Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SANKSI PERPAJAKAN
(diajukan untuk melengkapi tugas mata kuliah Perpajakan)
OLEH
INA WAHYUNI

DOSEN PENGAMPU : BALIK JAYA,


EKONOMI SYARIAH V

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM TULANG BAWANG


TAHUN AJARAN 2017 / 2018

i
ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bangsa Indonsia merupakan salah satu dari negara yang mempunyai jumlah
penduduk yang sangat banyak. Menurut data yang terakhir sumber penghasilan
bangsa Indonesia ini 95% adalah dari sektor Pajak. Dikarenakan jumlah penduduk
yang sangat banyak yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Jadi, Wajib Pajak di
Inonesia juga sangat banyak. Sedangkan Pajak sendiri mempunyai jenis atau
macamnya sendiri. Sehingga secara tidak di sadari oleh Wajib Pajak masyarakat
Indonesia maka dengan sendirinya mereka telah membayar Pajak berdasarkan
jenis atau macamnya Pajak itu sendiri.

Dengan banyaknya jenis pajak di Indonesia membuat para wajib pajak tidak
begitu paham mengenai pajak. Hal itulah yang menyebabkan wajib pajak yang
memenuhi kewajibannya membayar pajak sangat sedikit. Sehingga sanksi pajak di
berlakukan kepada para wajib pajak.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang kami ambil
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1.2.1 Apa yang di maksud dengan Sanksi Pajak ?

1.2.2 Apa saja sanksi pajak di Indonesia ?

1.2.3 Apa saja pengecualian sanksi pajak di Indonesia ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui pengetahuan sanksi pajak


1.3.2 Untuk mengetahui macam-macam sanksi pajak
1.3.3 Untuk mengeahui pengecualian sanksi pajak

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 MENGENAL SANKSI PAJAK

Pengetahuan tentang sanksi dalam perpajakan menjadi penting karena


pemerintah lndonesia memilih menerapkan self assessment system dalam
rangka pelaksanaan pemungutan pajak. Berdasarkan sistem ini, wajib pajak
diberikan kepercayaan untuk menghitung menyetor, dan melaporkan pajaknya
sendiri. Untuk dapat menjalankannya dengan baik, maka setiap wajib pajak
memerlukan pengetahuan pajak, baik dari segi peraturan maupun teknis
administrasinya. Agar pelaksanaannya dapat tertib dan sesuai dengan target yang
diharapkan, pemerintah telah menyiapkan rambu-rambu yang diatur dalam UU
Perpajakan yang berlaku.

Dari sudut pandang yuridis, pajak memang mengandung unsur pemaksaan.


Artinya, jika kewaiiban perpajakan tidak dilaksanakan, maka ada konsekuensi
hukum yang bisa terjadi. Konsekuensi hukum tersebut adalah pengenaan sanksi-
sanksi perpajakan.

Pada hakikatnya, pengenaan sanksi perpajakan diberlakukan untuk


menciptakan kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya. Itulah sebabnya, penting bagi Wajib pajak memahami sanksi-
sanksi perpajakan sehingga mengetahui konsekuensi hukum dari apa yang
dilakukan ataupun tidak dilakukan. Untuk dapat memberikan gambaran mengenai
hal-hal apa saja yang perlu dihindari agar tidak dikenai sanksi perpajakan, di
bawah ini akan diuraikan tentang jenis-jenis sanksi perpajakan dan perihal
pengenaannya.

2
2.2 MACAM- MACAM SANKSI PAJAK

Ada 2 macam Sanksi perpajakan,

1. Sanksi Administrasi

Sanksi administrasi merupakan sanksi yang di kenakan pada wajib pajak yang
terkena sanksi pajak berupa pemungutan dana. Sanksi administrasi atau sanksi
pungutan dana ini di bagi menjadi 3 yaitu :

A. Sanksi Adrninistrasi Berupa Denda

Sanksi denda adalah jenis sanksi yang paling banyak ditemukan dalam UU
perpajakan. Terkait besarannya denda dapat ditetapkan sebesar jumlah tertentu,
persentase dari jumlah tertentu, atau suatu angka perkalian dari jumlah tertentu.

