Anda di halaman 1dari 11

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian IPA (SAINS)

Ilmu pengetahuan alam pada hakekatnya adalah ilmu yang

mempelajari fenomena-fenomena di alam semesta. Ilmu pengetahuan alam

memperoleh kebenaran tentang fakta dan fenomena alam melalui kegiatan

inkuiri. Ilmu pengetahuan alam berkaitan dengan fakta, konsep, prinsip dan

juga proses penemuan itu sendiri. (Muhamad, 2002:23) Penemuan diperoleh

melalui kegiatan eksperimen yang dapat dilakukan di Laboratorium maupun

di alam bebas.

Sains merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis

untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip,

proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan sains diarahkan

untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk

memperoleh pemahaan yang lebih mendalam tentang alam sekitar

(Departemen Pendidikan Nasional, 2004:.32). Sedangkan pendidikan Sains di

SD ditujukan agar siswa dapat mempelajari tentang diri sendiri dan alam

sekitar. Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung

dan kegiatan praktis untuk mengembangkan kompetensi, agar siswa mampu

menjelajahi dan mengalami alam sekitar secara ilmiah. Sains terdapat tiga

komponen utama yaitu proses, produk dan sikap. Produk sains dapat

berbentuk konsep, generalisasi, prinsip, teori dan hukum. Proses sains

digambarkan sebagai langkah-langkah penyelidikan yang meliputi masalah,

7
8

observasi, hipotesis menguji hipotesis, dan kesimpulan. Sikap sains berkaitan

dengan ketelitian, kejujuran, dan membuat keputusan. Sains juga diartikan

sebagai hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, konsep yang

terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui

serangkaian proses ilmiah antara lain, penyelidikan, penyusunan, dan

penyajian gagasan. Itu sebabnya, dalam pembelajaran sains seorang guru

dituntut untuk dapat mengajak anak didiknya memanfaatkan alam sekitar

sebagai sumber belajar, sebab alam sekitar merupakan sumber belajar yang

paling otentik dan tidak akan habis digunakan. Melalui alam, siswa akan lebih

jelas dalam menentukan suatu konsep karena didapat lewat proses penelitian

dan pengamatan yang cermat. Selanjutnya Einstein berpendapat, yang dikutip

oleh Nash dalam bukunya Makna dari kalimat tersebut kurang lebih adalah

bahwa IPA itu merupakan suatu bentuk upaya yang membuat berbagai

pengalaman menjadi suatu sistem pola berpikir yang logis dan pola berpikir

ilmiah (Darmodjo 1993: 4),.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas, pengertian IPA (sains)

dalam penelitian ini adalah suatu ilmu atau pengetahuan yang mengamati dan

memahami tentang berbagai gejala alam, yang bersifat analitis, logis, rasional,

lengkap dan cermat, yang berupa prinsip-prinsip, teori-teori, hukum-hukum,

konsepkonsep, maupun fakta-fakta yang ditujukan untuk menjelaskan gejala

alam serta menghubungkan berbagai gejala alam yang satu dengan gejala alam

yang lain sehingga membentuk sudut pandang yang baru terhadap objek yang

diamatinya.
9

Pembelajaran ilmu pengetahuan alam di sekolah hendaknya dirancang

untuk memupuk tumbuhnya sikap ilmiah dan meningkatkan pola berpikir

logis yang menjadi landasan dalam proses ilmiah untuk menghasilkan produk

ilmiah, sebagaimana tercantum dalam kurikulum 2006.

Siswa SD terutama yang duduk di kelas 4 berumur sekitar 6 sampai 10

tahun, berada pada tahap oprasional kongkrit yang memiliki ciri berpikir

secara kongkrit. Cara berpikirnya terbatas pada obyek yang diperoleh melalui

pengamatan langsung (Muhammad, 2005:7). Sehingga dalam pembelajaran

hendaknya guru memberikan konsep yang jelas dan kongkrit agar diperoleh

struktur ilmu yang mantap dan terhindar dari penyerapan konsep yang salah.

Hal ini diperlukan karena pada dasarnya pendidikan di SD menjadi dasar dan

landasan untuk pendidikan pada jenjang berikutnya. Pendidikan SD

hendaknya dilakukan dengan cara-cara yang benar agar menjadi landasan

yang kuat untuk jenjang pendidikan berikutnya (Akbar, 2007:1).

