Anda di halaman 1dari 40

Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang

Dasar pertimbangan
1) Pola kegiatan dan macam kegiatan
Dari pola dan macam kegiatan akan diketahui suatu tuntutan kebutuhan ruang yang
diperlukan bagi pelaku kegiatan.

2) Standart besaran ruang sebagai dasar perhitungan



Neufert Architect Data, Ernst Neufert jilid 1 dan 2 (N)

Perhitungan Asumsi (A)

3) Standart besaran flow gerak (Data Arsitek, 1996)



10%-20% untuk kebutuhan keleluasaan sirkulasi

20%-30% untuk kebutuhan kenyamanan fisik

30%-40% untuk kenyamanan psikologis

50%-60% untuk keterkaitan terhadap servis kegiatan
Pola Kegiatan dan Kebutuhan Ruang

Jenis
Pengguna Aktivitas Kebutuhan Ruang
Kegiatan
Pengelola Direktur Rapat R. Rapat
Menerima Tamu R. Tamu
Kerja/ Aktivitas Rutin R. Direktur
Sholat Mushola
Buang Air Toilet
Sekertaris Rapat R. Rapat
Kerja/ Aktivitas Rutin R. Sekertaris
Dokumentasi R. Arsip
Sholat Mushola
Buang Air Toilet
Bendahara Rapat R. Rapat
Kerja/ Aktivitas Rutin R. Bendahara
Sholat Mushola
Buang Air Toilet
Staf Informasi Memberikan Informasi R. informasi
Pendaftaran Loket Pendaftaran
Sholat Mushola
Buang Air Toilet
Staf Pengajar Mengajar R. Kelas / Studio
Konseling R. konseling
Ganti pakaian dan R. Locker
Menyimpan Barang
Istirahat R. Pengajar
Sholat Mushola
Buang Air Toilet
Staf Teknis Mengatur Elekrikal R. Resevoir dan
dan mechanical pompa air
Melakukan R. AHU
Mainterance R. MEE
R. Genset
Penyimpanan Barang Gudang
R. kerja
Sholat Mushola
Buang Air Toilet
Staf Pemeliharaan Memelihara Gedung Gudang
Membersihkan R. Kebersihan
R. sampah
Mengganti Pakaian dan R. Ganti + locker
meyimpan barang
Menyiapkan Makanan Dapur dan Pantri
dan minuman
Sholat Mushola
Buang Air Toilet
Staf Keamanan Menjaga Keamanan Pos Keamanan
Sholat Mushola
Buang Air Toilet
Pelayanan Pelajar/ Remaja Menyimpan kendaraan Tempat Parkir
Belajar Tari Tradisonal Studio Tari
Belajar seni musik Studio Musik
Tradisional
Studio
Belajar Seni Lukis Gambar
Belajar Seni Peran Studio Peran
Bimbingan Belajar Kelas
Bimbingan Konseling R. Konseling
Membaca Buku Perpustakaan
Internet
Pentas Seni Exhibition Hall
Seminar dan Diskusi Auditorium
Cafe & Food
Bersantai / istirahat court

59
Menyimpan Alat-alat R. Peyimpanan
Permainan dan alat
Olahraga
Menonton pameran Exbition hall
Sholat Mushola
Buang Air Toilet
Pengunjung Menyimpan Kendaraan Tempat Parkir
Membaca buku Perpustakaan
Menonton Pertunjukan Exhibition Hall
Melihat Seminar dan Auditorium
Diskusi
Berwisata kuliner Food court & cafe
Membeli souvenir Toko Souvenir
Menonton pameran Exbition hall
Sholat Mushola
Buang Air Toilet
Sumber : Analisa Penulis, 2011

5.5 Konsep Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang


5.5.1 Kegiatan Utama
A. Pengelola
Tabel 5.4 Pola Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Pengelola

Luas Total
Kebutuhan Ruang Kapasitas Standart Sumber Flow
(m2) (m2)
Lobby 100 orang 0.8 m2/org N 80 15% 92
R. Informasi Asumsi : meja A 6 20% 7.5
info : 1 buah,
kursi : 2 buah

60
R. Rapat 25 orang 2.5 m2/org N 62.5 62.5
2
R. Direktur 1 orang 30 m /org N 30 30
2 2
R. Tamu 3 m x4 m A 12 12
R. Sekertaris 1 orang 12 m2/org A 12 12
R. Arsip 3x3 m A 9 9
R. Fotocopy 1 unit 3x3 m A 9 9
Dapur & pantri 3x3m A 9 9
Gudang 3x3 m A 9 9
Toilet 6 orang 5.5x 3 m N 16.5 16.5
Total 240
Sumber : Analisa Penulis, 2011

B. Pendidikan
Tabel 5.5 Pola Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Pendidikan

Luas Total
Kebutuhan Ruang Kapasitas Standart Sumber 2 Flow
(m ) (m2)
2
lobby 20 orang 0.8 m /org N 36 36
2
Studio Tari 20 orang 6 m /org N 120 120
Studio Vokal 10 orang 2.5m2/org N 25 25
Studio Musik 20 orang 8 m2/org N 160 160
2
Studio Peran 20 orang 6 m /org N 120 120
Studio Ukir 20 orang 8 m2/org N 160 160
R. Kelas 2x 20 orang 2.5 m2/org A 50 100
2
R. Konseling 2 orang 2.5 m /org A 5 25
2
Perpustakaan 100 orang 100 m N 100 100
Gudang 3x3 m A 9 9
Kantin 7x6 m A 42 42
2
Toilet 10 orang 30 m N 30 30
Total 927
Sumber : Analisa Penulis, 2011

