Anda di halaman 1dari 96

UPTD PUSKESMAS PENGATURAN JADWAL DINAS

BOILAN PERAWAT/BIDAN

No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

PROSEDUR TETAP

Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep


NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Pengaturan jadwal dinas perawat/bidan digunakan sebagai


panduan dalam pembuatan jadwal dinas harian, bulanan
perawat/bidan
Tujuan Mencegah terjadinya kekosongan perawat/bidan di unit
pelayanan keperawatan dan kebidanan

Kebijakan Seluruh perawat/bidan dalam melaksanakan tugas kedinasan


sesuai dengan Standar Operasional Prosedur yang berlaku

Prosedur 1. Kepala Ruangan dan ketua Tim bersama-sama


menyusun jadwal dinas bulanan perawat/bidan dan
menyerahkan dibidang perawatan setiap tanggal 25
bulan berjalan dengan pengaturan sebagai berikut :
a. Kepala ruangan dinas pagi 6 hari, libur 1 hari (sejak
senin sampai sabtu kecuali tanggal merah)
b. Ka. Tim dinas pagi 6 hari, libur 1 hari (sejak senin
sampai sabtu kecuali tanggal merah)
c. perawat/bidan pelaksana :
 Dinas pagi 4 hari, libur 1 hari
 Dinas malam 2 hari, libur 2 hari
 Dinas sore 3 hari, libur 1 hari
Contoh:
PPPP L MM LL SSS L
2. Ketentuan lainnya :
a. perawat/bidan yang berhalangan untuk dinas
menyampaikan kepada ka. Timnya pada pagi hari
untuk dinas sore dan malam, dinas pagi pada malam
sebelumnya sudah harus menyampaikan kepada ka.
Timnya.

1
b. Ka. Tim perawat/bidan yang berhalangan untuk
dinas menyampaikan kepada kepala ruangan dan
mengatur tenaga pengganti yang berhalangan.
c. Bila tenaga tidak cukup maka ka. Tim
perawat/bidan berhalangan yang akan
menggantikannya

Unit Terkait Semua unit pelayanan keperawatan dan kebidanan

2
UPTD PUSKESMAS PENERIMAAN PASIEN BARU
BOILAN DI KIA KEBIDANAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Penerimaan Pasien Baru adalah menerima pasien baru di kamar


bersalin dari Ruang tindakan yang dilakukan oleh bidan

Tujuan Agar dapat dilakukan tindakan dan pelayanan sesuai dengan


kebutuhan klien

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kec. Tiloan

Prosedur Alat dan bahan :


- Bak steril berisi
 3 kapas desinfektan
 1 buah handscoen
- Tensimeter
- Stetoskop
- Nierbekken
- Tempat tidur
- Larutan DTT
- Dopler
- Cairan clorin 0,5 %
Langkah – langkah :
- Menyambut pasien atau mempersilahkan masuk
- Memperkenalkan diri kepada klien
- Mempersilahkan suami atau keluarga untuk menunggu
diruang tunggu
- Memberikan informed concent pada ibu dan keluarga
- Meminta kesediaan keluarga untuk menandatangani
persetujuan tindakan dan persetujuan rawat inap
- Menganjurkan ibu untuk BAK
- Mempersilahkan klien untuk berbaring
- Melakukan anamneses

3
- Melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
kebidanan
- Menyimpulkan hasil pemeriksaan
- Menjelaskan kepada klien dan keluarga tentang hasil
pemeriksaan
- Melaporkan hasil pemeriksaan kepada dokter jaga bila
diperlukan
- Memberikan therapy sesuai anjuran dokter
- Membuat pendokumentasian
- Memasang gelang identitas klien
- Transportasi pasien rawat inap (kamar bersalin, ruang
nifas)
- Serah terima pasien dengan petugas kamar bersalin /
ruang nifas
Unit Terkait - Locet
- Ruang KIA
- Ruang tindakan
- Ruang bersalin
- Ruang nifas

4
UPTD PUSKESMAS MENGUKUR TEKANAN DARAH
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep


NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Mengukur tekanan darah pembuluh darah ekstrimitas atas


dengan memakai tensimeter air raksa

Tujuan Untuk menilai sirkulasi darah pada pasien rawat inap dan rawat
jalan

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kec. Tiloan

Prosedur Persiapan alat :


1. Tensimeter air raksa
2. Stetoskop
3. Buku catatan dan alat tulis

Pelaksanaan :
1. Cuci tangan
2. Pasien atau keluarga diberitahu
3. Alat-alat didekatkan ke pasien dan kotak tensimeter dibuka
4. Lengan baju digulung, kemudian manset tensimeter
dipasang pada sepertiga lengan atas pasien
5. Rabalah denyut nadi arteri brachialis, kemudian stetoskop
diletakkan pada daerah tersebut (agak ditekan)
6. Sekrup balon dikencangkan, pengunci air raksa dibuka,
kemudian dipompakan hingga air raksa didalam pipa gelas
naik sampai kira-kira 150 mmhg, kecuali pada pasien yang
sudah diketahui menderita hipertensi naikkan air raksa
sampai kira-kira 200 mmhg
7. Sekrup balon dibuka perlahan-lahan, sambil melihat
turunnya air raksa. Dengarkan detakan yang pertama pada
angka berapa, detakan itulah yang disebut tekanan sistol

5
8. Dengarkan terus sampai terdengar detakan terakhir, detakan
terakhir itulah yang disebut tekanan diastol
Catatan hasil pengukuran. Cara mencatatnya sebagai
berikut:
Tekanan sistol sebagai pembilang dan tekanan diastole
sebagai penyebut.
Contoh : Tekanan sistol 120 mmhg
Tekanan diastole 80 mmhg
Dituliskan : 120/80 mmhg
9. Manset tensi dibuka, alat-alat dirapikan kembali
10. Cuci tangan

Perhatian :
1. Perhatikan keadaan umum pasien
2. Dilakukan pada pasien yang baru masuk dan pada pasien
yang perlu dilakukan observasi tekanan darah
3. Tempat pengukuran tekanan darah lengan dan tungkai
bawah tergantung indikasi. Jika dilakukan pengukuran
ditungkai maka dikatakan sebagai tekanan tungkai
4. Pada pasien dengan luka bakar yang mengenai kedua lengan
dan paha, tidak dapat dilakukan pengukuran tekanan darah
5. Pada pasien dengan penyakit menular, lokasi pengukuran
41-60

Unit terkait Locet, Ruang tindakan, Kamar bersalin, KIA dan KB

6
UPTD PUSKESMAS MENGHITUNG DENYUT NADI
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep


NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Menghitung denyut nadi melalui perabaan pada nadi

Tujuan 1. Menghitung denyut nadi dalam waktu 60 detik


2. Menetukan tindakan yang diperlukan

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kec. Tiloan

Prosedur Persiapan alat :


1. Arloji dengan petunjuk detik
2. Catatan perawat

Persiapan pasien :
Mengadakan pendekatan pada pasien dan keluarga dengan
memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

Pelaksanaan :
1. Pasien sebaiknya dalam keadaan tenang
2. Menghitung denyut nadi dilakukan bersamaan dengan
mengukur suhu tubuh
3. Menghitung dilakukan dengan menggunakan jari telunjuk
dan jari tengah diatas arteri brachialis selama 60 detik
4. Hasil penghitungan dicatat dalam catatan perawatan

Unit terkait Locet, Ruang tindakan, Kamar bersalin, KIA dan KB

7
UPTD PUSKESMAS MENGHITUNG PERNAFASAN
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep


NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Menghitung jumlah pernafasan pasien dalam waktu 60 detik

Tujuan 1. Mengetahui jumlah dan jenis pernafasan


2. Menentukan keadaan umum pasien
3. Membantu manentukan tindakan yang akan dilakukan

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kec. Tiloan


Prosedur Persiapan alat :
1. Arloji dengan petunjuk detik
2. Catatan perawat

Persiapan pasien :
Mengadakan pendekatan pada pasien dan keluarga dengan
memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

Pelaksanaan :
1. Pasien sebaiknya dalam keadaan tenang/tidur
2. Menghitung pernafasan dilakukan bersamaan dengan
mengukur suhu tubuh dan denyut nadi
3. Menghitung jumlah pernafasan selama 60 detik. Hasil
penghitungan dicatat dalam catatan perawatan
4. Pasien dirapikan

Unit terkait Locet, Ruang tindakan, kamar bersalin, KIA dan KB

8
UPTD PUSKESMAS MENGUKUR TINGGI BADAN DAN
BOILAN BERAT BADAN

No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep


NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Tinggi badan adalah jarak antara kepala sampai kaki.


Mengukur tinggi badan berarti mengetahui tinggi badan pasien
dengan menggunakan alat pengukur tinggi badan.

Mengukur berat badan adalah mengetahui berat badan pasien


dengan menggunakan timbangan skala

Tujuan 1. Mengetahui berat badan dan tinggi badan pasien


2. Sebagai data dasar dalam mengukur total keseimbangan
cairan tubuh
3. Untuk mengetahui kelebihan atau kekurangan cairan
4. Sebagai data dasar untuk diagnostic test (misalnya pada
penggunaan materi radioaktif)
5. Membantu menentukan dosis pengobatan

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kec. Tiloan

Prosedur Persiapan alat :


Timbangan berat badan dan meteran pengukur tinggi badan

Persiapan pasien :
1. Tanyakan pasien untuk BAK sebelum mengukur BB
2. Ukur BB pasien pada pagi hari sebelum sarapan
3. Menggunakan timbangan yang sama setiap kali hendak
mengukur BB pasien untuk mempertahankan konsistensi
4. Ganti pakaian bila basah atau ada balutan yang sudah
sangat basah sebelum mengukur BB pasien.

9
Pelaksanaan :
1. Memindahkan pasien ketempat tindakan BB atau bawa
timbangan ke dekat tempat tidur pasien
2. Seimbangkan posisi timbangan agar hasilnya akurat
3. Meminta pasien untuk membuka alas kaki, sandal atau
sepatu
4. Bantu pasien untuk berdiri tegak ditengah timbangan, catat
BB pasien bila jarum penunjuk tidak lagi bergerak-gerak
5. Dokumentasikan pada buku catatan
6. Letakkan pengukur tinggi badan pada puncak kepala
pasien
7. Baca tinggi badan pasien yang terukur
8. Dokumentasikan TB pada buku catatan
9. Bantu pasien untuk kembali ketempat tidur atau
keruangannya

Unit terkait Loket, Ruang tindakan, Kamar bersalin, KIA dan KB

10
UPTD PUSKESMAS KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep


NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Identifikasi pasien adalah suatu cara/upaya yang penting untuk


mengidentifikasi pasien dalam proses penanganan/perawatan
pasien yang dapat memberi konsekuensi signifikan bila terjadi
kesalahan. Identifikasi pasien penting untuk mecegah kesalahan
dalam penanganan / pengobatan, perawatan.

Tujuan Tujuan identifikasi pasien adalah untuk memberikan


identifikasi tepat dan benar kepada seorang pasien, agar tidak
terjadi kesalahan dalam penanganan penderita, termasuk dalam
hal pemberian obat, cairan infuse, darah, produk darah,
pengambilan cairan tubuh, dan tindakan medis lainnya.

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kecamatan Tiloan

Prosedur A. Pemasangan Gelang Pita Identifikasi

1. Tempat Pemasangan Gelang Pita Identifikasi


Pemasangan pita identifikasi dilakukan di :
a. Sentral Opname untuk pasien dari Poliklinik rawat jalan
b. Bayi baru lahir diruang perawatan bayi
c. Ruang Perawatan Pasien

2. Pemasangan Gelang Pita Identifikasi Untuk Orang


Dewasa Dan Anak
- Ambil gelang pita identifikasidengan warna sesuai
denganenis kelamin pasien. Warna biru untuk pasien
laki-laki dan warna pink untuk pasien perempuan.
- Pada gelang pita identifikasi, Tuliskan Nama Lengkap
(dua nama), Umur/Tanggal Lahir dan Nomor Rekam

11
Medik Pasien dengan menggunakan tinta hitam
permanen.
- Bila ada riwayat alergi obat tertentu, ambil gelang pita
warna merah dan tuliskan jenis obat yang alergi pada
gelang tersebut.
- Bila pasien dengan resiko jatuh, sesuai dengan hasil
penilaian berdasarkan skor Morse/Henrich kategori
resiko sedang/berat, Ambil Gelang Pita Warna Kuning
dan tuliskan pasien dengan resiko jatuh.
- Dalam pemasangan gelang pita identifikasi (Selamat
pagi/siang/sore/malam Bapak/Ibu/dll….).
- Jelaskan manfaat pemakaian gelang pita identifikasi
pada pasien yaitu untuk identifikasi yang tepat dan
benar terhadap pasien agar dalam pemberian tindakan /
pengobtan tidak terjadi kesalahan.
- Menjelaskan akibat jika tidak menggunakan gelang
identitas, yaitu kemungkinan besar dapat terjadi
kesalahan / kekeliruan dalam pemberian jenis obat,
cairan infuse, darah, produk darah, pengambilan cairan
tubuh untuk pemeriksaan, dan atau tindakan medis yang
dapat membahayakan jiwa pasien.
- Letakkan dan lekatkan dengan kunci Gelang Pita
Identifikasi pada pergelangan tangan pasien pada lengan
yang dominan. Jangan terlalu ketat, dan terlalu longgar.
Ajar dan didik pasien agar mengerti dan mengetahui
manfaat serta menjaga Gelang pita identifikasi.
- Seorang pasien dapat menggunakan pita identifikasi
sebanyak tiga buah yaitu gelang pita identifikasi warna
sesuai jenis kelamin, gelang pita merah dan gelang pita
kuning.

3. Prosedur Identifikasi Pada Pemberian Obat/Produk


Darah/Darah
a. Dalam pemberian obat atau darah, produk darah atau
darah dan larutan infus harus tepat dan benar bagi
pasien. Untuk itu profesional kesehatan UPTD
Puskesmas Boilan dalam identifikasi pasien
berpedoman pada prinsip 6 benar, yaitu :
- Benar Dokternya
- Benar Pasiennya
- Benar Obatnya
- Benar Dosisnya
- Benar Waktu Pemberiannya
- Benar Cara Pemberiannya
b. Siapkan dan ambil obat/darah/produk darah/larutan
yang direkomendasikan oleh DPJP untuk diberikan
pada pasien.
c. Berilah salam pada pasien (Selamat
pagi/siang/sore/malam Bapak/Ibu/dll…). Tanyakan

12
pada pasien, Nama lengkap (dua nama), Umur/Tanggal
Lahir/ No Rekam Medik pasien dan cocokan pada
rekam medik pasien.
d. Periksa gelang pita identifikasi pada pergelangan
tangan pasien dan yakin yang tertera di gelang pita
identifikasi benar dan sesuai dengan rekam medis
pasien.
e. Jelaskan jenis dan nama obat / produk darah / darah /
larutan infuse yang akan diberikan pada pasien.
f. Berikan obat/darah/produk darah/ cairan sesuai dengan
dosis dan cara pemberian yang direkomendasikan
DPJP.
g. Catat di lembar kerja perawatan semua yang telah
dilakukan / dikerjakan pada pasien.

