Anda di halaman 1dari 9

 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Undang undang No 38/2014 Tentang Keperawatan, Pasal 1 Ayat (3),’Pelayanan Keperawatan adalah
suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
didasarkan pada ilmu dan kiat Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau
masyarakat, baik sehat maupun sakit’.
Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi Perawat dengan Klien dan lingkungannya untuk
mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian Klien dalam merawat dirinya. (Undang-
undang No 38/2014 Tentang Keperawatan, Pasal 1 Ayat (5).
Hubungan Perawat dan pasien (klien) merupakan hubungan yang bersifat kemanusiaan yang
berorientasi kepada kesembuhan dan keselamatan pasien dari segala hal yang merugikan pasien,
oleh sebab itu perawat dalam melaksanakan asuhan harus keperawatan wajib memberikan
perlindungan kepada pasien dari pelayanan yang tidak bermutu dan tidak profesional, atau dengan
kata lain advokasi pasien merupakan salah satu tanggung jawab perawat.
Begitu juga pada kasus kasus kegawataan daruratan yang menimpa pasien yang pasien yang
terancaman nyawanya atau pasien yang dapat cacat akibat tertimpa suatu musibah peran perawat
sangat penting untuk memberikan tindakan yang cepat dan tepat serta melindungi pasien dari
pelayanan yang tidak profesional atau tidak bermutu.
Pelayanan Keperawatan gawat darurat merupakan pelayanan gawat darurat 24 jam yang
memberikan pertolongan pertama pada pasien gawat darurat menetapkan diagnosis keperawatan,
dan upaya penyelamatan jiwa, mengurangi kecacatan dan kesakitan pasien sebelum dirujuk atau
dilakukan tindakan definitif di semua level rumah sakit (Standar pelayanan gawat darurat Direktoral
Jenderal Kementrian Kesehatan RI tahun 2011).
Di dalam buku kode Etik PPNI (2010) “Warga perawatan Indonesia menyadari bahwa kebutuhan
akan keperawatan bersifat universal bagi klien, (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat), oleh
karenanya pelayanan yang diberikan oleh perawat selalu berdasarkan pada cita cita luhur, niat yang
murni untuk keselamatan pasien dan kesejahteraan umat tanpa membedakan kesukuan, warna kulit,
umur, jenis kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut serta kedudukan sosial”
Di samping memberikan perlindungan kepada pasien secara umum, khususnya perawat yang
bertugas di Unit Gawat Darurat/Instalasi Gawat Darurat juga sebagai advokasi pasien, mempunyai
tanggung jawab moral tinggi dan harus peduli pada keselamatan pasien agar keadaan pasien tidak
bertambah buruk keadaan dan nyawa pasien bisa diselamatkan dan kecacatan bisa dicegah, pasien
bisa hidup normal kembali.
Perawat profesional yang bertugas di Unit Gawat Darurat/Instalasi Gawat Darurat harus memahami
mutu pelayanan gawat darurat secara umum baik komptensi petugas, fasilitas yang sesuai standar
dan kebijakan kebijakan harus berorientasi pada keselamatan pasien dari pelayanan yang tidak
bermutu.
Ruang lingkup keperawatan gawat darurat meliputi pelayanan keperawatan yang ditujukan kepada
pasien gawat darurat yang tiba tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya/anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan
secara cepat dan tepat. (Keperawatan Gawat Darurat, Musliha, Ners Skep, Hal: 37)
II. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dan paparan di latar belakang masalah dapat disimpulkan rumusan
masalah, sebagai berikut :
Apakah peran advokasi keperawatan di Unit Gawat Darurat/Instalasi Gawat Darurat
Apakah Advokasi Keperawatan sudah membudaya dalam profesi keperawatan di Unit Gawat
Darurat/Instalasi Gawat Darurat
III. Tujuan Penulisan
Untuk mendapatkan konsep advokasi keperawatan gawat darurat dalam profesi keperawatan
Untuk mengsosialisasikan konsep advokasi keperawatan
IV.Manfaat penulisan
Untuk dipahami oleh profesi perawat konsep advokasi keperawatan gawat darurat
Upaya pengembangan ilmu keperawatan khusus advokasi keperawatan gawat darurat
V. Metode penulisan
Dalam melakukan kajian penulis melakukan pendekatan tinjauan kepustakaan, yiatu dengan
membaca dan menterjemahkan bahan bahan yang terkait dengan etik keperawatan
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA TEORITIS
I. Tinjauan kepustakaan.
I.1.Pengertian Advokasi.
Istilah advokasi sering digunakan dalam konteks hukum yang berkaitan dengan upaya melindungi
hak-hak manusia bagi mereka yang tidak mampu membela diri. Arti advokasi menurut ikatan
perawat amerika/ANA (1985) adalah “melindungi klien atau masyarakat terhadap pelayanan dan
keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar etika yang dilakukan oleh siapa
pun”
Advokasi kesehatan masyarakat (Christoffel,2000) diideintifikasi sebagai advokasi yang ditujukan
untuk mengurangi kematian atau kecacatan sekelompok orang (secara umum atau disebabkan
penyebab khusus). Dan tidak terbatas pada tatanan klinis (Advokasi konsep, tekhnik dan aplikasi di
