Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini, kehidupan manusia telah memasuki abad ke-21, ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) berkembang dengan pesat. Perkembangan IPTEK tersebut
sangat membantu kehidupan manusia. Untuk mengimbangi perkembangan IPTEK
tersebut salah satunya harus memperhatikan masalah pendidikan. Karena
pendidikan merupakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa. Keberhasilan
suatu pendidikan salah satunya bergantung pada proses pembelajaran yang
digunakan.
Proses pembelajaran merupakan penentu keberhasilan dalam mencapai tujuan
pendidikan. Pendidikan juga memberikan penekanan yang mengajak peserta didik
untuk menemukan dan membangun pengetahuanya sendiri, tidak hanya
bertujuan memberikan materi pelajaran saja. Membangun pengetahuan sendiri
secara langsung peserta didik dapat mengembangkan kecakapan hidup (life skill)
dan siap untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan nyata.
Peserta didik dituntut mampu belajar secara mandiri serta mengalami perubahan
baik dalam pengetahuan, pemahaman, nilai dan sikap. Namun, pada kenyataanya
dari objek survei pelajar berusia 15 tahun di 41 negara, Indonesia menduduki
peringkat ke-38 untuk bidang studi IPA (Kemdikbud, 20012). Hal tersebut
menyatakan bahwa kemampuan dalam bidang IPA masih jauh ketinggalan
dengan negara lain.
Tidak jauh berbeda dengan hasil studi PISA (Program for International Student
Assesment) di tahun 2013 menunjukkan peringkat Indonesia menduduki peringkat
64 dari 65 negara. Pada umumnya peserta didik di Indonesia dapat menguasai
mata pelajaran IPA sampai level ketiga sedangkan negara lain banyak sampai level
keempat, lima dan enam pada level kognitif. Level ketiga merupakan pengetahuan
kognitif menerapkan, level keempat sebagai kemampuan menganalisis, level
kelima merupakan kemampuan mengevaluasi dan level keenam merupakan
kemampuan mencipta. Di dukung dari hasil studi TIMSS (Trends in International
Mathematics and Science Study) tahun 2012 menunjukkan peserta didik di Indonesia
berada renking sangat rendah yaitu peringkat 40 dari 42 negara pada bidang sains
dalam hal kemampuan pemecahan masalah (Kemdikbud,2012) Maka kesimpulan
dari hasil survei menyatakan bahwa kemampuan peserta didik dalam memahami
suatu masalah yang diberikan kurang terlaksana sesuai dengan level kemampuan
pemecahan masalah secara optimal dilakukan dalam pembelajaran.
Hasil keterampilan pemecahan masalah siswa perlu diukur untuk mengetahui
bagaimana dari pemberian inovasi-inovasi metode pembelajaran yang dilakukan.
Keterampilan pemecahan siswa juga perlu diukur dalam tujuan mengetahu
bagaimana kesiapan siswa dalam menghadapi tantangan abad 21. Penelitian ini
bertujuan untuk mengembangkan instrumen tes keterampilan pemecahan
masalah. Instrumen tes disusun berdasarkan lima indikator pada Robust Assessment
Instrument For Student Problem Solving yang dikembangkan oleh Doctor dan Heller
(2009). Indikator keterampilan pemecahan masalah tersebut adalah
visualisasi/deskripsi masalah, pendekatan fisika, aplikasi khusus konsep fisika,
prosedur matematika, dan kesimpulan logis.
Instrumen tes yang dikembangkan bertujuan untuk dapat mengukur
keterampilan pemecahan masalah siswa tingkat SMA pada mata pelajaran IPA
khususnya Fisika. Mengacu pada Permendikbud No. 58 tahun 2014 tentang
standar isi, terdapat kompetensi dasar yang berkaitan dengan materi Usaha dan
Energi.Pada penelitian ini, materi yang dipilih untuk dikembangkan dalam
instrumen tes keterampilan pemecahan masalah adalah materi Usaha dan Energi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana deskripsi indikator Instrumen Penilaian Problem Solving dalam
pembelajaran Fisika siswa SMA pada materi Usaha dan Energi?
2. Bagaimana kelayakan teoritis Instrumen Penilaian Problem Solving sebagai
assesment for learning dalam pembelajaran Fisika siswa SMA pada materi Usaha
dan Energi?
3. Bagaimana kelayakan teoritis Instrumen Penilaian Problem Solving sebagai
assesment for learning dalam pembelajaran Fisika siswa SMA pada materi Usaha
dan Energi?

