BOILAN PERAWAT/BIDAN
PROSEDUR TETAP
1
b. Ka. Tim perawat/bidan yang berhalangan untuk
dinas menyampaikan kepada kepala ruangan dan
mengatur tenaga pengganti yang berhalangan.
c. Bila tenaga tidak cukup maka ka. Tim
perawat/bidan berhalangan yang akan
menggantikannya
2
UPTD PUSKESMAS PENERIMAAN PASIEN BARU
BOILAN DI KIA KEBIDANAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008
3
- Melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
kebidanan
- Menyimpulkan hasil pemeriksaan
- Menjelaskan kepada klien dan keluarga tentang hasil
pemeriksaan
- Melaporkan hasil pemeriksaan kepada dokter jaga bila
diperlukan
- Memberikan therapy sesuai anjuran dokter
- Membuat pendokumentasian
- Memasang gelang identitas klien
- Transportasi pasien rawat inap (kamar bersalin, ruang
nifas)
- Serah terima pasien dengan petugas kamar bersalin /
ruang nifas
Unit Terkait - Locet
- Ruang KIA
- Ruang tindakan
- Ruang bersalin
- Ruang nifas
4
UPTD PUSKESMAS MENGUKUR TEKANAN DARAH
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Tujuan Untuk menilai sirkulasi darah pada pasien rawat inap dan rawat
jalan
Pelaksanaan :
1. Cuci tangan
2. Pasien atau keluarga diberitahu
3. Alat-alat didekatkan ke pasien dan kotak tensimeter dibuka
4. Lengan baju digulung, kemudian manset tensimeter
dipasang pada sepertiga lengan atas pasien
5. Rabalah denyut nadi arteri brachialis, kemudian stetoskop
diletakkan pada daerah tersebut (agak ditekan)
6. Sekrup balon dikencangkan, pengunci air raksa dibuka,
kemudian dipompakan hingga air raksa didalam pipa gelas
naik sampai kira-kira 150 mmhg, kecuali pada pasien yang
sudah diketahui menderita hipertensi naikkan air raksa
sampai kira-kira 200 mmhg
7. Sekrup balon dibuka perlahan-lahan, sambil melihat
turunnya air raksa. Dengarkan detakan yang pertama pada
angka berapa, detakan itulah yang disebut tekanan sistol
5
8. Dengarkan terus sampai terdengar detakan terakhir, detakan
terakhir itulah yang disebut tekanan diastol
Catatan hasil pengukuran. Cara mencatatnya sebagai
berikut:
Tekanan sistol sebagai pembilang dan tekanan diastole
sebagai penyebut.
Contoh : Tekanan sistol 120 mmhg
Tekanan diastole 80 mmhg
Dituliskan : 120/80 mmhg
9. Manset tensi dibuka, alat-alat dirapikan kembali
10. Cuci tangan
Perhatian :
1. Perhatikan keadaan umum pasien
2. Dilakukan pada pasien yang baru masuk dan pada pasien
yang perlu dilakukan observasi tekanan darah
3. Tempat pengukuran tekanan darah lengan dan tungkai
bawah tergantung indikasi. Jika dilakukan pengukuran
ditungkai maka dikatakan sebagai tekanan tungkai
4. Pada pasien dengan luka bakar yang mengenai kedua lengan
dan paha, tidak dapat dilakukan pengukuran tekanan darah
5. Pada pasien dengan penyakit menular, lokasi pengukuran
41-60
6
UPTD PUSKESMAS MENGHITUNG DENYUT NADI
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Persiapan pasien :
Mengadakan pendekatan pada pasien dan keluarga dengan
memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
Pelaksanaan :
1. Pasien sebaiknya dalam keadaan tenang
2. Menghitung denyut nadi dilakukan bersamaan dengan
mengukur suhu tubuh
3. Menghitung dilakukan dengan menggunakan jari telunjuk
dan jari tengah diatas arteri brachialis selama 60 detik
4. Hasil penghitungan dicatat dalam catatan perawatan
7
UPTD PUSKESMAS MENGHITUNG PERNAFASAN
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Persiapan pasien :
Mengadakan pendekatan pada pasien dan keluarga dengan
memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
Pelaksanaan :
1. Pasien sebaiknya dalam keadaan tenang/tidur
2. Menghitung pernafasan dilakukan bersamaan dengan
mengukur suhu tubuh dan denyut nadi
3. Menghitung jumlah pernafasan selama 60 detik. Hasil
penghitungan dicatat dalam catatan perawatan
4. Pasien dirapikan
8
UPTD PUSKESMAS MENGUKUR TINGGI BADAN DAN
BOILAN BERAT BADAN
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Persiapan pasien :
1. Tanyakan pasien untuk BAK sebelum mengukur BB
2. Ukur BB pasien pada pagi hari sebelum sarapan
3. Menggunakan timbangan yang sama setiap kali hendak
mengukur BB pasien untuk mempertahankan konsistensi
4. Ganti pakaian bila basah atau ada balutan yang sudah
sangat basah sebelum mengukur BB pasien.
9
Pelaksanaan :
1. Memindahkan pasien ketempat tindakan BB atau bawa
timbangan ke dekat tempat tidur pasien
2. Seimbangkan posisi timbangan agar hasilnya akurat
3. Meminta pasien untuk membuka alas kaki, sandal atau
sepatu
4. Bantu pasien untuk berdiri tegak ditengah timbangan, catat
BB pasien bila jarum penunjuk tidak lagi bergerak-gerak
5. Dokumentasikan pada buku catatan
6. Letakkan pengukur tinggi badan pada puncak kepala
pasien
7. Baca tinggi badan pasien yang terukur
8. Dokumentasikan TB pada buku catatan
9. Bantu pasien untuk kembali ketempat tidur atau
keruangannya
10
UPTD PUSKESMAS KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
11
Medik Pasien dengan menggunakan tinta hitam
permanen.
- Bila ada riwayat alergi obat tertentu, ambil gelang pita
warna merah dan tuliskan jenis obat yang alergi pada
gelang tersebut.
- Bila pasien dengan resiko jatuh, sesuai dengan hasil
penilaian berdasarkan skor Morse/Henrich kategori
resiko sedang/berat, Ambil Gelang Pita Warna Kuning
dan tuliskan pasien dengan resiko jatuh.
- Dalam pemasangan gelang pita identifikasi (Selamat
pagi/siang/sore/malam Bapak/Ibu/dll….).
- Jelaskan manfaat pemakaian gelang pita identifikasi
pada pasien yaitu untuk identifikasi yang tepat dan
benar terhadap pasien agar dalam pemberian tindakan /
pengobtan tidak terjadi kesalahan.
- Menjelaskan akibat jika tidak menggunakan gelang
identitas, yaitu kemungkinan besar dapat terjadi
kesalahan / kekeliruan dalam pemberian jenis obat,
cairan infuse, darah, produk darah, pengambilan cairan
tubuh untuk pemeriksaan, dan atau tindakan medis yang
dapat membahayakan jiwa pasien.
- Letakkan dan lekatkan dengan kunci Gelang Pita
Identifikasi pada pergelangan tangan pasien pada lengan
yang dominan. Jangan terlalu ketat, dan terlalu longgar.
Ajar dan didik pasien agar mengerti dan mengetahui
manfaat serta menjaga Gelang pita identifikasi.
- Seorang pasien dapat menggunakan pita identifikasi
sebanyak tiga buah yaitu gelang pita identifikasi warna
sesuai jenis kelamin, gelang pita merah dan gelang pita
kuning.
12
pada pasien, Nama lengkap (dua nama), Umur/Tanggal
Lahir/ No Rekam Medik pasien dan cocokan pada
rekam medik pasien.
d. Periksa gelang pita identifikasi pada pergelangan
tangan pasien dan yakin yang tertera di gelang pita
identifikasi benar dan sesuai dengan rekam medis
pasien.
e. Jelaskan jenis dan nama obat / produk darah / darah /
larutan infuse yang akan diberikan pada pasien.
f. Berikan obat/darah/produk darah/ cairan sesuai dengan
dosis dan cara pemberian yang direkomendasikan
DPJP.
g. Catat di lembar kerja perawatan semua yang telah
dilakukan / dikerjakan pada pasien.
13
pasien dilepaskan dari pergelangan tangan pasien
dengan menggunting gelang pita identifikasi.