61
C. Arena Olahraga Dan Permainan
Tabel 5.6 Pola Kegiatan dan Kebutuhan Arena olahraga & permainan

Luas Total
(m2) 2
Kebutuhan Ruang Kapasitas Standart Sumber Flow (m )
2
R. tiket 3 orang 1.2 m /org N 3.6 3.6
Arena Menyumpit 25x5 A 125 125
Arena permainan 10x10 A 100 100
Gasing
Arena Permainan 9x4 A 36 36
Behadang
Arena Permainan Lingkaran A 50.2 50.2
Tambi diameter 4m
Lapangan Sepak 13,5x6,1 A 82.3 82.3
Takrau
1,5x20 (4 30
2
R. Garasi Perahu perahu) m /perahu A 120 120
Total 442.1
Jumlah 2 unit 885
Sumber : Analisa Penulis, 2011

D. Panggung Terbuka
Tabel 5.7 Pola Kegiatan dan Kebutuhan Panggung Terbuka

Luas Total
Kebutuhan Ruang Kapasitas Standart Sumber 2 Flow 2
(m ) (m )
Panggung A 100 100
2
Tribun Penonton 600 orang 0.5 m /org N 300 20% 360
R. Rersiapan A 16 16
R. Alat A 15 15
Total 491
Sumber : Analisa Penulis, 2011

62
E. Auditorium

Tabel 5.8 Pola Kegiatan dan Kebutuhan RuangAuditorium

Luas Total
Kebutuhan Ruang Kapasitas Standart Sumber Flow
2
(m ) (m2)
R. Seminar& diskusi 100 orang 0.8 m2/org N 80 80
Stage/panggung 2.5x8 m A 20 20
R. persiapan A 16 16
R. audio A 12 12
2
Toilet 10 orang 30 m N 30 30
Total 158
Sumber : Analisa Penulis, 2011

F. Exbition hall
Tabel 5.9 Pola Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Exbition hall
Luas Total
Kebutuhan Ruang Kapasitas Standart Sumber 2 Flow
(m ) (m2)
2
Exbition hall 800 0.5 m /org N 400 400
R. Alat A 15 15
Gudang 3x5 m A 15 15
Toilet 10 orang 30 m2 N 30 30
Total 460
Sumber : Analisa Penulis, 2011

G. Service dan Pelayanan


Tabel 5.10 Pola Kegiatan dan Kebutuhan Arena olahraga & permainan

Luas Flo Tota


Kebutuhan Ruang Kapasitas Standart Sumber 2 l
2
(m ) w (m )
2
R. tiket parkir 2 ruang 4 m /ruang A 8 8
2
R. teknisi 4 orang 2 m /org N 8 20% 9.6

63
Gudang & loker A 20 20% 24
2
Pos satpam 2 buah 4 m /bh N 8 8
R. MEE A 40 40
R. genset 6x6 m N 36 36
R. AHU A 40 40
Reservoir A 40 40
R. sampah A 20 20
Toilet 4 orang 4x 3 m A 12 12
Total 240
Sumber : Analisa Penulis, 2011

5.5.2 Kegiatan Penunjang


A. Toko souvenir &
Tabel 5.11 Pola Kegiatan dan Kebutuhan ruang toko Souvenir
Luas Total
Kebutuhan Ruang Kapasitas Standart Sumber Flow
2 2
(m ) (m )
kasir 2 orang 3x3 m A 9 9
R. penitipan 4x4 m A 16 16
2
Rak Souvenir 150 m A 150 150
Gudang 24 m2 A 24 24
Loker 10 orang 0.5 m2/org N 5 20% 6
2
Toilet 10 orang 30 m N 30 30
Total 237
Sumber : Analisa Penulis, 2011

B. Kafe Tradisional
Tabel 5.12 Pola Kegiatan dan Kebutuhan Ruang kafe
Kebutuhan Kapasitas Standart Sumber Luas Flow Total
Ruang (m2) (m2)
kasir 2 orang 3x3 m A 9 9
2
R. makan 100 orang 5.75 m /4 N 144 15% 164
org
2
Dapur/pantry 40 m A 40 40
64
2
Gudang 24 m A 24 24
Toilet 10 orang 30 m2 N 30 30
Total 269
Jumlah unit 2 buah 538
Sumber : Analisa Penulis, 2011

C. Mushola
Tabel 5.13 Pola Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Mushola
Kebutuhan Luas Total
2 2
Ruang Kapasitas Standart Sumber (m ) Flow (m )
R. ibadah 40 orang 1.6 m2/org N 64 64
T. wudhu 10% r.
ibadah N 6.4 6.4
2
R. Sound 12 m /unit A 12 12
2
Toilet 10 orang 30 m N 30 30
Total 115
Sumber : Analisa Penulis, 2011

D. Kebutuhan Parkir
Tabel 5.14 Pola Kegiatan dan Kebutuhan Parkir
Kebutuhan Luas Total
2 2
Ruang Kapasitas Standart Sumber (m ) Flow (m )
Parkir pengunjung 2000 orang asumsi 22.5 N 5625 5625
2
50% mobil (4 m /mobil
orang/mobil) 50%
motor (2 1.5 750 750
2
orang/motor) m /motor
Parkir pengelola 62 orang asumsi 22.5 N 174.3 174.3
2
dan penyewa 50% mobil (4 m /mobil
orang/mobil) 50 % 1.5 23.5 23.5
motor (2 m2/mobil
orang/motor)
Total kebutuhan parkir 6573