bidang kesehatan di Indonesia, Prof Hadi Pratomo, 2015).
Advokasi adalah suatu tindakan yang digunakan untuk mengubah kebijakan , posisi, atau program
dari berbagai macam insitusi atau lembaga mengajukan definisi bahwa advokasi adalah bekerja
dengan orang lain untuk membuat perubahan atau perbedaan (Advokasi konsep, tekhnik dan
aplikasi di bidang kesehatan di Indonesia, Prof Hadi Pratomo, 2015).
Advokasi adalah keikutsertaan orang orang dalam pembuatan keputusan yang dapat mempengaruhi
hidup mereka (Advokasi konsep, tekhnik dan aplikasi di bidang kesehatan di Indonesia, Prof Hadi
Pratomo, 2015).
I.2.Pengertian Keperawatan
Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga, kelompok, atau
masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun sehat.(Undang No 38/2014 Tentang Keperawatan,
Pasal 1 Ayat (1).
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik di dalam maupun di
luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang- undangan.
.(Undang-undang No 38/2014 Tentang Keperawatan, Pasal 1 Ayat (2).
Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat Keperawatan ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit. (Undang-undang No
38/2014 Tentang Keperawatan, Pasal 1 Ayat (3).
Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh Perawat dalam bentuk Asuhan
Keperawatan. (Undang-undang No 38/2014 Tentang Keperawatan, Pasal 1 Ayat (4).
Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi Perawat dengan Klien dan lingkungannya untuk
mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian Klien dalam merawat dirinya. (Undang-
undang No 38/2014 Tentang Keperawatan, Pasal 1 Ayat (5).
Yang dimaksud dengan perawat gawat darurat (Emegency Nursing) darurat :
Sebuah area khusus spesial dan keperawatan profesinal melibatkan integrasi dari praktek, penelitian
pendidikan profesionalisme
Praktek perawat emergency oleh seroang perawat profesional
Fokus memeberikan pelayanan secara episodik kepadapasien pasien yang mencari terapi yang baik
yang mengancam kehidupan dan non critical illnes atau cedera
Keperawatan emergency ditujukan pada esensi dan parktek emrgency, lingkungan dimana hal
tersebut terjadi dan konsumen konsumen keperawatan emergency (Keperawatan Gawat Darurat,
Musliha, Ners Skep, Hal: 37)
1.3.Pengertian gawat darurat
Pelayanan kesehatan kegawat daruratan (dalam kedaan emergency) sehari hari adalah hak azasi
manusia/hak setiap orang, dan merupakan kewajiban yang dimiliki setiap orang. (Seri
PPGD/GELS/SPGDT Dirjen Buk Depkes RI tahun 2006).
Kondisi gawat darurat adalah suatu kedaan dimana seseorang seseorang secara tiba tiba dalam
kedaan gawat atau atau akan menjadi gawat dan terancam anggota badannya dan jiwanya (akan
menjadi cacat aau mati) bial tidak mendapat pertolongan segera (Standar pelayanan keperawatan
gawat darurat Dirjen BUK Kemenkes RI 2011).
Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna
penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut. (UU No 44/2009 Tentang Rumah
Sakit)
BAB III
Pembahasan Masalah
Pada awalnya pelayanan usaha keperawatan merupakan tindakan yang berdasarkan insting dan
pengalaman.Seiring dengan kemajuan tekhnologi dan ilmu pengetahuan, asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh perawata harus berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan. Perkembangan di era
penegakkan hukum dan perlindungan HAM dewasa ini, pelayanan keperawatan mempunyai implikasi
terhadap hukum, untuk itu perlu adanya tanggung jawab dan tanggung gugat dalam melaksanakan
pelayanan keperawatan (Kedudukan Hukum Perawat dalam upaya pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit, Sri Pratianingsih, 2006)
Seorang Perawat profesional dalam melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan wajib
menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan dilandasasi
oleh etik dan etika keperawatan dalam lingkup kewenangannya serta tanggung jawabnya (Pengantar
Keperawatan Profesional, Deden Darmawan, 2013), tanggung jawab yang dimaksud adalah dapat
dipertanggungjawabkan dari segi profesi kesehatan maupun segi hukum.
Di samping perawat sebagai profesional di bidang pelayanan keperawatan gawat darurat,
salah tugas yang tidak kalah pentingnya perawat juga bertindak sebagai advokasi pasien untuk
melindungi pasien dari pelayanan yang tidak bermutu atau kompeten, sehingga dapat memperparah
kondisi pasien.
Perawat baik secara lansung maupun tidak lansung memberikan asuhan keperawatan kepada
pasienindividu, keluarga dan masyarakat. Dalam menjalankan peran sebagai care giver, perawat
menggunakan metode pemecahan masalah dalam membantu pasien mengatasi masalah
kesehatannya. Perawat bertindak sebagai comforter, protector, advocat, communicator, serta
rehabilitor, (Kedudukan Hukum Perawat dalam upaya pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, Sri
Pratianingsih, 2006)

