Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PADA PT KERETA

API INDONESIA (KAI) PERSERO PALEMBANG

DISUSUN OLEH:

NAMA : SOBIRIN
DOSEN : Dr. FAKHRY ZAMZAM, M.M
PRODI : MAGISTER MANAGEMENT

UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI


2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam dunia yang semakin berkembang ini, sudah pastinya kita sudah

sering kali mendengar kata resiko dalam kehidupan sehari-hari kita. Resiko

merupakan bagian dari kehidupan kerja individual maupun organisasi. Berbagai

macam resiko, seperti resiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain di jalan, resiko

terkena banjir di musim hujan dan sebagainya, dapat menyebabkan kita

menanggung kerugian jika resiko - resiko tersebut tidak kita antisipasi dari awal.

Resiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat

mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Sebagaimana kita pahami

dan sepakati bersama bahwa tujuan perusahaan adalah membangun dan

memperluas keuntungan kompetitif organisasi.

Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau

tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang

tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Menurut

Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan

dikenal dengan istilah peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang

menimbulkan akibat yang merugikan disebut dengan istilah risiko (risk). Dalam

beberapa tahun terakhir, manajemen resiko menjadi trend utama baik dalam
perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja. Hal ini secara konkret

menunjukkan pentingnya manajemen resiko dalam bisnis pada masa kini.

Oleh sebab itu resiko sangat perlu diolah karena resiko mengandung biaya

yang tidak sedikit. Bayangkan suatu kejadian di mana suatu perusahaan sepatu

yang mengalami kebakaran. Kerugian langsung dari peristiwa tersebut adalah

kerugian finansial akibat asset yang terbakar (misalnya gedung, material, sepatu

setengah jadi, maupun sepatu yang siap untuk dijual). Namun juga dilihat

kerugian tidak langsungnya, seperti tidak bisa beroperasinya perusahaan selama

beberapa bulan sehingga menghentikan arus kas. Akibat lainnya adalah macetnya

pembayaran hutang kepada supplier dan kreditor karena terhentinya arus kas yang

akhirnya akan menurunkan kredibilitas dan hubungan baik perusahaan dengan

partner bisnis tersebut.

Resiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen

resiko. Peran dari manajemen resiko diharapkan dapat mengantisipasi terjadinya

resiko yang sangat berlebihan yang dapat membuat perusahaan gulung tikar, oleh

sebab itu kita perlu melakukan ha-hal yang lebih terarah, salah satunya dengan

mengukur dimensi resiko yang akan terjadi pada diri sendiri pada khususnya dan

pada perusahaan pada umumnya.

Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama

pembangunan jalan KA di desa Kemijen, Jum’at tanggal 17 Juni 1864 oleh

Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele.

Pembangunan diprakarsai oleh Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische

Spoorweg Maatschappij (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari
Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas

jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada hari Sabtu, 10 Agustus 1867.

Keberhasilan swasta, NV. NISM membangun jalan KA antara Kemijen –

Tanggung, yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan

kota Semarang – Surakarta (110 Km), akhirnya mendorong minat investor untuk

membangun jalan KA di daerah lainnya. Tidak mengherankan, kalau pertumbuhan

panjang jalan rel antara 1864 – 1900 tumbuh de-ngan pesat. Kalau tahun 1867

baru 25 Km, tahun 1870 menjadi 110 Km, tahun 1880 mencapai 405 Km, tahun

1890 menjadi 1.427 Km dan pada tahun 1900 menjadi 3.338 Km. Selain di Jawa,

pembangunan jalan KA juga dilakukan di Aceh (1874), Sumatera Utara (1886),

Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), bahkan tahun 1922 di Sulawasi

juga telah dibangun jalan KA sepanjang 47 Km antara Makasar-Takalar, yang

pengoperasiannya dilakukan tanggal 1 Juli 1923, sisanya Ujungpandang – Maros

belum sempat diselesaikan. Sedangkan di Kalimantan, meskipun belum sempat

dibangun, studi jalan KA Pontianak – Sambas (220 Km) sudah diselesaikan.

Demikian juga di pulau Bali dan Lombok, pernah dilakukan studi pembangunan

jalan KA.