65
Sumber : Analisa Penulis, 2011
5.5.3 Rekapitulasi Besaran Ruang
Tabel 5.15Rekapitulasi Besaran Ruang
Kelompok Kegiatan Luas Ruang Jumlah Luas Total
(M2) Unit (M2)
KEGIATAN UTAMA
a. Pengelola 240 1 240
b. Pendidikan 927 1 927
c. Area Olahraga Dan Permainan 442.1 2 885
d. Panggung Terbuka 491 1 491
e. Auditorium 158 1 158
f. Exbition hall 460 1 460
g. Service dan Pelayanan 240 1 240
KEGIATAN PENUNJANG
a. Toko souvenir 237 1 237
b. Cafe 269 2 538
c. Mushola 115 1 115
TOTAL LUAS RUANG 4940
TOTAL LUAS PARKIR 6573
TOTAL LUAS 11.513
KESELURUHANBANGUNAN
Sumber : Analisa Penulis, 2011

5.5.4 Perhitungan Jumlah Lantai


Berdasarkan RUTRK kota Tanjung Redeb tentang peraturan
bangunan, maka jumlah lantai dapat diketahui sebagai berikut :
Building Coverage (BC) : 60%

Luas Site : 50.000 m2


2
Luas maksimal lahan terbangun : 0.6 x 50.000 = 30.000 m
Kebutuhan ruang : 11.513 m2
66
Jumlah lantai minimal PSA : 11.513 /30.000 = 1 lt

5.6 Pola Hubungan Makro

Servis Mushola Toko Souvenir

Auditorium Exbition Hall Panggung terbuka

Cafe Pengelola Bangunan Pendidikan

Parkir
5.7 Organisasi Ruang
A. Pengelola

B. Remaja

67
Gudang Masjid Exbition Hall Toilet

Panggung
Auditorium Cafe Perpustakaan
Terbuka

Arena Permainan Studio R. Kelas R. Konseling

Loker Hall Parkir

: Pelatihan
: Non Pelatihan
C. Servis

R. Sampah Toilet Masjid

R. AHU R. Genset Resevoir

R. MEE R. Teknisi Pos Keamanan

Loker & gudang Parkir


5.8 Analisa dan Konsep Site
5.8.1 Analisa dan Konsep Sirkulasi Eksternal
Analisa Pendekatan
Tujuan : mengetahui pola pergerakan lalu lintas di sekitar site sehingga
didapatkan konsep sirkulasi eksternal yang maksimal dan efisien. Dasar
pertimbangan
Pola pergerakan lalu lintas di sekitar site
Pencapaian terdekat ke lokasi (site)
Kemudahan pengunjung untuk mengakses ke lokasi site

68
Jl. Raya Rinding merupakan jalan arteri sekunder dengan jalur dua
arah dengan lebar 20m
Jl. Kampung merupakan jalur pemukiman dengan jalur dua arah
dengan lebar 8 m
Konsep Perencanaan

Hutan
Sungai

Site

Hutan

JL. kampung

SPBU
JL. Raya Rinding

Pemukiman
Pemukiman

Gambar 5.6analisa sirkulasi Eksternal


Sumber :analisis Penulis 2011

Secara garis besar konsep sirkulasi eksternal tidak mengubah pola


sirkulasi yang sudah ada.
Pemberian tanda penunjuk arah (sign) pada titik simpul jalan apabila
terjadi salah jalan dengan tujuan untuk memandu pengunjung untuk
mencapai lokasi.

5.8.2 Analisa dan Konsep Pencapaian


Analisa pendekatan
Tujuan : memperoleh letak pintu masuk utama (main entrance) dan letak
pintu untuk kegiatan service (side entrance).

69
Dasar pertimbangan :
Main entrance (ME)

Mudah dijangkau oleh kendaraan umum maupun pribadi dan mudah


dikenali dari jalur utama.
Menghadap langsung ke arah jalur utama agar mendapatkan nilai
ekspos terbesar.
Menyesuaikan dengan arah pergerakan lalu lintas.
Jauh dari titik kemacetan.
Side entrance (SE)
Tidak mengganggu main entrance (ME).
Letak side entrance tidak diharuskan melalui jalur utama karena
hanya berfungsi sebagai sirkulasi service dan karyawan.
Beberapa macam cara pencapaian ke bangunan menurut Ching (2000 : 231)
yaitu :
a. Langsung, yang mengarah langsung ke tempat yang di tuju melalui
jalan yang segaris lurus dengan sumbu bangunan sebagai penjelas arah
suatu bangunan.
b. Tersamar, pencapaian dengan arah jalan yang diubah untuk
memperpanjang urutan pencapaian. Hal ini dapat mempertinggi efek
perspektif pada fasade dan bentuk bangunan.
c. Berputar, pencapaian dengan jalan yang berputar, memperpanjang
urutan pencapaian dan mempertegas bentuk tiga dimensi suatu
bangunan sewaktu bergerak mengelilingi bangunan.
Konsep Perencanaan
Merespon dari pergerakan lalu lintas pada Jl. Kol. Sutarto, ME dan
SE dibuat dua agar memudahkan pencapaian ke dalam maupun
keluar site.
ME sebisa mungkin diletakkan jauh dari titik kemacetan.
70
Memaksimalkan jalur lambat yang terdapat di Jl. Kol. Sutarto
dengan tujuan menghindari kemacetan dan juga mempermudah alur
kendaraan yang masuk maupun keluar site.

