, fosa politea, lutut, buku kaki, paha,lipat paha, dan
sebagainya.
Perubahan kulit demikian dimulai dengan
bercak-bercak kecil merah yang dalam waktu singkat
bertambah dan berpadu untuk menjadi hitam.Pada suatu saat
mengelupas dan memperlihatkan bagian-bagian yang tidak
mengandung pigmen, dibatasi oleh tepi yang masih hitam
oleh hiperpigmentasi
d) Kelainan Gigi dan Tulang
Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi,
osteoporosis, danhambatan pertumbuhan. Sering juga
ditemukan caries pada gigi penderita
e) Kelainan Hati
Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga
ditemukan biopsi hati yang hampirsemua sela hati
mengandung vakuol lemak besar. Sering juga ditemukan
tanda fibrosis,nekrosis, da infiltrasi sel mononukleus.
Perlemakan hati terjadi akibat defisiensi factorlipotropic.
f) Kelainan Darah dan Sumsum Tulang
Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita
kwashiorkor. Bila disertai penyakit lain, terutama infestasi
parasit (ankilostomiasis, amoebiasis) maka dapat dijumpai
anemia berat. Anemia juga terjadi disebabkan kurangnya
nutrien yang penting untuk pembentukan darah seperti Ferum,
vitamin B kompleks (B12, folat, B6). Kelainan dari
pembentukan darah dari hipoplasia atau aplasia sumsum
tulang disebabkan defisiensi protein dan infeksi menahun.
Defisiensi protein juga menyebabkan gangguan pembentukan
sistem kekebalan tubuh.

20
g) Kelainan Pankreas dan Kelenjar Lain
Di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis,
lakrimal, saliva dan usus halus terjadi perlemakan.
h) Kelainan Jantung
Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi
jantung disebabkan hipokalemidan hipomagnesemia.
i) Kelainan Gastrointestinal
Gejala gastrointestinal merupakan gejala yang penting.
Anoreksia kadang-kadang demikian hebatnya, sehingga
segala pemberian makanan ditolak dan makanan hanya dapat
diberikan dengan sonde lambung. Diare terdapat pada
sebagian besar penderita.
Hal ini terjadi karena 3 masalah utama yaitu berupa infeksi
atau infestasi usus,intoleransi laktosa, dan malabsorbsi lemak.
2) Retardasi Pertumbuhan
Gejala penting ialah pertumbuhan yang terganggu. Selain
berat badan, tinggi badanjuga kurang dibandingkan dengan
anak sehat.
3) Perubahan Mental
Biasanya penderita cengeng, hilang nafsu makan dan rewel.
Pada stadium lanjut bisamenjadi apatis. Kesadarannya juga bisa
menurun, dan anak menjadi pasif.

d. Komplikasi
Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena
infeksi dikarenakan lemahnya sistem imun. Tinggi maksimal dan
kempuan potensial untuk tumbuh tidak akan pernah dapat dicapai
oleh anak dengan riwayat kwashiorkor. Bukti secara statistik
mengemukakan bahwa kwashiorkor yang terjadi pada awal
kehidupan (bayi dan anak-anak) dapat menurunkan IQ secara
permanen.

21
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan darah : albumin, globulin, protein total, elektrolit
serum, biakan darah
2) Pemeriksaan urin : urin lengkap dan kultur urin
3) Uji faal hati
4) EKG
5) X-Ray paru

22
23
f. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan adalah pemberian makanan yang banyak
mengandung protein bernilai biologik tinggi, tinggi kalori, cukup
cairan, vitamin dan mineral. Dalam keadaan dehidrasi dan asidosis
pedoman pemberian nutrisi adalah sebagai berikut :
1) Jumlah cairan adalah 200 ml/KgBB/hari
2) Makanan tinggi kalori tinggi protein 3-5 g/KgBB
3) Kalori 150-200 Kkal/KgBB/hari
4) Vitamin dan mineral, asam folat peroral 3x5 mg/hari
g. Discharge Planning
1) Diet adekuat dengan jumlah yang tepat dari karbohidrat, lemak
(minimal 10% dari total kalori), dan protein (12% dari total
kalori).
2) Konsumsi diet yang seimbang dengan cukup karbohidrat,
cukup lemak dan protein yang bisa mencegah terjadinya
kwasiokor.
3) Protein utamanya harus disediakan dalam makanan. Untuk
mendapatkan sumber protein yang bernilai tinggi bisa
didapatkan dari protein hewan seperti susu, keju, daging, telur
dan ikan.Bisa juga mendapatkan protein dari protein nabati
seperti kacang hijau atau kacang kedelai.