4. Prosedur Identifikasi Pengambilan Spesimen Darah


dan Spesimen Lainnya.
a. Pastikan pasien yang akan diambil spesimen darah atau
spesimen lainnya sudah benar dan tepat yang
direkomendasikan DPJP. Sesuai dengan lembar
permintaan.
b. Berilah salam pada pasien (Selamat
pagi/siang/sore/malam Bapak/Ibu/dll…). Dan Tayakan
pada pasien, Nama lengkap, Umur/Tanggal Lahir dan
Nomor Rekam Medik sambil mencocokan pada register
lembar permintaan.
c. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuan serta
fungsi pengambilan darah atau spesimen lain pada
pasien.
d. Periksa atau cocokan kembali identitas pasien yang
tertera pada gelang pita identitas dan pastikan sudah
benar dan sesuai dengan data registrasi pada lembar
permintaan.
e. Bila sudah benar dan tepat identitas pasien, baru
lakukan pekerjaan pengambilan spesimen darah atau
spesimen lain dengan teknik sesuai standar.
f. Setelah sampel diambil, beri label yang tertera nama
lengkap, umur/tanggal lahir dan nomor rekam medik
pasien dan lekatkan pada botol atau wadah
pengumpulan sampel tersebut untuk pemeriksaan.

A. Pelepasan Gelang Pita Identifikasi


a. Perawatan Pasien di UPTD Puskesmas Boilan telah
dinyatakan selesai dan telah dipulangkan oleh DPJP.
b. Kewajiban administrasi perawatan telah diselesaikan
oleh pasien dan atau keluarganya.
c. Petugas perawatan bertanggung jawab untuk
melepaskan pita identitas pasien
d. Dengan persetujuan pasien, gelang pita identifikasi

13
pasien dilepaskan dari pergelangan tangan pasien
dengan menggunting gelang pita identifikasi.

Instansi terkait Semua Pemberi Pelayanan

Catatan:

Warna Gelang pita identifikasi pasien :

- Biru : laki-laki
- Pink : perempuan
- Merah : alergi
- Kuning : resiko jatuh
- Putih : menolak tindakan

14
UPTD PUSKESMAS CUCI TANGAN BEDAH
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep


NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Suatu tindakan membersihkan tangan dengan menggunakan


sabun/antiseptic dibawah air mengalir dengan cara tertentu.

Tujuan 1. Menghilangkan atau meminimalkan mikroorganisme pada


tangan
2. Mencegah penyebaran mikroorganisme pathogen kedaerah
yang terkontaminasi
3. Mencegah infeksi nosokomial

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kecamatan Tiloan

Prosedur 1. Lepas semua perhiasan yang ada ditangan


2. Basahi tangan sampai setinggi pertengahan lengan bawah
dengan air keran mengalir sampai rata
3. Teteskan desinfektan sebanyak kurang dari 5 cc, kemudian
ratakan dikedua tangan
4. Gosokan telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri
5. Gosokan telapak tangan kanan diatas punggung tangan kiri
dan sebaliknya
6. Gosokan telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri
dengan jari-jari saling mengunci
7. Putar dan gosok jempol tangan kanan dengan tangan kiri
dan sebaliknya
8. Putar dan gosok ujung jari dan jempol tangan kanan
kedepan dan kebelakang pada permukaan telapak tangan
dan sebaliknya
9. Bilas dengan air bersih yang mengalir kemudian keringkan
dengan handuk atau tisu yang bersih dan kering

Unit Terkait Loket, Ruang Tindakan, kamar Bersalin, KIA da KB

15
UPTD PUSKESMAS ASUAHAN PERSALINAN NORMAL
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep


NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi janin dan


uri yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan
melalui jalan lahir atau jalan lain dengan atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri)

Tujuan Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan


hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu
dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tapi
dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip
keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat
yang dinginkan (optimal)

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kecamatan Tiloan

Prosedur Alat dan bahan :


1. Alat
- Bak partus 1 set
- Bak hecting 1 set
- Alat resusitasi 1 set
- Alat pelindung diri 1 set
2. Obat-obatan
- Obat uterotonika
- Spoit
- Obat anastesi local
- Betadine
3. Bahan lain
- Ember tempat plasenta
- Larutan klorin 2 tempat
- Larutan 1 tempat

16
- Waslap 2 tempat
- Tempat sampah medis / non medis
4. Pakaian ibu
5. Pakaian bayi
Langkah –langkah:

Bidan

1. Menyiapkan ibu dan keluarga, ucapkan salam dan


mempersilahkan ibu untuk masuk ke kamar bersalin
2. Meminta ibu mengosongkan kandung kemih
3. Menyiapkan alat dan obat-obatan serta bahan dan
perlengkapan persalinan
4. Melakukan anamneses umum dan anamneses khusus
meliputi
a. Identitas pasien dan suami
b. GPA
c. HPHT
d. Riwayat kehamilan sekarang
e. Riwayat kehamilan sebelumnya
f. Riwayat penyakit yang pernah di alami
5. Mencuci tangan
6. Mempersilahkan ibu berbaring di atas tempat tidur
7. Menjelaskan pada ibu tentang maksud dan tujuan
tindakan yang akan di lakukan
8. Lakukan pemeriksaan fisik : TTV, palpasi abdomen,
DJJ, TBJ
9. Mencuci tangan
10. Meminta ibu menekuk kedua lututnya, usahakan ibu
dalam keadaan rileks
11. Melakukan pemeriksaan dalam
12. Menilai pembukaan serviks,penurunan kepala, keadaan
ketuban jika sudah pecah nilai warnanya
13. Membuka handscoen dan merendamnya kedalam
larutan klorin
14. Mencatat hasil pemeriksaan kedalam status
15. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga

KALA I PERSALINAN

16. Observasi persalinan dengan partograf


17. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum
18. Menganjurkan kepada keluarga untuk memberikan
dukungan pada ibu
19. Menyiapkan alat-alat pertolongan persalinan
20. Menyiapkan alat pelindung diri

17
KALA II, III & IV PERSALINAN

21. Menilai adanya doran, teknus, perjol,vulka


22. Alat dan bahan didekatkan ke ibu
23. Memakai alat pelindung diri
24. Mencuci tangan
25. Mengecek kelengkapan alat dan meletakkan spoit 3 cc
dalam bak instrument
26. Memakai sarung tangan kanan dan isap oxytoksin 10
unit dengan teknik 1 jari
27. Melakukan VT untuk memastikan pembukaan lengkap
28. Memecahkan ketuban jika pembukan sudah lengkap
dan kepala didasar panggul
29. Memastikan tidak ada bagian-bagian kecil janin dijalan
lahir setelah pemecahan ketuban
30. Membuka dan mencelupkan sarung tangan kedalam air
klorin
31. Mengotrol BJF
32. Memberitahu ibu, suami dan keluarga bahwa ibu akan
dipimpin mengedan
33. Memasang handuk diatas perut ibu
34. Meletakkan underpad dibawah bokong ibu
35. Memimpin persalinan
36. Menyokong perineum untuk mengendalikan kelahiran
kepala
37. Membersihkan jalan napas setelah kepala bayi lahir
38. Mengecek lilitan tali pusat
39. Menunggu putaran paksi luar
40. Meletakkan tangan biparietal untuk melahirkan bahu
41. Menyanggah dan menyusuri bahu dan badan bayi
42. Meletakkan bayi diatas perut ibu sambil menilai bayi
sesaat
43. Memastikan janin tunggal
44. Memberikan injeksi uterotonika 10 unit
45. Menuggu 1-2 menit tali pusat berhenti berdenyut
46. Mengklem tali pusat
47. Memotong tali pusat
48. Mengikat tali pusat
49. Melakukan inisiasi menyusui dini
50. Melahirkan plasenta dengan cara PTT
51. Melakukan massase fundus uteri
52. Memeriksa perdarahan robekan jalan lahir
53. Menjahit luka bila ada robekan
54. Mencelupkan tangan kedalam larutan klorin, bilas
dengan air DTT keringkan
55. Merendam semua alat kedalam larutan klorin
56. Membersihkan dan merapikan ibu
57. Mengajari ibu cara menilai kontraksi rahim yang baik
58. Mengevaluasi kontraksi, perdarahan, TTV selama 2 jam

18
pasca persalinan
59. Melakukan dokumentasi (mengisi partograf, status ibu
dan bayi)
Catatan :
1) Membiarkan bayi selama 1 jam inisiasi menyusui
dini
2) Memberikan tetes mata dan vitamin K setelah 1 jam
3) Megukur PB, BB, LD, LP, LK bayi setelah 1 jam
4) Memberikan imunisasi hepatitis B setelah 2 jam
kelahiran

Unit Terkait Loket, Ruang Tindakan, Kamar Bersalin, KIA dan KB

19
UPTD PUSKESMAS PEMERIKSAAN FISIK BAYI
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep


NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertaian Pemeriksaan fisik bayi dilakukan sesaat sesudah bayi lahir


dimana kondisi bayi sudah stabil, setelah dilakukan
pembersihan jalan nafas/resusitasi, pembersihan badan bayi dan
perawatan tali pusat, maksud dari pemeriksaan ini adalah untuk
mengenal atau menemukan kelainan yang perlu mendapatkan
tindakan segera.

Tujuan 1. Mengenal atau menemukan kelainan yang perlu


mendapatkan tindakan segera
2. Menentukan hasil pengukuran antropometri

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kecamatan Tiloan

Prosedur Alat/bahan :

1. Senter
2. Thermometer
3. Stetoskop
4. Selimut bayi
5. Bengkok
6. Timbangan BB bayi (timbangan tidur)
7. Pitameter
8. Pengukur tinggi badan
9. Handscoen
10. Kapas steril

20
Langkah – langkah
Bidan :
1. Bidan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
kepada keluarga dan orang tua bayi
2. Bidan melakukan anamneses riwayat dari ibu meliputi
faktor genetik, lingkungan, sosial, faktor ibu dan
neonatal
3. Bidan mencuci tangan di air yang mengalir
4. Bidan menyiapkan alat-alat untuk memudahkan dalam
bekerja
5. Perawat meletakkan bayi pada tempat yang rata
(upayakan tempat yang aman)
6. Bidan memakai handscoen
7. Bidan melakukan penimbangan berat badan dengan
mengatur skala timbangan tepat pada nol, hasil
timbangan dikurangi dengan pakaian bayi
8. Bidan melakukan pengukuran panjang badan dengan
alat pengukur dari kepala sampai tumit kaki bayi
9. Bidan mengukur lingkar kepala dilakukan dari dahi
kemudian melingkari kepala kembali ke dahi
10. Bidan mengukur lingkar dada dari daerah dada ke
punggung kembali ke punggung
11. Bidan mengukur lingkar perut dari daerah/ sekitar pusat
kembali ke pusat
12. Bidan melakukan pemeriksaan kepala. Pengecekan
kontur tulang tengkorak , penonjolan daerah cekung,
perhatikan hubungan kedua telinga simetris atau tidak,
keadaan mata apakah ada tanda-tanda infeksi,
perhatikan juga bibir dan mulut
13. Bidan melakukan pemeriksaan leher, amati apakah ada
pembengkakan pada kelenjar tyroid
14. Bidan memeriksa dada , perhatikan bentuk putting,
bunyi napas, bunyi jantung
15. Bidan memeriksa bahu, lengan, tangan dan perhatikan
gerakan dan jumlah jari
16. Bidan memeriksa system saraf, adanya reflex morro
17. Bidan memeriksa perut, perhatikan bentuk penonjolan
sekitar pusat, perdarahan tali pusat, benjolan
18. Bidan memeriksa genitalia perempuan, perhatikan
vagina berlubang, uretra berlubang, ada labia mayora
dan minora
19. Bidan memeriksa tungkai dan kaki, perhatikan gerakan
,jumlah jari, bentuk
20. Bidan memeriksa punggung dan anus, perhatikan
apakah ada pembengkakan, periksa anus berlubang atau
tidak
21. Bidan memeriksa kulit, perhatikan verniks warna kulit,
pembengkakan dan bercak hitam, tanda lahir
22. Bidan menjelaskan pada ibu/keluarga tentang hasil

21
pemeriksaan
23. Bidan melepas handscoen dan mencatat hasil
pemeriksaan pada status bayi
24. Bidan mencuci tangan dengan air mengalir

Unit terkait Locet, ruang tindakan, kamar bersalin, KIA.[

22
UPTD PUSKESMAS MENGUKUR LINGKAR KEPALA BAYI/ ANAK
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep


NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Mengukur lingkar kepala bayi/ anak dengan menggunakan pita


ukur

Tujuan 1. Mengetahui besarnya lingkar kepala bayi/ anak guna


mendeteksi pertumbuhan selanjutnya
2. Mendeteksi kelainan dan menentukan tindakan yang
akan dilakukan

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kecamatan Tiloan

Prosedur Persiapan alat :


 Pita ukur

Persiapan pasien :
Mengadakan pendekatan kepada pasien dan keluarga dengan
memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan
berkomunikasi

Pelaksanaan :
1. Tindakan ini harus dilakukan oleh 2 orang petugas
2. Untuk pasien bayi, dibaringkan dalam posisis terlentang
dan dalam keadaan tenang
3. Kepala pasien diukur dengan cara pita pengukur
dilingkarkan pada kepala pasien pada bagian yang
paling menonjol dibagian belakang kepala sampai pada
bagian atas alis. Untuk mempermudah pelaksanaan
tindakan ini, pasien diusahakan untuk tidak bergerak.
4. Hasil pengukuran dicatat

23
5. Rapikan pasien. Alat-alat dirapikan dan dikembalikan
ditempat semula

Unit Terkait Locet, ruang tindakan, kamar bersalin, KIA.