Hutan
Sungai

Site

Hutan

JL. kampung

SPBU ME
JL. Raya Rinding
SE
U

Pemukiman
Pemukiman

Gambar 5.7Konsep Letak ME dan SE


Sumber :analisis Penulis 2011
5.8.3 Analisa dan Konsep Penzoningan
Analisa pendekatan
Tujuan : untuk mengetahui zona tingkat kebisingan dalam tapak (site)
sehingga dapat ditentukan perletakkan zona-zona kegiatan berdasarkan
karakter dari kegiatan tersebut.
Dasar pertimbangan :
Kegiatan dalam tapak yang beraneka ragam
Kebutuhan kenyamanan dalam berkegiatan
Tingkat kebisingan pada lingkungan sekitar tapak.
Penzoningan secara horizontal didasarkan pada sifat kegiatan, yaitu :
Zona publik, ruang-ruang yang bersifat umum ditempatkan pada
zona yang mudah dicapai pengunjung dari pintu masuk.

71
Zona semi publik, ruang-ruang yang membutuhkan privasi lebih
sedikit.
Zona private, ruang-ruang yang membutuhkan privasi atau
ketenangan yang lebih.
Zona service, ruang-ruang service di letakkan jauh dari zona yang
sulit dijangkau oleh para pengunjung, namun tetap
mempertimbangkan kemudahan pencapaian bagi pengelolanya.
Penzoningan secara vertikal didasarkan pada tingkat kebisingan dari
banyaknya kegiatan, yaitu :
Zona bawah, merupakan zona yang memiliki tingkat kebisingan
tertinggi karena adanya kegiatan yang melibatkan para pengunjung.
Zona transisi, merupakan zona peralihan antara zona bawah dan
zona tenang.
Zona atas, zona paling atas dan merupakan zona tenang karena
membutuhkan banyak privasi dan ketenangan yang tinggi.
Konsep Perencanaan
Pemisahan antara zona publik, semi publik, dan private ke dalam
bentuk penzoningan horizontal dan vertikal.
Zona publik di letakkan di lantai satu dan dua dengan kegiatan
olahraga, pameran, pentas seni, diskusi, seminar dan kegiatan
penunjang lainnya yang melibatkan pengunjung.
Zona semi publik merupakan area penerimaan, parkir dan open
space.
Zona private, merupakan area yang digunakan sebagai fungsi
kegiatan utama.
Zona service, merupakan area yang digunakan kegiatan pelayanan
maupun perawatan bangunan.

72
Hutan
Sungai
servis
Privat
Area
mendayung

semi publik

Hutan

JL. kampung
Publik
SPBU
JL. Raya Rinding

Pemukiman
Pemukiman

Gambar 5.8Konsep Penzoningan


Sumber :analisis Penulis 2011
5.8.4 Analisa dan Konsep Tata Massa Bangunan
Analisa pendekatan
Dasar pertimbangan :
Efisiensi dan efektifitas lahan.
Kesesuaian dengan bentuk tapak, konsep orientasi, dan view.
Kebutuhan ruang kegiatan yang ditampung.
Intergritas terhadap lingkungan sekitar.
Kondisi bentuk tapak bangunan Berau Youth Center yang tidak berkontur
memungkinkan pengaplikasian semua bentuk tata masa dasar dapat
diaplikasi.

73
Konsep Perencanaan

Hutan
Massa 3
Sungai

Servis

Arena
Permainan

Area
Terbuka

Massa 1
Hutan
Massa 2

SPBU

Pemukiman

Pemukiman

Gambar 5.9Konsep Tata massa


Sumber :analisis Penulis 2011

5.8.5 Analisa dan Konsep Sirkulasi Internal


Analisa pendekatan
Tujuan : memperoleh pola sirkulasi internal yang nyaman dan tidak
membingungkan bagi pengguna bangunan serta tidak terjadi crossing antara
jalur sirkulasi pengunjung dan jalur sirkulasi service. Dasar pertimbangan :

Kelancaran, kenyamanan dan keamanan.


Pemisahan jalur sirkulasi pengunjung dan jalur sirkulasi service.
Konsep Perencanaan
Penambahan area parkir di luar gedung (fast parking) selain parkir di
dalam basement.
Pemisahan area sirkulasi antara sirkulasi pengunjung dan sirkulasi
service.
74
Perletakan area bongkar muat barang diletakkan di area sirkulasi
service dengan tujuan efisiensi tapak.

Hutan
Sungai

Bongkar Muat
Barang
Sirkulasi Servis Dan
Karyawan,
Sirkulasi Pelatihan

Site

Hutan

Sirkulasi Pengunjung JL. kampung


SPBU Drop In
JL. Raya Rinding

Pemukiman
Pemukiman

Gambar 5.10Konsep Sirkulasi Internal


Sumber :analisis Penulis 2011

5.8.6 Analisa dan Konsep Orientasi Bangunan


Analisa pendekatan
Tujuan : menentukan arah orientasi bangunan agar didapatkan nilai view
yang optimal sehingga dapat menjadikan bangunan sebagai daya tarik bagi
para pengunjung dan pengguna jalan.
Dasar pertimbangan :
Orientasi bangunan diarahkan keseluruh arah yang strategis yang
memudahkan pengenalan dan menangkap massa. Sebagai focal point
pada awal ruas jalan.