24
3. Marasmus-Kwasiokor

Marasmus-Kwashiorkor adalah salah satu kondisi dari kurang gizi


berat yang gejala klinisnya merupakan gabungan dari marasmus, yaitu
kondisi yang disebabkan oleh kurangnyaasupan energi, dan
kwashiorkor, yaitu kondisi yang disebabkan oleh kurangnya asupan
protein sehingga gejalanya disertai edema.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kekurangan gizi
sebagai"ketidakseimbangan seluler antara asupan nutrisi dan energi
dan kebutuhan tubuh untuk menjamin pertumbuhan, pemeliharaan, dan
fungsi-fungsi khusus." Malnutrisi protein-energi (KEP) berlaku untuk
sekelompok gangguan yang berhubungan seperti marasmus,
kwashiorkor,dan marasmus-kwashiorkor. Istilah marasmus berasal dari
kata Yunani “marasmos”, yang berarti layu atau kurang tenaga.
Marasmus berhubungan dengan asupan yang tidak memadai protein
dan kalori dan ditandai oleh kekurusan.

25
Istilah kwashiorkor ini diambil dari bahasa Ga dari Ghanadan berarti
"penyakit dari penyapihan." Williams pertama kali menggunakan
istilah pada tahun1933, dan mengacu pada asupan protein yang tidak
memadai dengan asupan kalori dan energiyang wajar. Edema adalah
karakteristik dari kwashiorkor namun tidak ada dalam marasmus.
Studi menunjukkan bahwa marasmus merupakan respon
adaptif/penyesuaian terhadap kelaparan, sedangkan kwashiorkor
merupakan respon maladaptive terhadap kelaparan. Anak-anak
mungkin datang dengan gambaran beragam antara marasmus dan
kwashiorkor, dan anak-anak dapat datang dengan bentuk yang lebih
ringan dari malnutrisi. Untuk alasan ini, Jelliff emenyarankan istilah
malnutrisi protein-kalori (energi) untuk menyatukan istilah dari
keduanya.
Marasmic-kwarsiorkor memiliki manifestasi klinis gabungan antar
marasmud dan kawarsiorkor. Penyakit marasmus-kwashiorkor
memperlihatkan gejala campuran antara penyakit marasmus dan
kwashiorkor. Makanan sehari-harinya tidak cukup mengandung protein
dan juga energi untuk pertumbuhan yang normal. Pada penderita
demikian, disamping menurunnya berat badan di bawah 60% dari
normal memperlihatkan gejala-gejala kwashiorkor, seperti edema,
kelainan rambut, kelainan kulit, sedangkan kelainan biokimiawi terlihat
pula.

26
27
Perbedaan marasmus, kwarsiorkor dan marasmic-kwarsiorkor
Marasmus Kwarsiorkos Marasmic-kwarsiorkor
- Anak tampak sangat kurus, - Edema di seluruh tubuh, -Anak tampak sangat kurus,
tinggal tulang terbungkus terutama pada punggung kaki tinggal tulang terbungkus
kulit, - Wajah membulat dan sembab kulit,
-Wajah seperti orang tua - Pandangan mata sayu - disertai edema pada
- Cengeng, rewel - Perubahan status mental: punggung kaki yang tidak
- Perut cembung cengeng, rewel, kadang apatis terlalu mencolok
- Kulit keriput - Rambut berwarna - perut cembung
- Sering disertai diare kronik kepirangan, kusam, dan mudah - Rambut berwarna
atau sembeli dicabut kepirangan, kusam, dan
- Otot mengecil, teramati mudah dicabut
terutama saat berdiri dan - kulit keriput
duduk
-Bercak merah coklat pada
kulit, yang dapat berubah
hitam dan mengelupas
- menolak segala jenis
makanan (anoreksia)
- Sering disertai anemia, diare,
dan infeksi.