24
UPTD PUSKESMAS MENGUKUR SUHU BADAN
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep


NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Temperatur permukaan tubuh yang terjadi dan berubah akibat


hasil metabolisme tubuh

Tujuan 1. Mengetahui suhu tubuh pasien


2. Mendeteksi perubahan suhu tubuh pasien
3. Menentukan tindakan yang akan dilakukan

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kecamatan Tiloan

Prosedur Persiapan alat :


1. Thermometer tubuh
2. Larutan sabun, desinfektan, air bersih dalam tempatnya
3. Tissue
4. Mangkok 1 buah

Persiapan pasien :
Mengadakan pendekatan kepada pasien dan keluarga dengan
memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

Pelaksanaan :
1. Dekatkan alat-alat pada pasien
2. Keringkan ketiak dengan tissue
3. Pastikan air raksa thermometer dibawah 35 derajat
4. Thermometer dipasang tepat pada reservoirnya, jepitkan
ditengah-tengah ketiak dan lengan dilipatkan. Tunggu
sampai kira-kira 10 menit – 15 menit. Catat hasilnya
dalam catatan perawat
5. Thermometer dicelupkan dalam larutan sabun, dilap
dengan tissue, kemudian rendam dalam larutan

25
desinfektan, selanjutnya thermometer dibilas dengan air
bersih lalu keringkan
6. Air raksa diturunkan kembali sampai dibawah 35
derajat, lalu simpan pada tempatnya
7. Pasien dirapikan
8. Alat-alat dibereskan dan dikembalikan ketempat semula

Unit Terkait Loket, Ruang Tindakan, Kamar Bersalin, KIA dan KB

26
UPTD PUSKESMAS MENGHISAP LENDIR BAYI
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep


NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Tindakan yang dilakukan untuk membersihkan dan


membebaskan jalan nafas dengan menggunakan penghisap
lendir melalui mulut dan hidung

Tujuan - Untuk membersihkan dan membebaskan jalan nafas


- Untuk menghindari infeksi

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kecamatan Tiloan

Prosedur Alat dan bahan :


1. Penghisap lendir De Lee yang telah dihubungkan
dengan suction
2. Bengkok
3. Handscoen steril
4. Stetoskop
5. Kassa steril
6. Tissue
7. Kom berisi larutan aquadest atau NaCl
8. Kain yang mengganjal bahu

Langkah – langkah :
1. Perawat atau bidan mencuci tangan di air mengalir
2. Perawat atau bidan mengatur posisi bayi ½ ekstensi
leher diganjal dengan kain setebal ± 5 cm
3. Perawat atau bidan memakai handscoen steril
4. Perawat atau bidan menghubungkan pengisap lendir De
Lee dengan alat pengisap (suction pump)
5. Perawat atau bidan menghidupkan mesin pengisap
6. Perawat atau bidan melakukan pengisapan lendir

27
dengan memasukan kateter pengisap kedalam kom
berisi larutan NaCl atau aquadest kateter untuk
mempertahankan kesterilan
7. Perawat atau bidan memasukan kateter pengisap dalam
keadaan tidak mengisap kedalam mulut
8. Perawat atau bidan menggunakan alat pengisap unuk
bayi 50-95 mmhg tekanannya
9. Perawat atau bidan menarik dengan memutar kateter
pengisap tidak lebih dari 15 detik
10. Perawat atau bidan melakukan pengisapan pertama
dengan berikutnya dengan waktu istirahatnya 20-30
detik
11. Perawat atau bidan melakukan pengisapan dari mulut ±
5 cm dulu baru hidung ± 3 cm pada bayi
12. Perawat atau bidan mempertahankan apakah masih ada
lendir dalam mulut dengan mendengarkan bunyi
tenggorokan dengan stetoskop
13. Bila perawat atau bidan masih mendengar ada bunyi
maka isap kembali dan bila bunyi tidak ada, berarti
sudah bersih
14. Perawat atau bidan melap mulut dan hidung dengan
kassa steril
15. Perawat atau bidan merapikan alat dan pasien
16. Perawat atau bidan mencatat tindakan dalam status
17. Perawat atau bidan mencuci tangan diair mengalir

Unit Terkait Loket, Ruang Tindakan, Kamar Bersalin, KIA.

28
UPTD PUSKESMAS PEMBERIAN VITAMIN K 1
BOILAN PADA BAYI BARU LAHIR

No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep


NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Vitamn K adalah nama generic untuk beberapa bahan yang


diperlukan dalam pembekuan darah yang normal. Bentuk
dasarnya adalah vitamin K1 (filokuinon) yang terdapat dalam
tumbuh-tumbuhan, terutama dalam sayur-sayuran hijau

Tujuan 1. Untuk melindungi bayi dari defisiensi vitamin K


2. Mencegah perdarahan pada bayi baru lahir

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kecamatan Tiloan

Prosedur Alat dan bahan :


1. Spoit 1 cc
2. Vitamin K1 1 ampul
3. Kapas DTT

Langkah-langkah :

Bidan
1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan alat dan bahan
3. Menjelaskan maksud dan tindakan pada ibu
4. Mengatur posisi bayi
5. Menyuntikkan 1 mg intramuscular dipaha kiri bayi
6. Mencatat pemberian tindakan pada buku dan status bayi

Unit Terkait Loket, Ruang Tindakan, Kamar Bersalin, KIA.

29
UPTD PUSKESMAS INISIASI MENYUSUI DINI
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep


NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Pemberian ASI kepada bayi baru lahir segera setelah


kelahirannya dengan melakukan kontak dini dengan ibunya
(skin to skin) selama 1 jam kelahirannya dan mulai menyusui
bayi.

Tujuan 1. Tujuan umum yaitu menurunkan angka kesakitan dan


kematian ibu dan bayi
2. Tujuan khusus :
- Memenuhi hak bayi untuk memperoleh ASI
- Bayi segera mendapatkan kolostrum maupun ASI
- Bayi memperoleh stimulasi mental dini demi
tumbuh kembang anak
- Memulihkan kembali alat-alat reproduksi ibu
- Bayi bisa memperoleh ASI setiap saat ia inginkan
- Ibu memperoleh dukungan dari suami dan keluarga
dalam pemberian ASI
- Ibu memperoleh pengalaman dalam hal merawat
payudara dan cara menyusui yang benar
- Ibu dan keluarganya memperoleh pengalaman cara
merawat bayi baru lahir

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kecamatan Tiloan

Prosedur Alat dan bahan :


- Kain penutup bayi
- Topi untuk bayi

Langkah-langkah :
- Melakukan penilaian sesaat setelah bayi dilahirkan

30
yaitu warna kulit, bayi menangis spontan dan gerakan
bayi aktif atau tidak
- Mengeringkan dan menghangatkan bayi bila bayi
dalam keadaan baik
- Memberikan bayi kepada ibunya tanpa pakaian
dengan menengkurapkan bayi didada ibu diletakkan
diantara payudara ibunya
- Menyuntikkan 10 iu oxytosin kepada ibu bila janin
tunggal
- Menunggu tali pusat berhenti berdenyut selama 1-2
menit kemudian lakukan penjepitan dan pemotongan
tali pusat sesuai prosedur
- Menilai kembali KU bayi
- Membiarkan bayi mencari sendiri putting ibunya

Unit Terkait Loket, Ruang Tindakan, Kamar Bersalin, KIA.

31
UPTD PUSKESMAS PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B PADA BAYI
BOILAN BARU LAHIR

No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian 1. Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten


atau pemberian kekebalan terhadap suatu penyakit
tertentu
2. Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk
membantu mencegah suatu penyakit dan membantu
tubuh membentuk antibody
3. Imunisasi hepatitis B adalah imunisasi yang bertujuan
untuk mencegah peradangan hati yang disebabkan oleh
virus, bakteri, parasit, jamur maupun bahan toksik lain.

Tujuan 1. Memperoleh kekebalan terhadap penyakit hepatitis B


2. Mencegah peradangan hati

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kecamatan Tiloan

Prosedur Alat dan bahan :


1. Kapas DTT
2. Vaksin Hepatitis B

Langkah-langkah :
Bidan :
1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan alat dan bahan
3. Menjelaskan maksud tindakan pada ibu
4. Mengatur posisi bayi
5. Menyuntikkan vaksin hepatitis B di paha kanan
6. Memberikan secara intramuscular pada anterolateral
paha dengan dosis 0,5 ml
7. Mencatat pemberian tindakan pada buku status bayi
Unit Terkait Loket, Ruang Tindakan, Kamar Bersalin, KIA.

32
UPTD PUSKESMAS MENGISI PARTOGRAF
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Alat bantu untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan


informasi untuk membuat keputusan klinik

Tujuan - Mencatat kemajuan persalinan


- Mencatat kondisi ibu dan janinnya
- Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan
kelahiran
- Memperoleh informasi yang tercatat untuk identifikasi
dini penyulit persalinan.
- Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat
keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kecamatan Tiloan

Prosedur Alat dan bahan :


- Lembar patograf
- Pena
- Pensil
- Penggaris
- Penghapus pensil

Langkah-langkah :
Bidan :
1. Menuliskan nama ibu, umur, gravid, para, abortus,
tanggal masuk, jam masuk, jam berapa mulai merasa
mules, jam berapa keluar air ketuban
2. Mencatat selama kala satu persalinan mulai pada fase
aktif persalinan (pembukaan 4)
3. Mencatat temuan pada partograf yaitu :
a. Denyut jantung janin setiap ½ jam, kisaran normal

33
DJJ terpapar pada patograf diantara garis tebal pada
angka 180 dan 100
b. Air ketuban, catat air ketuban sudah pecah
c. Perubahan bentuk kepala janin (molding atau
molase)
d. Pembukaan mulut rahim (serviks). Dinilai setiap 4
jam dan diberi tanda silang (X)
e. Penurunan : mengacu bagian kepala (dibagi 5
bagian) yang teraba (pada pemeriksaan abdomen /
luar) diatas simpisis pubis catat dengan tanda
lingkaran (O) pada pemeriksaan dalam. Pada posisi
0/5, sinsiput (S) atau parah atas kepala berada
disimpisis pubis
f. Waktu : menyatakan berapa jam waktu yang telah
dijalani setelah pasien diterima
g. Jam : catat jam yang sesungguhnya
h. Kontraksi : catat setiap setengah jam , lakukan
palpasi untuk menghitung banyaknya kontraksi
dalam 10 menit
i. Oksitosin : jika memakai oxytosin, catatlah
banyaknya oxytosin per volume cairan infuse dan
dalam tetesan menit
j. Obat yang diberikan. Catat semua obat lain yang
diberikan
k. Nadi. Catatlah setiap 30-60 menit dan tandai dengan
sebuah titik besar(.)
l. Tekanan darah. catatlah setiap 4 jam dan tandai
dengan anak panah.
m. Suhu badan. Catatlah setiap 2 jam
n. Protein, aseton, dan volume urine. Dan catatlah
setiap kali ibu BAK
4. Melakukan pencatatan pada lembar belakang patograf
- Mencatat proses persalinan , kelahiran bayi dan
tindakan – tindakan kala I-IV dan bayi baru
lahir
- Bila terdapat temuan yang menunjukkan
kemajuan yang kurang baik pada kondisi ibu
dan janin selama observasi segera rujuk

Unit Terkait Loket, Ruang Tindakan, Kamar Bersalin, KIA

34
UPTD PUSKESMAS PEMBERIAN OBAT TETES MATA PADA BAYI
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Tindakan dengan memberikan obat tetes mata atau salep mata.
Tindakan ini dilakukan untuk persiapan struktur internal mata
dengan cara mendilatasi pupil, pengukuran refraksi dan dengan
cara melemahkan otot lensa juga digunakan untuk
menghilangkan iritasi mata

Tujuan 1. Tindakan pengobatan iritasi mata


2. Persiapan pemeriksaan struktur internal mata

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kecamatan Tiloan

Prosedur Alat dan bahan :


1. Obat tetes mata (Clhorampenicol atau buinor)
2. Kassa steril
3. Sarung tangan
4. Bengkok
5. Air hangat atau kassa pelembab steril
6. Tissue

Langkah-langkah :
Bidan :
1. Mencuci tangan
2. Memakai handscoen steril
3. Membersihkan bayi mulai dari kelopak mata dan bulu
mata dengan kapas lembab atau tissue dari sudut luar
mata kearah hidung
4. Menghangatkan bayi dengan memakai baju dan
menyelimuti bayi
5. Mengatur posisi bayi dengan kepala menengadah keatas

35
6. Membuang kassa lembab dalam bengkok
7. Membuka mata dengan menekan perlahan bagian
bawah dengan menggunakan ibu jari atau jari telunjuk
diatas tulang orbita
8. Meneteskan obat mata diatas sakus konjungtiva sesuai
dosis
9. Menutup mata bayi dengan kassa steril dan
membukanya kembali
10. Melepas handscoen
11. Mencatat tindakan yang dilakukan
12. Mencuci tangan

Unit Terkait Loket, Ruang Tindakan, Kamar Bersalin, KIA.