B. Pemahaman Konsep

Pembentukan Pengetahuan Pengetahuan yang dimiliki seseorang pada

dasarnya berupa konsep-konsep. Konsep-konsep ini diproleh individu sebagai

hasil berinteraksi dengan lingkungan. Dengan konsep-konsep dapat disusun

suatu prinsip, yang dapat digunakan sebagai landasan dalam berpikir. Konsep

didefinisikan oleh beberapa ahli sebagai berikut.

Konsep adalah gambaran dari ciri-ciri, yang dengan ciri-ciri itu objek-

objek dapat dibeda-bedakan (Good 1973:124). Konsep adalah elemen umum


10

dari sekelompok objek, peristiwa atau proses (Yelon et al 1971:190). Konsep

adalah sifat Khas yang diberikan pada sejumlah objek, proses, fenomena, atau

peristiwa, yang dapat dikelompokkan berdasarkan sifat khas itu Kuslan dan

(Stone 1968:79),. Rumusan definisi yang dikemukakan diatas mengandung

makna yang sama, yaitu konsep merupakan suatu abstraksi yang

mengambarkan ciri-ciri umum dari sekelompok objek, proses, peristiwa, atau

fenomena lainnya.

Konsep dapat digolongkan kedalam dua golongan yaitu konsep konkrit

dan konsep terdefinisi. Konsep konkrit adalah konsep yang menunjukkan ciri-

ciri atau atribut dari suatu objek, yaitu relatif mudah dikenali dengan indra.

Contoh konsep konkrit misalnya konsep warna (merah, hijau), bentuk (bulat,

datar), sifat (keras, lunak), dan sebagainya. Konsep terdefinisi adalah konsep

yang dapat dikenali (dipahami) melalui definisi, jadi sifatnya abstrak. Contoh

konsep terdefinisi misalnya konsep: penduduk, fertilitas, ovulasi, dan

sebagainya. Bagaimana anak memperoleh konsep atau pengetahuan,

berkesimpulan bahwa konsep atau pengetahuan itu dibangun dalam pikiran

anak (dahar, 1989:159). Dalam menjelaskan konsep baru atau membuat kaitan

antara materi yang telah dikuasai siswa dengan bahan yang disajikan dalam pelajaran

IPA, akan membuat siswa siap mental untuk memasuki persolan-persoalan yang akan

dibicarakan dan juga dapat meningkatkan minat dan prestasi siswa terhadap materi

pelajaran IPA

.
11

C. Menggolongkan Hewan

Menggolongkan hewan berdasarkan jenis makanannya

1. Berbagai jenis makanan hewan

a. Makanan berupa tumbuhan

Bagian tubuh tumbuhan yang paling banyak dimakan hewan adalh

daun, batang, dan nektar (sari madu pada bunga).

b. Makanan berupa hewan

Hewan yang paling sering menjadi mangsa lain herbivore dan hewan

bertubuh kecil seperti seranggga

2. Hewan dikelompokkan dalam tiga golongan

a. Herbivora

Yaitu hewan yang makanannya berasal dari tumbuhan. Misalnya

kelinci, kambing, kijang, sapi, kerbau, gajah, kuda, dan jerapah.

b. Karnivora

Yaitu hewan yang makanannya berasal dari hewan lain, misanya

kucing, anjing, harimau, serigala, ikan hiu, dan burung elang.

c. Omnivora

Yaitu hewan yang makanannya berasal dari tumbuhan dan hewan lain,

misalnya ayam, bebek, beruang, dan tikus.

D. Media Pembelajaran

Secara garis besar bahwa media adalah manusia, materi, atau kejadian

yang membengun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh


12

pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam hal ini, guru, buku teka dan

lingkungan sekolah merupakan media pendidikan (Gerlach dan Ely:1971)

Media sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan

penerima. Jadi, televisi, film, foto, radio, gambar, yang diproyeksikan bahan-

bahan cetakan dan sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila media itu

membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau

mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media

pembelajaran (Heinich, dan kawan-kawan (1982).

Nilai atau manfaat media pendidikan adalah sebagai berikut: 1)

Meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk bangkit berfikir dan oleh karena

itu mengurangi verbalitasme. 2) Memperbesar perhatian siswa. 3) Meletakkan

dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar siswa. 4) Memberikan

pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan motifasi belajar siswa. 5)

Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, hal ini terutama terdapat

dalam gambaran hidup. 6) Membantu tumbuhnya pengertian dan

perkembangan kemampuan berbahasa. 7) Memberikan pengalaman-

pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara-cara lain, membentuk

perkembangan efisien yang lebih mendalam, keragaman belajar yang lebih

banyak. (Hamalik,1980:27)

Penggunaan media pembelajaran adalah salah satu upaya agar siswa

memperoleh gambaran kongkrit konsep yang harus dipahami. Sebagaimana

diungkapkan oleh ahli psikologi Jerome Bruner (Muhamad, 2005:9),

menyatakan bahwa pengajaran seharusnya dimulai dari pengalaman langsung


13

menuju representasi ikonik dan baru kemudian menuju representasi simbolik.