Catatan:
- Biru : laki-laki
- Pink : perempuan
- Merah : alergi
- Kuning : resiko jatuh
- Putih : menolak tindakan
14
UPTD PUSKESMAS CUCI TANGAN BEDAH
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
15
UPTD PUSKESMAS ASUAHAN PERSALINAN NORMAL
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
16
- Waslap 2 tempat
- Tempat sampah medis / non medis
4. Pakaian ibu
5. Pakaian bayi
Langkah –langkah:
Bidan
KALA I PERSALINAN
17
KALA II, III & IV PERSALINAN
18
pasca persalinan
59. Melakukan dokumentasi (mengisi partograf, status ibu
dan bayi)
Catatan :
1) Membiarkan bayi selama 1 jam inisiasi menyusui
dini
2) Memberikan tetes mata dan vitamin K setelah 1 jam
3) Megukur PB, BB, LD, LP, LK bayi setelah 1 jam
4) Memberikan imunisasi hepatitis B setelah 2 jam
kelahiran
19
UPTD PUSKESMAS PEMERIKSAAN FISIK BAYI
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Prosedur Alat/bahan :
1. Senter
2. Thermometer
3. Stetoskop
4. Selimut bayi
5. Bengkok
6. Timbangan BB bayi (timbangan tidur)
7. Pitameter
8. Pengukur tinggi badan
9. Handscoen
10. Kapas steril
20
Langkah – langkah
Bidan :
1. Bidan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
kepada keluarga dan orang tua bayi
2. Bidan melakukan anamneses riwayat dari ibu meliputi
faktor genetik, lingkungan, sosial, faktor ibu dan
neonatal
3. Bidan mencuci tangan di air yang mengalir
4. Bidan menyiapkan alat-alat untuk memudahkan dalam
bekerja
5. Perawat meletakkan bayi pada tempat yang rata
(upayakan tempat yang aman)
6. Bidan memakai handscoen
7. Bidan melakukan penimbangan berat badan dengan
mengatur skala timbangan tepat pada nol, hasil
timbangan dikurangi dengan pakaian bayi
8. Bidan melakukan pengukuran panjang badan dengan
alat pengukur dari kepala sampai tumit kaki bayi
9. Bidan mengukur lingkar kepala dilakukan dari dahi
kemudian melingkari kepala kembali ke dahi
10. Bidan mengukur lingkar dada dari daerah dada ke
punggung kembali ke punggung
11. Bidan mengukur lingkar perut dari daerah/ sekitar pusat
kembali ke pusat
12. Bidan melakukan pemeriksaan kepala. Pengecekan
kontur tulang tengkorak , penonjolan daerah cekung,
perhatikan hubungan kedua telinga simetris atau tidak,
keadaan mata apakah ada tanda-tanda infeksi,
perhatikan juga bibir dan mulut
13. Bidan melakukan pemeriksaan leher, amati apakah ada
pembengkakan pada kelenjar tyroid
14. Bidan memeriksa dada , perhatikan bentuk putting,
bunyi napas, bunyi jantung
15. Bidan memeriksa bahu, lengan, tangan dan perhatikan
gerakan dan jumlah jari
16. Bidan memeriksa system saraf, adanya reflex morro
17. Bidan memeriksa perut, perhatikan bentuk penonjolan
sekitar pusat, perdarahan tali pusat, benjolan
18. Bidan memeriksa genitalia perempuan, perhatikan
vagina berlubang, uretra berlubang, ada labia mayora
dan minora
19. Bidan memeriksa tungkai dan kaki, perhatikan gerakan
,jumlah jari, bentuk
20. Bidan memeriksa punggung dan anus, perhatikan
apakah ada pembengkakan, periksa anus berlubang atau
tidak
21. Bidan memeriksa kulit, perhatikan verniks warna kulit,
pembengkakan dan bercak hitam, tanda lahir
22. Bidan menjelaskan pada ibu/keluarga tentang hasil
21
pemeriksaan
23. Bidan melepas handscoen dan mencatat hasil
pemeriksaan pada status bayi
24. Bidan mencuci tangan dengan air mengalir
22
UPTD PUSKESMAS MENGUKUR LINGKAR KEPALA BAYI/ ANAK
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Persiapan pasien :
Mengadakan pendekatan kepada pasien dan keluarga dengan
memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan
berkomunikasi
Pelaksanaan :
1. Tindakan ini harus dilakukan oleh 2 orang petugas
2. Untuk pasien bayi, dibaringkan dalam posisis terlentang
dan dalam keadaan tenang
3. Kepala pasien diukur dengan cara pita pengukur
dilingkarkan pada kepala pasien pada bagian yang
paling menonjol dibagian belakang kepala sampai pada
bagian atas alis. Untuk mempermudah pelaksanaan
tindakan ini, pasien diusahakan untuk tidak bergerak.
4. Hasil pengukuran dicatat
23
5. Rapikan pasien. Alat-alat dirapikan dan dikembalikan
ditempat semula
24
UPTD PUSKESMAS MENGUKUR SUHU BADAN
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Persiapan pasien :
Mengadakan pendekatan kepada pasien dan keluarga dengan
memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
Pelaksanaan :
1. Dekatkan alat-alat pada pasien
2. Keringkan ketiak dengan tissue
3. Pastikan air raksa thermometer dibawah 35 derajat
4. Thermometer dipasang tepat pada reservoirnya, jepitkan
ditengah-tengah ketiak dan lengan dilipatkan. Tunggu
sampai kira-kira 10 menit – 15 menit. Catat hasilnya
dalam catatan perawat
5. Thermometer dicelupkan dalam larutan sabun, dilap
dengan tissue, kemudian rendam dalam larutan
25
desinfektan, selanjutnya thermometer dibilas dengan air
bersih lalu keringkan
6. Air raksa diturunkan kembali sampai dibawah 35
derajat, lalu simpan pada tempatnya
7. Pasien dirapikan
8. Alat-alat dibereskan dan dikembalikan ketempat semula
26
UPTD PUSKESMAS MENGHISAP LENDIR BAYI
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Langkah – langkah :
1. Perawat atau bidan mencuci tangan di air mengalir
2. Perawat atau bidan mengatur posisi bayi ½ ekstensi
leher diganjal dengan kain setebal ± 5 cm
3. Perawat atau bidan memakai handscoen steril
4. Perawat atau bidan menghubungkan pengisap lendir De
Lee dengan alat pengisap (suction pump)
5. Perawat atau bidan menghidupkan mesin pengisap
6. Perawat atau bidan melakukan pengisapan lendir
27
dengan memasukan kateter pengisap kedalam kom
berisi larutan NaCl atau aquadest kateter untuk
mempertahankan kesterilan
7. Perawat atau bidan memasukan kateter pengisap dalam
keadaan tidak mengisap kedalam mulut
8. Perawat atau bidan menggunakan alat pengisap unuk
bayi 50-95 mmhg tekanannya
9. Perawat atau bidan menarik dengan memutar kateter
pengisap tidak lebih dari 15 detik
10. Perawat atau bidan melakukan pengisapan pertama
dengan berikutnya dengan waktu istirahatnya 20-30
detik
11. Perawat atau bidan melakukan pengisapan dari mulut ±
5 cm dulu baru hidung ± 3 cm pada bayi
12. Perawat atau bidan mempertahankan apakah masih ada
lendir dalam mulut dengan mendengarkan bunyi
tenggorokan dengan stetoskop
13. Bila perawat atau bidan masih mendengar ada bunyi
maka isap kembali dan bila bunyi tidak ada, berarti
sudah bersih
14. Perawat atau bidan melap mulut dan hidung dengan
kassa steril
15. Perawat atau bidan merapikan alat dan pasien
16. Perawat atau bidan mencatat tindakan dalam status
17. Perawat atau bidan mencuci tangan diair mengalir
28
UPTD PUSKESMAS PEMBERIAN VITAMIN K 1
BOILAN PADA BAYI BARU LAHIR
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Langkah-langkah :
Bidan
1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan alat dan bahan
3. Menjelaskan maksud dan tindakan pada ibu
4. Mengatur posisi bayi
5. Menyuntikkan 1 mg intramuscular dipaha kiri bayi
6. Mencatat pemberian tindakan pada buku dan status bayi
29
UPTD PUSKESMAS INISIASI MENYUSUI DINI
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Langkah-langkah :
- Melakukan penilaian sesaat setelah bayi dilahirkan
30
yaitu warna kulit, bayi menangis spontan dan gerakan
bayi aktif atau tidak
- Mengeringkan dan menghangatkan bayi bila bayi
dalam keadaan baik
- Memberikan bayi kepada ibunya tanpa pakaian
dengan menengkurapkan bayi didada ibu diletakkan
diantara payudara ibunya
- Menyuntikkan 10 iu oxytosin kepada ibu bila janin
tunggal
- Menunggu tali pusat berhenti berdenyut selama 1-2
menit kemudian lakukan penjepitan dan pemotongan
tali pusat sesuai prosedur
- Menilai kembali KU bayi
- Membiarkan bayi mencari sendiri putting ibunya
31
UPTD PUSKESMAS PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B PADA BAYI
BOILAN BARU LAHIR
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008
Langkah-langkah :
Bidan :
1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan alat dan bahan
3. Menjelaskan maksud tindakan pada ibu
4. Mengatur posisi bayi
5. Menyuntikkan vaksin hepatitis B di paha kanan
6. Memberikan secara intramuscular pada anterolateral
paha dengan dosis 0,5 ml
7. Mencatat pemberian tindakan pada buku status bayi
Unit Terkait Loket, Ruang Tindakan, Kamar Bersalin, KIA.