28
B. Tetanus
1. Definisi Tetanus
Tetanus adalah penyakit akut yang disebabkan oleh clostridium
tetani yang dihasilkan oleh exotoksin. Tetanus adalah penyakit infeksi yang
akut dan kadang fatal yang disebabkan oleh neurotoksin (tetanospasmin)
yang dihasilkan oleh clostridium tetani, yang sporanya masuk melalui
luka.(kamus kedokteran Dorlan)
Tetanus adalah penyakit akibat infeksi luka oleh bakteri clostridium
tetani dengan gejala kejang-kejang. (Ahmad A. K. Miuda, kamus
kedokteran)
Tetanus adalah suatu penyakit toksemik akut yang disebabkan oleh
infeksi Clostridium tetani, pada kulit atau luka. Tetanus merupakan manifes
dari intoksikasi terutama pada disfungsi neuromuscular, yang disebabkan
oleh tetanospasmin, toksin yang dilepaskan oleh Clostridium tetani.
Keadaan sakit diawali dengan terjadinya spasme yang kuat pada otot rangka
dan diikuti adanya kontraksi paroksismal. Kekakuan otot terjadi pada
rahang (lockjaw) dan leher pada awalnya, setelah itu akan merata ke seluruh
tubuh.(Brook I., 2002).
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya
karena mempengaruhi sistem saraf dan otot. Kata tetanus diambil dari
bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein yang berarti menegang. Penyakit
ini adalah penyakit infeksi di mana spasme otot tonik dan hiperrefleksia
menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya
punggung (opistotonus), spasme glotal, kejang dan spasme dan paralisis
pernapasan.

2. Etiologi
Penyakit tetanus disebabkan oleh kuman klostridium tetani. Kuman
ini banyak terdapat dalam kotoran hewan memamah biak seperti sapi, kuda,
dan lain-lain sehingga luka yang tercemar dengan kotoran hewan sangat
berbahaya bila kemasukan kuman tetanus. Tusukan paku yang berkarat

29
sering juga membawa clostridium tetani kedalam luka lalu berkembang
biak. Bayi yang baru lahir ketika tali pusarnya dipotong bila alat pemotong
yang kurang bersih dapat juga kemasukan kuman tetanus.
Clostiridium tetani adalah kuman yang berbentuk batang seperti
penabuh genderang berspora, golongan gram positif, hidup anaerob. Kuman
ini mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik (tetanus spasmin), yang
mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat.
Timbulnya tetanus ini terutama oleh clostiridium tetani yang didukung oleh
adanya luka yang dalam dengan perawatan yang salah.

3. Tanda dan Gejala


Gejala-gejala biasanya muncul dalam waktu 5-10 hari setelah
infeksi, tetapi bisa juga timbul dalam waktu 2 hari atau 50 hari setelah
infeksi. Gejala yang sering ditemukan adalah kekakuan rahang dan sulit
dibuka (trismus) karena yang pertama kali terserang adalah otot rahang.
Selanjutnya muncul gejala lain seperti gelisah, gangguan memelan, sakit
kepala, demam, nyeri tenggorokan, mengigil, kejang otot dan kaku kuduk,
lengan serta tungkai.
Kejang pada otot-otot wajah menyebabkan expresi wajah seperti
menyeringai (risus sardonikus), dengan dua alis yang terangkat. Kekakuan
atau kejang otot-otot perut, leher dan punggung bisa menyebabkan kepala
dan tumit penderita tertarik kebelakang sedangkan badannya melengkung
ke depan yang disebut epitotonus. Kejang pada otot sfingter perut bagian
bawah bisa menyebabkan retensi urine dan konstipasi.
a. Tanda dan gejala yang timbul ketika terjadi tetanus :
1) Masa inkubasi tetanus berkisar antara 2-21 hari
2) Ketegangan otot rahang dan leher (mendadak)
3) Kesukaran membuka mulut (trismus)
4) Kaku kuduk (epistotonus), kaku dinding perut dan tulang belakang
5) Saat kejang tonik tampak risus sardonikus

30
b. Gambaran Umum yang Khas pada Tetanus
1) Badan kaku dengan epistotonus
2) Tungkai dalam ekstensi
3) Lengan kaku dan tangan mengepal
4) Biasanya keasadaran tetap baik
5) Serangan timbul proksimal dan dapat dicetuskan oleh karena :
6) Rangsang suara, rangsang cahaya, rangsang sentuhan, spontan.
7) Karena kontriksi sangat kuat dapat terjadi aspiksia, sianosis, retensi
urine, fraktur vertebralis (pada anak-anak), demam ringan dengan
stadium akhir. Pada saat kejang suhu dapat naik 2-4 derajat celsius
dari normal, diaphoresis, takikardia dan sulit menelan.