I.Perawat Advokasi Perawat di Unit Gawat Darurat Menurut ANA (1985).


ANA (1985) adalah “melindungi klien atau masyarakat terhadap pelayanan dan keselamatan praktik
tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar etika yang dilakukan oleh siapa pun”
Melindungi pasien dari pelayanan yang tidak bermutu, perawat disini harus menjaga keselamatan
pasien baik dari kompentensi petugas yang tidak profesional (petugas tidak ahli dibidang gawat
darurat sebaiknya tidak bertugas di Unit Gawat Darurat/Instalasi Gawat Darurat).
Menjaga pasien dari alat dan dan sarana parasana yang tidak yang tidak standar , sebaik alat harus
standar dan mempunyai kelayakan standar dan dikalibrasi seuai ketentuan yang berlaku.
Melindungi pasien dari sistem yang buruk dan bertele tele (sistem yang merugikan pasien).

I.2. Peran Advokasi Dalam Praktik Etik Keperawatan.


Dalam Pedoman Etik keperawatan hasil Munas PPNI tahun 2010, secara garis besar merumuskan
etik perawat, antara lain, Hubungan Perawat dan Klien (pasien) :
a) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat manusia,
keunikan, klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur,
jenis kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut, serta kedudukan sosial.
b) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana
lingkungan yang menghormati nilai nilai budaya, adat istiadat dan kelagsungan hidup beragama dan
klien.
c) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan
keperawatan
d) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang
dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku etentuan hukum yang berlaku.
1.3.Peran advokasi perawat menurut Undang Undang No 38/2014 Tentang Keperawatan, Pasal 38,
tertulis :
Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berkewajiban :
a. Melengkapi sarana dan prasarana Pelayanan Keperawatan sesuai dengan standar pelayanan
keperawatan dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan
keperawatan, standar operasional prosedur, kode etik, dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
c. Menghormati hak Klien.
d. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani, yang meliputi:
1. Dalam aspek pelayanan/asuhan keperawatan merujuk ke anggota perawat lain yang lebih tinggi
kemampuan atau pendidikannya; atau
2. Dalam aspek masalah kesehatan lainnya merujuk ke tenaga kesehatan lain.
e. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang Klien.
f. Mendokumentasikan Asuhan Keperawatan berdasarkan standar pelayanan keperawatan.
g. Memberikan informasi yang lengkap, jujur, jelas dan mudah dimengerti mengenai tindakan
keperawatan kepada Klien dan/atau keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya.
h. Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan lain yang sesuai dengan
kompetensi Perawat; dan
i. Melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah.
I.4.Peran Advokasi Perawat Menurut Undang Undang No 44 Tentang Rumah Sakit.
Peran perawat dan tenaga kesehatan di dalam penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD)
terdapat, “Undang undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 Pasal 32 Ayat (1) “Dalam keadaan
darurat fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta wajib memberikan pelayanan
kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu”. Ayat (2)
“Dalam keadaan darurat Fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah dan swasta
dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka”. Perawat yang bertugas di Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit wajib memberikan pertolongan terlebih dahulu, tidak boleh menolak atau minta
uang muka., dalam pasal ini perawat dan tenaga ksehatan lainnya dilarang menolak pasien dan
meminta uang muka dan perawat yang bertugas di bagian pelayanan gawat darurat wajib
memberikan pertolongan awal.
Peran advokasi dari keterangan tersebut diatas adalah jangan sampai ada penolakan atau
permintaan uang muka sebelum dilakukan tindakan untuk keselamatan pasien, karena perawat
adalah profesi yang profesional bagian dari pelayanan kesehatan di rumah sakit.
1.5.Peran advokasi perawat dalam Undang undang no 36/2009 tentang kesehatan.
Dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada pembukaan poin (b) bahwa
“setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip prinsip non diskriminatif, partisipatif, dan
berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia serta peningkatan
ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional”. Disini perawat sebagai tenaga
keshatan yang profesional juga bertindak sebagai advokasi pasien di Unit/Instalasi Gawat Dauratagar
tidak ada pelayanan yang bersifat diskriminatif yang dapat merugikan pasien.