Pada sejumlah pelanggaran, sanksi denda ini akan ditambah dengan sanksi
pidana. Pelanggaran yang juga dikenai sanksi pidana ini adalah pelanggaran yang
sifatnya alpa atau disengaja. dimuat hal-hal yang dapat menyebabkan sanksi
administrasi berupa denda, bentuk pengenaan denda, dan besarnya denda.1

Sanksi denda:

No Pasal Masalah Sanksi Keterangan

1 7 (1) SPT Terlambat disampaikan :

Rp100.000
a. Masa PPN atau Per SPT
Rp500.000

Rp100.000
b. Tahunan PPh atau Rp Per SPT
1.000.000

1
http://fairybluealcsj.blogspot.co.id/2016/04/sanksi-administrasi-dan-sanksi-
pidana.html

3
No Pasal Masalah Sanksi Keterangan

Dari jumlah
pajak yang
2 8 (3) Pembetulan sendiri dan belum disidik 150%
kurang
dibayar

pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai


PKP, tetapi tidak membuat faktur pajak
3 14 (4) 2% Dari DPP
atau membuat faktur pajak, tetapi tidak
tepat waktu;

pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai


PKP yang tidak mengisi faktur pajak 2% Dari DPP
secara lengkap

PKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai


2% Dari DPP
dengan masa penerbitan faktur pajak

B. Sanksi Aministrasi Berupa Bunga

Sanksi administrasi berupa bunga dikenakan atas pelanggaran yang


menyebabkan utang pajak menjadi lebih besar. Jumlah bunga dihitung
berdasarkan persentase tertentu dari suatu jumlah, mulai dari saat bunga itu
menjadi hak/kewajiban sampai dengan saat diterima dibayarkan.

Terdapat beberapa perbedaan dalam menghitung bunga utang biasa


dengan bunga utang paiak. Penghitungan bunga utang pada umumnya
menerapkan bunga majemuk (bunga berbunga). Sementara, sanksi bunga dalam
ketentuan pajak tidak dihitung berdasarkan bunga majemuk.

Besarnya bunga akan dihitung secara tetap dari pokok pajak yang
tidak/kurang dibayar. Tetapi, dalam hal Waiib Paiak hanya membayar sebagian
atau tidak membayar sanksi bunga yang terdapat dalam surat ketetapan pajak yang
telah diterbitkan, maka sanksi bunga tersebut dapat ditagih kembali dengan
disertai bunga lagi.

4
Perbedaan lainnya dengan bunga utang pada umumnya adalah sanksi
bunga dalam ketentuan perpajakan pada dasarnya dihitung 1 (satu) bulan penuh.

Dengan kata lain, bagian dari bulan dihitung 1 (satu) bulan penuh atau
tidak dihitung secara harian. Untuk mengetahui lebih ielas mengenai hal-hal yang
dapat menyebabkan sanksi bunga dan penghitungan besarnya bunga dalam pajak.

Sanksi bunga:

No Pasal Masalah Sanksi Keterangan

Per bulan,
dari jumlah
1. 8 (2 dan 2a) Pembetulan SPT Masa dan Tahunan 2% pajak yang
kurang
dibayar

Per bulan,
Keterlambatan pembayaran pajak masa dari jumlah
2. 9 (2a dan 2b) 2%
dan tahunan pajak
terutang

Per bulan,
dari jumlah
Kekurangan pembayaran pajak dalam
3. 13 (2) 2% kurang
SKPKB
dibayar, max
24 bulan

Dari jumlah
SKPKB diterbitkan setelah lewat waktu
paak yang
5 tahun karena adanya tindak pidana
4. 13 (5) 48% tidak mau
perpajakan maupun tindak pidana
atau kurang
lainnya
dibayar.