4. Patofisiologi
a. Penyakit tetanus terjadi karena adanya luka pada tubuh seperti; luka
tertusuk paku, pecahan kaca atau kaleng, luka tembak, luka bakar,
luka yang kotor dan pada bayi dapat melalui pemotongan tali pusat.
b. Organisme multipel membentuk dua toksin yaitu tetanopasmin yang
merupakan toksin kuat dan atau neutropik yang dapat menyebabkan
ketegangan dan spasme otot dan mempengaruhi sistem syaraf pusat.
Kemudian tetanolysin yang tampaknya tidak signifikan.
c. Exotoksin yang dihasilkan akan mencapai pada sistem syaraf
pusatdengan melewati akson neuron atau sistem vaskular. Kuman ini
menjadi terikatpada sel syaraf atau jaringan syaraf dan tidak dapat
lagi dinetralkan oleh antitoksin spesifik. Namun toxin yang bebas
dalam peredaran darah sangat mudah dinetralkan oleh arititosin.
d. Hipotesa cara absorbsi dan bekerjanya toxin; adalah pertama toxin
diabsorbsi pada ujung syaraf motorik dan melalui aksis silindrik
dibawa kekornu anterior susunan syaraf pusat. Kedua toxin
diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk kedalam sirkulasi darah
arteri kemudian masuk kesusunan syaraf pusat.

31
e. Toxin bereaksi pada myoneural junktion yang menghasilkan otot
menjadi kejang dan mudah sekali terangsang.
f. Masa inkubasi 2 hari sampai 2 bulan dan rata-rata 10 hari. Kasus
yang sering terjadi adalah 14 hari. Sedangkan untuk neonatus
biasanya 5 sampai 14 hari.

5. Pathway

32
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan fisik : adanya luka dan ketegangan otot yang khas
terutama pada rahang.
b. Pemeriksaan darah (kalsium dan fosfat).
c. Diagnosa didasarkan pada riwayat perlukaan disertai keadaan klinis
kekakuan otot rahang.
d. Laboratorium ; leukositosis ringan, peninggian tekanan otak, deteksi
kuman sulit
e. Pemeriksaan Ecg dapat terlihat gambaran aritmia ventrikuler

33
7. Penatalaksanaan Tetanus
a. Penatalaksanaan Terapeutik
1) Di rawat dalam ruang yang intensif
2) Pemberian ATS (anti tetanus serum) 20.000 U secara IM di
dahului oleh uji kulit dan mata.
3) Anti kejang dan penenang (fenobarbital bila kejang hebat,
diazepam, largaktil).
4) Antibiotik PP(penasilin 50.000 U/kgbb/hari)
5) Diit tinggi kalori dan protein.
6) Perawatan isolasi.
7) Pemberian oksigen, pemasangan NGT bila perlu intubasi dan
trakeostomi bila indikasi.
8) Pemberian terapi intravena bila indikasi.
b. Pembedahan
1) Problema pernafasan ; Trakeostomi (k/p) dipertahankan beberapa
minggu; intubasi trakeostomi atau laringostomi untuk bantuan
nafas.
2) Debridemen atau amputasi pada lokasi infeksi yang tidak
terdeteksi.
8. Komplikasi Tetanus
a. Patah tulang (fraktur)
Kejang otot berulang-ulang dan kejang-kejang yang disebabkan
oleh infeksi tetanus dapat menyebabkan patah tulang di tulang belakang,
dan juga di tulang lainnya. Patah tulang kadang-kadang dapat
menyebabkan kondisi yang disebut myositis circumscripta ossificans,
yang mana tulang mulai terbentuk dalam jaringan lunak, sering di
sekitar sendi.
b. Aspirasi pneumonia
Jika Anda memiliki infeksi tetanus, rigiditas otot dapat membuat
batuk dan menelan sulit. Hal ini dapat menyebabkan pneumonia aspirasi
untuk berkembang.