BAB IV
KESIMPULAN
BAB IV
KESIMPULAN

1.Simpulan
Peran Advokasi perawat gawat darurat sangat penting, agar pasien terlindungi dari pelayanan yang
tidak bermutu, perawat harus memahami peran advokasi adalah peran yang sangat penting karena
asuhan keperawatan yang bersifat bio, psiko, sosial dan spritual.
1. Perawat harus menjadi advokasi melindungi pasien dari perbuatan tindak kekerasan, pelecehan
seksual.
2. Perawat harus menjadi advokasi pasien dari lingkungan yang memperburuk kedaan pasien.
3. Perawat harus melindungi pasien dari tindakan perawatan dan pengobatan yang tidak rasional
2.Saran
1. Perawat harus memahami konsep pelayanan gawat darurat terkait keselamatan pasien, agar
keselamatan pasien terjamin.
2. Perawat harus tahu standar sarana dan pra sarana, aturan dan sistem pelayanan gawat
darurat yang ditetapkan peraturan dan undang undang.
3. Perawat harus memahami kompetensi semua petugas yang bertugas di Unit/Instalasi Gawat
darurat
Dafar pustaka :
Prof. Hadi Pratomo,“Advokasi Konsep Tekhnik dan Apliksi Bidang Kesehatan di Indonesia ”,PT
Rajagrafindo Persada, 2015
Ns.Musliha, S Kep,”Keperawatan Gawat Darurat ,”Nuha Medika, “ 2010
Munas VIII PPNI,”Standar Profesi dan Kode Etik Perawat Indonesia”,2010
Deden Darmawan “Pengantar Keperawatan Profesional”, 2013
Sri Pratianingsih “Kedudukan Hukum Perawat dalam upaya pelayanan kesehatan di Rumah Sakit”,
PT Rajagrafindo, 2006)
Undang undang No 38/2014 tentang Keperawatan
Undang undang No 44/2009 tentang Rumah Sakit
Undang undang No 36/2009 tentang Kesehatan
www.adzanri.com
Adzanri, sekarang sedang mengambil Kuliah Program S1 Keperawatan di STIKes Alifah Padang
Baca juga :

Peran Advokasi Perawat Dalam Pelayanan Kesehatan dan Pelayanan Gawat Darurat
Hak Pasien "Meminta Pendapat Dokter lain" (Second Opinion)

ADZANRI AMK SS MH
MARET 25, 2018
Next article
Rancangan SK Kebijakan Etik dan Prilaku Karyawan Rumah sakit
Previous article
PPGD (P3K) Patah Tulang Pra Rumah Sakit

CLICK TO COMMENT
Entri Populer

Materi Kegawat-Daruratan : "Bantuan Hidup Dasar Resustasi Jantung"

Peran Advokasi Perawat Dalam Pelayanan Kesehatan dan Pelayanan Gawat Darurat

Sekilas Tentang Sejarah RSUP Dr. M. Djamil Padang

Dasar Hukum Pelayanan Gawat Darurat dan Bencana

Hubungan Perlindungan Hukum Profesi Keperawatan Dalam Sistem Pelayanan Gawat Darurat
ADS HERE

About Contact Disclaimer Privacy Sitemaps Static Error 404


Copyright © 2017 Adzanri. Template by Themeindie.com, All Rights Reserved.