36
UPTD PUSKESMAS TINDAKAN SKIN TEST
BOILAN No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Memberikan obat melalui intra kutan yang bertujuan untuk


melihat reaksi hipersensitivitas tubuh terhadap obat

Tujuan Mengetahui apakah pasien mengalami reaksi hipersensitivitas


terhadap suatu obat

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kecamatan Tiloan

Prosedur 1. Tanyakan kepada pasien riwayat penggunaan


antihistamin (CTM)
2. Tentukan daerah yang akan dilakukan tindakan yaitu
pertengahan antara pergelangan tangan dan siku pada
permukaan dalam
3. Lakukan disinfeksi dengan menggunakan kapas alcohol,
biarkan sampai kering
4. Tegangkan kulit yang akan dilakukan prosedur
5. Dengan spuit 1 cc tusuk kulit sejajar dengan lengan,
dengan membentuk sudut 10-15 derajat dengan kulit
6. Memasukkan ujung jarum lebih kurang 2 mm dengan
ujung jarum menghadap keatas
7. Suntikan obat sebanyak 0,02 ml dan akan membentuk
tonjolan pada kulit
8. Daerah yang ditusuk jangan digosok dengan alcohol
atau dimassase
9. Lingkari daerah yang telah ditusuk
10. Tunggu sampai 15 menit. Bila tampak kemerahan
dengan ukuran 11-15 mm berarti positif pasien sensitive
terhadap obat yang akan diberikan. Laporkan kembali
pada dokter yang bertanggung jawab atau penanggung
jawab ruangan .
Unit Terkait Loket, Ruang Tindakan, Kamar Bersalin, KIA dan KB

37
UPTD PUSKESMAS PROSEDUR PENYUNTIKAN SUB KUTAN
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Memberikan obat melalui suntikan dibawah jaringan kulit

Tujuan 1. Melakukan observasi dan melaporkan efek samping


pengobatan
2. Memberikan obat tertentu yang pemberiannya hanya
dapat dilakukan dengan cara suntikan intrakutan
3. Membantu menentukan diagnose terhadap penyakit
tertentu (misalnya tuberculin test)

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kecamatan Tiloan

Prosedur Persiapan alat :


1. Catatan perawatan
2. Syringe/spuit disposable 3 cc dengan jarum 5/8 atau
spuit 1 cc
3. Vial/ampul obat
4. Kapas alkohol 2 buah
5. Sarung tangan bersih

Pelaksanaan :
1. Bawa peralatan keruang pasien
2. Letakkan bak suntik dipermukaan yang bersih, jangan
diatas tempat tidur pasien
3. Cek identitas pasien, minta pasien menyebutkan nama
4. Jelaskan cara kerja obat dan penatalaksanaan prosedur
kerja
5. Perhatikan privasi
6. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
7. Pilih area penyuntikan dengan mengidentifikasi titik
anatomi yang sesuai. Ingat untuk memberikan

38
alternative area setiap kali injeksi diberikan. Hal ini
dapat mencegah trauma berulang pada jaringan kulit
8. Bersihkan area dengan kapas alcohol, dengan
menggunakan metode sircular bersihkan dari dalam
kearah luar
9. Buka penutup jarum spuit dengan menggunakan teknik
satu tangan, yaitu dengan menggenggam tabung spuit
dengan menggunakan telapak tangan dan 3 jari (tengah,
manis dan kelingking) ibu jari dan jari telunjuk
mendorong penutup jarum kedepan sampai terbuka
10. Genggam jaringan sub kutan pada bagian posterior
lateral, sepertiga bagian atas lengan. Posisi ini untuk
memastikan insersi jarum masuk dalam sub kutan,
bukan otot
11. Pegang spuit antara ibu jari dan jari telunjuk
12. Masukkan jarum pada posisi 45 atau 90 derajat. Sudut
dapat bervariasi tergantung jumlah jaringan sub kutan,
area yang dipilih dan panjangnya jarum
13. Lepaskan jaringan sub kutan
14. Pegang spuit dengan satu tangan, lakukan aspirasi, bila
tidak ada darah lanjutkan injeksi. Jika ada darah, cabut
spuit, buang spuit dan siapkan yang baru
Rasional : darah mengindikasikan jarum masuk
kedalam pembuluh darah, menyuntikan obat kedalam
pembuluh darah bisa jadi membahayakan pasien
15. Sutikkan obat dengan perlahan, batasi pemberian obat
tidak lebih dari 1,5 ml setiap kali pemberian
16. Cabut jarum dengan cepat dan massase area dengan
kapas alcohol
Rasional : melakukan massase pada area membantu
penyerapan obat
17. Buang jarum dan spuit pada container/wadah khusus
yang tertutup
18. Kembalikan pasien pada posisi yang nyaman
19. Buka sarung tangan, buang dan cuci tangan
20. Dokumentasikan tindakan

Unit Terkait Loket, Ruang Tindakan, Kamar Bersalin, KIA dan KB

39
UPTD PUSKESMAS PENYUNTIKAN INTRA VENA
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Memberikan obat melalui suntikan kedalam pembuluh darah


vena yang dilakukan anggota gerak

Tujuan Memberikan obat tertentu yang pemberiannya hanya dapat


dilakukan dengan penyuntikan intravena

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kecamatan Tiloan

Prosedur Pelaksanaan :
1. Tentukan daerah yang akan disuntik, kemudian lakukan
pembendungan dibagian atasnya. Selanjutnya
permukaan kulit didaerah bersangkutan didesinfeksi
dengan kapas alcohol dan ditegangkan
2. Pasang pengalas dibawah daerah yang akan disuntik dan
dekatkan nirbekken
3. Jarum dimasukan kedalam pembuluh darah yang
dimaksud dengan lubang jarum menghadap keatas
4. Penghisap spuit ditarik sedikit, bila jarum berhasil
masuk kedalam vena, darah akan masuk kedalam spuit
atau mengalir sendiri. Tapi bila tidak ada darah yang
keluar berarti jarum tidak berhasil masuk kedalam vena
dan penyuntikan harus dipindahkan kebagian yang lain.
Setelah berhasil bukalah karet pembendung
5. Obat dimasukkan perlahan-lahan sampai habis
6. Setelah obat masuk semua jarum dicabut agak cepat.
Bekas tusukan jaru ditekan dengan kapas alcohol
7. Bila pemberian obat melalui vena dilakukan dalam
jumlah besaran waktu lama, maka waktu pemberiannya
dilakukan dengan cara infuse sesuai dengan program
pengobatan (misalnya transfusi darah)

40
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Obat-obatan yang diberikan harus berdasarkan program
pengobatan
2. Sebelum menyiapkan obat suntikan, bacalah dengan
teliti petunjuk pengobatan yang ada dalam catatan
medis atau status pasien yaitu : nama obat, dosis, waktu
dan cara pemberiannya (mis: intravena,subkutan dll)
3. Pada waktu penyiapan obat, bacalah dengan teliti
label/etiket dari tiap-tiap obat. Obat-obat yang kurang
jelas etiketnya tidak boleh diberikan pada pasien
4. Perhatikan teknik septic dan aseptic
5. Spuit dan jarum yang dgunakan harus spuit disposable
(sekali pakai)
6. Memotong ampul dengan pemotong ampul harus
berhati-hati, agar tidak melukai organ dan pecahannya
tidak masuk kedalam obat
7. Pasien yang mendapatkan suntikan harus diawasi untuk
beberapa saat, sebab kemungkinan timbul reaksi alergi
dan lain-lain
8. Setiap selesai menyuntik, spuit bekas harus dibuang
dalam wadah khusus untuk spuit bekas, agar tidak
membahayakan orang lain.

Unit Terkait Loket, Ruang Tindakan, Kamar Bersalin, KIA dan KB

41
UPTD PUSKESMAS PROSEDUR PENYUNTIKAN INTRA MUSKULAR
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Memberikan obat melalui suntikan kedalam jaringan otot

Tujuan Memberikan obat tertentu yang pemberiannya hanya dapat


dilakukan dengan cara suntikan intra muscular

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kecamatan Tiloan

Prosedur Persiapan alat :


1. Catatan perawatan
2. Syringe/spuit disposable 3 cc dengan jarum 1 atau ½
inchi
3. Vial/ampul obat
4. Kapas alkohol dua buah
5. Sarung tangan bersih

Pelaksanaan :
1. Bawa peralatan ke ruang pasien
2. Letakkan bak suntik dipermukaan yang bersih, jangan
diatas tempat tidur pasien
3. Cek identitas pasien, minta pasien menyebutkan nama
4. Jelaskan prosedur kerja pada pasien
5. Perhatikan privasi
6. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
7. Pilih area penyuntikan sesuai dengan titik anatomi
8. Bersihkan area dengan kapas alcohol, dengan
menggunakan metode sirkular, bersihkan dari dalam
kearah luar
9. Pegang spuit, lepaskan penutup jarum dengan
menggunakan teknik satu tangan
10. Keluarkan gelembung udara. Beberapa ahli

42
merekomendasikan untuk membiarkan satu gelembung
udara kecil tertinggal didalam spuit sehingga pada saat
penyuntikan semua obat dapat masuk
11. Regangkan kulit dengan menggunakan jari telunjuk dan
ibu jari (menggenggam otot biasanya dilakukan pada
anak kecil atau geriatric untuk mengumpulkan massa
dan memastikan penempatan jarum yang tepat
12. Masukkan jarum dengan posisi 90 derajat
13. Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah lanjutkan injeksi,
masukkan obat secara perlahan. Jika ada darah, cabut
spuit, buang dan siapkan spuit yang baru
14. Cabut jarum dengan cepat dan massase area dengan
kapas alcohol (bila tidak ada kontraindikasi)
15. Buang jarum dan spuit pada container/ wadah khusus
yang tertutup
16. Kembalikan pasien pada posisi yang nyaman
17. Buka sarung tangan, buang dan cuci tangan
18. Dokumentasikan tindakan
Unit Terkait Loket, Ruang Tindakan, Kamar Bersalin, KIA dan KB

43
UPTD PUSKESMAS PROSEDUR PENYUNTIKAN SUB KUTAN
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Memberikan obat melalui suntikan dibawah jaringan kulit


Tujuan 1. Melakukan observasi dan melaporkan efek samping
pengobatan
2. Memberikan obat tertentu yang pemberiannya hanya
dapat dilakukan dengan cara suntikan intrakutan
3. Membantu menentukan diagnose terhadap penyakit
tertentu (misalnya tuberculin test)

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kecamatan Tiloan

Prosedur Persiapan alat :


1. Catatan perawatan
2. Syringe/spuit disposable 3 cc dengan jarum 5/8 atau
spuit 1 cc
3. Vial/ampul obat
4. Kapas alkohol dua buah
5. Sarung tangan bersih

Pelaksanaan :
1. Bawa peralatan keruang pasien
2. Letakkan bak suntik dipermukaan yang bersih, jangan
diatas tempat tidur pasien
3. Cek identitas pasien, minta pasien menyebutkan nama
4. Jelaskan cara kerja obat dan penatalaksanaan prosedur
kerja
5. Perhatikan privasi
6. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
7. Pilih area penyuntikan sesuai dengan titik anatomi yang
sesuai. Ingat untuk memberikan alternative area setiap
kali injeksi diberikan. Hal ini dapat mencegah trauma

44
berulang pada jaringan kulit
8. Bersihkan area dengan kapas alcohol, dengan
menggunakan metode sirkular, bersihkan dari dalam
kearah luar
9. Buka penutup jarum spuit dengan menggunakan teknik
satu tangan, yaitu dengan menggenggam tabung spuit
dengan menggunakan telapak tangan dan 3 jari (tengah,
manis dan kelingking) ibu jari dan jari telunjuk
mendorong penutup jarum kedepan sampai terbuka
10. Genggam jaringan sub kutan pada bagian posterior
lateral, sepertiga bagian atas lengan. Posisi ini untuk
memastikan insersi jarum masuk dalam sub kutan,
bukan otot
11. Pegang spuit antara ibu jari dan jari telunjuk
12. Masukkan jarum pada posisi 45 atau 90 derajat. Sudut
dapat bervariasi tergantung jumlah jaringan sub kutan,
area yang dipilih dan panjangnya jarum
13. Lepaskan jaringan sub kutan
14. Pegang spuit dengan satu tangan, lakukan aspirasi, bila
tidak ada darah lanjutkan injeksi. Jika ada darah, cabut
spuit, buang spuit dan siapkan yang baru
Rasional : darah mengindikasikan jarum masuk
kedalam pembuluh darah, menyuntikkan obat kedalam
pembuluh darah bisa jadi membahayakan pasien
15. Suntikkan obat dengan perlahan, batasi pemberian obat
tidak lebih dari 1,5 ml setiap kali pemberian
16. Cabut jarum dengan cepat dan massase area dengan
kapas alcohol
Rasional : melakukan massase pada area membantu
penyerapan obat
17. Buang jarum dan spuit pada container/wadah khusus
yang tertutup
18. Kembalikan pasien pada posisi yang nyaman
19. Buka sarung tangan, buang dan cuci tangan
20. Dokumentasikan tindakan

Unit Terkait Loket, Ruang Tindakan, Kamar Bersalin, KIA dan KB

45
UPTD PUSKESMAS MEMBERIKAN OKSIGEN (O2)
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Memasang oksigen kedalam paru-paru pasien dengan gangguan


system pernafasan melalui saluran pernafasan bagian atas
dengan menggunakan alat khusus

Tujuan 1. Memenuhi kekurangan zat asam


2. Membantu kelancaran metabolisme
3. Sebagai tindakan pengobatan

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kecamatan Tiloan

Prosedur Persiapan alat :


 Tabung O2 lengkap dengan manomoternya
 Botol pelembab O2 berisi aquadest
 Selang O2
 Masker O2 atau O2 kateter

Persiapan pasien :
Mengadakan pendekatan kepada pasien dan keluarga dengan
memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan,
maksudnya, cara pelaksanaannya, lamanya dan hal-hal lain
yang dialami.