34
Aspirasi pneumonia terjadi sebagai akibat menghirup sekresi atau
isi perut, yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan bawah.
c. Laryngospasm
Laryngospasm adalah tempat laring (kotak suara) masuk ke dalam
kejang, singkat sementara yang biasanya berlangsung 30-60 detik.
Laryngospasm mencegah oksigen dari mencapai paru-paru Anda,
membuat sulit bernapas. Setelah serangan laryngospasm, pita suara
Anda biasanya akan rileks dan kembali normal.
Namun, dalam kasus yang sangat parah, laryngospasm dapat
mengakibatkan asfiksia (mati lemas). Tidak ada obat untuk efektif
mengobati laryngospasm, tetapi duduk dan mencoba untuk rileks
seluruh tubuh Anda dapat mempercepat pemulihan.
d. Pulmonary emboli
Suatu emboli paru adalah kondisi serius dan berpotensi mengancam
nyawa. Hal ini disebabkan oleh penyumbatan dalam pembuluh darah di
paru-paru yang dapat mempengaruhi pernapasan dan sirkulasi. Oleh
karena itu, penting bahwa pengobatan segera diberikan dalam bentuk
obat anti-pembekuan dan, jika diperlukan, terapi oksigen.
e. Gagal ginjal akut
Kejang otot parah yang berhubungan dengan infeksi tetanus dapat
menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai rhabdomyolysis.
Rhabdomyolysis adalah tempat otot rangka dengan cepat hancur,
sehingga mioglobin (protein otot) bocor ke dalam urin. Hal ini dapat
menyebabkan gagal ginjal akut

35
9. Pencegahan
Karena infeksi tetanus seringkali berakibat fatal, maka tindakan
pencegahan merupakan hal terpenting untuk dilakukan. Pencegahan bisa
dilakukan dengan dua cara utama, imunisasi dan penanganan luka.
Ada dua jenis imunisasi untuk setiap penyakit, aktif dan pasif.
Disebut imunisasi aktif saat vaksin diberikan kepada orang sehingga sistem
kekebalan tubuh bisa membuat antibodi untuk membunuh kuman
penginfeksi. Sebagian besar ahli, seperti yang dikutip situs webmd,
menganjurkan untuk melakukan imunisasi Td (tetanus dan diphtheria)
setiap 10 tahun sekali.
Sedangkan, mereka yng belum pernah menerima vaksin imunisasi
sebaiknya mendapatkan 3 seri imunisasi setiap 7 bulan. Ada juga bukti yang
menunjukkan kalau imunisasi tetanus efektif lebih dari 10 tahun. Beberapa
ahli mengatakan kalau imunisasi pertama saat sekolah menengah atas dan
imunisasi kedua di usia 60 bisa melindungi dari serangan tetanus seumur
hidup.
Saat luka, bahkan goresan sekecil apapun, sepanjang merusak kulit,
mempunyai kemungkinan mengalami tetanus. Sebagain besar dokter
menyarankan langkah berikut: Jika lukanya bersih dan Anda belum
menerima imunisasi tetanus selama 10 tahun terakhir, Anda
direkomendasikan untuk melakukan imunisasi.
Jika lukanya kotor atau cenderung mengalami tetanus, dokter
menyarankan Anda untuk melakukan imunisasi jika Anda belum
melakukan imunisasi selama 5 tahun terakhir. Luka yang cenderung
mengalami tetanus adalah luka yang dalam dan terkontaminasi dengan
kotoran atau tanah.

36
Jika tidak yakin kapan terakhir kali Anda menerima imunisasi, lebih
baik memilih cara aman dengan melakukan imunisasi. Jika Anda belum
pernah menerima imunisasi saat anak-anak dan mengalami luka terbuka,
dokter mungkin akan memberikan vaksin saat perawatan pertama luka.
Anda harus kembali memeriksakan diri ke dokter 4 minggu kemudian dan 6
bulan kedepannya untuk melengkapi vaksin pertama Anda.
Hal kedua yang sangat penting untuk dilakukan adalah
membersihkan luka secara menyeluruh. Bersihkan luka dengan air bersih
dan sabun, cobalah mengeluarkan semua partikel dan kotoran dari luka. Hal
ini tidak hanya akan mencegah tetanus tetapi juga mencegah infeksi bakteri
lainnya.