Per bulan,
a. PPh tahun berjalan tidak/kurang dari jumlah
5. 14 (3) 2% pajak tidak/
bayar
kurang
dibayr, max

5
No Pasal Masalah Sanksi Keterangan

24 bulan

Per bulan,
dari jumlah
pajak tidak/
b. SPT kurang bayar 2%
kurang
dibayr, max
24 bulan

Per bulan,
dari jumlah
PKP yang gagal berproduksi dan telah pajak tidak/
14 (5) 2%
diberikan pengembalian Pajak Masukan kurang
dibayr, max
24 bulan

Dari jumlah
SKPKBT diterbitkan setelah lewat
pajak yang
waktu 5 tahun karena adanya tindak
6. 15 (4) 48% tidak atau
pidana perpajakan maupun tindak
kurang
pidana lainnya
dibayar

Per bulan,
SKPKB/T, SK Pembetulan, SK atas jumlah
Keberatan, Putusan Banding yang pajak yang
7. 19 (1) 2%
menyebabkan kurang bayar terlambat tidak atau
dibayar kurang
dibayar

Per bulan,
bagian dari
bulan
8. 19 (2) Mengangsur atau menunda 2%
dihitung
penuh 1
bulan

Kekurangan pajak akibat penundaan Atas


9. 19 (3) 2%
SPT kekurangan

6
No Pasal Masalah Sanksi Keterangan

pembayaran
pajak

C. Sanksi Administrasi Berupa Kenaikan

Jika melihat bentuknya, bisa jadi sanksi administrasi berupa kenaikan


adalah sanksi yang paling ditakuti oleh wajib Pajak. Hal ini karena bila dikenakan
sanksi tersebut, jumlah pajak yang harus dibayar bisa menjadi berlipat ganda.
Sanksi berupa kenaikan pada dasarnya dihitung dengan angka persentase tertentu
dari jumlah pajak yang tidak kurang dibayar.

Jika dilihat dari penyebabnya, sanksi kenaikan biasanya dikenakan karena


Wajib Pajak tidak memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam
menghitung jumlah pajak terutang.

Sanksi kenaikan:

No Pasal Masalah Sanksi Keterangan

Dari pajak
Pengungkapan ketidak benaran SPT sebelum
1. 8 (5) 50% yang kurang
terbitnya SKP
dibayar

Apabila: SPT tidak disampaikan sebagaimana


disebut dalam surat teguran, PPN/PPnBM yang
2. 13 (3)
tidak seharusnya dikompensasikan atau tidak
tarif 0%, tidak terpenuhinya Pasal 28 dan 29

Dari PPh
yang tidak/
a. PPh yang tidak atau kurang dibayar 50%
kurang
dibayar

7
No Pasal Masalah Sanksi Keterangan

Dari PPh
yang tidak/
b. tidak/kurang dipotong/ dipungut/ disetorkan 100% kurang
dipotong/
dipungut

Dari PPN/
PPnBM
c. PPN/PPnBM tidak atau kurang dibayar 100% yang tidak
atau kurang
dibayar

Dari jumlah
kekurangan
3. 15 (2) Kekurangan pajak pada SKPKBT 100%
pajak
tersebut

2. SANKSI PIDANA

Kita sering mendengar isilah sanksi pidana dalam peradilan umum. Dalam
perpajakan pun dikenai adanya sanksi pidana. UU KUP menyatakan bahwa pada
dasarnya, pengenaan sanksi pidana merupakan upaya terakhir untuk
meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.

Namun, pemerintah masih memberikan keringanan dalam pemberlakuan


sanksi pidana dalam pajak, yaitu bagi Wajib Pajak yang baru pertama kali
melanggar ketentuan Pasal 38 UU KUB tidak dikenai sanksi pidana, tetapi dikenai
sanksi administrasi. Pelanggaran Pasal 38 UU KUP adalah tidak menyampaikan
SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara.

Hukum pidana diterapkan karena adanya tindak pelanggaran dan tindak


kejahatan. Sehubungan dengan itu, di bidang perpajakan, tindak pelanggaran

8
disebut dengan kealpaan, yaitu tidak sengaja, lalai, tidak hati-hati, atau kurang
mengindahkan kewajiban pajak sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara. Sedangkan tindak kejahatan adalah tindakan dengan sengaja
tidak mengindahkan kewajiban pajak sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara.