75
Letak ME dan SE.
Orientasi tertinggi dapat dilihat dari arah Jl. Raya Rinding
Konsep Perencanaan
Secara garis besar, orientasi utama bangunan diarahkan ke Jl. Raya
Rinding dan Sungai segahuntuk alternative orientasi bangunan jika
dilihat dari Sungai Segah.

Hutan
Sungai

Site

Hutan

JL. kampung

SPBU
JL. Raya Rinding

Pemukiman
Pemukiman

Gambar 5.11Konsep Orientasi


Sumber :analisis Penulis 2011

5.8.7 Analisa dan Konsep View


Analisa pendekatan
Tujuan : mendapatkan arah pandang (view) yang terbaik, baik view dari
dalam keluar atau dari luar ke dalam sehingga dapat menjadikan point of
interest kawasan.
Dasar pertimbangan :
View dari dalam site
View dari luar site
76
Situasi lingkungan sekitar site

Hutan
Sungai

Site

Hutan

JL. kampung

SPBU
JL. Raya Rinding

Pemukiman
Pemukiman

Gambar 5.12analisa View


Sumber :analisis Penulis 2011

Konsep Perencanaan
View keluar bangunan merespon tuntutan dari analisa konsep yaitu
ke arah jalan arteri dan ke arah sungai sehingga diharapkan nilai
ekspose bangunan dapat menarik perhatian pengunjung.
Pada bagian belakang diberikan pagar pembatas antara tapak
bangunan dengan permukiman dan juga sebagai batas site.

77
Hutan
Sungai

Site

Hutan

JL. kampung

SPBU
JL. Raya Rinding

Pemukiman
Pemukiman

Gambar 5.13Konsep View


Sumber :analisis Penulis 2011

5.8.8 Analisa dan Konsep Kebisingan


Analisa pendekatan
Tujuan : mereduksi tingkat kebisingan yang berasal dari luar site dengan
tujuan mendapatkan kenyamanan dalam berkegiatan di dalam bangunan.
Dasar pertimbangan :
Sumber bunyi yang berasal dari luar site dan dalam
Site Intergritas terhadap konsep view.

78
Sungai

tingkat Kebisigan jg
berasal dari kendaraan
air yang bermotor

Site

SPBU
tingkat Kebisigan
berasal dari kendaraan
bermotor U

Gambar 5.14 Analisa kebisingan


Sumber :analisis Penulis 2011
Konsep Perencanaan

Hutan
Sungai

Site

Hutan

JL. kampung

SPBU
JL. Raya Rinding

Pemukiman
Pemukiman

Gambar 5.15Konsep Kebisingan


Sumber :analisis Penulis 2011

79
5.8.9 Analisa dan Konsep Klimatologi
Analisa pendekatan
Tujuan : bagaimana memanfaatkan potensi alam (iklim) guna menunjang
kegiatan dalam bangunan dan juga sebagai upaya mendukung konsep green
building.
Dasar pertimbangan :
Arah edar matahari.
Arah edar tiupan angina.
Curah hujan

Hutan
Sungai

Site

JL. kampung

SPBU
JL. Raya Rinding

Gambar 5.16Analisa Klimatalogi


Sumber :analisis Penulis 2011

80
Konsep Perencanaan

Gambar 5.17Konsep iklim


Sumber: analisis penulis. 2011

Penggunaan sun shading sebagai pereduksi sinar matahari yang


masuk ke dalam bangunan.
Penggunaan over hang pada bangunan dengan tujuan mengurangi
tampiasan air hujan. Selokan berfungsi mengalirkan air hujan ke riol.
Penggunaan vegetasi sebagai upaya membelokkan arah angin
dengan tujuan mengurangi beban angin pada bangunan dan juga
sebagai upaya memberikan kenyamanan dalam berkegiatan di dalam
bangunan.
5.8.10 Analisadan Konsep Lanscape
Analisa pendekatan
Tujuan : menentukan jenis vegetasi dan menempatkan vegetasi sesuai
dengan fungsinya agar tercipta nilai estetika pada bangunan.

81
Dasar pertimbangan :
Vegetasi sebagai fungsi estetis
Vegetasi yang mampu memberikan nilai tersendiri sebagai vegetasi
yang dapat memberikan keindahan.
Vegetasi sebagai fungsi teknis
Vegetasi yang berfungsi melindungi bangunan dari pengaruh iklim
yang berlebihan.
Vegetasi sebagai fungsi pendukung
Vegetasi yang berfungsi sebagai pengarah jalan dan juga sebagai
batas pandang.
Tanaman hias
Sifat dan fungsinya : sebagai penambah faktor estetika pada bangunan,
dapat menyerap sinar matahari dan sebagai pengarah jalan (pohon palm,
cemara, bunga-bungaan).
Tanaman peneduh
Sifat dan fungsinya : sebagai penghalang pandangan, pereduksi panas dan
juga sebagai peneduh dengan karakteristik berdaun lebat.(pinus, cemara,
hibiscus).
Tanaman penutup tanah/ground cover
Sifat dan fungsinya : sebagai penutup tanah ruang luar, berkesan hijau dan
sejuk, mudah tumbuh dan tahan terhadap cuaca kering (carpet grass, zaysia,
begonia, bougenville).