Terkirim dari Samsung Mobile.

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Undang undang No 38/2014 Tentang Keperawatan, Pasal 1 Ayat (3),’Pelayanan Keperawatan adalah
suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
didasarkan pada ilmu dan kiat Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau
masyarakat, baik sehat maupun sakit’.
Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi Perawat dengan Klien dan lingkungannya untuk
mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian Klien dalam merawat dirinya. (Undang-
undang No 38/2014 Tentang Keperawatan, Pasal 1 Ayat (5).
Hubungan Perawat dan pasien (klien) merupakan hubungan yang bersifat kemanusiaan yang
berorientasi kepada kesembuhan dan keselamatan pasien dari segala hal yang merugikan pasien,
oleh sebab itu perawat dalam melaksanakan asuhan harus keperawatan wajib memberikan
perlindungan kepada pasien dari pelayanan yang tidak bermutu dan tidak profesional, atau dengan
kata lain advokasi pasien merupakan salah satu tanggung jawab perawat.
Begitu juga pada kasus kasus kegawataan daruratan yang menimpa pasien yang pasien yang
terancaman nyawanya atau pasien yang dapat cacat akibat tertimpa suatu musibah peran perawat
sangat penting untuk memberikan tindakan yang cepat dan tepat serta melindungi pasien dari
pelayanan yang tidak profesional atau tidak bermutu.
Pelayanan Keperawatan gawat darurat merupakan pelayanan gawat darurat 24 jam yang
memberikan pertolongan pertama pada pasien gawat darurat menetapkan diagnosis keperawatan,
dan upaya penyelamatan jiwa, mengurangi kecacatan dan kesakitan pasien sebelum dirujuk atau
dilakukan tindakan definitif di semua level rumah sakit (Standar pelayanan gawat darurat Direktoral
Jenderal Kementrian Kesehatan RI tahun 2011).
Di dalam buku kode Etik PPNI (2010) “Warga perawatan Indonesia menyadari bahwa kebutuhan
akan keperawatan bersifat universal bagi klien, (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat), oleh
karenanya pelayanan yang diberikan oleh perawat selalu berdasarkan pada cita cita luhur, niat yang
murni untuk keselamatan pasien dan kesejahteraan umat tanpa membedakan kesukuan, warna kulit,
umur, jenis kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut serta kedudukan sosial”
Di samping memberikan perlindungan kepada pasien secara umum, khususnya perawat yang
bertugas di Unit Gawat Darurat/Instalasi Gawat Darurat juga sebagai advokasi pasien, mempunyai
tanggung jawab moral tinggi dan harus peduli pada keselamatan pasien agar keadaan pasien tidak
bertambah buruk keadaan dan nyawa pasien bisa diselamatkan dan kecacatan bisa dicegah, pasien
bisa hidup normal kembali.
Perawat profesional yang bertugas di Unit Gawat Darurat/Instalasi Gawat Darurat harus memahami
mutu pelayanan gawat darurat secara umum baik komptensi petugas, fasilitas yang sesuai standar
dan kebijakan kebijakan harus berorientasi pada keselamatan pasien dari pelayanan yang tidak
bermutu.
Ruang lingkup keperawatan gawat darurat meliputi pelayanan keperawatan yang ditujukan kepada
pasien gawat darurat yang tiba tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya/anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan
secara cepat dan tepat. (Keperawatan Gawat Darurat, Musliha, Ners Skep, Hal: 37)
II. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dan paparan di latar belakang masalah dapat disimpulkan rumusan
masalah, sebagai berikut :
Apakah peran advokasi keperawatan di Unit Gawat Darurat/Instalasi Gawat Darurat
Apakah Advokasi Keperawatan sudah membudaya dalam profesi keperawatan di Unit Gawat
Darurat/Instalasi Gawat Darurat
III. Tujuan Penulisan
Untuk mendapatkan konsep advokasi keperawatan gawat darurat dalam profesi keperawatan
Untuk mengsosialisasikan konsep advokasi keperawatan
IV.Manfaat penulisan
Untuk dipahami oleh profesi perawat konsep advokasi keperawatan gawat darurat
Upaya pengembangan ilmu keperawatan khusus advokasi keperawatan gawat darurat
V. Metode penulisan
Dalam melakukan kajian penulis melakukan pendekatan tinjauan kepustakaan, yiatu dengan
membaca dan menterjemahkan bahan bahan yang terkait dengan etik keperawatan
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA TEORITIS