10. Dampak hospitalisasi pada anak


Dampak tersebut bersifat individual dan sangat tergantung pada usia
perkembangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem
pendukung yang tersedia dan kemampuan koping yang dimilikinya, pada
umumnya ,reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan karena perpisahan,
kehilangan, perlukaan tubuh dan rasa nyeri. Dampak anak pada
hospitalisasi :
a. Masa bayi (0-1 th)
1) Dampak perpisahan
2) Pembentukan rasa P.D dan kasih sayang
3) Usia anak > 6 bln terjadi stanger anxiety /cemas
1) Menangis keras
2) Pergerakan tubuh yang banyak
3) Ekspresi wajah yang tak menyenangkan
b. Masa todler (2-3 th)
1) Tahap protes menangis, menjerit, menolak perhatian orang lain
2) Putus asa menangis berkurang,anak tak aktif,kurang menunjukkan
minat bermain, sedih, apatis
3) Pengingkaran atau denial

37
4) Mulai menerima perpisahan
5) Membina hubungan secara dangkal
6) Anak mulai menyukai lingkungannya
c. Masa prasekolah ( 3 sampai 6 tahun )
1) Menolak makan
2) Sering bertanya
3) Menangis perlahan
4) Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan
d. Masa sekolah 6 sampai 12 tahun
Perawatan di rumah sakit memaksakan meninggalkan lingkungan
yang dicintai, keluarga, kelompok sosial sehingga menimbulkan
kecemasan.
Kehilangan kontrol berdampak pada perubahan peran dalam
keluarga, kehilangan kelompok sosial, perasaan takut mati, kelemahan
fisik. Reaksi nyeri bisa digambarkan dgn verbal dan non verbal.
e. Masa remaja (12 sampai 18 tahun )
Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya.
Saat MRS cemas karena perpisahan tersebut. Pembatasan aktifitas
kehilangan control. Reaksi yang muncul :
1) Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan
2) Tidak kooperatif dengan petugas
3) Perasaan sakit akibat perlukaan menimbulkan respon :
1) bertanya-tanya
2) menarik diri
3) menolak kehadiran orang lain.

38
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Marasmus
a. Pengkajian
1) Biodata
Identitas pasien, umur, jenis kelamin, alamat, No.Reg,
Diagnosa Medis, identitas penanggung jawab, Tanggal masuk
rumah sakit dll.
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
b) Riwayat kesehatan sekarang
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan
gangguan pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin
turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain
yang menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Pasien pernah masuk Rs karena alergi, Meliputi
pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal,
hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi,
pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi
(lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual,
interaksi dan lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji dalam
hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak
(riwayat kekurangan protein dan kalori dalam waktu relatif
lama).

39
d) Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga,
lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan
pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota
keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat
mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang
penyakit pasien dan lain-lain.
e) Pengkajian Fisik
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga,
lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan
pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota
keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat
mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang
penyakit pasien dan lain-lain.Pengkajian secara umum
dilakukan dengan metode head to too yang meliputi:
keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area
kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan
genito-urinaria.
Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmus adalah
pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan,
lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit).
f) Pemeriksaan Penunjang
Anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik
normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis
akibat hipoplasia kronis sum-sum tulang di samping karena
asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati
dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar
albumin serum yang menurun. Pemeriksaan radiologis juga
perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada
paru

40
b. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang kurang
2) Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan malnutrisi
3) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
status nutrisi
4) Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun
5) Defisiensi pengetahuan mengenai kondisi, diit, perawatan dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

41
42
43
44
45
46
2. Kwasiokor
a. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Biodata anak terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, suku/bangsa, golongan darah, tanggal masuk rumah
sakit, tanggal pengkajian, no medrec, diagnosa medis, alamat.
Kwashiorkor paling seringnya pada usia antara 1 – 4 tahun,
namun dapat pula terjadi pada bayi.
2) Riwayat sakit dan Kesehatan
a) Keluhan utama :
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan
gangguan pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin
turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain
yang menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.
b) Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan kwashiorkor biasanya mengalami
gangguan pertumbuhan (BB < 80% dari BB normal
seusianya), bengkak, serta mengalami keterbelakangan
mental yaitu apatis dan rewel. Pada anak kwarshiorkor juga
mengalami penurunan nafsu makan ringan sampai berat.
c) Riwayat Peri natal
i. Tahap Prenatal :
Hal yang dikaji adalah terkait asupan nutrisi pada ibu
selama kehamilan. Kekurangan nutrisi pada ibu selama
kehamilan jugan memungkinkan anak juga akan mengalami
malnutrisi. Setelah itu, infeksi yang mungkin dapat timbul
pada ibu dan menyalur ke anak dan menjadi infeksi kronis
bagi anak.