Didalam suatu organisasi setiap aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan

selalu akan bertemu dengan ketidakpastian, sehingga ketidakpastian dalam bisnis

akan menimbulkan risiko yang akan memberikan ancaman (biaya, kerugian dll)

bagi perusahaan. Oleh karena itu setiap risiko yang terjadi didalam aktivitas bisnis

harus senantiasa diminimalisasi. Dengan demikian untuk meminimalisasi risiko,

perusahaan menerapkan pengendalian risiko karena dengan adanya penerapan


pengendalian risiko yang efektif dapat menjadi hal yang baik bagi perusahaan

untuk mencapai tujuannya.

Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau

tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang

tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Menurut

Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan

dikenal dengan istilah peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang

menimbulkan akibat yang merugikan disebut dengan istilah resiko (risk). Dalam

beberapa tahun terakhir, manajemen resiko menjadi trend utama baik dalam

perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja. Hal ini secara konkret

menunjukkan pentingnya manajemen resiko dalam bisnis pada masa kini.

Resiko harus dikelola karena resiko mengandung biaya yang tidak sedikit.

Bayangkan suatu kejadian di mana suatu perusahaan sepatu yang mengalami

kebakaran. Kerugian langsung dari peristiwa tersebut adalah kerugian finansial

akibat asset yang terbakar. Namun juga dilihat kerugian tidak langsungnya, seperti

tidak bisa beroperasinya perusahaan selama beberapa bulan sehingga

menghentikan arus kas. Akibat lainnya adalah macetnya pembayaran hutang

kepada supplier dan kreditor karena terhentinya arus kas yang akhirnya akan

menurunkan kredibilitas dan hubungan baik perusahaan dengan partner bisnis

tersebut.

PT Kereta Api Indonesia (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha

Milik Negara (BUMN) yang bergerak pada bidang transportasi. Satuan

pengawasan internal sebagai bagian dari BUMN yang melaksanakan fungsi


pengendalian dan pengawasan mau tidak mau harus meningkatkan perannya,

sehingga keberadaanya dapat menunjang profesionalitas BUMN. Pengendalian

risiko secara umum diartikan sebagai suatu kejadian/kondisi yang berkaitan

dengan hambatan dalam pencapaian tujuan. Pengertian risiko berkaitan dengan

adanya tujuan, sehingga apabila tidak ada tujuan yang ditetapkan maka tidak ada

risiko yang harus dihadapi.

Risiko yang terjadi didalam PT Kereta Api Indonesia (Persero) merupakan

bagian yang tak terpisahkan dari proses organisasi, pengendalian risiko menjadi

bagian yang tak terpisahkan dari tanggung jawab manajemen, dalam memastikan

tercapainya sasaran organisasi. Sehingga pengendalian risiko dapat meningkatkan

efektifitas dan efesiensi manajemen, karena semua risiko yang dapat menghambat

proses organisasi telah diidentifikasikan dengan baik, maka cara untuk mengatasi

gangguan kelancaran proses organisasi telah diantisipasi sebelumnya, sehingga

bila gangguan tersebut memang terjadi maka organisasi telah siap untuk

menanganinya dengan baik.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka dapat peneliti tetapkan

identifikasi masalah yang ada yaitu lemahnya penerapan manajemen risiko pada

PT Kereta Api Indonesia.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan sebelumnya, maka yang

menjadi masalah utama pada PT Kereta Api Indonesia (KAI) ini adalah sebagai

berikut:
1. Bagaimanakah penerapan manajemen risiko yang diterapkan pada PT

Kereta Api Indonesia (Persero) Tbk dalam meminimalisir risiko?

2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen risiko pada Kereta

Api ndonesia (Persero) Tbk?

1.4. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian, maka tujuan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penerapan manajemen risiko yang diterapkan pada PT

Kereta Api Indonesia (Persero) Tbk dalam meminimalisir risiko?

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen risiko

pada Kereta Api ndonesia (Persero) Tbk?

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas yaitu

sebagai berikut:

1. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan untuk

berfikir secara kritis dan sistematis serta dapat mengetahui tentang

manajemen risiko.

2. Secara Praktis, penelitian ini menjadi bentuk kontribusi yang positif dan

referensi sebagai berikut:

a) Bagi perusahaan bisa dijadikan bahan masukan dan pertimbangan

dalam menerapkan manajemen risiko yang terjadi pada PT Kereta Api

Indonesia (Persero) Tbk.


b) Bagi peneliti selanjutnya, dapat menambah kajian pustaka yang baru

dan menambah pengetahuan dan pemahaman ilmu manajemen.

Anda mungkin juga menyukai