5.9 Konsep Estetika Bangunan Dengan Pendekatan Arsitektur Lamin


Konsep Berau Youth Center dengan pendekatan Arsitektur Lamin dibatasi
pada pengolahan visualisasi bentuk bangunan/ eksterior. Konsep bentuk dasar
bangunan menggunakan bentuk rumah panggung suku dayak. Arsitektur Lamin

82
dapat dilihat dari pengaplikasian ukiran khas suku Dayak sebagai ornamen pada
bangunan.

5.9.1 Konsep Bentuk Dasar Bangunan


Konsep bentuk dasar bangunan Berau Youth Center mengacu pada bentuk
dasar rumah Laminyaitu bentukan yang linear, terdiri dari ruang-ruang
persegi panjang yang saling berhubungan.Bentuk persegi panjang inilah
yang akan dijadikan konsep bentuk dasar bangunan.

Persegi Panjang menjadi


konsep bentuk dasar
bangunan

Gambar 5.18 Konsep Bentuk Dasar Bangunan


Sumber: analisis penulis. 2011

5.9.2 Konsep tampilan eksterior


a. Tampak
Tampak dari bangunan mengacu pada bentuk Lamin suku Dayak
Kenyah dengan beberapa penambahan dibeberapa bentukan. Bentukan yang
diterapkan didalam rancangan adalah bentuk yang menarik.
Agar main entrance memberikan kesan yang ramah, diletakkan ornamen
Keleubet yaitu perisai khas suku Dayak dan ukiran Dayak yang biasa
Menhiasi dinding luar ruamh Lamin.Agar terlihat seperti rumah panggung
maka lantai paling atas di buat lebih menjorok keluar dari lantai
dibawahnya.

83
Gambar 5.19 Konsep tampak
Sumber: analisis penulis. 2011
b. Atap
Bentuk atap mengacu pada bentuk asli dari lamin, lengkap dengan ornamen
atap berupa ukiran dayak kenyah. Motif ukiran naga diletakkan pada sisi
sudut atap kiri dan kanan sedangkan untuk bagian tengah atap bermotif
manusia, burung Enggang dan harimau. Bahan yang diaplikasikan pada atap
berbeda dengan atap rumah lamin yang menggunakan sirap, pada bangunan
akan diaplikasikan atap multiroof.

Gambar 5.20 Konsep Atap


Sumber: analisis penulis. 2011
c. Dinding
Pada dinding Lamin dihias dengan ukiran. Biasanya Lamin yang dipenuhi
dengan ukiran yang indah dihuni oleh bangsawan dan kepala adat. Tetapi

84
ukiran ini disini digunakan untuk
menujukkan keterbukaan dan
pesamaan derajat.

Gambar 5.21 Konsep Dinding


Sumber: analisis penulis. 2011
d. Kolom
Bentukan kolom akan diberi ukiran khas dayak seperti pada rumah Lamin
pada umumnya.

Gambar 5.22 Konsep Kolom


Sumber: analisis penulis. 2011
e. Tugu Blawing
Blawing selalu ada pada Halaman Lamin untuk menujukkan keindahan
sebuah Lamin sebagai tanda maupun tugu berdirinya sebuah Lamin. Tugu
ini akan diterapkan kedalam rancangan rancangan sebagai Gapura Selamat
datang datang.

85
Gambar 5.23Gapura selamat datang
Sumber: analisis penulis. 2011
5.9.3 Analisa dan Konsep Interior Bangunan
Analisa Pendekatan
Dasar pertimbangan :
Karakter masing-masing ruang.
Suasana yang ingin ditampilkan.
Luasan tiap ruang.
Pemakaian bahan dalam ruang.
Pemilihan ruang untuk masing-masing ruang.
Bentuk interior pada bangunan akan sangat berpengaruh pada suasana
yang ingin ditampilkan. Tujuan yang ingin dicapai adalah memberi suasana
yang nyaman bagi pengunjung. Factor-faktor yang berpengaruh terhadap
interior bangunan adalah :
a. Warna, yang dapat memberikan efek psikologi terhadap suasana yang
diinginkan. Penerapan pada lantai, dinding, plafon, furniture, ornament
dan lainnya.

86
Tabel 5.16 Karakter Psikologis warna
Warna Karakter
merah Menggairahkan (memacu ekspresi),kuat, menonjol

biru Tentram, nyaman, damai, bersih


putih Riang, netral, bercahaya, mengandung harapan, ringan
kuning Menghibur, gembira
hijau Alami, sehat, pembaharuan
orange Energi, keseimbangan, harapan

b. Elemen ruangan, sebagai penambah daya tarik dan kelengkapan ruangan


diantaranya lantai, furniture, kusen pintu dan jendela, serta tata cahaya
dan sebagainya.
Konsep perencanaan
a. Warna
Konsep warna disesuaikan dengan fungsi karakter ruang, secara global
menggunakan warna dasar putih yang memiliki karakter bersih dan luas.
b. Lantai

Area parkir kendaraan menggunakan material keramik dengan tekstur


kasar.

Area umum menggunakan material keramik dengan pemberian motif-


motif agar lebih terlihat atraktif.

