Anda di halaman 1dari 3

PELAYANAN PASIEN KUSTA

No dokumen :

No. Revisi :

TanggalTerbit:
SOP
Halaman:

Puskesmas Ismail T. Akaseh


Telaga NIP.197512281996021003

Penyakit kusta adalah penyakit menular menahun disebabkan oleh kuman

Definisi kusta (micobacteriumleprae ) yang menyerang kulit dan saraf tepi.

Tujuan Sebagai pedoman didalam memberikan pelayanan pasien Kusta

Depkes RI. Buku PedomanNasional Pemberantasan Penyakit Kusta. Jakarta:


Referensi Depkes Dirjen P2PL, 2006.

PROSEDUR a. Paramedis melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari cardinal sign


terhadap pasien :
Periksa pandang :

 Memeriksa penderita di tempat yang aman, untuk menjaga privasi,


ruangan cukup sinar matahari tidak langsung.
 Menyiapkan sarung bagi penderita yang tidak memakai celana pendek
 Menyiapkan :kapas yang diruncingkan, alat tulis, kartu penderita
kusta, kartu pencegah kecacatan / POD, kartu monitoring, buku
register kusta, alat bantu pencegahan kecacatan.
 Petugas mencuci tangan.
 Meminta kepada penderita agar melepas pakaian yang menutupi
badannya.
 Penderita disuruh berdiri menghadap pada petugas dengan sinar
matahari tidak langsung mengenai arah depan penderita.
 Melihat / memandang penderita secara sistematis dari ujung rambut
sampai ujung kaki, kelainan dicatat.
 Melihat / memandang penderita dari arah belakang dengan cara
penderita disuruh berbalik. Semua kelainan dicatat pada kartu
penderita kusta.
 Kelainan yang timbul dan belum sampai 6 bulan menandakan adanya
reaksi dan perlu pengobatan Prednison.
Periksa rasa raba.

 Penderita disuruh duduk mengahadap petugas.


 Petugas memegang kapas yang telah di runcingkan.
 Memeriksa adanya mati rasa pada semua bercak dengan cara
menyentuh bercak dengan ujung kapas yang runcing.
 Sedapat mengkin penderita tidak melihat setiap sentuhan kapas untuk
menghindari tipuan penderita.
 Membandingkan dengan kulit yang normal.
 Menggambar setiap bercak yang ada secara berurutan dari atas
kebawah pada kartu penderita kusta.
Periksa adanya penebalan syaraf dan nyeritekan.

 N. Auricularis Magnus
- Penderita dianjurkan memandang sendi bahu kiri untuk melihat
adanya penebalan syaraf Auricularis Magnus pada leher kanan,
pandang dan raba adanya penebalan syaraf akan kelihatan dan
teraba.
- Untuk memeriksa nervus Auricularis Magnus kiri penderita
dianjurkan memandang sendi bahu kanan, petugas melakukan hal
yang sama dengan nmemeriksa nerves kanan.
 N. Ulnaris
 Kanan
- Petugas memegang tangan kanan penderita dengan tangan kanan
petugas. Tangan kiri meraba adanya penebalan syaraf di siku kanan
penderita, merasakan adanya penebalan syaraf dan mencari adanya
nyri tekan dengan telunjuk dan tengah petugas.
 Kiri
- Petugas memegang tangan kiri penderita dengan tangan kiri
petugas.
- Tangan kanan petugas mencari adanya penebalan dan nyeri tekan
pada siku kiri dengan jari telunjuk & jari tengah.
- Kelainan dicatat / gambar pada kartu penderita kusta.
 N. Medianus
- Pemeriksaan N. Medianus kelainannya diketahui dengan penurunan
fungsi organ yang di syaraf pada jari kelingking dan jari manis.
 N. Peroneus
- Tangan kanan petugas meraba saraf Peroneus kiri penderita,
tangan kiri petugas meraba syaraf Peroneus kanan penderita.
- Petugas mencari adanya penebalan syaraf dan nyeri tekan kelainan
di catat / gambar pada kartu kusta.
 N. Tibialis Posterior
- Petugas duduk di depanpenderita.
- Telunjuk tangan kanan meraba dan mencari adanya nyeri tekan pada
belakang mata kaki sebelah dalam kaki kanan penderita.
- Pada saat bersamaan tangan kiri mencari adanya penebalan dan
nyeri tekan pada kaki kiri.
- Kelainan di catat / gambar pada kartu penderita kusta.
b. Dokter / peramedis Mengklasifikasikan tipe Kusta PB atau MB.
Tipe PB Tipe MB

Bercak 1 – 5 >5

Kelaman fungsi syaraf 1 2 ataulebih

Laboratorium BTA (-) Laboratorium BTA (+)

c. Dokter memberikan terapi


 PB diobati dengan MDT 6 bulan.
 MB diobati dengan MDT 12 bulan.
- Memberikan obat dosis bulanan kepada penderita agar langsung
diminum di depan petugas.
- Dosis harian dibawa pulang.
d. Medis atau paramedic memberikan KIE berupa
 Pasien agar berkunjung kembali setiap obat habis.
 Melaporkan pada petugas kalau ada tanda-tanda reaksi.
 Agar penderita menghindari stress fisik maupun mental, cukup gizi,
perilaku hidup bersih dan sehat.
 Bila ada kecacatan petugas memperagakan cara perawatan diri di
rumah.
e. Medis memberikan rujukan kerumah sakit bila diperlukan.
f. Medis memberikan pengantar laboratorium bila diperlukan
g. Medis / Paramedis mengingatkan pasien untuk control kembali sesuai
waktu yang telah disepakati.
h. Setelah mendapatkan terapi maka Pasien mengambil obat di apotek.

1. Unit Pendaftaran dan Rekam Medis


2. Unit Gawat Darurat

Unit terkait 3. Unit Rawat Inap


4. Apotek
5. Laboratorium

Anda mungkin juga menyukai