I. Tinjauan kepustakaan.
I.1.Pengertian Advokasi.
Istilah advokasi sering digunakan dalam konteks hukum yang berkaitan dengan upaya melindungi
hak-hak manusia bagi mereka yang tidak mampu membela diri. Arti advokasi menurut ikatan
perawat amerika/ANA (1985) adalah “melindungi klien atau masyarakat terhadap pelayanan dan
keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar etika yang dilakukan oleh siapa
pun”
Advokasi kesehatan masyarakat (Christoffel,2000) diideintifikasi sebagai advokasi yang ditujukan
untuk mengurangi kematian atau kecacatan sekelompok orang (secara umum atau disebabkan
penyebab khusus). Dan tidak terbatas pada tatanan klinis (Advokasi konsep, tekhnik dan aplikasi di
bidang kesehatan di Indonesia, Prof Hadi Pratomo, 2015).
Advokasi adalah suatu tindakan yang digunakan untuk mengubah kebijakan , posisi, atau program
dari berbagai macam insitusi atau lembaga mengajukan definisi bahwa advokasi adalah bekerja
dengan orang lain untuk membuat perubahan atau perbedaan (Advokasi konsep, tekhnik dan
aplikasi di bidang kesehatan di Indonesia, Prof Hadi Pratomo, 2015).
Advokasi adalah keikutsertaan orang orang dalam pembuatan keputusan yang dapat mempengaruhi
hidup mereka (Advokasi konsep, tekhnik dan aplikasi di bidang kesehatan di Indonesia, Prof Hadi
Pratomo, 2015).
I.2.Pengertian Keperawatan
Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga, kelompok, atau
masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun sehat.(Undang No 38/2014 Tentang Keperawatan,
Pasal 1 Ayat (1).
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik di dalam maupun di
luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang- undangan.
.(Undang-undang No 38/2014 Tentang Keperawatan, Pasal 1 Ayat (2).
Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat Keperawatan ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit. (Undang-undang No
38/2014 Tentang Keperawatan, Pasal 1 Ayat (3).
Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh Perawat dalam bentuk Asuhan
Keperawatan. (Undang-undang No 38/2014 Tentang Keperawatan, Pasal 1 Ayat (4).
Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi Perawat dengan Klien dan lingkungannya untuk
mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian Klien dalam merawat dirinya. (Undang-
undang No 38/2014 Tentang Keperawatan, Pasal 1 Ayat (5).
Yang dimaksud dengan perawat gawat darurat (Emegency Nursing) darurat :
Sebuah area khusus spesial dan keperawatan profesinal melibatkan integrasi dari praktek, penelitian
pendidikan profesionalisme
Praktek perawat emergency oleh seroang perawat profesional
Fokus memeberikan pelayanan secara episodik kepadapasien pasien yang mencari terapi yang baik
yang mengancam kehidupan dan non critical illnes atau cedera
Keperawatan emergency ditujukan pada esensi dan parktek emrgency, lingkungan dimana hal
tersebut terjadi dan konsumen konsumen keperawatan emergency (Keperawatan Gawat Darurat,
Musliha, Ners Skep, Hal: 37)
1.3.Pengertian gawat darurat
Pelayanan kesehatan kegawat daruratan (dalam kedaan emergency) sehari hari adalah hak azasi
manusia/hak setiap orang, dan merupakan kewajiban yang dimiliki setiap orang. (Seri
PPGD/GELS/SPGDT Dirjen Buk Depkes RI tahun 2006).
Kondisi gawat darurat adalah suatu kedaan dimana seseorang seseorang secara tiba tiba dalam
kedaan gawat atau atau akan menjadi gawat dan terancam anggota badannya dan jiwanya (akan
menjadi cacat aau mati) bial tidak mendapat pertolongan segera (Standar pelayanan keperawatan
gawat darurat Dirjen BUK Kemenkes RI 2011).
Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna
penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut. (UU No 44/2009 Tentang Rumah
Sakit)
BAB III
Pembahasan Masalah
Pada awalnya pelayanan usaha keperawatan merupakan tindakan yang berdasarkan insting dan
pengalaman.Seiring dengan kemajuan tekhnologi dan ilmu pengetahuan, asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh perawata harus berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan. Perkembangan di era
penegakkan hukum dan perlindungan HAM dewasa ini, pelayanan keperawatan mempunyai implikasi
terhadap hukum, untuk itu perlu adanya tanggung jawab dan tanggung gugat dalam melaksanakan
pelayanan keperawatan (Kedudukan Hukum Perawat dalam upaya pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit, Sri Pratianingsih, 2006)
Seorang Perawat profesional dalam melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan wajib
menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan dilandasasi
oleh etik dan etika keperawatan dalam lingkup kewenangannya serta tanggung jawabnya (Pengantar
Keperawatan Profesional, Deden Darmawan, 2013), tanggung jawab yang dimaksud adalah dapat
dipertanggungjawabkan dari segi profesi kesehatan maupun segi hukum.
Di samping perawat sebagai profesional di bidang pelayanan keperawatan gawat darurat,
salah tugas yang tidak kalah pentingnya perawat juga bertindak sebagai advokasi pasien untuk
melindungi pasien dari pelayanan yang tidak bermutu atau kompeten, sehingga dapat memperparah
kondisi pasien.
Perawat baik secara lansung maupun tidak lansung memberikan asuhan keperawatan kepada
pasienindividu, keluarga dan masyarakat. Dalam menjalankan peran sebagai care giver, perawat
menggunakan metode pemecahan masalah dalam membantu pasien mengatasi masalah
kesehatannya. Perawat bertindak sebagai comforter, protector, advocat, communicator, serta
rehabilitor, (Kedudukan Hukum Perawat dalam upaya pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, Sri
Pratianingsih, 2006)