Pelaksanaan :
1. Alat didekatkan kepada pasien
2. Pasien disiapkan dalam posisi semi fowler
3. Tabung O2 diperiksa dengan membuka manometer
(pengukur aliran)
4. Selang O2 dihubungkan dengan masker atau kateter O2
 Bila menggunakan masker. Masker harus menutupi
mulut dan hidung. Tali masker dikencangkan

46
dibelakang kepala dengan melalui bagian bawah
telinga
 Bila menggunakan kateter. Pastikan keteter
terpasang tepat masuk kedalam kedua lubang hidung
5. Flow meter dibuka dengan ukuran yang sesuai
kebutuhan (2-3 meter/menit)
6. Perlu ditanyakan apakah sesaknya berkurang
7. Alat yang tidak digunakan dikembalikan ketempat
semula
8. Pemberian O2 dapat diteruskan, selang seling
intermetum atau terus menerus tergantung pada
program pengobatan
9. Apakah pemberian O2 tidak diperlukan lagi maka
dihentikan. Masker/kateter O2 diangkat dan saluran O2
ditutup
10. Pasien dirapikan, alat-alat dibersihkan
11. Catat pemberiam O2 didalam catatan perawatan

Hal-hal yang perlu diperhatikan :


 System pemberian O2 ada 2 macam : secara sentral atau
langsung dari tabung O2
 Tabung O2 yang terisi harus selalu dalam keadaan
terkunci
 Pengisian aquadest tidak boleh melebihi batas dan
jangan sampai botol pelembab tersebut kering
 Masker dapat diganti dengan menggunakan corong dari
kertas tebal
 Jauhkan tabung O2 dari sumber api
 Bila pasien gelisah dapat dipasangkan manset pada
tangan
 Bila pemberian O2 lebih dari 24 jam, kateter
dibersihkan
 Bahaya pemberian O2 :
 Bila diberikan dengan tekanan tinggi dapat
berakibat overdosis dan retrolental fibroplasias
 Bila diberikan terlalu lama tanpa intermiten dapat
berakibat paru-paru tidak berfungsi dan dapat
menyebabkan kolaps paru-paru
Unit Terkait Loket, Ruang Tindakan, Kamar Bersalin, KIA dan KB

47
UPTD PUSKESMAS PENGAMBILAN CAP KAKI BAYI
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Pengambilan cap telapak kaki bayi adalah pengambilan cap


kedua telapak kaki bayi baru lahir hidup pada lembar balik
kartu kelahiran bayi

Tujuan Untuk menghindari kekeliruan yang terjadi pada bayi

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kecamatan Tiloan

Prosedur Persiapan alat :


- Bantal stempel
- Kartu bayi
- Buku arsip
- Kapas
- Alkohol

Langkah-langkah :
1. Perawat atau Bidan mengambil bantal stempel
2. Perawat atau Bidan menekan telapak kaki bayi pada
bantalan stempel sampai rata
3. Perawat atau Bidan mencapkan pada lembar balik kartu
bayi
4. Perawat atau Bidan mengarsipkan pada buku, beri
keterangan
5. Perawat atau Bidan mencantumkan tanda tangan dan
nama terang perawat atau bidan yang mengerjakan
6. Perawat atau Bidan membersihkan telapak kaki bayi
dengan kapas alkohol
7. Perawat atau Bidan membereskan alat ketempat semula
Unit Terkait Ruang Perawatan Bayi

48
UPTD PUSKESMAS HYPEREMESIS GRAVIDARUM
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Hyperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita


muntah-muntah yang berlebihan lebih dari 10 kali dalam 24
jam atau setiap saat, sehingga mengganggu kesehatan penderita

Tujuan Mencegah terjadinya dehidrasi

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kecamatan Tiloan

Prosedur Persiapan alat :


 1 set alat pasang infuse

Persiapan obat :
A. Metoclopramide ineksi
B. Ranitidine injeksi
C. Farbion injeksi
D. Spuit 3 cc

Cara kerja :

 Bidan
1. Menerima pasien Gravid disertai mual dan muntah
telah terpasang infuse RL dan hasil pemeriksaan
laboratorium (darah ritin dan planotest kehamilan)
2. Memberikan informed concent tentang tindakan
yang akan dilakukan
3. Meminta persetujuan tindakan dan persetujuan
rawat inap
4. Mencuci tangan dibawah air mengalir
5. Melakukan anamnese
6. Melapor dokter

49
7. Memasang infuse
8. Memberikan therapy sesuai advis dokter
9. Melakukan persiapan rujukan ke rumah sakit
Unit Terkait Loket, Ruang Tindakan, Kamar Bersalin, KIA, Rujuk Kerumah
Sakit

50
UPTD PUSKESMAS PROSEDUR MEMASANG INFUS
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Memasukkan obat atau cairan kedalam vena dalam jumlah


yang banyak dan dalam waktu lama, dengan menggunakan
infuse set

Tujuan 1. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit


2. Mengidentifikasi dan menyiapkan tempat yang cocok
untuk venapuncture
3. Sebagai akses untuk tindakan pengobatan
4. Memenuhi kebutuhan nutrisi

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kecamatan Tiloan

Prosedur Persiapan alat :


1. Seperangkat set infuse steril
2. Cairan infuse yang diperlukan
3. Spuit, dan raum kasa steril dalam tempatnya
4. Kapas alkohol dalam tempatnya
5. Plester
6. Gunting verband
7. Betadin zalf/solution
8. Pembalut atau verband
9. Nierbekken
10. Standar infuse lengkap dengan gantungan botol
11. Perlak kecil dengan alasnya
12. Spalk bila perlu
13. Tourniquet
14. Intra vena cateter no. 24, 22, 20, 18 (sesuai dengan
ukuran needle yang diperlukan )

51
Persiapan pasien :
1. Cuci tangan
2. Bandingkan tipe dan jumlah cairan sesuai dengan
permintaan dokter
3. Cek label farmasi pada cairan, mencakup tipe cairan dan
tanggal kadaluarsa
4. Pilih selang IV yang sesuai

Pelaksanaan :
1. Buka bungkus botol atau cairan infuse
2. Perhatikan botol atau kantong dengan seksama, bila ada
tetesan cairan, dengan menekan lembut botol atau
tetesan cairan infuse
3. Perhatikan cairan bila ada perubahan warna, berawan
atau ada partikel : bila ada perubahan menunjukkan
adanya kontaminasi sehingga cairan harus dibuang
4. Gantung cairan pada tiang infuse
5. Tutup klem selang infuse
6. Tempel label pada selang infuse mencakup : nama,
tanggal dan jam pemberian, serta obat yang
dicampurkan dalam infuse bila ada
7. Buka tutup botol/kantong cairan infuse
8. Pijat tabung tetesan sambil menusukkan infuse set
kedalam botol/kantong cairan infuse
Rasional : memijat tabung tetesan bersamaan dengan
menusukkan infuse set kedalam botol untuk mencegah
udara masuk kedalam botol/kantong cairan infuse
9. Lepaskan pijatan pada tabung tetesan sampai tabung
terisi setengahnya
10. Buka penutup ujung selang infuse (pertahankan
sterilisasi)
11. Buka klem selang infuse, pegang ujung selang lebih
tinggi, agar udara dapat keluar. Isi selang infuse sampai
terisi penuh dan tidak ada gelembung udara didalamnya.
Tutup klem selang infuse
12. Tutup kembali ujung selang infuse untuk
mempertahankan sterilisasi
13. Pasang perlak dan alasnya, ditempatkan dibawah bagian
tubuh yang akan dipasangi infuse
14. Jika memungkinkan pilih tangan pasien yang tidak
dominan, karena aktivitas pasien dapat mempengaruhi
tetesan cairan yang sudah diprogramkan.

Perhatian :
 Perhatikan dengan seksama kedua tangan
pasien, palpasi dan visualisasi vena yang
memungkinkan ( sebaiknya yang berada di
superficial, mudah dipalpasi dan cukup besar
untuk dilakukan insersi jarum )

52
 Area sebaiknya bebas lesi scar dan jauh dari
sendi
 Bagian distal vena sebaiknya dipilih yang
pertama, sehingga bagian proksimal dapat
digunakan atau dipersiapkan untuk penusukan
berikutnya
 Pilih vena yang lebih besar untuk cairan yang
hipertonik, darah dan cairan kental
 Ekstrimitas bawah digunakan hanya bila perlu
15. Pasang tourniquet beberapa inchi diatas area yang di
tusuk untuk mendistensikan vena. Minta pasien untuk
mengepalkan dan membuka telapak tangannya beberapa
saat untuk membantu mendistensikan vena yang dipilih
16. Desinfeksi area yang akan ditusuk dengan povidine
iodine atau alcohol. Jangan menyentuh area yang
didesinfeksi
17. Pakai sarung tangan untuk mencegah kontaminasi darah
18. Pegang jarum pada pangkal plastik. Pegang tangan
pasien dan regangkan kulit pasien yang akan ditusuk
dan menekan lembut ke arah distal
19. Tusukkan jarum ke kulit dengan arah 15 derajat dan
mulut jarum menghadap ke atas, bila sudah masuk vena
jarum di datarkan
20. Tarik sedikit jarum pengantar, observasi diabocath bila
ada darah yang keluar. Bila ada darah masukkan lagi
dengan hati-hati keseluruhan jarum abocath
21. Lepaskan jarum pengantar. Sambungkan pangkal jarum
ke selang infuse set, lepaskan turniquet
22. Buka klem selang infuse, observasi tetesan cairan. Bila
beberapa saat tetesan cairan lancar, kurangi sedikit
kecepatannya agar tidak terbuka saat pemasangan
verband
23. Buka sarung tangan agar tetesan lancar, kulit yang
ditusuk jarum di desinfeksi dengan betadin, lalu tutup
dengan plester hepafiks. Kemudian dijarum diplester
menyilang dan mendatar
24. Tangan yang dipasang infuse diatur agar jarum infuse
tidak bergerak. Tangan diverband atau dipasangi spalk
bila perlu. Beri label tanggal pemasangan infuse pada
verband atau plester ditangan pasien
25. Atur tetesan cairan sesuai dengan kebutuhan
26. Rapikan pasien, peralatan dibereskan dan dikembalikan
ketempatnya. Dokumentasikan tindakan.
Perhatian :
 Bila terjadi edema, hematoma dan lain-lain
pada tempat pemasangan jarum. Maka infuse
harus dihentikan dan dipindahkan
pemasangannya ketubuh bagian lain.

53
 Perhatikan reaksi pasien minimal 15 menit
pertama
 Bila muncul reaksi alergi pasien (misalnya
menggigil, urticari atau shock), maka infuse
harus segera diperlambat tetesannya, kemudian
segera dilaporkan ke dokter atau penanggung
jawab ruangan
 Perhatikan teknik aseptic dan antiseptic

Unit Terkait Loket, Ruang Tindakan, Kamar Bersalin, KIA dan KB

54
UPTD PUSKESMAS ANASTESI LOKAL DAN MENJAHIT LUKA PADA
BOILAN PERINEUM
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Anastesi lokal pada perineum adalah upaya kendali nyeri pada
daerah perineum dengan bahan anestesi yang diberikan secara
infiltrasi

Menjahit luka perineum adalah merupakan suatu upaya untuk


menghentikan sumber perdarahan yang dilakukan oleh dokter
atau bidan

Perineum adalah alat genetalia eksterna yang terletak antara


lubang vagina dan anus

Tujuan 1. Memperbaiki luka robekan perineum


2. Mempercepat penyembuhan luka

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kecamatan Tiloan

Prosedur Alat :
Bak steril berisi :
1. 1 pasang handscoen
2. 1 gunting benang
3. 1 doek steril
4. 1 Naldvoeder
5. 1 pinset chirugis
6. 1 jarum jahit
7. 1 tampon
8. Kassa steril secukupnya
Bahan :
1. Bethadine
2. Nierbekken
3. Benang cat gut no. 2/0

55
4. 1 buah spuit 5 cc
5. Lidocain 1 ampul
6. aquadest
7. Lampu sorot

Langkah-langkah :
Bidan :
1. Memberitahu kepada pasien tentang keadaan perineum
dan tindakan yang akan dilakukan serta maksud dari
tindakan tersebut
2. Mencuci tangan
3. Meletakkan alat didekat pasien
4. Mengatur posisi pasien (litotomi)
5. Memasang lampu sorot
6. Membuka spuit 5 cc dan meletakkan dibak steril
7. Mematahkan ampul lidocain
8. Memasang handscoen ditangan kanan
9. Mengisi spuit 5 cc dengan aquadest 2 cc dan lidocain 2
cc
10. Meletakkan kembali kedalam bak steril
11. Memasang handscoen pada tangan kiri
12. Meletakkan doek dibawah bokong
13. Memberitahu pasien akan disuntik
14. Menusuk jarum suntik pada ujung luka/robekan
perineum secara subkutan
15. Melakukan aspirasi, bila ada darah tarik jarum sedikit
dan ulangi untuk melakukan aspirasi
16. Menyuntikkan obat sambil menarik jarum suntik pada
tepi luka perineum
17. Menarik jarum suntik dan arahkan sepanjang tepi luka
sehingga berbentuk kipas
18. Menunggu 1 sampai 2 menit sebelum melakukan
penjahitan
19. Memasang jarum jahit pada nalpuder
20. Mengambil benang sesuai kebutuhan
21. Memasang benang jahit pada mata jarum
22. Memasang tampon
23. Melakukan jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas
ujung luka didalam vagina
24. Simpul benang
25. Menggunting benang dan sisakan kurang lebih 0,5 cm
26. Menjahit mukosa vagina dengan menggunakan jahitan
jelujur sampai tepi perineum
27. Melakukan simpul diatas batas perineum
28. Melakukan jahitan jelujur sampai mencapai ujung luka
29. Diatas ujung mengambil sedikit kulit perineum ± ½ cm
melanjutkan hecting subkutis hingga tiba disimpul
perineum
30. Mengikat benang dengan simpul kunci

56
31. Menggunting sisa benang yang ada
32. Melakukan control jahitan dengan pemeriksaan colok
dubur
33. Mengeluarkan tampon dan sisa darah
34. Menutup luka jahitan perineum dengan kassa yang telah
dibubuhi betadin
35. Memberi tahu pasien bahwa tindakan sudah selesai
36. Membersihkan dan merapikan pasien
37. Merapikan alat dan bahan
38. Merendam alat di larutan klorin selama 10 menit
39. Membuka hanscoen dan merendam dalam larutan klorin
40. Mencuci tangan
41. Memberitahu pasien tentang perawatan luka perineum
selanjutnya

Unit Terkait Loket, Ruang Tindakan, Kamar Bersalin, KIA dan KB

57
UPTD PUSKESMAS PENATALAKSANAAN EPISIOTOMI
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Episiotomi adalah sayatan melalui jaringan perineum yang


dimaksudkan untuk memperbesar saluran keluar vulva selama
kelahiran

Tujuan 1. Mempercepat kelahiran jika terdapat tanda – tanda


gawat janin
2. Mengurangi resiko kerusakan intracranial selama
kelahiran kurang bulan
3. Mempercepat kelahiran pada persalinan dengan
penyulit. Misalnya sungsang, distosia bahu, ekstraksi
forcep, ekstraksi fakum

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kecamatan Tiloan

Prosedur Alat dan bahan :


1. Alat episiotomy 1 set
2. Alat hecting 1 set
3. Benang cat gut no. 2/0
4. Kom berisi bethadin
5. Kom berisi air DTT dan kapas steril
6. 1 buah spuit 1 cc
7. Lidocain
8. Aquadest
9. Lampu sorot

Langkah-langkah :
Bidan :
1. Membaca status pasien
2. Menilai indikasi untuk melakukan episiotomy
3. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan

58
4. Mencuci tangan diair mengalir
5. Memberitahu pada ibu tindakan yang akan dilakukan
6. Mengatur posisi ibu
7. Memasang underpad dibawah bokong ibu
8. Melakukan anestesi local pada perineum
9. Melakukan episiotomy pada saat perineum menipis
dengan tangan melindungi kepala bayi sambil pasien
mengedan, 3-4 cm kepala bayi sudah terlihat dan pada
saat kontraksi dengan cara mediolateral
10. Melakukan penekanan pada luka episiotomy dengan
lapisan kassa steril bila kepala belum juga lahir
11. Mengendalikan kelahiran kepala bahu dan badan bayi
untuk mencegah perluasan episiotomy
12. Membersihkan ibu
13. Mencuci tangan diair mengalir
14. Memberitahu ibu tindakan yang akan dilakukan
15. Memakai handscoen
16. Memasang doek steril
17. Memeriksa robekan vagina, serviks dan perineum
rectum
18. Memberi anastesi lokal
19. Menjahit luka perineum
20. Memeriksa kembali laserasi untuk memastikan tidak
ada lagi sumber perdarahan dan tidak ada kassa yang
tertinggal
21. Memeriksa spingter ani apakah ada jahitan pada rectum
22. Mengkompres luka dengan gas steril dan bethadin
23. Membersihkan dan merapikan ibu
24. Merendam alat kedalam larutan klorin
25. Mencuci tangan
26. Mencatat semua tindakan kedalam status
27. Menasehati ibu tentang vulva hygiene
28. Pindah nifas
Unit Terkait Locet, Ruang tindakan, Kamar bersalin, KIA dan KB

