Anda di halaman 1dari 2

.

Etiologi dan Patogenesis Katarak Diabetik

Peningkatan kadar glukosa dalam darah memainkan peran penting dalam

perkembangan katarak. Efek patologi hiperglikemia dapat dilihat jelas pada

jaringan tubuh yang tidak bergantung pada insulin untuk kemasukan glukosa

dalam selnya, misalnya pada lensa mata dan ginjal, sehingga mereka tidak mampu

mengatur transportasi glukosa seiring dengan peningkatan konsentrasi gula di

ekstraselular. Menurut beberapa penelitian, jalur poliol dikatakan memainkan

peran dalam perkembangan katarak pada pasien diabetes. Enzim aldose reduktase

(AR) yang terdapat dalam lensa mengkatalisis reduksi glukosa menjadi sorbitol

melalui jalur poliol. Akumulasi sorbitol intrasel menyebabkan perubahan osmotik

sehingga mengakibatkan serat lensa hidropik yang degenerasi dan menghasilkan

gula katarak. Dalam lensa, sorbitol diproduksi lebih cepat daripada diubah

menjadi fruktosa oleh enzim sorbitol dehydrogenase (SD), dan sifat sorbitol yang

sukar keluar dari lensa melalui proses difusi menyebabkan peningkatan akumulasi

sorbitol. Ini menciptakan efek hiperosmotik yang nantinya menyebabkan infus

cairan untuk menyeimbangkan gradien osmotik. Keadaan ini menyebabkan

keruntuhan dan pencairan serat lensa yang akhirnya membentuk kekeruhan pada

lensa. Selain itu, stres osmotik pada lensa yang disebabkan oleh akumulasi

sorbitol menginduksi apoptosis pada sel epitel lensa yang mengarah ke

pengembangan katarak.

Jalur poliol telah digambarkan sebagai mediator utama diabetes-induced

oxidative stress pada lensa. Stres osmotik yang disebabkan oleh akumulasi

sorbitol menginduksi stres dalam retikulum endoplasma (RE), situs utama sintesa

protein, yang akhirnya menyebabkan generasi radikal bebas. RE stres juga dapat

disebabkan dari fluktuasi kadar glukosa initiating an unfolded protein response

(UPR), yang menghasilkan reactive oxygen species (ROS) dan menyebabkan

kerusakan stres oksidatif dengan serat lensa. Ada banyak publikasi terbaru yang
menggambarkan kerusakan stres oksidatif pada serat lensa oleh pemulung radikal

bebas pada penderita diabetes. Namun, tidak ada bukti bahwa radikal bebas

memulai proses pembentukan katarak melainkan mempercepat dan memperburuk

perkembangannya. Hidrogen peroksida (H2O2) meningkat pada aqueous humor

dari penderita diabetes dan menginduksi generasi radikal hidroksil (OH-) setelah

memasuki lensa melalui proses digambarkan sebagai reaksi Fenton. Radikal bebas

nitrat oksida (NO), yaitu faktor lain yang meningkat dalam lensa diabetes dan

dalam aqueous humor, dapat mengakibatkan pembentukan peroxynitrite

meningkat, yang pada nantinya menyebabkan kerusakan sel karena sifat oksidasi.

Selanjutnya, peningkatan kadar glukosa dalam humor akuous dapat

menyebabkan glikasi protein lensa, dimana proses tersebut akan menghasilkan

radikal superoksida (O2-) dan dalam pembentukan advanced glycation

endproducts (AGE). Interaksi AGE dengan reseptornya di permukaan sel akan

memproduksi O2- dan H2O2. Dengan peningkatan radikal bebas, lensa diabetes

sering menunjukan gangguan pada kapasitas antioksidan dan kerentanan mereka

terhadap stres oksidatif. Hilangnya antioksidan diperparah oleh proses glikasi dan

inaktivasi enzim antioksidan seperti superoksida dismutase lensa. Tembaga-zink

superoxide dismutase 1 (SOD1) adalah superoksida dismutase isoenzim yang

paling dominan dalam lensa, dimana ia penting untuk degradasi radikal

superoksida (O2-) menjadi hidrogen peroksida (H2O2) dan oksigen.

Kesimpulannya, pembentukan katarak diabetes adalah hasil generasi jalur poliol

dari glukosa oleh AR, yang mengakibatkan peningkatan stres osmotik dalam serat

lensa dan mengarahkan ke pembengkakan dan perpecahan lensa (Pollreisz, 2010).

Anda mungkin juga menyukai