32
UPTD PUSKESMAS MENGISI PARTOGRAF
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008
Langkah-langkah :
Bidan :
1. Menuliskan nama ibu, umur, gravid, para, abortus,
tanggal masuk, jam masuk, jam berapa mulai merasa
mules, jam berapa keluar air ketuban
2. Mencatat selama kala satu persalinan mulai pada fase
aktif persalinan (pembukaan 4)
3. Mencatat temuan pada partograf yaitu :
a. Denyut jantung janin setiap ½ jam, kisaran normal
33
DJJ terpapar pada patograf diantara garis tebal pada
angka 180 dan 100
b. Air ketuban, catat air ketuban sudah pecah
c. Perubahan bentuk kepala janin (molding atau
molase)
d. Pembukaan mulut rahim (serviks). Dinilai setiap 4
jam dan diberi tanda silang (X)
e. Penurunan : mengacu bagian kepala (dibagi 5
bagian) yang teraba (pada pemeriksaan abdomen /
luar) diatas simpisis pubis catat dengan tanda
lingkaran (O) pada pemeriksaan dalam. Pada posisi
0/5, sinsiput (S) atau parah atas kepala berada
disimpisis pubis
f. Waktu : menyatakan berapa jam waktu yang telah
dijalani setelah pasien diterima
g. Jam : catat jam yang sesungguhnya
h. Kontraksi : catat setiap setengah jam , lakukan
palpasi untuk menghitung banyaknya kontraksi
dalam 10 menit
i. Oksitosin : jika memakai oxytosin, catatlah
banyaknya oxytosin per volume cairan infuse dan
dalam tetesan menit
j. Obat yang diberikan. Catat semua obat lain yang
diberikan
k. Nadi. Catatlah setiap 30-60 menit dan tandai dengan
sebuah titik besar(.)
l. Tekanan darah. catatlah setiap 4 jam dan tandai
dengan anak panah.
m. Suhu badan. Catatlah setiap 2 jam
n. Protein, aseton, dan volume urine. Dan catatlah
setiap kali ibu BAK
4. Melakukan pencatatan pada lembar belakang patograf
- Mencatat proses persalinan , kelahiran bayi dan
tindakan – tindakan kala I-IV dan bayi baru
lahir
- Bila terdapat temuan yang menunjukkan
kemajuan yang kurang baik pada kondisi ibu
dan janin selama observasi segera rujuk
34
UPTD PUSKESMAS PEMBERIAN OBAT TETES MATA PADA BAYI
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008
Pengertian Tindakan dengan memberikan obat tetes mata atau salep mata.
Tindakan ini dilakukan untuk persiapan struktur internal mata
dengan cara mendilatasi pupil, pengukuran refraksi dan dengan
cara melemahkan otot lensa juga digunakan untuk
menghilangkan iritasi mata
Langkah-langkah :
Bidan :
1. Mencuci tangan
2. Memakai handscoen steril
3. Membersihkan bayi mulai dari kelopak mata dan bulu
mata dengan kapas lembab atau tissue dari sudut luar
mata kearah hidung
4. Menghangatkan bayi dengan memakai baju dan
menyelimuti bayi
5. Mengatur posisi bayi dengan kepala menengadah keatas
35
6. Membuang kassa lembab dalam bengkok
7. Membuka mata dengan menekan perlahan bagian
bawah dengan menggunakan ibu jari atau jari telunjuk
diatas tulang orbita
8. Meneteskan obat mata diatas sakus konjungtiva sesuai
dosis
9. Menutup mata bayi dengan kassa steril dan
membukanya kembali
10. Melepas handscoen
11. Mencatat tindakan yang dilakukan
12. Mencuci tangan
36
UPTD PUSKESMAS TINDAKAN SKIN TEST
BOILAN No. Dukumen No. Revisi Halaman :
37
UPTD PUSKESMAS PROSEDUR PENYUNTIKAN SUB KUTAN
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008
Pelaksanaan :
1. Bawa peralatan keruang pasien
2. Letakkan bak suntik dipermukaan yang bersih, jangan
diatas tempat tidur pasien
3. Cek identitas pasien, minta pasien menyebutkan nama
4. Jelaskan cara kerja obat dan penatalaksanaan prosedur
kerja
5. Perhatikan privasi
6. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
7. Pilih area penyuntikan dengan mengidentifikasi titik
anatomi yang sesuai. Ingat untuk memberikan
38
alternative area setiap kali injeksi diberikan. Hal ini
dapat mencegah trauma berulang pada jaringan kulit
8. Bersihkan area dengan kapas alcohol, dengan
menggunakan metode sircular bersihkan dari dalam
kearah luar
9. Buka penutup jarum spuit dengan menggunakan teknik
satu tangan, yaitu dengan menggenggam tabung spuit
dengan menggunakan telapak tangan dan 3 jari (tengah,
manis dan kelingking) ibu jari dan jari telunjuk
mendorong penutup jarum kedepan sampai terbuka
10. Genggam jaringan sub kutan pada bagian posterior
lateral, sepertiga bagian atas lengan. Posisi ini untuk
memastikan insersi jarum masuk dalam sub kutan,
bukan otot
11. Pegang spuit antara ibu jari dan jari telunjuk
12. Masukkan jarum pada posisi 45 atau 90 derajat. Sudut
dapat bervariasi tergantung jumlah jaringan sub kutan,
area yang dipilih dan panjangnya jarum
13. Lepaskan jaringan sub kutan
14. Pegang spuit dengan satu tangan, lakukan aspirasi, bila
tidak ada darah lanjutkan injeksi. Jika ada darah, cabut
spuit, buang spuit dan siapkan yang baru
Rasional : darah mengindikasikan jarum masuk
kedalam pembuluh darah, menyuntikan obat kedalam
pembuluh darah bisa jadi membahayakan pasien
15. Sutikkan obat dengan perlahan, batasi pemberian obat
tidak lebih dari 1,5 ml setiap kali pemberian
16. Cabut jarum dengan cepat dan massase area dengan
kapas alcohol
Rasional : melakukan massase pada area membantu
penyerapan obat
17. Buang jarum dan spuit pada container/wadah khusus
yang tertutup
18. Kembalikan pasien pada posisi yang nyaman
19. Buka sarung tangan, buang dan cuci tangan
20. Dokumentasikan tindakan
39
UPTD PUSKESMAS PENYUNTIKAN INTRA VENA
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008
Prosedur Pelaksanaan :
1. Tentukan daerah yang akan disuntik, kemudian lakukan
pembendungan dibagian atasnya. Selanjutnya
permukaan kulit didaerah bersangkutan didesinfeksi
dengan kapas alcohol dan ditegangkan
2. Pasang pengalas dibawah daerah yang akan disuntik dan
dekatkan nirbekken
3. Jarum dimasukan kedalam pembuluh darah yang
dimaksud dengan lubang jarum menghadap keatas
4. Penghisap spuit ditarik sedikit, bila jarum berhasil
masuk kedalam vena, darah akan masuk kedalam spuit
atau mengalir sendiri. Tapi bila tidak ada darah yang
keluar berarti jarum tidak berhasil masuk kedalam vena
dan penyuntikan harus dipindahkan kebagian yang lain.
Setelah berhasil bukalah karet pembendung
5. Obat dimasukkan perlahan-lahan sampai habis
6. Setelah obat masuk semua jarum dicabut agak cepat.
Bekas tusukan jaru ditekan dengan kapas alcohol
7. Bila pemberian obat melalui vena dilakukan dalam
jumlah besaran waktu lama, maka waktu pemberiannya
dilakukan dengan cara infuse sesuai dengan program
pengobatan (misalnya transfusi darah)
40
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Obat-obatan yang diberikan harus berdasarkan program
pengobatan
2. Sebelum menyiapkan obat suntikan, bacalah dengan
teliti petunjuk pengobatan yang ada dalam catatan
medis atau status pasien yaitu : nama obat, dosis, waktu
dan cara pemberiannya (mis: intravena,subkutan dll)
3. Pada waktu penyiapan obat, bacalah dengan teliti
label/etiket dari tiap-tiap obat. Obat-obat yang kurang
jelas etiketnya tidak boleh diberikan pada pasien
4. Perhatikan teknik septic dan aseptic
5. Spuit dan jarum yang dgunakan harus spuit disposable
(sekali pakai)
6. Memotong ampul dengan pemotong ampul harus
berhati-hati, agar tidak melukai organ dan pecahannya
tidak masuk kedalam obat
7. Pasien yang mendapatkan suntikan harus diawasi untuk
beberapa saat, sebab kemungkinan timbul reaksi alergi
dan lain-lain
8. Setiap selesai menyuntik, spuit bekas harus dibuang
dalam wadah khusus untuk spuit bekas, agar tidak
membahayakan orang lain.