59
UPTD PUSKESMAS DISTOSIA BAHU
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Setelah kelahiran kepala akan terjadi putaran paksi luar yang
akan menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan
tulang belakang. Bahu pada umumnya akan berada pada sumbu
miring (oblique) dibawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibu
meneran akan menyebabkan bahu depan (anterior) berada
dibawah pubis. Bila bahu gagal untuk mengadakan putaran
menyesuaikan dengan sumbu miring panggul dan tetap berada
pada posisi anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi
benturan bahu depan terhadap symphisis

Tujuan Melahirkan seluruh bagian tubuh bayi dengan selamat

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kecamatan Tiloan

Prosedur Alat dan bahan :


1. 1 set bak partus
2. 1 set bak hecting
3. Obat-obatan uterotonika (oksitosin, methergin)
4. Spuit 3,5 cc
5. Lidokain
6. Aquadest
7. Tensimeter dan stetoskop

Bidan/Dokter Asisten/Ahli OBGYN :


1. Melahirkan bahu dengan maneuver McRoberts
- Melakukan episiotomy yang cukup luas untuk
mengurangi obstruksi jaringan lunak dan memberi
ruangan yang cukup untuk tindakan.
- Mengatur posisi ibu berbaring terlentang, mintalah
ia untuk menekuk kedua tungkainya dan

60
mendekatkan lututnya sejauh mungkin kearah
dadanya. Mintalah bantuan 2 orang asisten untuk
menekan fleksi kedua lutut ibu kearah dada.
- Memakai sarung tangan DTT
- Melakukan tarikan yang kuat dan terus menerus
kearah bawah pada kepala janin untuk
menggerakkan bahu depan dibawah symphisis
pubis
- Mintalah seorang asisten untuk melakukan tekanan
secara simultan kearah bawah pada daerah
suprapubis untuk membantu persalinan bahu
- Jika bahu masih belum dapat dilahirkan masukkan
tangan kedalam vagina dan lakukan penekanan
pada bahu yang terletak didepan dengan arah
sternum bayi untuk memutar bahu dan mengecilkan
diameter bahu dan jika diperlukan lakukan
penekanan pada bahu belakang sesuai dengan arah
sternum
2. Melahirkan dengan maneuver Corkscrew woods
- Melakukan anestesi local dan episiotomy
 Menempatkan jari telunjuk dan jari
tengah (dari tangan kiri anda) antara
kepala bayi dan perineum. Hal ini
sangatlah penting untuk menengah
jarum suntik mengenai kepala bayi yang
dapat menyebabkan kematian bayi.
 Masukakan jarum secara sub kutan
mulai komisura posterior menelusuri
sepanjang perineum dengan sudut 450
kearah kanan ibu (tempat yang akan
dilakukan episiotomy). Melakukan
aspirasi untuk memastikan ujung jarum
tidak memasuki pembuluh darah.
Apabila pada aspirasi terdapat cairan
darah , tarik jarum sedikit dan kembali
masukkan dengan arah yang berbeda,
kemudian ulangi lagi prosedur aspirasi.
 Menyuntikan bahan anestesi (lidokain 1
%) 5-10 ml sambil menarik jarum
keluar.
 Menekan tempat infiltrasi agar anestesi
menyebar. Untuk hasil yang optimal
tunggu 1-2 menit sebelum melakukan
episiotomy.
- Maneuver Corcksrew woods
 Masukkan dua jari tangan kanan kearah
anterior bahu belakang janin.
 Minta asisten untuk melakukan

61
penekanan fundus uteri kearah bawah,
kemudian putar (searah putaran jarum
jam) bahu belakang bayi dengan kedua
jari tangan operator (penolong
persalinan) kearah depan (ventral
terhadap ibu) sehingga lahir bahu
belakang.
 Masih diikuti dengan dorongan pada
fundus uteri dilakukan putaran
berlawanan dengan arah putaran
pertama sehingga akan menyebabkan
bahu depan dapat melewati symphisis.
- Melakukan dekontaminasi dan pencegahan
infeksi pasca tindakan
 Melakukan aspirasi larutan klorin 0,5
% kedalam tabung suntik
 Rendam tabung suntik dalam larutan
klorin 5 %
 Masukkan sarung tangan, bersihkan
dari cemaran, kemudian lepaskan dan
rendam dalam larutan klorin 0,5 %
 Mencuci tangan dan keringkan dengan
handuk bersih dan kering .
3. Melahirkan bahu belakang dengan maneuver Schwartz
dan Dixon
- Masukkan tangan mengikuti lengkung sacrum
sampai jari penolong mencapai fosa anticubiti.
- Menekan jari tengah, lipat lengan bawah kearah
dada.
- Setelah terjadi fleksi tangan, keluarkan lengan
dari vagina (menggunakan jari telunjuk untuk
melewati dada dan kepala bayi atau seperti
mengusap kepala bayi), kemudian tarik hingga
bahu belakang dan seluruh lengan belakang
dapat dilahirkan.
- Bahu depan dapat lahir dengan mudah setelah
bahu dan lengan belakang dilahirkan.
- Melakukan dekontaminasi dan pencegahan
infeksi pasca melahirkan.
4. Jika semua tindakan tidak berhasil maka patahkan
klavikula untuk mengurangi lebar bahu dan bebaskan
bahu depan lalu tarik dengan mengait ketiak untuk
mengeluarkan lengan belakang.

Unit Terkait Locet, Ruang tindakan, Kamar bersalin, KIA.

62
UPTD PUSKESMAS INDUKSI PERSALINAN DAN AMNIOTOMI
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Induksi persalinan adalah usaha agar persalinan mulai


berlangsung sebelum atau sesudah kahamilan cukup bulan
dengan jalan merangsang timbulnya his.

Amniotomi adalah pemecahan selaput ketuban secara artificial

Tujuan Mempercepat kelahiran jika ketuban sudah pecah, IUFD, his


tidak ada atau tidak adekuat

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kecamatan Tiloan

Prosedur Persiapan alat :


1. 1 set alat pasang infuse
2. 1 set alat partus
3. Obat-oabatan uterotonika (oksitosin 10 ui)
4. Prostaglandin
5. Spuit 3 cc
6. Leenec atau dopler
7. Kom berisi air DTT dan kapas steril
8. Oksigen bila diperlukan

Cara Kerja :

Bidan
1. Menerima pasien dengan inpartu dari ruang tindakan
2. Mencuci tangan di air mengalir
3. Melakukan anamnese
4. Melakukan pemeriksaan umum, fisik dan kebidanan
(post death, his tidak teratur atau jarang sesuai
partograf, KPD).

63
Bidan :
1. Memberitahu pasien dan keluarga tentang keadaan
pasien dan bayi serta tindakan yang akan dilakukan
2. Meminta tanda tangan persetujuan tindakan
3. Mencuci tangan di air mengalir
4. Memakai handscoen
5. Mengatur posisi pasien
6. Membuka pakaian bagian bawah pasien
7. Memasang prostaglandin atau drips oxytoksin sesuai
advis sampai kolf ke II yang sebelumnya dilakukan
tindakan pemasangan infuse
8. Mengobservasi KU, TTV, BJF dan kemajuan persalinan
9. Mengobservasi dalam partograf
10. Menghentikan drips ganti cairan kosong bila ada
kegawatan janin
11. Memasang oksigen 3-5 liter/menit
12. Atau bila tidak ada kemajuan persalinan setelah kolf ke
II menghetikan drips mengganti cairan infuse RL atau
Dextrose 5 % kosong
13. Jika tidak ada kemajuan persalinan rujuk ke rumah sakit
14. Memeriksa kembali BJF
15. Memasukkan ½ kocher dengan bimbingan telunjuk dan
jari tengah menyentuh selaput ketuban bila kala II
persalinan telah dimulai
16. Menorehkan gigi kocher sehingga merobek selaput
ketuban
17. Memeriksa warna ketuban dan jumlahnya
18. Mengeluarkan ½ kocher dengan tangan kiri sedangkan
tangan kanan melakukan pemeriksaan dalam untuk
kembali memastikan bagian terendah janin atau tali
pusat meumbung dan sejauh mana penurunan bagian
terendah
19. Memimpin persalinan sesuai APN
Unit Terkait Locet, Ruang tindakan, Kamar bersalin, KIA, Rujuk ke Rumah
Saki

64
UPTD PUSKESMAS ABORTUS INSIPIENS
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada


kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks
uteri yang meningkat , tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.

Tujuan  Bidan mampu menatalaksana kegawatdaruratan abortus


insipiens
 Mencegah terjadinya perdarahan dan infeksi
 Menurunkan AKI

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kecamatan Tiloan

Prosedur 1. Persiapan alat :


 1 set bak partus steril
 1 set alat pasang infuse
2. Langkah-langkah :
Bidan
a. Menerima pasien dengan keluhan sakit perut,
perdarahan
b. Melakuka anamneses ; HPHT, test kehamilan
c. Melakukan VT ; memriksa pembukaan, teraba
jaringan, perdarahan, kontraksi
d. Memasang infuse
e. Mengecek Hb
f. Melakukan persiapn rujukan ke rumah sakit

Unit Terkait Locet, Ruang tindakan, Kamar bersalin, KIA, Rujuk ke Rumah
Sakit.

65
UPTD PUSKESMAS KETUBAN PECAH DINI (KPD)
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Penanganan ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput


ketuban yang terjadi dalam masa kehamilan atau sebelum
proses persalinan

Tujuan Mengatasi terjadinya infeksi intra uterin dan syndrome gawat


pernapasan pada janin

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kecamatan Tiloan

Prosedur Persiapan alat :


- 1 set alat infuse
- 1 set alat partus
- 1 set alat resusitasi
- Cairan
- Obat-obatan uterotonika (oksitosin dan
metergin)
- Obat injeksi antibiotic
- Obat injeksi kortikosteroid
- Spuit 3/5 cc
- Aquadest
- Leanec/Doppler
Persiapan Alat Induksi Persalinan (lihak IK induksi persalinan)

Cara Kerja

Bidan :
1. Menerima pasien dengan keluhan pelepasan air ketuban
2. Menyapa ibu dan keluarganya, ucapkan salam dan
persilahkan ibu untuk masuk

66
3. Menganjurkan ibu untuk cuci kaki, cuci tangan dan
BAK
4. Mengantar ibu ketempat tidur
5. Melakukan anamneses : menanyakan HPHT, kapan
pecah ketuban, berapa banyak dan warna apa
6. Melakukan penilaian fisik : inspeksi, palpasi, auskultasi
7. Melakukan pemeriksaan dalam untuk menilai
 Luas panggul
 Presentase janin, penurunan kepala, pematangan
serviks
8. Memberikan informed concent tentang kondisi ibu dan
tindakan yang akan dilakukan
9. Memasang infuse : bila ibu demam guyur RL 1 kolf
10. Mencuci tangan di air mengalir
11. Mencatat semua tindakan pada status
12. Membuat dokumentasi asuhan kebidanan
13. Melakukan persiapan rujukan ke rumah sakit
14. Mengantar pasien keruangan IGD dan melakukan serah
terima pasien
Unit Terkait Locet, Ruang tindakan, Kamar bersalin, KIA , Rujuk ke Rumah
Sakit

67
UPTD PUSKESMAS PENANGANAN POST PARTUM DENGAN RETENSIO
BOILAN URINE

No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Tidak keluarnya urin secara normal setelah post partum

Tujuan Melancarkan pengeluaran urine dengan cara kateterisasi

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kecamatan Tiloan

Prosedur Persiapan alat :


1. 1 pasang handscoen
2. 1 buah polycateter
3. 1 buah spuit 3 cc
4. 1 buah spuit 10 cc
5. Aquadest
6. Jelly secukupnya
7. Nierbekken
8. Sampiran

Langkah-langkah :

Bidan :
1. Motivasi ibu post partum untuk BAK
2. Lapor dokter sehubungan bahwa ibu tidak dapat BAK
3. Memberitahukan pasien tindakan yang akan dilakukan
sehubungan tidak dapat BAK secara spontan
4. Mengatur posisi pasien dorsal recumbent
5. Mendekatkan alat-alat
6. Memakai handscoen
7. Membersihkan vulva dengan menggunakan kapas air
DTT
8. Membuka lubang labia dan pastikan lubang uretra
9. Menggunakan tangan kanan masukkan ujung kateter

68
yang sebelumnya diberi jelly sedikit demi sedikit
kurang lebih 5 cm sampai urine keluar
10. Pakai spuit 3 cc untuk menyumbat lubang kateter
tempat keluarnya urin
11. Menghisap aquadest dengan spuit 10 cc sebanyak 15-20
cc, kemudian masukkan kecabang polycateter
12. Menarik kateter kearah luar sedikit untuk memastikan
polycateter terpasang baik dan terfiksasi dalam kandung
kemih
13. Memberitahukan kepada pasien bahwa tindakan sudah
selesai
14. Mengajarkan kepada ibu dan keluarga cara membuka
dan menutup kembali penyumbat kateter tiap 4 jam
15. Melepas handscoen rendam dalam larutan klorin 0,5 %
dan mencuci tangan di air mengalir
16. Melepaskan kateter setelah 24-48 jam
17. Observasi kembali BAK ibu secara spontan

Unit Terkait Locet, Ruang tindakan, Kamar bersalin, KIA dan KB

69
UPTD PUSKESMAS PENANGANAN INVERSIO UTERI
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Inversio uteri adalah komplikasi kala III persalinan dimana


lahirnya sebagian plasenta diikuti dengan lahirnya sebagian
atau seluruh fundus uteri yang dapat mengakibatkan perdarahan
dan syok.