C. Tujuan Penelitian
1. Deskripsi indikator instrumen Asesmen Problem Solving dalam pembelajaran
Fisika siswa SMA pada materi usaha dan energi.
2. Mendeskripsikan kelayakan empiris dari teoritis Instrumen Penilaian Problem
Solving sebagai assesment for learning dalam pembelajaran Fisika siswa SMA
pada materi Usaha dan Energi
3. Mendeskripsikan kelayakan empiris dari teoritis Instrumen Penilaian Problem
Solving sebagai assesment for learning dalam pembelajaran Fisika siswa SMA
pada materi Usaha dan Energi.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Bagi guru, instrumen tes yang telah dikembangkan dapat menjadi salah satu
referensi guru dalam melakukan penilaian untuk mengetahui kemampuan
problem solving siswa.
2. Bagi siswa, instrumen tes yang telah dikembangkan dapat menjadi salah satu
media untuk melatih dan mengembangkan serta mengukur kemampuan
problem solving mereka.
3. Bagi sekolah, instrumen tes yang telah dikembangkan dapat menjadi salah
satu referensi untuk meningkatkan kemampuan problem solving siswa
sehingga dapat membantu peningkatan mutu sekolah.
E. Definisi Istilah
Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah dalam
penelitian, maka diberikan definisi istilah sebagai berikut :
a. Menurut Arifin (2012), penilaian adalah suatu proses atau kegiatan yang
sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang
proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan-
keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu.
b. Menurut Uno (2007) kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan
seorang peserta didik dalam menggunakan proses berpikirnya dalam
memecahkan masalah melalui pengumpulan fakta, analisis informasi,
menyusun berbagai alternatif pemecahan dan memilih pemecahan masalah
yang akurat.

F. Asumsi Penelitian
Agar hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan kebenaranya, maka
peneliti mengajukan beberapa asumsi, yakni :
1. Tim ahli melakukan uji kelayakan Instrumen Penilaian Problem Solving yang
telah dikembangkan secara objektif.
2. Peserta didik mengerjakan Tes Penilaian Problem Solving yang telah
dikembangkan secara jujur dan mandiri.

G. Keterbatasan Penelitian
Penelitian pengembangan ini dibatasi dalam ruang lingkup sebagai berikut:
1. Pengembangan yang dimaksud adalah pengembangan instrumen asesmen
pembelajaran Fisika untuk mengukur kemampuan problem solving
siswa SMA.
2. instrumen asesmen yang dikembangkan adalah seperangkat soal atau tes
bentuk pilihan jamak dan uraian untuk mengukur kemampuan problem
solving siswa SMA.
3. Indikator instrumen problem solving yang dikembangkan berdasarkan
indikator problem solving menurut Doctor & Heller 2009 yang meliputi 5
tahapan, yang terdiri dari : (1) Visualisasi/ Deskripsi Masalah, (2) Pendekatan
Fisika, (3) Aplikasi khusus konsep fisika, (4) Prosedur Matematika, (5) (
Kesimpulan Logis.
4. Model penelitian pengembangan mengadaptasi penelitian dan pengembangan
pada metode penelitian dan pengembangan model 4D, yaitu 1) Tahap define, 2)
Tahap design, 3) Tahap develop, dan 4) Tahap disseminate.

Anda mungkin juga menyukai