41
UPTD PUSKESMAS PROSEDUR PENYUNTIKAN INTRA MUSKULAR
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008
Pelaksanaan :
1. Bawa peralatan ke ruang pasien
2. Letakkan bak suntik dipermukaan yang bersih, jangan
diatas tempat tidur pasien
3. Cek identitas pasien, minta pasien menyebutkan nama
4. Jelaskan prosedur kerja pada pasien
5. Perhatikan privasi
6. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
7. Pilih area penyuntikan sesuai dengan titik anatomi
8. Bersihkan area dengan kapas alcohol, dengan
menggunakan metode sirkular, bersihkan dari dalam
kearah luar
9. Pegang spuit, lepaskan penutup jarum dengan
menggunakan teknik satu tangan
10. Keluarkan gelembung udara. Beberapa ahli
42
merekomendasikan untuk membiarkan satu gelembung
udara kecil tertinggal didalam spuit sehingga pada saat
penyuntikan semua obat dapat masuk
11. Regangkan kulit dengan menggunakan jari telunjuk dan
ibu jari (menggenggam otot biasanya dilakukan pada
anak kecil atau geriatric untuk mengumpulkan massa
dan memastikan penempatan jarum yang tepat
12. Masukkan jarum dengan posisi 90 derajat
13. Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah lanjutkan injeksi,
masukkan obat secara perlahan. Jika ada darah, cabut
spuit, buang dan siapkan spuit yang baru
14. Cabut jarum dengan cepat dan massase area dengan
kapas alcohol (bila tidak ada kontraindikasi)
15. Buang jarum dan spuit pada container/ wadah khusus
yang tertutup
16. Kembalikan pasien pada posisi yang nyaman
17. Buka sarung tangan, buang dan cuci tangan
18. Dokumentasikan tindakan
Unit Terkait Loket, Ruang Tindakan, Kamar Bersalin, KIA dan KB
43
UPTD PUSKESMAS PROSEDUR PENYUNTIKAN SUB KUTAN
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008
Pelaksanaan :
1. Bawa peralatan keruang pasien
2. Letakkan bak suntik dipermukaan yang bersih, jangan
diatas tempat tidur pasien
3. Cek identitas pasien, minta pasien menyebutkan nama
4. Jelaskan cara kerja obat dan penatalaksanaan prosedur
kerja
5. Perhatikan privasi
6. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
7. Pilih area penyuntikan sesuai dengan titik anatomi yang
sesuai. Ingat untuk memberikan alternative area setiap
kali injeksi diberikan. Hal ini dapat mencegah trauma
44
berulang pada jaringan kulit
8. Bersihkan area dengan kapas alcohol, dengan
menggunakan metode sirkular, bersihkan dari dalam
kearah luar
9. Buka penutup jarum spuit dengan menggunakan teknik
satu tangan, yaitu dengan menggenggam tabung spuit
dengan menggunakan telapak tangan dan 3 jari (tengah,
manis dan kelingking) ibu jari dan jari telunjuk
mendorong penutup jarum kedepan sampai terbuka
10. Genggam jaringan sub kutan pada bagian posterior
lateral, sepertiga bagian atas lengan. Posisi ini untuk
memastikan insersi jarum masuk dalam sub kutan,
bukan otot
11. Pegang spuit antara ibu jari dan jari telunjuk
12. Masukkan jarum pada posisi 45 atau 90 derajat. Sudut
dapat bervariasi tergantung jumlah jaringan sub kutan,
area yang dipilih dan panjangnya jarum
13. Lepaskan jaringan sub kutan
14. Pegang spuit dengan satu tangan, lakukan aspirasi, bila
tidak ada darah lanjutkan injeksi. Jika ada darah, cabut
spuit, buang spuit dan siapkan yang baru
Rasional : darah mengindikasikan jarum masuk
kedalam pembuluh darah, menyuntikkan obat kedalam
pembuluh darah bisa jadi membahayakan pasien
15. Suntikkan obat dengan perlahan, batasi pemberian obat
tidak lebih dari 1,5 ml setiap kali pemberian
16. Cabut jarum dengan cepat dan massase area dengan
kapas alcohol
Rasional : melakukan massase pada area membantu
penyerapan obat
17. Buang jarum dan spuit pada container/wadah khusus
yang tertutup
18. Kembalikan pasien pada posisi yang nyaman
19. Buka sarung tangan, buang dan cuci tangan
20. Dokumentasikan tindakan
45
UPTD PUSKESMAS MEMBERIKAN OKSIGEN (O2)
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008
Persiapan pasien :
Mengadakan pendekatan kepada pasien dan keluarga dengan
memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan,
maksudnya, cara pelaksanaannya, lamanya dan hal-hal lain
yang dialami.
Pelaksanaan :
1. Alat didekatkan kepada pasien
2. Pasien disiapkan dalam posisi semi fowler
3. Tabung O2 diperiksa dengan membuka manometer
(pengukur aliran)
4. Selang O2 dihubungkan dengan masker atau kateter O2
Bila menggunakan masker. Masker harus menutupi
mulut dan hidung. Tali masker dikencangkan
46
dibelakang kepala dengan melalui bagian bawah
telinga
Bila menggunakan kateter. Pastikan keteter
terpasang tepat masuk kedalam kedua lubang hidung
5. Flow meter dibuka dengan ukuran yang sesuai
kebutuhan (2-3 meter/menit)
6. Perlu ditanyakan apakah sesaknya berkurang
7. Alat yang tidak digunakan dikembalikan ketempat
semula
8. Pemberian O2 dapat diteruskan, selang seling
intermetum atau terus menerus tergantung pada
program pengobatan
9. Apakah pemberian O2 tidak diperlukan lagi maka
dihentikan. Masker/kateter O2 diangkat dan saluran O2
ditutup
10. Pasien dirapikan, alat-alat dibersihkan
11. Catat pemberiam O2 didalam catatan perawatan
47
UPTD PUSKESMAS PENGAMBILAN CAP KAKI BAYI
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008
Langkah-langkah :
1. Perawat atau Bidan mengambil bantal stempel
2. Perawat atau Bidan menekan telapak kaki bayi pada
bantalan stempel sampai rata
3. Perawat atau Bidan mencapkan pada lembar balik kartu
bayi
4. Perawat atau Bidan mengarsipkan pada buku, beri
keterangan
5. Perawat atau Bidan mencantumkan tanda tangan dan
nama terang perawat atau bidan yang mengerjakan
6. Perawat atau Bidan membersihkan telapak kaki bayi
dengan kapas alkohol
7. Perawat atau Bidan membereskan alat ketempat semula
Unit Terkait Ruang Perawatan Bayi
48
UPTD PUSKESMAS HYPEREMESIS GRAVIDARUM
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008
Persiapan obat :
A. Metoclopramide ineksi
B. Ranitidine injeksi
C. Farbion injeksi
D. Spuit 3 cc
Cara kerja :
Bidan
1. Menerima pasien Gravid disertai mual dan muntah
telah terpasang infuse RL dan hasil pemeriksaan
laboratorium (darah ritin dan planotest kehamilan)
2. Memberikan informed concent tentang tindakan
yang akan dilakukan
3. Meminta persetujuan tindakan dan persetujuan
rawat inap
4. Mencuci tangan dibawah air mengalir
5. Melakukan anamnese
6. Melapor dokter
49
7. Memasang infuse
8. Memberikan therapy sesuai advis dokter
9. Melakukan persiapan rujukan ke rumah sakit
Unit Terkait Loket, Ruang Tindakan, Kamar Bersalin, KIA, Rujuk Kerumah
Sakit
50
UPTD PUSKESMAS PROSEDUR MEMASANG INFUS
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008
51
Persiapan pasien :
1. Cuci tangan
2. Bandingkan tipe dan jumlah cairan sesuai dengan
permintaan dokter
3. Cek label farmasi pada cairan, mencakup tipe cairan dan
tanggal kadaluarsa
4. Pilih selang IV yang sesuai
Pelaksanaan :
1. Buka bungkus botol atau cairan infuse
2. Perhatikan botol atau kantong dengan seksama, bila ada
tetesan cairan, dengan menekan lembut botol atau
tetesan cairan infuse
3. Perhatikan cairan bila ada perubahan warna, berawan
atau ada partikel : bila ada perubahan menunjukkan
adanya kontaminasi sehingga cairan harus dibuang
4. Gantung cairan pada tiang infuse
5. Tutup klem selang infuse
6. Tempel label pada selang infuse mencakup : nama,
tanggal dan jam pemberian, serta obat yang
dicampurkan dalam infuse bila ada
7. Buka tutup botol/kantong cairan infuse
8. Pijat tabung tetesan sambil menusukkan infuse set
kedalam botol/kantong cairan infuse
Rasional : memijat tabung tetesan bersamaan dengan
menusukkan infuse set kedalam botol untuk mencegah
udara masuk kedalam botol/kantong cairan infuse
9. Lepaskan pijatan pada tabung tetesan sampai tabung
terisi setengahnya
10. Buka penutup ujung selang infuse (pertahankan
sterilisasi)
11. Buka klem selang infuse, pegang ujung selang lebih
tinggi, agar udara dapat keluar. Isi selang infuse sampai
terisi penuh dan tidak ada gelembung udara didalamnya.