Area private seperti kantor pengelola, studio menggunakan material


keramik berwarna putih.
c. Dinding
Padadinding lamin akan dihias dengan ukiran tradisional untuk
memperkuat karakter arsitektur Lamin.
d. Plafond

87
Perbedaan ketinggian plafond yang diberi efek lampu sehingga
terkesan seperti melayang.
5.10 Pendekatan Struktur
Analisa pendekatan
Lamin Suku Dayak tidak jauh dengan berbeda dengan Lamin Dayak
lainnya, hanya perbedaanya pada meriahnya ukiran yang menghiasi Lamin
tersebut dengan ornamen yang khasn dan dinamis. Lamin umumnya
menggunakan kayu Ulin sebagai bahan kolom karena sangat kuat dan tahan
terhadap kondisi cuaca apapun. Selain itu pada dinding biasanya menggunakan
kayu meranti atau kayu kapur.Sedangkan pada atap terbuat dari sirap
kayu.Tiang-tiang lamin ditanamkan kedalam tahan hingga mencapai 2 meter
dari permukaan tanah.
Pendekatan struktur
Pada bangunan nantinya direncanakan akan mirip dengan struktur pada
rumah Lamin akan tetapi bahan yang digunakan akan berbeda untuk
menyesuaikan kebutuhan luasan ruang yang diperlukan untuk mewadahi suatu
fingsi kegiatan.
Sedangkan untuk bangunan yang membutuhkan luasan ruang yg cukup
luas strukturnya seperti auditorium dan exbition hall akan menerapkan sistem
struktur bangunan bentang panjang modern.
5.11 Analisa dan Konsep Utilitas
5.11.1 Transportasi vertical
Analisa pendekatan
Dasar pertimbangan :
Kemudahan pemakai
Efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan waktu
Estetika

88
Di dalam transportasi vertical terdapat beberapa bagian dalam
penerapannya terhadap bangunan, diantaranya : a. Elevator (lift)

Merupakan alat transportasi vertical yang digunakan untuk mengangkut


manusia maupun barang.
b. Tangga
Tangga adalah sistem transportasi vertical pada bangunan yang
mempunyai pijakan dan ketinggian yang dipergunakan untuk mencapai
ketinggian tertentu.
Tangga statis ada dua macam, yaitu tangga umum dan tangga darurat.
Tangga berjalan, yaitu tangga yang bisa bergerak dengan bantuan mesin.
c. Ramp
Adalah jalan melintas miring (8°-10°) untuk gerak manusia pada
bangunan kurang dari lima lantai, yang memadukan jarak horizontal dan
vertical, dipergunakan untuk mempermudah gerakan melintas pada
bangunan umum, agar mudah dalam aksesibilitas. Fungsi dari ramp
adalah :
1. mengurangi kepadatan pengguna.
2. mengangkut dalam jumlah besar dengan cepat dan
mudah. Jenis ramp ada dua macam, yaitu :
1. Ramp mekanik, yaitu ramp yang digerakkan oleh mesin
2. Ramp statis, yaitu ramp tanpa bantuan alat penggerak.
Konsep transportasi vertical
Pada bangunan Berau Youth Center ini menggunakan sistem transportasi
vertical berupa lift baik diperuntukkan memundahkan pengunjung
berpindah tempat dari lantai ke lantai berikutnya dan juga diperuntukkan
memudahkan perpindahan barang. Selain sistem transportasi lift,
bangunan ini menggunakan sistem transportasi berupa ramp dan tangga.

89
5.11.2 Sistem air bersih
Analisa pendekatan
Dasar pertimbangan :
Standar peraturan plumbing
Standar kebutuhan air bersih
Sumber air bersih
Sistem pendistribusian
Sistem suplai air

Sistem suplai air bersih adalah air bersih yang berasal dari ground
reservoir (tangki bawah tanah) dimana airnya disuplai dari PDAM dan
sumur pompa.

Sistem distribusi air adalah sistem distribusi down feed (down feed
sistem).
Konsep suplai air bersih
Sistem suplai air bersih adalah air bersih berasal dari ground reservoir
(tangki bawah tanah) dimana airnya disuplai dari PDAM dan air
bawah tanah.
Sistem distribusi yang digunakan adalah sistem down feed.

90
Air PAM

2.50

Air PAM

Meteran Air Tangki Air Ground


Air sumur Ground Reservoir
Air PAM Reservoir PAM

Gambar 5.24Distribusi Air Bersih


Sumber: Azizah, Ronim, TKA 215 Utilitas, 2007
5.11.3 Sistem Drainase
Analisa pendekatan
Dasar pertimbangan :

Pembuangan air kotor tidak menimbulkan pencemaran terhadap


lingkungan dan tidak mengurangi keindahan lingkungan.
Jarak dari sumber air bersih dan air kotor tidak kurang dari 10 m.
Konsep drainase
Utilitas air kotor dibedakan menjadi 2, air kotor dalam bangunan
yang berasal dari limbah rumah tangga (dapur, KM/WC, dan
wastafel). Yang dialirkan melalui saluran shaft yang selanjutnya
dialirkan ke luar bangunan.

Air kotor dari luar bangunan yang berasal dari air hujan, dialirkan
dari talang menuju selokan ke bak kontrol yang selanjutnya mengalir
ke riol kota.