I.Perawat Advokasi Perawat di Unit Gawat Darurat Menurut ANA (1985).


ANA (1985) adalah “melindungi klien atau masyarakat terhadap pelayanan dan keselamatan praktik
tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar etika yang dilakukan oleh siapa pun”
Melindungi pasien dari pelayanan yang tidak bermutu, perawat disini harus menjaga keselamatan
pasien baik dari kompentensi petugas yang tidak profesional (petugas tidak ahli dibidang gawat
darurat sebaiknya tidak bertugas di Unit Gawat Darurat/Instalasi Gawat Darurat).
Menjaga pasien dari alat dan dan sarana parasana yang tidak yang tidak standar , sebaik alat harus
standar dan mempunyai kelayakan standar dan dikalibrasi seuai ketentuan yang berlaku.
Melindungi pasien dari sistem yang buruk dan bertele tele (sistem yang merugikan pasien).

I.2. Peran Advokasi Dalam Praktik Etik Keperawatan.


Dalam Pedoman Etik keperawatan hasil Munas PPNI tahun 2010, secara garis besar merumuskan
etik perawat, antara lain, Hubungan Perawat dan Klien (pasien) :
a) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat manusia,
keunikan, klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur,
jenis kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut, serta kedudukan sosial.
b) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana
lingkungan yang menghormati nilai nilai budaya, adat istiadat dan kelagsungan hidup beragama dan
klien.
c) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan
keperawatan
d) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang
dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku etentuan hukum yang berlaku.
1.3.Peran advokasi perawat menurut Undang Undang No 38/2014 Tentang Keperawatan, Pasal 38,
tertulis :
Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berkewajiban :
a. Melengkapi sarana dan prasarana Pelayanan Keperawatan sesuai dengan standar pelayanan
keperawatan dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan
keperawatan, standar operasional prosedur, kode etik, dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
c. Menghormati hak Klien.
d. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani, yang meliputi:
1. Dalam aspek pelayanan/asuhan keperawatan merujuk ke anggota perawat lain yang lebih tinggi
kemampuan atau pendidikannya; atau
2. Dalam aspek masalah kesehatan lainnya merujuk ke tenaga kesehatan lain.
e. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang Klien.
f. Mendokumentasikan Asuhan Keperawatan berdasarkan standar pelayanan keperawatan.
g. Memberikan informasi yang lengkap, jujur, jelas dan mudah dimengerti mengenai tindakan
keperawatan kepada Klien dan/atau keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya.
h. Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan lain yang sesuai dengan
kompetensi Perawat; dan
i. Melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah.
I.4.Peran Advokasi Perawat Menurut Undang Undang No 44 Tentang Rumah Sakit.
Peran perawat dan tenaga kesehatan di dalam penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD)
terdapat, “Undang undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 Pasal 32 Ayat (1) “Dalam keadaan