Tutup klem selang infuse
12. Tutup kembali ujung selang infuse untuk
mempertahankan sterilisasi
13. Pasang perlak dan alasnya, ditempatkan dibawah bagian
tubuh yang akan dipasangi infuse
14. Jika memungkinkan pilih tangan pasien yang tidak
dominan, karena aktivitas pasien dapat mempengaruhi
tetesan cairan yang sudah diprogramkan.
Perhatian :
Perhatikan dengan seksama kedua tangan
pasien, palpasi dan visualisasi vena yang
memungkinkan ( sebaiknya yang berada di
superficial, mudah dipalpasi dan cukup besar
untuk dilakukan insersi jarum )
52
Area sebaiknya bebas lesi scar dan jauh dari
sendi
Bagian distal vena sebaiknya dipilih yang
pertama, sehingga bagian proksimal dapat
digunakan atau dipersiapkan untuk penusukan
berikutnya
Pilih vena yang lebih besar untuk cairan yang
hipertonik, darah dan cairan kental
Ekstrimitas bawah digunakan hanya bila perlu
15. Pasang tourniquet beberapa inchi diatas area yang di
tusuk untuk mendistensikan vena. Minta pasien untuk
mengepalkan dan membuka telapak tangannya beberapa
saat untuk membantu mendistensikan vena yang dipilih
16. Desinfeksi area yang akan ditusuk dengan povidine
iodine atau alcohol. Jangan menyentuh area yang
didesinfeksi
17. Pakai sarung tangan untuk mencegah kontaminasi darah
18. Pegang jarum pada pangkal plastik. Pegang tangan
pasien dan regangkan kulit pasien yang akan ditusuk
dan menekan lembut ke arah distal
19. Tusukkan jarum ke kulit dengan arah 15 derajat dan
mulut jarum menghadap ke atas, bila sudah masuk vena
jarum di datarkan
20. Tarik sedikit jarum pengantar, observasi diabocath bila
ada darah yang keluar. Bila ada darah masukkan lagi
dengan hati-hati keseluruhan jarum abocath
21. Lepaskan jarum pengantar. Sambungkan pangkal jarum
ke selang infuse set, lepaskan turniquet
22. Buka klem selang infuse, observasi tetesan cairan. Bila
beberapa saat tetesan cairan lancar, kurangi sedikit
kecepatannya agar tidak terbuka saat pemasangan
verband
23. Buka sarung tangan agar tetesan lancar, kulit yang
ditusuk jarum di desinfeksi dengan betadin, lalu tutup
dengan plester hepafiks. Kemudian dijarum diplester
menyilang dan mendatar
24. Tangan yang dipasang infuse diatur agar jarum infuse
tidak bergerak. Tangan diverband atau dipasangi spalk
bila perlu. Beri label tanggal pemasangan infuse pada
verband atau plester ditangan pasien
25. Atur tetesan cairan sesuai dengan kebutuhan
26. Rapikan pasien, peralatan dibereskan dan dikembalikan
ketempatnya. Dokumentasikan tindakan.
Perhatian :
Bila terjadi edema, hematoma dan lain-lain
pada tempat pemasangan jarum. Maka infuse
harus dihentikan dan dipindahkan
pemasangannya ketubuh bagian lain.
53
Perhatikan reaksi pasien minimal 15 menit
pertama
Bila muncul reaksi alergi pasien (misalnya
menggigil, urticari atau shock), maka infuse
harus segera diperlambat tetesannya, kemudian
segera dilaporkan ke dokter atau penanggung
jawab ruangan
Perhatikan teknik aseptic dan antiseptic
54
UPTD PUSKESMAS ANASTESI LOKAL DAN MENJAHIT LUKA PADA
BOILAN PERINEUM
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008
Pengertian Anastesi lokal pada perineum adalah upaya kendali nyeri pada
daerah perineum dengan bahan anestesi yang diberikan secara
infiltrasi
Prosedur Alat :
Bak steril berisi :
1. 1 pasang handscoen
2. 1 gunting benang
3. 1 doek steril
4. 1 Naldvoeder
5. 1 pinset chirugis
6. 1 jarum jahit
7. 1 tampon
8. Kassa steril secukupnya
Bahan :
1. Bethadine
2. Nierbekken
3. Benang cat gut no. 2/0
55
4. 1 buah spuit 5 cc
5. Lidocain 1 ampul
6. aquadest
7. Lampu sorot
Langkah-langkah :
Bidan :
1. Memberitahu kepada pasien tentang keadaan perineum
dan tindakan yang akan dilakukan serta maksud dari
tindakan tersebut
2. Mencuci tangan
3. Meletakkan alat didekat pasien
4. Mengatur posisi pasien (litotomi)
5. Memasang lampu sorot
6. Membuka spuit 5 cc dan meletakkan dibak steril
7. Mematahkan ampul lidocain
8. Memasang handscoen ditangan kanan
9. Mengisi spuit 5 cc dengan aquadest 2 cc dan lidocain 2
cc
10. Meletakkan kembali kedalam bak steril
11. Memasang handscoen pada tangan kiri
12. Meletakkan doek dibawah bokong
13. Memberitahu pasien akan disuntik
14. Menusuk jarum suntik pada ujung luka/robekan
perineum secara subkutan
15. Melakukan aspirasi, bila ada darah tarik jarum sedikit
dan ulangi untuk melakukan aspirasi
16. Menyuntikkan obat sambil menarik jarum suntik pada
tepi luka perineum
17. Menarik jarum suntik dan arahkan sepanjang tepi luka
sehingga berbentuk kipas
18. Menunggu 1 sampai 2 menit sebelum melakukan
penjahitan
19. Memasang jarum jahit pada nalpuder
20. Mengambil benang sesuai kebutuhan
21. Memasang benang jahit pada mata jarum
22. Memasang tampon
23. Melakukan jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas
ujung luka didalam vagina
24. Simpul benang
25. Menggunting benang dan sisakan kurang lebih 0,5 cm
26. Menjahit mukosa vagina dengan menggunakan jahitan
jelujur sampai tepi perineum
27. Melakukan simpul diatas batas perineum
28. Melakukan jahitan jelujur sampai mencapai ujung luka
29. Diatas ujung mengambil sedikit kulit perineum ± ½ cm
melanjutkan hecting subkutis hingga tiba disimpul
perineum
30. Mengikat benang dengan simpul kunci
56
31. Menggunting sisa benang yang ada
32. Melakukan control jahitan dengan pemeriksaan colok
dubur
33. Mengeluarkan tampon dan sisa darah
34. Menutup luka jahitan perineum dengan kassa yang telah
dibubuhi betadin
35. Memberi tahu pasien bahwa tindakan sudah selesai
36. Membersihkan dan merapikan pasien
37. Merapikan alat dan bahan
38. Merendam alat di larutan klorin selama 10 menit
39. Membuka hanscoen dan merendam dalam larutan klorin
40. Mencuci tangan
41. Memberitahu pasien tentang perawatan luka perineum
selanjutnya
57
UPTD PUSKESMAS PENATALAKSANAAN EPISIOTOMI
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008
Langkah-langkah :
Bidan :
1. Membaca status pasien
2. Menilai indikasi untuk melakukan episiotomy
3. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan
58
4. Mencuci tangan diair mengalir
5. Memberitahu pada ibu tindakan yang akan dilakukan
6. Mengatur posisi ibu
7. Memasang underpad dibawah bokong ibu
8. Melakukan anestesi local pada perineum
9. Melakukan episiotomy pada saat perineum menipis
dengan tangan melindungi kepala bayi sambil pasien
mengedan, 3-4 cm kepala bayi sudah terlihat dan pada
saat kontraksi dengan cara mediolateral
10. Melakukan penekanan pada luka episiotomy dengan
lapisan kassa steril bila kepala belum juga lahir
11. Mengendalikan kelahiran kepala bahu dan badan bayi
untuk mencegah perluasan episiotomy
12. Membersihkan ibu
13. Mencuci tangan diair mengalir
14. Memberitahu ibu tindakan yang akan dilakukan
15. Memakai handscoen
16. Memasang doek steril
17. Memeriksa robekan vagina, serviks dan perineum
rectum
18. Memberi anastesi lokal
19. Menjahit luka perineum
20. Memeriksa kembali laserasi untuk memastikan tidak
ada lagi sumber perdarahan dan tidak ada kassa yang
tertinggal
21. Memeriksa spingter ani apakah ada jahitan pada rectum
22. Mengkompres luka dengan gas steril dan bethadin
23. Membersihkan dan merapikan ibu
24. Merendam alat kedalam larutan klorin
25. Mencuci tangan
26. Mencatat semua tindakan kedalam status
27. Menasehati ibu tentang vulva hygiene
28. Pindah nifas
Unit Terkait Locet, Ruang tindakan, Kamar bersalin, KIA dan KB
59
UPTD PUSKESMAS DISTOSIA BAHU
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008
Pengertian Setelah kelahiran kepala akan terjadi putaran paksi luar yang
akan menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan
tulang belakang. Bahu pada umumnya akan berada pada sumbu
miring (oblique) dibawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibu
meneran akan menyebabkan bahu depan (anterior) berada
dibawah pubis. Bila bahu gagal untuk mengadakan putaran
menyesuaikan dengan sumbu miring panggul dan tetap berada
pada posisi anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi
benturan bahu depan terhadap symphisis
60
mendekatkan lututnya sejauh mungkin kearah
dadanya. Mintalah bantuan 2 orang asisten untuk
menekan fleksi kedua lutut ibu kearah dada.