91
5.11.4 Jaringan Listrik
Analisa pendekatan
Sumber aliran listrik pada bangunan berasal dari :
Aliran listrik dari PLN.
Aliran listrik dari genset sebagai sumber listrik cadangan.
Konsep jaringan listrik
Sumber tenaga listrik yang digunakan adalah dari PLN dengan generator
(genset) sebagai sumber listrik cadangan dalam keadaan darurat. Dalam
penggunaannya menggunakan sistem automatic Switch yang berfungsi
secara otomatis menghidupkan genset pada waktu listrik yang berasal
dari PLN mengalami pemadaman. Sedangkan untuk jaringan listrik yang
berhubungan dengan komputer, dilengkapi dengan UPS.
5.11.5 Pencahayaan
Analisa pendekatan
Dasar pertimbangan :
Pencahayaan alami
Pencahayaan alami melalui bukaan jendela ataupun atap (sky light).
Pencahayaan buatan
Pencahayaan buatan dengan lampu yang penggunaannya sesuai
dengan kebutuhan ruang, untuk area pameran pencahayaan buatan
dipakai untuk menimbulkan kesan tertentu.
Konsep pencahayaan
Jenis pencahayaan yang digunakan :
Fluorescense
Digunakan pada ruang-ruang yang menuntut kuat penerangan tinggi.
Sehingga dipilih fluorescence jenis daylight atau white deluxe
dengan berbagai kuat penerangansesuai dengan kebutuhan, seperti
koridor, ruang pameran, hall, ruang perpustakaan, café.

92
Lampu pijar
Digunakan pada ruang-ruang yang menuntut kuat penerangan
sedang, seperti lavatory, shaft, sanitor.
Special lighting (spot light, armature arcilite)
Digunakan pada ruang-ruang yang membutuhkan kuat penerangan
khusus untuk menciptakan suasana khusus, seperti ruang pameran,
ruang seminar dan hall.

5.11.6 Sistem Penangkal Petir


Analisa pendekatan
Petir merupakan gejala listrik. Bila proses kondensi di angkasa dan
udara naik ke atas pada kecepatan angina tertentu akan melahirkan titik-
titik air yang bergesekan dan menimbulkan muatan-muatan listrik.
Sambaran petir mempunyai kemampuan merusak yang sangat berat dan
merugikan bagi obyek-obyek di bumi :
1. Merusak secara mekanik berupa hancurnya bangunan-bangunan
tinggi maupun bangunan-bangunan rendah.
2. Meledakkan, membakar dan memanaskan pada tangki minyak atau
gas maupun bahan peledak serta kebakaran hutan.

1. sistem Franklin (sistem konvensional)


sebuah batang runcing dari bahan cooper spit yang dipasang pada
paling atas bangunan, dan dihubungkan dengan batang tembaga
menuju elektroda tanah (mencapai permukaan air). Daerah yang
dilindungi dari sambaran petir berbentuk segitiga kerucut dengan
ujung penyalur petir pada puncaknya. Sistem ini hanya

93
menggunakan sebuah spit penangkal petir yang dipasang pada
tempat tertinggi.
2. sistem Faraday (sangkar faraday)
pada prinsipnya seperti franklin tetapi dibuat memanjang atau
berbentuk sangkar sehingga jangkauan lebih luas. Sistem ini dipakai
pada bangunan yang mempunyai atap yang luas. Dalam satu
bangunan menggunakan lebih dari 4 spit sebagai penangkal petir.
3. sistem Radio Aktif
sistem ini sangat cocok jika digunakan pada bangunan tinggi. Satu
bangunan cukup menggunakan sebuah penangkal petir. Alatnya
disebut preventor, yang bekerja berdasarkan reaksi netralisasi ion
dengan menggunakan bahan radio aktif.
Konsep penangkal petir
Sistem penangkal petir yang digunakan adalah sistem Faraday, yang
terdiri dari :
alat penerima setinggi 30cm pada jarak setiap 8 m di atas bangunan.
Kawat horizontal dan vertikal menuju tanah.

5.11.7 Sistem Pencegahan Kebakaran


Analisa pendekatan
Tujuan adanya sistem pencegahan kebakaran adalah :
a. Memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengunjung.
b. Memberikan proteksi dan peringatan dini terhadap bahaya kebakaran
bagi pemakai bangunan.
c. Memberikan sistem penyelamatan yang efektif bila terjadi
kebakaran.
d. Melindungi alat-alat maupun barang-barang di dalam bangunan dari
bahaya kebakaran.
Sistem deteksi awal terdiri dari (Poerbo, 1995 : 72-73) :

94
a. Alat deteksi asap (Smoke Detector)
Mempunyai kepekaan yang tinggi dan akan membunyikan alarm
bila terjadi asap di ruang tempat alat itu terpasang.
b. Alat deteksi nyala api (Flame Detector)
Dapat mendeteksi adanya nyala api yang tidak terkendali dengan
cara menangkap sinar ultra violet yang dipancarkan nyala api
tersebut.
c. Alat deteksi panas (Heat Detector)
Dapat membedakan adanya bahaya kebakaran dengan cara
membedakan kenaikan temperatur yang terjadi di ruangan.
Sistem deteksi awal bahaya (Early Warning Fire Detection),
yang secara otomatis memberikan alarm bahaya atau langsung
mengaktifkan alat pemadam, dibagi atas 2 bagian yaitu sistem otomatis
dan sistem semi otomatis. Cara kerja pemadam kebakaran instalasi
tetap :
1. Sistem otomatis

Api Alat deteksi Panel alarm Sistem start Alat pemadam


aktif

2. Sistem Manual

Api Alat Manusia Panel Sistem Alat pemadam


deteksi alarm start aktif

Konsep pemadam kebakaran


Sistem pengamanan terhadap bahaya kebakaran
Sistem pengamanan yang digunakan adalah :
Fire alarm sistem
Splinker sistem

95
Exhauser
Fire extinghuiser
Hydrant
Tangga darurat

96

Anda mungkin juga menyukai