Meski dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tindak


pidana di bidang perpajakan tidak dapat dituntut setelah jangka waktu 10
(sepuluh) tahun terlampaui. Jangka waktu ini dihitung sejak saat terutangnya
pajak, berakhirnya masa pajak, berakhirnya bagian tahun pajak, atau berakhirnya
tahun pajak yang bersangkutan. Penetapan jangka waktu 10 (sepuluh) tahun ini
disesuaikan dengan daluarsa penyimpanan dokumen-dokumen perpajakan yang
dijadikan dasar penghitungan jumlah pajak yang terutang, yaitu selama 10
(sepuluh) tahun.

Dalam UU Perpajakan Indonesia, ketentuan mengenai sanksi pidana pada


intinya diatur dalam Bab VIII UU KUP sebagai hukum pajak format. Namun,
dalam UU Perpajakan lainnya, dapat juga diatur sanksi pidana. Sanksi pidana
biasanya disertai dengan sanksi administrasi berupa denda, walaupun tidak selalu
ada.

Sanksi Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan

a. 38 ayat (1) = Setiap orang yang karena kealpaannya :

- tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT); atau


- menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
melampirkan keterangan yang isinya tidak benar,

Sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana dengan


pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan atau denda paling tinggi 2 (dua)
kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

9
b. 39 ayat (1) = Setiap orang yang dengan sengaja :

- tidak mendaftarkan diri, atau menyalahgunakan, atau menggunakan tanpa hak


Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
(PKP); atau

- tidak menyampaikan SPT; atau menyampaikan SPT dan atau keterangan yang
isinya tidak benar atau tidak lengkap; atau

- menolak untuk dilakukan pemeriksaan; atau

- memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau


dipalsukan seolah-olah benar; atau

- tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak memperlihatkan atau


tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lainnya; atau

- tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut,

sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara, di pidana dengan


pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling tinggi 4 (empat) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

c. 39 ayat (2) = Apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang


perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalani
pidana penjara yang dijatuhkan, dikenakan pidana 2 (dua) kali lipat dari ancaman
pidana yang diatur sebagaimana butir b.

d. 39 ayat (3) = Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak
pidana menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau Pengukuhan
PKP, atau menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau
tidak lengkap dalam rangka mengajukan permohonan restitusi atau melakukan
kompensasi pajak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan

10
denda paling tinggi 4 (empat) kali jumlah restitusi yang dimohon dan atau
kompensasi yang dilakukan oleh Wajib Pajak.

Sanksi tindak pidana berlaku juga bagi wakil, kuasa, atau pegawai dari Wajib
Pajak, yang menyuruh melakukan, yang turut serta melakukan, yang
menganjurkan, atau yang membantu melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan.2

Daluwarsa Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan

Tindak pidana di bidang perpajakan tidak dapat dituntut setelah lampau waktu
sepuluh tahun sejak saat terutangnya pajak, berakhirnya Masa Pajak, berakhirnya
Bagian Tahun Pajak, atau berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan.

Delik Aduan Dan Sanksinya

Setiap pejabat baik petugas pajak maupun mereka yang melakukan tugas di
bidang perpajakan, dilarang mengungkapkan kerahasiaan WP yang menyangkut
masalah perpajakan.

Pelanggaran atas larangan mengungkapkan kerahasiaan WP tersebut dapat


diancam sanksi pidana sebagai berikut:

a. Pejabat yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal


kerahasiaan Wajib Pajak, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)
tahun dan denda paling banyak Rp. 4.000.000,00 (empat juta rupiah).

b. Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang


yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp.10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah).

2
http://baskom2.blogspot.co.id/2011/12/makalah-perpajakan.html

11
Keterlibatan dan Sanksi bagi Pihak ketiga

- Setiap orang yang menurut ketentuan wajib memberikan keterangan atau bukti
yang diminta tetapi dengan sengaja tidak memberi keterangan atau bukti; atau
memberi keterangan atau bukti yang tidak benar, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh
juta rupiah).

- Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi atau mempersulit penyidikan


tindak pidana perpajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan denda paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

Ketentuan ini berlaku juga bagi yang menyuruh melakukan , yang menganjurkan
atau membantu melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.

12

Anda mungkin juga menyukai