47
ii. Tahap Intranatal :
Hal yang dikaji adalah proses selama persalinan. Bayi
mungkin dapat lahir dengan berat badan rendah, dan karena
pengetahuan ibu yang kurang sehingga kwarshiorkor dapat
timbul saat bayi
iii. Tahap Post natal :
Hal yang dikaji adalah asupan nutrisi seperti pemberian
ASI eksklusif dan pemberian nutrisi setelah asi eksklusif.
Beberapa ibu terkadang tidak memberikan asi eksklsif pada
bayinya setelah melahirkan. Hal ini beresiko anak mengalami
malnutrisi.
c) Riwayat penyakit keluarga.
Kaji apakah ada riwayat penyakit keluarga yang bisa
menyebabkan terjadinya kwarshiorkor. Namun, sebagian
besar tidak ada pengaruh genetik yang dapat menyebabkan
kwarshiorkor. Penyebab kwarshiorkor dikaitkan dengan
asupan nutrisi yang tidak adekuat.
3) Pengkajian Psikososial :
Ibu dengan anak yang menderita kwarshiorkor dapat
mengalami cemas dikarenakan penurunan berat badan anak,
penurunan nafsu makan serta anak yang sering rewel.
4) Pengkajian lingkungan rumah dan komunitas:
Lingkungan yang buruk, dapat memicu timbulnya infeksi.
Anak dapat terkena kwarshiorkor dikarenakan infeksi yang
kronik misalnya diare yang membuatnya mengalami gangguan
penyerapan protein.
5) Riwayat nutrisi :
Anak dengan kwarshiorkor akan mengalami malnutrisi
terutama defisiensi protein. Ana juga kekurangan asupan
karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral penting yang
diperlukan tubuh.

48
Vitamin yang kurang diantaranya pembentuk darah seperti
Ferum, vitamin B kompleks (B12, folat, B6) dan vitamin A yang
penting untuk pertumbuhan mata.
6) Riwayat pertumbuhan perkembangan :
a) Anak yang menderita kwarshiorkor mengalami keterlambatn
pertumubuhan akibat defisiensi protein dan gangguan
penglihatan.
b) Kecerdasan anak dengan kwarshiorkor juga akan menurun
akibat keterbelakangan pertumbuhan dan perkembangan
c) Anak yang mengalami gangguan anoreksia dapat
memperberat gangguan nutrisi sehingga intake nutrisi
semakin berkurang

b. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan sekresi trakheobronkhial sekunder terhadap infeksi
saluran pernafasan.
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang kurang (protein) ditandai
dengan pasien yang tidak mau makan, anoreksia, makanan yang
tidak bervariasi, BB menurun, tinggi badan yang tidak
bertambah.
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
4) Resiko aspirasi berhubungan dengan pemberian makanan atau
minuman melalui selang (sonde) dan peningkatan sekresi
trakheobronkhial.
5) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
6) Ansietas berhubungan dengan status ekonomi orang tua,
perubahan status anak (malnutrisi).

49
50
51
52
53
54
55
3. Tetanus
a. Pengkajian
1) Identitas pasien
2) Identitas orang tua :
a) Ayah : Nama, usia, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat.
b) Ibu : Nama, usia, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat
3) Keluhan utama atau alasan masuk RS.
4) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Seperti adanya luka atau imunisasi yang tidak adekuat.
b) Riwayat kesehatan masa lalu
c) Ante natal care
d) Natal care
e) Post natal care
f) Riwayat kesehatan keluarga
5) Riwayat imunisasi
6) Riwayat tumbuh kembang
7) Riwayat Nutrisi
a) Pemberian ASI
b) Susu Formula
c) Pemberian makanan tambahan
d) Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
8) Riwayat Psikososial
9) Riwayat Spiritual
10) Reaksi Hospitalisasi
11) Pemahaman keluarga tentang sakit yang rawat nginap
12) Aktifitas sehari-hari
a) Nutrisi
b) Cairan
c) Eliminasi BAB/BAK
d) Istirahat tidur

