Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sterilisasi adalah sebuah proses yang dirancang untuk mencapai
keadaan steril. Menurut Fardiaz (1992) Steril adalah suatu keadaan dimana
suatu zat bebas dari mikroba hidup, baik yang patogen (menimbulkan
penyakit) maupun apatogen/non patogen (tidak menimbulkan penyakit), baik
dalam bentuk vegetatif (siap untuk berkembang biak) maupun dalam bentuk
spora (dalam keadaan statis, tidak dapat berkembangbiak, tetapi melindungi
diri dengan lapisan pelindung yang kuat).
Sediaan farmasi tidak hanya sebatas sediaan padat, semi padat, dan
cair. Selain itu terdapat juga sediaan galenik dan sediaan steril. Salah satu
bentuk sediaan steril adalah injeksi. Menurut FI III (1979), Injeksi adalah
sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan yang
disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit
atau selaput. Pemberian obat lewat suntikan atau di injeksikan disebut dengan
pemberian parenteral.
Pada umumnya pemberian dengan cara parenteral dilakukan bila
diinginkan kerja obat yang cepat seperti pada keadaan gawat, bila penderita
tidak dapat diajak bekerja sama dengan baik, tidak sadar, tidak dapat atau
tidak tahan menerima pengobatan melalui mulut (oral) atau bila obat itu
sendiri tidak efektif dengan cara pemberian lain. Sediaan parental, bisa
diberikan dengan berbagai rute : intra vena (i.v), sub cutan (s.c), intradermal,
intramuskular (i.m), intra articular, dan intrathecal. Bentuk sediaan sangat
mempengaruhi cara (rute) pemberian.
Pada praktikum ini dilakukan formulasi sediaan antibiotik dalam
bentuk injeksi dry power (serbuk) yang akan direkonstitusi melalui rute
intravena. Pada sediaan ini dbuat dalam bentuk rekonstitusi, menurtu Ansel
(1985) antibiotik tidak stabil bila ada komponen cair, sehingga dibentuk
dalam sediaan kering.
Adapun zat aktif yang digunakan yaitu Ampisilin dalam bentuk
garamnya. Menurut Sweetman (2006) karena dalam bentuk garamnya,
ampisilin lebih mudah larut dalam air. Maka pada praktikum kali ini, kami
membuat sediaan steril injeksi dry powder (Serbuk) rekonstitusi dengan zat
aktif ampisilin sodium yang di indikasikan untuk infeksi saluran pernafasan.
I.2 Tujuan Praktikum
Adapun Tujuan praktikum yaitu Untuk mengetahui dan memahami cara
formulasi sterilisasi, pewadahan dan evaluasi dari sediaan injeksi dengan zat
aktif Ampisilin.
I.3 Manfaat Praktikum
Adapun Manfaat praktikum yaitu Mampu mengetahui dan memahami cara
formulasi sterilisasi, pewadahan dan evaluasi dari sediaan injeksi dengan zat
aktif Ampisilin.

Anda mungkin juga menyukai