- Memakai sarung tangan DTT
- Melakukan tarikan yang kuat dan terus menerus
kearah bawah pada kepala janin untuk
menggerakkan bahu depan dibawah symphisis
pubis
- Mintalah seorang asisten untuk melakukan tekanan
secara simultan kearah bawah pada daerah
suprapubis untuk membantu persalinan bahu
- Jika bahu masih belum dapat dilahirkan masukkan
tangan kedalam vagina dan lakukan penekanan
pada bahu yang terletak didepan dengan arah
sternum bayi untuk memutar bahu dan mengecilkan
diameter bahu dan jika diperlukan lakukan
penekanan pada bahu belakang sesuai dengan arah
sternum
2. Melahirkan dengan maneuver Corkscrew woods
- Melakukan anestesi local dan episiotomy
Menempatkan jari telunjuk dan jari
tengah (dari tangan kiri anda) antara
kepala bayi dan perineum. Hal ini
sangatlah penting untuk menengah
jarum suntik mengenai kepala bayi yang
dapat menyebabkan kematian bayi.
Masukakan jarum secara sub kutan
mulai komisura posterior menelusuri
sepanjang perineum dengan sudut 450
kearah kanan ibu (tempat yang akan
dilakukan episiotomy). Melakukan
aspirasi untuk memastikan ujung jarum
tidak memasuki pembuluh darah.
Apabila pada aspirasi terdapat cairan
darah , tarik jarum sedikit dan kembali
masukkan dengan arah yang berbeda,
kemudian ulangi lagi prosedur aspirasi.
Menyuntikan bahan anestesi (lidokain 1
%) 5-10 ml sambil menarik jarum
keluar.
Menekan tempat infiltrasi agar anestesi
menyebar. Untuk hasil yang optimal
tunggu 1-2 menit sebelum melakukan
episiotomy.
- Maneuver Corcksrew woods
Masukkan dua jari tangan kanan kearah
anterior bahu belakang janin.
Minta asisten untuk melakukan
61
penekanan fundus uteri kearah bawah,
kemudian putar (searah putaran jarum
jam) bahu belakang bayi dengan kedua
jari tangan operator (penolong
persalinan) kearah depan (ventral
terhadap ibu) sehingga lahir bahu
belakang.
Masih diikuti dengan dorongan pada
fundus uteri dilakukan putaran
berlawanan dengan arah putaran
pertama sehingga akan menyebabkan
bahu depan dapat melewati symphisis.
- Melakukan dekontaminasi dan pencegahan
infeksi pasca tindakan
Melakukan aspirasi larutan klorin 0,5
% kedalam tabung suntik
Rendam tabung suntik dalam larutan
klorin 5 %
Masukkan sarung tangan, bersihkan
dari cemaran, kemudian lepaskan dan
rendam dalam larutan klorin 0,5 %
Mencuci tangan dan keringkan dengan
handuk bersih dan kering .
3. Melahirkan bahu belakang dengan maneuver Schwartz
dan Dixon
- Masukkan tangan mengikuti lengkung sacrum
sampai jari penolong mencapai fosa anticubiti.
- Menekan jari tengah, lipat lengan bawah kearah
dada.
- Setelah terjadi fleksi tangan, keluarkan lengan
dari vagina (menggunakan jari telunjuk untuk
melewati dada dan kepala bayi atau seperti
mengusap kepala bayi), kemudian tarik hingga
bahu belakang dan seluruh lengan belakang
dapat dilahirkan.
- Bahu depan dapat lahir dengan mudah setelah
bahu dan lengan belakang dilahirkan.
- Melakukan dekontaminasi dan pencegahan
infeksi pasca melahirkan.
4. Jika semua tindakan tidak berhasil maka patahkan
klavikula untuk mengurangi lebar bahu dan bebaskan
bahu depan lalu tarik dengan mengait ketiak untuk
mengeluarkan lengan belakang.
62
UPTD PUSKESMAS INDUKSI PERSALINAN DAN AMNIOTOMI
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008
Cara Kerja :
Bidan
1. Menerima pasien dengan inpartu dari ruang tindakan
2. Mencuci tangan di air mengalir
3. Melakukan anamnese
4. Melakukan pemeriksaan umum, fisik dan kebidanan
(post death, his tidak teratur atau jarang sesuai
partograf, KPD).
63
Bidan :
1. Memberitahu pasien dan keluarga tentang keadaan
pasien dan bayi serta tindakan yang akan dilakukan
2. Meminta tanda tangan persetujuan tindakan
3. Mencuci tangan di air mengalir
4. Memakai handscoen
5. Mengatur posisi pasien
6. Membuka pakaian bagian bawah pasien
7. Memasang prostaglandin atau drips oxytoksin sesuai
advis sampai kolf ke II yang sebelumnya dilakukan
tindakan pemasangan infuse
8. Mengobservasi KU, TTV, BJF dan kemajuan persalinan
9. Mengobservasi dalam partograf
10. Menghentikan drips ganti cairan kosong bila ada
kegawatan janin
11. Memasang oksigen 3-5 liter/menit
12. Atau bila tidak ada kemajuan persalinan setelah kolf ke
II menghetikan drips mengganti cairan infuse RL atau
Dextrose 5 % kosong
13. Jika tidak ada kemajuan persalinan rujuk ke rumah sakit
14. Memeriksa kembali BJF
15. Memasukkan ½ kocher dengan bimbingan telunjuk dan
jari tengah menyentuh selaput ketuban bila kala II
persalinan telah dimulai
16. Menorehkan gigi kocher sehingga merobek selaput
ketuban
17. Memeriksa warna ketuban dan jumlahnya
18. Mengeluarkan ½ kocher dengan tangan kiri sedangkan
tangan kanan melakukan pemeriksaan dalam untuk
kembali memastikan bagian terendah janin atau tali
pusat meumbung dan sejauh mana penurunan bagian
terendah
19. Memimpin persalinan sesuai APN
Unit Terkait Locet, Ruang tindakan, Kamar bersalin, KIA, Rujuk ke Rumah
Saki
64
UPTD PUSKESMAS ABORTUS INSIPIENS
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008
Unit Terkait Locet, Ruang tindakan, Kamar bersalin, KIA, Rujuk ke Rumah
Sakit.