56
e) Olahraga
f) Personal Hygiene
g) Aktifitas/mobilitas fisik
h) Rekreasi
13) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum klien
b) Tanda-tanda vital
c) Antropometri
d) System pernafasan : dyspnea asfiksia dan sianosis akibat
kontraksi oto pernafasan.
e) System cardiovascular : disritmia, takicardi, hipertensi dan
perdarahan, suhu tubuh awalnya 38 - 40°Catau febris sampai
ke terminal 43 - 44°C.
f) System neurologis : irritability (awal), kelemahan, konvulsi
(akhir), kelumpuhan satu atau beberapa saraf otak.
g) System perkemihan : retensi urine (distensi kandung kemih
dan urine output tidak ada/oliguria)
h) System pencernaan : konstipasi akibat tidak ada pergerakan
usus.
i) System integument dan muskuloskletal : nyeri kesemutan
pada tempat luka, berkeringatan (hiperhidrasi), pada awalnya
didahului trismus, spasme otot muka dengan peningkatan
kontraksi alis mata, risus sardonicus, otot kaku dan kesulitan
menelan.
j) Sistem saraf : Fungsi cerebral, fungsi kranial, fungsi motorik,
fungsi sensorik, fungsi cerebelum, refleks, iritasi meningen
14) Tes Diagnostik atau pemeriksaan penunjang

57
b. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan sirkulasi (hipoksia berat)
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d terkumpulnya liur
didalam rongga mulut (adanya spasme pada otot faring)
3. Ketidak efektifan pola nafas b.d jalan nafas terganggu akibat
spasme otot-otot pernafasan.
4. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot
5. Ketidakefektifan termoregulasi b.d efek toksin (bakterimia)
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
7. Resiko cedera berhubungan dengan kejang spontan yang terus
menerus

58
59
60
61
62
63
64
65
66
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Seperti halnya dengan negara lain, morbiditas malnutrisi akut berat
(MAB) di Indonesia masih banyak. Disini di kemukakan tatalaksana
dengan Community Based Therapeutic Care, dimana peran petugas
kesehatan sangat penting, bukan hanya menemukan kasus, tetapi juga
dalam fase rehabilitasi. Dengan metode ini jangkauan akan lebih baik dan
penyembuhan lebih cepat. Keunggulan dari pendekatan ini adalah orang
tua tidak perlu menunggu lama di RS, tetapi tetap tinggal dirumah dan
menjalanankan aktifitasnya. Referensi malnutirisi akut di Indonesia
masih tinggi tetapi malnutrisi kronik juga ckup tinggi (39,6% Riskesdas
2010) dan merupakan masalah besar yang memerlukan pendekatan yang
lebih kompleks.
Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman
Clostridium tetani. Etiologi tetanus disebabkan oleh bakteri clostiridium
tetani yang didukung oleh adanya luka yang dalam dengan perawatan
yang salah. Tanda dan gejala tetanus antara lain : Masa inkubasi tetanus
berkisar antara 2-21 hari, ketegangan otot rahang dan leher (mendadak),
kesukaran membuka mulut (trismus), kaku kuduk (epistotonus), kaku
dinding perut dan tulang belakang, dan saat kejang tonik tampak risus
sardonikus.
Pencegahan agar tidak terkena tetanus antara lain : Anak
mendapatkan imunisasi DPT diusia 3-11 Bulan, Ibu hamil mendapatkan
suntikan TT minimal 2x, Pencegahan terjadinya luka & merawat luka
secara adekuat, dan Pemberian anti tetanus serum.

67
B. Saran
Demikian materi yang kami paparkan, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penyusun demi sempurnanya makalah
ini dan penulisan makalah dikesempatan-kesempatan berikutnya.Semoga
makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca
pada umumnya.

68
DAFTAR PUSTAKA

Puspita Eka, 2013, Asuhan Kegawatatdaruratan Maternal dan


Neonatal,Jakarta,CV.Trans Info Media.
Kusuma Hardi dan Nurain Huda Amin. 2015. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC (jilid
2). Yogyakarta : Media Action Publishing
Damayanti Syarif .2014. Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit
Metabolic.Jakarta : Badan Penerbit IDAI

69

Anda mungkin juga menyukai