Tujuan 1. Mencegah terjadinya syok haemorragia


2. Menurunkan AKI

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kecamatan Tiloan

Prosedur 1. Menerima pasien baru dengan inversio uteri


2. Mengantar ibu ketempat tidur
3. Melakukan anamneses
4. Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya tentang
tindakan yang dilakukan atau operasi bila ada indikasi
5. Menyiapkan alat
 1 set alat pasang infuse
 1 pasang handscoen panjang
 Nierbekken
6. Persiapan obat-obatan
 Uterotonika
7. Memberitahu pasien dan keluarganya tentang tindakan
yang akan dilakukan
8. Mencuci tangan diair mengalir
9. Memasang infuse
10. Memeriksa TTV
11. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa akan dilakukan
rujukan ke rumah sakit
12. Melakukan persiapan rujukan ke rumah sakit

70
Unit Terkait Locet, Ruang tindakan, Kamar bersalin, KIA, Rujuk ke Rumah
Sakit

71
UPTD PUSKESMAS PENANGANAN PRE EKLAMSIA
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep


NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian  Hipertensi adalah keadaan dengan tekanan darah sistolik minimal


140 mmhg atau tekanan diastolik minimal 90 mmhg atau kenaikan
sistolik minimal 30 mmhg.
 Preeklamsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan
proteinuria, edema atau keduanya yang terjadi akibat kehamilan
setelah minggu ke-22.

Tujuan  Mengakhiri kehamilan dengan trauma sedikit mungkin baik bagi ibu
maupun janin.
 Melahirkan janin yang selanjutnya dapat bertahan hidup dengan
trauma sekecil-kecilnya.
 Memulihkan keadaan ibu secara total.
 Mencegah terjadinya pre eklamsia berat dan eklamsia.

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kec. Tiloan

Prosedur Persiapan alat


1. 1 set alat infus
2. 1 set alat kateter tetap
3. 1 set alat partus steril
4. Suction
5. Tensimeter
6. Stetoskop
7. Thermometer
8. Palu patella
9. 02

72
Prosedur Persiapan obat
a. MgSo4
b. Kalsium glukonas
c. Anti hipertensi

Cara kerja
 Bidan
1. Pre eklamsia ringan
a. Menerima pasien baru dengan preeklamsia ringan
b. Menganjurkan pasien untuk berkemih dan mengambil
sampel untuk pemeriksaan
c. Melakukan anamnesa
d. Melakukan pemeriksaan fisik meliputi palpasi, BJF, dan
TTV
e. Melakukan kolaborasi dengan laboratorium untuk
pemeriksaan lengkap
f. Memberikan informed concent tentang kondisi pasien
dan tindakan yang akan dilakukan
g. Melakukan kolaborasi dengan dokter asisten obgyn
h. Membrikan therapy sesuai advis dokter
i. Meminta persetujuan rawat inap jika di rawat
j. Melengkapi status pasien dan membuat dokumentasi
asuhan kebidanan
k. Memasang gelang identitas psien jika pasien di rawat
l. Menyiapkan status dan persyaratan jika pasien dianjurkan
untuk rawat jalan
2. Pre eklamsia berat
a. Menerima pasien dengan PEB
b. Menganjurkan pasien untuk berkemih dan mengambil
sampel urin untuk pemeriksaan
c. Melakukan anamneses dan melengkapi status
d. Melakukan pemeriksaan kebidanan
e. Melakukan kolaborasi dengan laboratorium
f. Memberitahu kepada pasien tindakan yang akan
dilakukan
g. Meminta tanda tangan persetujuan tindakan dan rawat
inap
h. Member therapy MgSO4 sesuai protap
i. Melakukan observasi TTV dan BJF
j. Memberitahu keadaan ibu dan janin serta tindakan yang
akan dilakukan
k. Melakukan persiapan rujukan ke rumah sakit
Unit terkait Locet, Ruang tindakan, Kamar bersalin, KIA, Rujuk ke Rumah Sakit

73
UPTD PUSKESMAS PENANGANAN EKLAMSIA
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Eklamsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan


proteinuria, edema atau keduanya yang terjadi akibat kehamilan
setelah 22 minggu disertai kejang

Tujuan A. Mengendalikan serangan kejang


B. Mengendalikan hipertensi berat
C. Mengatasi hipoksia dan asidosis
D. Memulai langkah-langkah untuk melahirkan bayi

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kecamatan Tiloan

Prosedur A. Persiapan Alat dan bahan :


1. 1 set alat infuse
2. 1 set alat kateter
3. 1 pasang handscoen steril
4. 1 set bak partus steril
5. Tabung O2 dan selang O2
6. Suction
7. Spatel
8. Plester
9. Kapas alcohol
10. Nierbekken
11. Tiang infuse
12. Spuit 10 cc
13. Aquadest

B. Persiapan obat-obatan
1. Anti konvulsan (MgSO4)
2. Anti Dotum (Kalsium Glukonas)
3. Anti hipertensi

74
4. Diazepam 10 mg (bila anti konvulsan tidak ada)

C. Cara kerja

 Bidan :
a. Menerima pasien baru dengan kejang
b. Melindungi pasien dari kemungkinan trauma
selama kejang
c. Memberi O2 5-8 liter/menit
d. Membersihkan dan melancarkan jalan nafas
dengan mengisap dan memasang spatela pada
mulut pasien
e. Mengontrol TTV dan BJF
f. Memberikan informed concent pada keluarga
seputar kondisi ibu dan tindakan yang akan
dilakukan
g. Meminta persetujuan rujukan ke rumah sakit
Unit Terkait Locet, Ruang tindakan, Kamar bersalin, KIA, Rujuk ke Rumah
Sakit

75
UPTD PUSKESMAS RUPTUR SERVIX
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Robekan yang terjadi pada serviks sering terjadi pada sisi
lateral akibat tertekan oleh kepala bayi, biasanya terjadi pada
partus precipitatus.

Tujuan 1. Menghentikan perdarahan yang disebabkan oleh


robekan serviks
2. Mencegah terjadinya infeksi

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kecamatan Tiloan

Prosedur 1. Persiapan pasien :


- Persiapan mental
 Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya
tentang keadaan pasien
- Persiapan fisik
 Memasang infuse RL
- Persetujuan rujukan
 Melakukan persiapan rujukan ke rumah sakit
Unit Terkait Locet, Ruang tindakan, Kamar bersalin, KIA, Rujuk ke Rumah
Sakit

76
UPTD PUSKESMAS PENANGANAN
BOILAN RETENSIO PLASENTA/ REST PLASENTA

No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya


plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir

Tujuan - Mengenali dan melakukan tindakanyang tepat terjadi


retensio plasenta
- Mencegah terjadinya pendarahan pervaginam
- Mencegah terjadinya infeksi

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kec. Tiloan

Prosedur Alat bahan

Persiapan alat :
- Hanscoen manual
- Klem kocher
- Kateter nelaton
- 1 set alat pasang infus
- 1 set alat kuretase
Persiapan obat:
- Obat uteretonika
- Obat misoprostol
- Obat antibiotic

Langkah-langkah :

Bidan:
1. Menerima pasien baru dengan retensio plasenta/ rest
plasenta
2. Menganjurkan keluarga untuk menunggu di ruang
tunggu
3. Mencuci tangan di air mengalir
4. Melakukan anamnese
5. Mengevaluasi ketat pendarahan pervagina
6. Mengevaluasi kontraksi dengan laboratorium
7. Kolaborasi dengan laboratorium

77
8. Membuat dan mengirim blanko permintaan darah ke
PMI
9. Memberikaninformed concent tentang kondisi klien dan
tindakan yang akan dilakukan
10. Meminta persetujuan tindakan dan persetujuan rawat
inap
11. Memasang infus
12. Memberikan obat uteretonika
13. Kosongkan kandung kemih
14. Melakukan manual plasenta sesuai prosedur
15. Observasi KU ,perdarahan, kontraksi uterus pasca
tindakan
16. Memberikan misoporostol 3-4 tablet/ rectal untuk
tindakan preventif
17. Berikan terapi sesuai advis dokter
18. Membuat dokumentasi asuhan kebidanan
19. Transportasi pasien keruang nifas
20. Serah terima pasien dan status dengan petugas ruang
nifas
Unit terkait Locet, Ruang tindakan, Kamar bersalin, KIA.

78
UPTD PUSKESMAS
BOILAN PENANGANAN
PLASENTA PREVIA DI RUANG TINDAKAN
KEBIDANAN

No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi disekitar


segmen bawah rahim , sehingga dapat menutupi sebagian atau
seluruh osteum uteri internum

Tujuan 1. Mencegah perdarahan pada kehamilan trimester III


2. Mencegah terjadinya gawat janin
3. Mencegah syock hipovolemik
4. Menurunkan AKI & AKB

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kec. Tiloan


Prosedur Alat dan bahan:
- O2
- 1 set alat infus
- Tensimeter, thermometer dan stetoskop
- Cairan
- Obat injeksi kortikosteroid
- Obat anti perdarahan (transamin)
- Obat injeksi antibiotik
- Aquadest
- Nierbekken
- Spoit
- Urinebag dan pollycateter
- Informad concent

Cara kerja :
Bidan:
1. Menerima pasien baru dengan plasenta previa
2. Mencuci tangan di air mengalir
3. Melakukan anamnese
4. Memberikan informad consent tentang kondisi klien dan
tindakan yang akan dilakukan
5. Meminta persetujuan tindakan dan persetujuan rawat inap
6. Memasang infus
7. Memberikan oksigen pada ibu
8. Memasang infus, untuk memperbaiki kekurangan cairan

79
9. Melakukan pemeriksaan fisik klien
10. Mengobservasi perdarahan pervaginam secara ketat
11. Mengobservasi ketat DJJ
12. Mengobservasi ketat KU klien
13. Melakukan persiapan rujukan ke rumah sakit
Unit terkait Locet, Ruang tindakan, Kamar bersalin, KIA, Rujuk ke Rumah
Sakit)

80
UPTD PUSKESMAS PERSALINAN BOKONG/ SUNGSANG DI RUANG
BOILAN TINDAKAN KEBIDANAN

No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Persalinan bokong/ sungsang adalah proses alami dimana terjadi


dilatasi serviks, lahirnya dimulai dari bokong sampai plasenta
lahir dari rahim ibu

Tujuan 1. Melakukan pertolongan yang bersih dan aman dalam


mengupayakan kelangsungan hidup ibu dan bayinya
2. Mengambil keputusan dan tindakan yang tepat dalam
penanganan persalinan bokong untuk menyelamatkan ibu
dan bayinya

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kec. Tiloan


Prosedur Alat dan bahan :
1. Meja intrumen
2. Bak instrumen ( partus set, alat heckting)
3. Obgyn bed
4. Lampu sorot
5. Set infus
6. Resusitasi set
7. Suction
8. Obat misoprostol
9. Kapas DTT
10. Kasa steril
11. Obat uterotonika
12. Lidokain
13. Betadine
14. Bengkok
15. Ember stainlees

Langkah –langkah
Bidan :
1. Menerima pasien baru dengan letak sungsang/ bokong
2. Menganjurkan ibu untuk cuci kaki, dan BAK
3. Menganjurkan keluarga untuk duduk diruang tunggu
4. Mencuci tangan di air mengalir
5. Melakukan anamnese

81
6. Melakukan pemeriksaan fisik
7. Kolaborasi dengan laboratorium
8. memasang infus
9. Mencuci tangan di air mengalir
10. Mencatat hasil tindakan pada status
11. Memberikan informad consent tentang kondisi klien dan
tindakan yang akan dilakukan
12. Meminta persetujuan rujukan
13. Melakukan persiapan rujukan ke rumah sakit
Unit terkait Locet, Ruang tindakan, Kamar bersalin, KIA, Rujuk ke Rumah
Sakit

82
UPTD PUSKESMAS PENATALAKSANAAN MIOMA UTERI
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai


jaringan ikatnya. Mioma uteri berbatas tegas, tidak berkapsul,
dan berasal dari otot polos jaringan fibrous, sehingga mioma
uteri dapat berkonsistensi padat jika jaringan ikatnya dominan
dan berkonsistensi lunak jika otot rahimnya yang dominan.
mioma uteri biasa juga disebut leimioma uteri, fibroma uteri,
fibroleimioma, mioma fibroid atau mioma simpel

Tujuan Menurunkan angka kesakitan dan kematian pada ibu

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kec. Tiloan

Prosedur Langkah-langkah:
 Bidan
a. Menerima pasien baru dengan mioma uteri
b. Melakukan anamnese
c. Memberikan informed consent tentang kondisi klien
dan tindakan yang akan dilakukan
d. Melengkapi status klien
e. Melakukan persiapan rujukan ke rumah sakit

Unit terkait Locet, Ruang tindakan, Kamar bersalin, KIA, Rujuk ke Rumah
Sakit

83
UPTD PUSKESMAS PENATALAKSANAAN KISTA OVARIUM
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Tumor yang terdapat pada ovarium ada yang bersifat neoplastik
dan ada yang bersifat non neoplastik
1. Tumor neoplastik jinak
a. Kistik
1) Kistoma ovarii simpleks
2) Kistadenoma ovarii serosum
3) Kistadenoma ovarii musinosum
4) Kistaendometroid
5) Kista dermoid
b. Solid
1) Fibroma, leiomioma fibriadenoma,papiloma,
angioma, limfangioma
2) Tummor brenner
3) Tumorsisa adenal
2. Tumor non neoplastik
a. Tumor akibat radang
b. Tumor lain
1) Kista flikel
2) Kista korpus luteum
3) Kista lutein
4) Kista inklusin germinal
5) Kista endometrium
6) Kista stein leventhal
Tujuan Menurunkan angka kematian ibu

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kec. Tiloan

Prosedur Langkah-langkah
Bidan:
1. Menyambut pasien dengan kista ovarium
2. Melakukan anamnase
3. Melengkapi status serta persyaratan yang dibutuhkan
4. Memberikan informad consent tentang kondisi klien dan
tindakan yang akan dilakukan
5. Membuat dokumentasi asuhan kebidanan
6. Melakukan persiapan rujukan ke rumah sakit

84
Unit terkait Locet, Ruang tindakan, Kamar bersalin, KIA, Rujuk ke Rumah
Sakit

85
UPTD PUSKESMAS SOLUTIO PLASENTA
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Solutio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat


implantasinya yang normal pada uterus, sebelum fetus dilahirkan

Tujuan Mengatasi syok, perdarahan dan gawat janin

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kecamatan Tiloan

Prosedur Alat dan Bahan :