65
UPTD PUSKESMAS KETUBAN PECAH DINI (KPD)
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008
Cara Kerja
Bidan :
1. Menerima pasien dengan keluhan pelepasan air ketuban
2. Menyapa ibu dan keluarganya, ucapkan salam dan
persilahkan ibu untuk masuk
66
3. Menganjurkan ibu untuk cuci kaki, cuci tangan dan
BAK
4. Mengantar ibu ketempat tidur
5. Melakukan anamneses : menanyakan HPHT, kapan
pecah ketuban, berapa banyak dan warna apa
6. Melakukan penilaian fisik : inspeksi, palpasi, auskultasi
7. Melakukan pemeriksaan dalam untuk menilai
Luas panggul
Presentase janin, penurunan kepala, pematangan
serviks
8. Memberikan informed concent tentang kondisi ibu dan
tindakan yang akan dilakukan
9. Memasang infuse : bila ibu demam guyur RL 1 kolf
10. Mencuci tangan di air mengalir
11. Mencatat semua tindakan pada status
12. Membuat dokumentasi asuhan kebidanan
13. Melakukan persiapan rujukan ke rumah sakit
14. Mengantar pasien keruangan IGD dan melakukan serah
terima pasien
Unit Terkait Locet, Ruang tindakan, Kamar bersalin, KIA , Rujuk ke Rumah
Sakit
67
UPTD PUSKESMAS PENANGANAN POST PARTUM DENGAN RETENSIO
BOILAN URINE
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008
Langkah-langkah :
Bidan :
1. Motivasi ibu post partum untuk BAK
2. Lapor dokter sehubungan bahwa ibu tidak dapat BAK
3. Memberitahukan pasien tindakan yang akan dilakukan
sehubungan tidak dapat BAK secara spontan
4. Mengatur posisi pasien dorsal recumbent
5. Mendekatkan alat-alat
6. Memakai handscoen
7. Membersihkan vulva dengan menggunakan kapas air
DTT
8. Membuka lubang labia dan pastikan lubang uretra
9. Menggunakan tangan kanan masukkan ujung kateter
68
yang sebelumnya diberi jelly sedikit demi sedikit
kurang lebih 5 cm sampai urine keluar
10. Pakai spuit 3 cc untuk menyumbat lubang kateter
tempat keluarnya urin
11. Menghisap aquadest dengan spuit 10 cc sebanyak 15-20
cc, kemudian masukkan kecabang polycateter
12. Menarik kateter kearah luar sedikit untuk memastikan
polycateter terpasang baik dan terfiksasi dalam kandung
kemih
13. Memberitahukan kepada pasien bahwa tindakan sudah
selesai
14. Mengajarkan kepada ibu dan keluarga cara membuka
dan menutup kembali penyumbat kateter tiap 4 jam
15. Melepas handscoen rendam dalam larutan klorin 0,5 %
dan mencuci tangan di air mengalir
16. Melepaskan kateter setelah 24-48 jam
17. Observasi kembali BAK ibu secara spontan
69
UPTD PUSKESMAS PENANGANAN INVERSIO UTERI
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008
70
Unit Terkait Locet, Ruang tindakan, Kamar bersalin, KIA, Rujuk ke Rumah
Sakit
71
UPTD PUSKESMAS PENANGANAN PRE EKLAMSIA
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Tujuan Mengakhiri kehamilan dengan trauma sedikit mungkin baik bagi ibu
maupun janin.
Melahirkan janin yang selanjutnya dapat bertahan hidup dengan
trauma sekecil-kecilnya.
Memulihkan keadaan ibu secara total.
Mencegah terjadinya pre eklamsia berat dan eklamsia.
72
Prosedur Persiapan obat
a. MgSo4
b. Kalsium glukonas
c. Anti hipertensi
Cara kerja
Bidan
1. Pre eklamsia ringan
a. Menerima pasien baru dengan preeklamsia ringan
b. Menganjurkan pasien untuk berkemih dan mengambil
sampel untuk pemeriksaan
c. Melakukan anamnesa
d. Melakukan pemeriksaan fisik meliputi palpasi, BJF, dan
TTV
e. Melakukan kolaborasi dengan laboratorium untuk
pemeriksaan lengkap
f. Memberikan informed concent tentang kondisi pasien
dan tindakan yang akan dilakukan
g. Melakukan kolaborasi dengan dokter asisten obgyn
h. Membrikan therapy sesuai advis dokter
i. Meminta persetujuan rawat inap jika di rawat
j. Melengkapi status pasien dan membuat dokumentasi
asuhan kebidanan
k. Memasang gelang identitas psien jika pasien di rawat
l. Menyiapkan status dan persyaratan jika pasien dianjurkan
untuk rawat jalan
2. Pre eklamsia berat
a. Menerima pasien dengan PEB
b. Menganjurkan pasien untuk berkemih dan mengambil
sampel urin untuk pemeriksaan
c. Melakukan anamneses dan melengkapi status
d. Melakukan pemeriksaan kebidanan
e. Melakukan kolaborasi dengan laboratorium
f. Memberitahu kepada pasien tindakan yang akan
dilakukan
g. Meminta tanda tangan persetujuan tindakan dan rawat
inap
h. Member therapy MgSO4 sesuai protap
i. Melakukan observasi TTV dan BJF
j. Memberitahu keadaan ibu dan janin serta tindakan yang
akan dilakukan
k. Melakukan persiapan rujukan ke rumah sakit
Unit terkait Locet, Ruang tindakan, Kamar bersalin, KIA, Rujuk ke Rumah Sakit
73
UPTD PUSKESMAS PENANGANAN EKLAMSIA
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008
B. Persiapan obat-obatan
1. Anti konvulsan (MgSO4)
2. Anti Dotum (Kalsium Glukonas)
3. Anti hipertensi
74
4. Diazepam 10 mg (bila anti konvulsan tidak ada)
C. Cara kerja
Bidan :
a. Menerima pasien baru dengan kejang
b. Melindungi pasien dari kemungkinan trauma
selama kejang
c. Memberi O2 5-8 liter/menit
d. Membersihkan dan melancarkan jalan nafas
dengan mengisap dan memasang spatela pada
mulut pasien
e. Mengontrol TTV dan BJF
f. Memberikan informed concent pada keluarga
seputar kondisi ibu dan tindakan yang akan
dilakukan
g. Meminta persetujuan rujukan ke rumah sakit
Unit Terkait Locet, Ruang tindakan, Kamar bersalin, KIA, Rujuk ke Rumah
Sakit
75
UPTD PUSKESMAS RUPTUR SERVIX
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008
Pengertian Robekan yang terjadi pada serviks sering terjadi pada sisi
lateral akibat tertekan oleh kepala bayi, biasanya terjadi pada
partus precipitatus.
76
UPTD PUSKESMAS PENANGANAN
BOILAN RETENSIO PLASENTA/ REST PLASENTA
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008
Persiapan alat :
- Hanscoen manual
- Klem kocher
- Kateter nelaton
- 1 set alat pasang infus
- 1 set alat kuretase
Persiapan obat:
- Obat uteretonika
- Obat misoprostol
- Obat antibiotic
Langkah-langkah :
Bidan:
1. Menerima pasien baru dengan retensio plasenta/ rest
plasenta
2. Menganjurkan keluarga untuk menunggu di ruang
tunggu
3. Mencuci tangan di air mengalir
4. Melakukan anamnese
5. Mengevaluasi ketat pendarahan pervagina
6. Mengevaluasi kontraksi dengan laboratorium
7. Kolaborasi dengan laboratorium
77
8. Membuat dan mengirim blanko permintaan darah ke
PMI
9. Memberikaninformed concent tentang kondisi klien dan
tindakan yang akan dilakukan
10. Meminta persetujuan tindakan dan persetujuan rawat
inap
11. Memasang infus
12. Memberikan obat uteretonika
13. Kosongkan kandung kemih
14. Melakukan manual plasenta sesuai prosedur
15. Observasi KU ,perdarahan, kontraksi uterus pasca
tindakan
16. Memberikan misoporostol 3-4 tablet/ rectal untuk
tindakan preventif
17. Berikan terapi sesuai advis dokter
18. Membuat dokumentasi asuhan kebidanan
19. Transportasi pasien keruang nifas
20. Serah terima pasien dan status dengan petugas ruang
nifas
Unit terkait Locet, Ruang tindakan, Kamar bersalin, KIA.