darurat fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta wajib memberikan pelayanan
kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu”. Ayat (2)
“Dalam keadaan darurat Fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah dan swasta
dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka”. Perawat yang bertugas di Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit wajib memberikan pertolongan terlebih dahulu, tidak boleh menolak atau minta
uang muka., dalam pasal ini perawat dan tenaga ksehatan lainnya dilarang menolak pasien dan
meminta uang muka dan perawat yang bertugas di bagian pelayanan gawat darurat wajib
memberikan pertolongan awal.
Peran advokasi dari keterangan tersebut diatas adalah jangan sampai ada penolakan atau
permintaan uang muka sebelum dilakukan tindakan untuk keselamatan pasien, karena perawat
adalah profesi yang profesional bagian dari pelayanan kesehatan di rumah sakit.
1.5.Peran advokasi perawat dalam Undang undang no 36/2009 tentang kesehatan.
Dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada pembukaan poin (b) bahwa
“setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip prinsip non diskriminatif, partisipatif, dan
berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia serta peningkatan
ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional”. Disini perawat sebagai tenaga
keshatan yang profesional juga bertindak sebagai advokasi pasien di Unit/Instalasi Gawat Dauratagar
tidak ada pelayanan yang bersifat diskriminatif yang dapat merugikan pasien.

BAB IV
KESIMPULAN
BAB IV
KESIMPULAN

1.Simpulan
Peran Advokasi perawat gawat darurat sangat penting, agar pasien terlindungi dari pelayanan yang
tidak bermutu, perawat harus memahami peran advokasi adalah peran yang sangat penting karena
asuhan keperawatan yang bersifat bio, psiko, sosial dan spritual.
1. Perawat harus menjadi advokasi melindungi pasien dari perbuatan tindak kekerasan, pelecehan
seksual.
2. Perawat harus menjadi advokasi pasien dari lingkungan yang memperburuk kedaan pasien.
3. Perawat harus melindungi pasien dari tindakan perawatan dan pengobatan yang tidak rasional
2.Saran
1. Perawat harus memahami konsep pelayanan gawat darurat terkait keselamatan pasien, agar
keselamatan pasien terjamin.
2. Perawat harus tahu standar sarana dan pra sarana, aturan dan sistem pelayanan gawat
darurat yang ditetapkan peraturan dan undang undang.
3. Perawat harus memahami kompetensi semua petugas yang bertugas di Unit/Instalasi Gawat
darurat
Dafar pustaka :
Prof. Hadi Pratomo,“Advokasi Konsep Tekhnik dan Apliksi Bidang Kesehatan di Indonesia ”,PT
Rajagrafindo Persada, 2015
Ns.Musliha, S Kep,”Keperawatan Gawat Darurat ,”Nuha Medika, “ 2010
Munas VIII PPNI,”Standar Profesi dan Kode Etik Perawat Indonesia”,2010
Deden Darmawan “Pengantar Keperawatan Profesional”, 2013
Sri Pratianingsih “Kedudukan Hukum Perawat dalam upaya pelayanan kesehatan di Rumah Sakit”,
PT Rajagrafindo, 2006)
Undang undang No 38/2014 tentang Keperawatan
Undang undang No 44/2009 tentang Rumah Sakit
Undang undang No 36/2009 tentang Kesehatan
www.adzanri.com
Adzanri, sekarang sedang mengambil Kuliah Program S1 Keperawatan di STIKes Alifah Padang

Anda mungkin juga menyukai