1. 1 set alat pemasangan infus
2. 1 set bak partus
3. 1 set bak hecting
4. Tensimeter
5. Termometer
6. Stetoskop
7. Cairan
8. Urinbag
9. Pollycateter
10. 1 buah spuit 3/5/10 cc
11. Obat-obatan uterotonika (oksitosin dan metergin)
12. Lidocain
13. Bengkok
14. Leanec/Doppler

Cara Kerja :
Bidan/Dokter Umum/Dokter Ahli obgyn
1. Mengatasi syok dengan infus NaCl/RL untuk restorasi
cairan, berikan 500 ml dalam 15 menit pertama dan 2 L
dalam 2 jam pertama (lihat SOP syok karena perdarahan)
dan mengganti darah yang keluar dengan darah segar
untuk memperbaiki faktor pembekuan akibat koagulopati
(lihat SOP transfusi darah)
2. Memasang kateter tetap agar dapat diketahui jumlah urin
yang keluar sehingga penatalaksanaan oliguria atau
nekrosis tubuler akut dapat diketahui karena tindakan
restorasi cairan dapat memperbaiki heodinamika dan

86
mempertahankan fungsi ekskresi sistema urinaria. Tetapi
apabila syok terjadi secara cepat dan telah berlangsung
lama (sebelum dirawat), umumnya akan terjadi gangguan
fungsi ginjal yang ditandai oleh oliguria (produksi urin
<30m/jam). Pada kondisiyang lebih berat dapat terjadi
unuria yang mengarah pada nekrosis tubulus renalis.
Setelah restorasi cairan, lakukan tindakan untuk
mengatasi gangguan tersebut : forosemid 40 mg dalam 1
L kristaloid dengan 40-60 tetesan/menit dan bila belum
berhasil gunakan manitol 500ml dengan 40 tetesan/menit.
3. Mengatasi hipofibrinogenemia dengan restorasi
cairan/darah sesegera mugkin dapat menghindarkan
terjadinya koagulasi.
4. Mengatasi anemia dengan transfusi darah
5. Tindakan Obstetrik :
 Seksio caesaria dilakukan apabila
- Janin hidup dan pembukaan belum lengkap
- Janin hidup, gawat janin tetapi persalinan
pervaginam tidak dapat dilaksanakan dengan
segera
- Janin mati tetapi kondisi servik tidak
memungkinkan persalinan pervaginam dapat
berlangsung dalam waktu yang singkat sehingga
keselamatan ibu terancam oleh komplikasi
lanjutan.
 Persiapan untuk seksio caesaria cukup dilakukan
penanggulangan awal (stabilisasi dan tatalaksana
komplikasi yang terjadi) kemudin lahirkan bayi
dengan segera karena operasi merupakan satu-
satunya cara efektif untuk menghentikan perdarahan
dan beratnya kondisi koagulopati.
 Hematoma miometrium tidak mengganggu
 Partus pervaginam dilakukan apabila:
- Janin hidup, gawat janin dan syarat untuk
melahirkan pervaginam dengan segera dapat
dipenuhi (pembukaan lengkap, bagian terendah
sudah didasar panggul dan tindakan untuk
akselerasi persalinan dapat diaplikasikan).
- Kondisi ibu baik, janin telah meninggal dan hasil
evaluasi kondisi serviks cukup baik untuk
induksi/akselerasi.
 Partus pervaginam dengan bayi hidup, lakukan
amniotomi (bila ketuban belum pecah) kemudian
percepat kala II dengan ekstraksi forceps (atau
vacuum).
 Partus pervaginam pada bayi yang telah
meninggal,dilakukan amniotomi (bila ketuban belum
pecah) kemudia akselerasi dengan 5-10 Iu oksitosin
dalam dextrose atau RL, tetesan diatur sesuai dengan
kondisi kontraksi uterus.
 Setelah persalinan, gangguan pembekuan darah akan
membaik dalam waktu 24 jam, kecuali bila jumlah
trombosit sampai rendah (perbaikan baru terjadi
selama 2-4 hari)
Unit terkait Loket, Ruang Tindakan, Kamar Bersalin, KIA, Rujuk ke Rumah
Sakit

87
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

UPTD PUSKESMAS BOILAN


KECAMATAN TILOAN
2016

88
UPTD PUSKESMAS KEBERSIHAN TANGAN
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

PROSEDUR TETAP

Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep


NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Suatu prosedur tindakan membersihkan tangan dengan


menggunakan
 Sabun/antiseptic dibawah air bersih yang mengalir (bila
terkontaminasi darah dan cairan tubuh)
 Handsrub berbasis alcohol (bila tidak tampak kotor)

Tujuan  Menghilangkan atau meminimalkan mikroorganisme


pada tangan
 Mencegah penyebaran pada mikro organisme pattogen
kedaerah yang tidak terkontaminasi
 Mencegah infeksi nosokomial

Kebijakan Seluruh petugas kesehatan dalam melakukan tindakan/kegiatan


harus sesuai dengan Standar Prosedur Kerja yang berlaku

Prosedur 1. Teknik membersihkan tangan dengan sabun dan air


mengalir :
 Lepas semua perhiasan yang ada ditangan
 Basahi tangan dengan air mengalir yang bersih
 Tuangkan sabun secukupnya pilih sabun cair
 Ratakan dengan kedua telapak tangan
 Gosokkan punggung dan sela-sela jari tangan kiri
dengan tangan kanan dan sebaliknya
 Gosok kedua telapak dan sela-sela jari
 Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling megunci
 Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman
tangan kanan dan lakukan sebaliknya
 Gosok dengan memutar ujung jari-jari di telapak
tangan kiri dan sebaliknya
 Bilas kedua tangan dengan air mengalir
 Keringkan dengan handuk sekali pakai atau tissue

89
towel sampai benar-benar kering
 Gunakan handuk sekali pakai atau tissue towel untuk
menutup kran
2. Teknik membersihkan tangan dengan handsrub
antiseptic (handsrub berbasis alkohol)
 Tuang segenggam penuh bahan antiseptic berbasis
alkohol kedalam tangan keseluruh permukaan tangan
 Gosok tangan dengan posisi telapak pada telapak
 Telapak kanan di atas punggung telapak kiri dengan
jari-jari saling menjalin
 Punggung jari-jari pada telapak berlawanan dengan
jari-jari saling mengunci
 Gosok memutar dengan ibu jari mengunci pada
telapak kanan dan sebaliknya
 Gosok memutar kearah belakang dan kearah depan
dengan jari-jari tangan kanan mengunci pada telapak
kanan dan sebaliknya

Unit Terkait Disemua unit pelayanan

90
UPTD PUSKESMAS PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

PROSEDUR TETAP

Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep


NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Memakai alat pelindung diri mencakup sarung tangan, alat


pelindung mata (pelindung wajah dan kacamata), topi, apron
dan pelindung lainnya

Tujuan Melindungi kulit dan selaput lendir petugas dari resiko pajanan
darah, semua jenis cairan tubuh, secret, ekskreta, kulit yang
tidak utuh dan selaput lendir pasien

Kebijakan Seluruh petugas kesehatan dalam melakukan tindakan/kegiatan


harus sesuai dengan Standar Prosedur Kerja yang berlaku

Prosedur Langkah-langkah menggunakan APD :


 Kenakan baju kerja sebagai lapisan pertama pakaian
pelindung
 Kenakan pelindung kaki
 Kenakan sepasang sarung tangan pertama
 Kenakan gaun luar
 Kenakan celemek plastic
 Kenakan sepasang sarung tangan kedua
 Kenakan masker
 Kenakan penutup kepala
 Kenakan pelindung mata
Unit Terkait Disemua unit pelayanan

91
UPTD PUSKESMAS MELEPASKAN ALAT PELINDUNG DIRI
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

PROSEDUR TETAP

Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep


NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Melepaskan alat pelindung diri setelah melakukan tindakan,


mencakup sarung tangan, alat pelindung mata (pelindung wajah
dan kacamata), topi, apron dan pelindung lainnya

Tujuan Mencegah infeksi nosokomial

Kebijakan Seluruh petugas kesehatan di ruang tindakan kebidanan setelah


melakukan tindakan/kegiatan harus sesuai dengan Standar
Prosedur Kerja yang berlaku

Prosedur Langkah-langkah melepaskan APD :


 Desinfeksi sepasang sarung tangan bagian luar
 Desinfeksi celemek dan pelindung kaki
 Lepaskan sepasang sarung tangan bagian luar
 Lepaskan celemek
 Lepaskan gaun bagian luar
 Desinfeksi tangan yang menggunakan sarung tangan
 Lepaskan pelindung mata-lepaskan penutup kepala
 Lepaskan masker
 Lepaskan pelindung kaki
 Lepaskan sepasang sarung tangan bagian dalam
 Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
Unit Terkait Disemua unit pelayanan

92
UPTD PUSKESMAS PEMAKAIAN SARUNG TANGAN
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

PROSEDUR TETAP

Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep


NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Sarung tangan merupakan barrier atau penghalang fisik pada


tangan dengan jenis:
1. Sarung tangan bersih (bila kontak dengan pasien dan
tidak kontak dengan jaringan dibawah kulit)
2. Sarung tangan steril (bila kontak dengan pasien dan
kontak dengan jaringan dibawah kulit)
3. Sarung tangan rumah tangga (bila tidak kontak dengan
pasien dan kontak dengan darah atau cairan tubuh)

Tujuan Melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan penyakit


dan melindungi pasien dari mikro organisme yang berada di
tangan petugas kesehatan

Kebijakan Seluruh petugas kesehatan dalam melakukan tindakan yang


kontak atau diperkirakan akan terjadi kontak dengan darah,
cairan tubuh, secret, ekskreta, kulit yang tidak utuh, selaput
lendir pasien, dan benda yang terkontaminasi

Prosedur Prosedur pemakaian sarung tangan :


 Cuci tangan
 Pakai sarung tangan pada kedua tangan
 Ganti sarung tangan bila tampak rusak/bocor
 Segera lepas sarung tangan jika telah selesai tindakan
 Buang sarung tangan ketempat pembuangan sampah
sesuai prosedur
 Cuci tangan
Unit Terkait Ruang Tindakan, Kamar bersalin, KIA dan KB

93
UPTD PUSKESMAS PENANGANAN DAN PENCATATAN INFEKSI
BOILAN NOSOKOMIAL

No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan

PROSEDUR TETAP

Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep


NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Penanganan dan pencatatan infeksi nosokomial digunakan


untuk menangani pasien yang diketahui menderita infeksi
setelah di puskesmas

Tujuan UPTD Puskesmas Boilan dapat mengendalikan infeksi


nosokomial karena ada data pencatatan infeksi nosokomial

Kebijakan Tim pelaksana Pengendalian Infeksi Nosokomial ( Tim PIN)


dalam melakukan tugasnya ada penanganan dan pencatatan
kejadian infeksi

Prosedur 1. Tim PIN akan mengadakan survey diunit pelayanan


2. Terapkan upaya pencegahan infeksi dengan penerapan
kewaspadaan universal
3. Investigasi bila ada KLB
4. Adakan pendidikan dan pelatihan dalam bidang
pengendalian infeksi
5. Pemilihan dan pengusutan pengadaan bahan dan alat
yang berhubungan dengan pengendalian infeksi
6. Poin 1-5 diatas dilaksanakan dan dicatat

Unit Terkait Disemua unit pelayanan

94
UPTD PUSKESMAS PEMERIKSAAN KEHAMILAN ANC
BOILAN (ANTENATAL CARE)

No. Dukumen No. Revisi Halaman :

Tanggal Terbit Disahkan oleh


Kepala UPTD Puskesmas Boilan
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008

Pengertian Antenatal Care (ANC) adalah pengawasan pada ibu hamil


sebelum melahirkan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim.
Tujuan Sebagai pedoman kerja KIA dalam pelaksanaan pelayanan
pemeriksaan ibu hamil (ANC)
Sasaran Petugas KIA dalam mempersiapkan alat/sarana untuk
memberikan pelayanan pemeriksaan ibu hamil.

Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Boilan Kecamatan Tiloan


Prosedur Uraian Umum :
 Persiapan ruangan dan alat lengkap, alat pemeriksaan
(timbangan, ukuran panggul, tensi dan alat suntik)
 Persiapan vaksin TT dalam cold chain, tablet Fe dan
Vitamin
 Pelaksanaan pemeriksaan dan tindakan
 Penyuluhan
 Pencatatan/rujukan

Langkah – langkah kegiatan :


a. Petugas menerima kunjungan ibu hamil di ruangan KIA
setelah mendaftar di loket pendaftaran.
b. Petugas melakukan anamnesa :
 Menanyakan identitas
 Menanyakan riwayat kehamilan yang sekarang
dan yang lalu
 Menanyakan riwayat menstruasi
 Menanyakan riwayat persalinan yang lalu dan
pemeriksaan alat kontrasepsi
 Menanyakan riwayat penyakit yang diderita dan
riwayat penyakit keluarga
 Menanyakan keluhan pasien
 Mempersiapkan ibu hamil ke laboratorium untuk
periksa Hb dan golongan darah (untuk Bumil
K1). Pemeriksaan Hb di ulang pada umur
kehamilan trimester III, serta pemeriksaan
laboratorium lainnya (serta protein urin, reduksi

95
urin atas indikasi)

c. Petugas melakukan pemeriksaan :


 Tinggi badan, Berat badan, LILA, Tekanan
darah
 Petugas melakukan inspeksi kepada pasien
 Mengukur ukuran panggul (bila ada indikasi :
TB < 145 cm)
 Memeriksa TFU, Posisi janin, Presentasi janin
 Pemeriksaan DJJ
d. Petugas memberikan imunisasi TT1 sambil
2
memberitahukan ulangan TT yang akan datang.
e. Petugas memberikan penyuluhan (gizi Bumil, hygiene
perorangan, perawatan payudara selama kehamilan,
pentingnya memeriksakan kehamilan secara rutin sesuai
umur kehamilan). Memberi pesan supaya pada saatnya
nanti melahirkan di tenaga kesehatan.
f. Petugas mencatat hasil pemeriksaan pada status ibu,
Buku KIA, Kohort Hamil.
g. Petugas menulis resep (Kalsium Laktat, Fe, Vitamin)
h. Petugas mendeteksi resiko tinggi kehamilan bila ada
dan rujuk ke RSU / dokter spesialis serta melakukan
kunjungan rumah pasien (PERKESMAS).
i. Petugas merujuk keruang pengobatan / Gilut pada
pemeriksaan pertama (K1) atau bila ada indikasi.
j. Petugas memberikan buku KIA dan mencatat ke kohort
ibu sesuai Kartu Ibu.
Unit Terkait Loket, KIA

96

Anda mungkin juga menyukai