78
UPTD PUSKESMAS
BOILAN PENANGANAN
PLASENTA PREVIA DI RUANG TINDAKAN
KEBIDANAN
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008
Cara kerja :
Bidan:
1. Menerima pasien baru dengan plasenta previa
2. Mencuci tangan di air mengalir
3. Melakukan anamnese
4. Memberikan informad consent tentang kondisi klien dan
tindakan yang akan dilakukan
5. Meminta persetujuan tindakan dan persetujuan rawat inap
6. Memasang infus
7. Memberikan oksigen pada ibu
8. Memasang infus, untuk memperbaiki kekurangan cairan
79
9. Melakukan pemeriksaan fisik klien
10. Mengobservasi perdarahan pervaginam secara ketat
11. Mengobservasi ketat DJJ
12. Mengobservasi ketat KU klien
13. Melakukan persiapan rujukan ke rumah sakit
Unit terkait Locet, Ruang tindakan, Kamar bersalin, KIA, Rujuk ke Rumah
Sakit)
80
UPTD PUSKESMAS PERSALINAN BOKONG/ SUNGSANG DI RUANG
BOILAN TINDAKAN KEBIDANAN
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008
Langkah –langkah
Bidan :
1. Menerima pasien baru dengan letak sungsang/ bokong
2. Menganjurkan ibu untuk cuci kaki, dan BAK
3. Menganjurkan keluarga untuk duduk diruang tunggu
4. Mencuci tangan di air mengalir
5. Melakukan anamnese
81
6. Melakukan pemeriksaan fisik
7. Kolaborasi dengan laboratorium
8. memasang infus
9. Mencuci tangan di air mengalir
10. Mencatat hasil tindakan pada status
11. Memberikan informad consent tentang kondisi klien dan
tindakan yang akan dilakukan
12. Meminta persetujuan rujukan
13. Melakukan persiapan rujukan ke rumah sakit
Unit terkait Locet, Ruang tindakan, Kamar bersalin, KIA, Rujuk ke Rumah
Sakit
82
UPTD PUSKESMAS PENATALAKSANAAN MIOMA UTERI
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
Prosedur Langkah-langkah:
Bidan
a. Menerima pasien baru dengan mioma uteri
b. Melakukan anamnese
c. Memberikan informed consent tentang kondisi klien
dan tindakan yang akan dilakukan
d. Melengkapi status klien
e. Melakukan persiapan rujukan ke rumah sakit
Unit terkait Locet, Ruang tindakan, Kamar bersalin, KIA, Rujuk ke Rumah
Sakit
83
UPTD PUSKESMAS PENATALAKSANAAN KISTA OVARIUM
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
Pengertian Tumor yang terdapat pada ovarium ada yang bersifat neoplastik
dan ada yang bersifat non neoplastik
1. Tumor neoplastik jinak
a. Kistik
1) Kistoma ovarii simpleks
2) Kistadenoma ovarii serosum
3) Kistadenoma ovarii musinosum
4) Kistaendometroid
5) Kista dermoid
b. Solid
1) Fibroma, leiomioma fibriadenoma,papiloma,
angioma, limfangioma
2) Tummor brenner
3) Tumorsisa adenal
2. Tumor non neoplastik
a. Tumor akibat radang
b. Tumor lain
1) Kista flikel
2) Kista korpus luteum
3) Kista lutein
4) Kista inklusin germinal
5) Kista endometrium
6) Kista stein leventhal
Tujuan Menurunkan angka kematian ibu
Prosedur Langkah-langkah
Bidan:
1. Menyambut pasien dengan kista ovarium
2. Melakukan anamnase
3. Melengkapi status serta persyaratan yang dibutuhkan
4. Memberikan informad consent tentang kondisi klien dan
tindakan yang akan dilakukan
5. Membuat dokumentasi asuhan kebidanan
6. Melakukan persiapan rujukan ke rumah sakit
84
Unit terkait Locet, Ruang tindakan, Kamar bersalin, KIA, Rujuk ke Rumah
Sakit
85
UPTD PUSKESMAS SOLUTIO PLASENTA
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dewa Putu Darmayasa, A Md.Kep
NIP. 19710305 199303 1 008
Cara Kerja :
Bidan/Dokter Umum/Dokter Ahli obgyn
1. Mengatasi syok dengan infus NaCl/RL untuk restorasi
cairan, berikan 500 ml dalam 15 menit pertama dan 2 L
dalam 2 jam pertama (lihat SOP syok karena perdarahan)
dan mengganti darah yang keluar dengan darah segar
untuk memperbaiki faktor pembekuan akibat koagulopati
(lihat SOP transfusi darah)
2. Memasang kateter tetap agar dapat diketahui jumlah urin
yang keluar sehingga penatalaksanaan oliguria atau
nekrosis tubuler akut dapat diketahui karena tindakan
restorasi cairan dapat memperbaiki heodinamika dan
86
mempertahankan fungsi ekskresi sistema urinaria. Tetapi
apabila syok terjadi secara cepat dan telah berlangsung
lama (sebelum dirawat), umumnya akan terjadi gangguan
fungsi ginjal yang ditandai oleh oliguria (produksi urin
<30m/jam). Pada kondisiyang lebih berat dapat terjadi
unuria yang mengarah pada nekrosis tubulus renalis.
Setelah restorasi cairan, lakukan tindakan untuk
mengatasi gangguan tersebut : forosemid 40 mg dalam 1
L kristaloid dengan 40-60 tetesan/menit dan bila belum
berhasil gunakan manitol 500ml dengan 40 tetesan/menit.
3. Mengatasi hipofibrinogenemia dengan restorasi
cairan/darah sesegera mugkin dapat menghindarkan
terjadinya koagulasi.
4. Mengatasi anemia dengan transfusi darah
5. Tindakan Obstetrik :
Seksio caesaria dilakukan apabila
- Janin hidup dan pembukaan belum lengkap
- Janin hidup, gawat janin tetapi persalinan
pervaginam tidak dapat dilaksanakan dengan
segera
- Janin mati tetapi kondisi servik tidak
memungkinkan persalinan pervaginam dapat
berlangsung dalam waktu yang singkat sehingga
keselamatan ibu terancam oleh komplikasi
lanjutan.
Persiapan untuk seksio caesaria cukup dilakukan
penanggulangan awal (stabilisasi dan tatalaksana
komplikasi yang terjadi) kemudin lahirkan bayi
dengan segera karena operasi merupakan satu-
satunya cara efektif untuk menghentikan perdarahan
dan beratnya kondisi koagulopati.
Hematoma miometrium tidak mengganggu
Partus pervaginam dilakukan apabila:
- Janin hidup, gawat janin dan syarat untuk
melahirkan pervaginam dengan segera dapat
dipenuhi (pembukaan lengkap, bagian terendah
sudah didasar panggul dan tindakan untuk
akselerasi persalinan dapat diaplikasikan).
- Kondisi ibu baik, janin telah meninggal dan hasil
evaluasi kondisi serviks cukup baik untuk
induksi/akselerasi.
Partus pervaginam dengan bayi hidup, lakukan
amniotomi (bila ketuban belum pecah) kemudian
percepat kala II dengan ekstraksi forceps (atau
vacuum).
Partus pervaginam pada bayi yang telah
meninggal,dilakukan amniotomi (bila ketuban belum
pecah) kemudia akselerasi dengan 5-10 Iu oksitosin
dalam dextrose atau RL, tetesan diatur sesuai dengan
kondisi kontraksi uterus.
Setelah persalinan, gangguan pembekuan darah akan
membaik dalam waktu 24 jam, kecuali bila jumlah
trombosit sampai rendah (perbaikan baru terjadi
selama 2-4 hari)
Unit terkait Loket, Ruang Tindakan, Kamar Bersalin, KIA, Rujuk ke Rumah
Sakit
87
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
88
UPTD PUSKESMAS KEBERSIHAN TANGAN
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
PROSEDUR TETAP
89
towel sampai benar-benar kering
Gunakan handuk sekali pakai atau tissue towel untuk
menutup kran
2. Teknik membersihkan tangan dengan handsrub
antiseptic (handsrub berbasis alkohol)
Tuang segenggam penuh bahan antiseptic berbasis
alkohol kedalam tangan keseluruh permukaan tangan
Gosok tangan dengan posisi telapak pada telapak
Telapak kanan di atas punggung telapak kiri dengan
jari-jari saling menjalin
Punggung jari-jari pada telapak berlawanan dengan
jari-jari saling mengunci
Gosok memutar dengan ibu jari mengunci pada
telapak kanan dan sebaliknya
Gosok memutar kearah belakang dan kearah depan
dengan jari-jari tangan kanan mengunci pada telapak
kanan dan sebaliknya
90
UPTD PUSKESMAS PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
PROSEDUR TETAP
Tujuan Melindungi kulit dan selaput lendir petugas dari resiko pajanan
darah, semua jenis cairan tubuh, secret, ekskreta, kulit yang
tidak utuh dan selaput lendir pasien
91
UPTD PUSKESMAS MELEPASKAN ALAT PELINDUNG DIRI
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
PROSEDUR TETAP
92
UPTD PUSKESMAS PEMAKAIAN SARUNG TANGAN
BOILAN
No. Dukumen No. Revisi Halaman :
PROSEDUR TETAP
93
UPTD PUSKESMAS PENANGANAN DAN PENCATATAN INFEKSI
BOILAN NOSOKOMIAL
PROSEDUR TETAP
94
UPTD PUSKESMAS PEMERIKSAAN KEHAMILAN ANC
BOILAN (ANTENATAL CARE)
95
urin atas indikasi)
96