Urutan bagaimana siswa menerima materi ajar memiliki pengaruh langsung

pada pencapaian ketuntasan belajar tersebut. Salah satu materi dalam

pembelajaran sains di kelas 4 SD adalah materi penggolongan hewan.

Alat peraga adalah alat pembantu dalam mengajar agar efektif”. Alat

peraga merupakan salah satu dari media pendidikan adalah alat untuk

membantu proses belajar mengajar agar proses komunikasi dapat berhasil

dengan baik dan efektif (Nasution, 1985:100). Media pendidikan adalah alat-

alat yang dapat dilihat dan didengar untuk membuat cara berkomunikasi

menjadi efektif (Amir Hamzah, 1981: 11).

Dari uraian-uraian di atas jelaslah bahwa media atau alat bantu

mengajar adalah merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan

kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri

siswa.

E. Peranan Alat Peraga Untuk Pendidikan Sekolah

Peranan alat peraga disebutkan sebagai berikut: (a) alat peraga dapat

membuat pendidikan lebih efektif dengan jalan meningkatkan semangat

belajar siswa, (b) alat peraga memungkinkan lebih sesuai dengan perorangan,

dimana para siswa belajar dengan banyak kemungkinan sehingga belajar

berlangsung sangat menyenangkan bagi masing-masing individu, (c) alat

peraga memungkinkan belajar lebih cepat segera bersesuaian antara kelas dan

diluar kelas, (d) alat peraga memungkinkan mengajar lebih sistematis dan
14

teratur kurikulum (Anonim,1991:26).

Teori lain yang mengatakan bahwa alat peraga dalam pengajaran

dapat bermanfaat sebagai berikut: Meletakkan dasar-dasar yang kuat untuk

berpikir sehingga mengurangi verbalisme, Dapat memperbesar perhatian

siswa, meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar,

sehingga belajar akan lebih mantap (Hamalik, 1997: 40).

Peranan alat peraga dalam pengajaran, maka pelajaran IPA merupakan

pelajaran yang paling membutuhkan alat peraga, karena pada pelajaran ini

siswa berangkat dari yang abstrak yang akan diterjemahkan kesesuatu yang

konkrit.

F. Hakikat Belajar

Seseorang dikatakan belajar bila diasumsikan dalam diri orang itu

terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku.

Selanjutnya belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung

dalam interaktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan

dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap, (Winkel

1989:36).

Secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu

perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya lebih

jauh dikatakan bahwa perubahan tingkah laku dalam belajar adalah: (1)

perubahan ini terjadi secara sadar, (2) perubahan dalam belajar bersifat

kontinu dan fungsional, (3) perubahan dalam belajar bersifat/bernilai positif


15

dan aktif, (4) perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, dan (5)

perubahan belajar bertujuan dan terarah (Slameto, 1980:2)

Belajar dalam arti yang luas adalah proses perubahan tingkah laku

yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian

mengenai sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang

terdapat dalam berbagai bidang studi, atau lebih luas lagi dalam berbagai

aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi Sedang (Rusyan 1989:8)

G. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan keterampilan dan kecakapan,

kebiasaan sikap, pengertian, pengetahuan, dan apresiasi, yang dikenal dengan

istilah kognitif afektif, dan psikomotor melalui perbuatan belajar (Abror,

1993:65).

Siswa dikatakan berhasil dalam belajarnya, apabila dapat

mengembangkan kemampuan pengetahuan dan pengembangan sikap

(Hamalik, 1990:97).

Pada bagian lain, mengemukakan bahwa hasil belajar dapat diartikan

sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di

sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai

sejumlah materi pelajaran tertentu (Alwasilah, 2000: 90-91). Dalam hal ini

pelajaran sains pokok bahasan Menggolongkan Hewan.

Tes hasil belajar dapat diartikan sebagai penilaian untuk mendapatkan

gambaran kemajuan siswa secara menyeluruh. Sejumlah prinsip yang


16

mendasari penilaian sebagaimana dirangkum oleh Weaver dalam (Alwasilah,

2000:90-91) yaitu: 1). Penilaian seyogyanya bersifat kolaboratif, dalam artian

melibatkan guru siswa itu sendiri, teman dan orang tua. 2). Penilaian

berdimensi banyak, yakni bukan hanya terfokus pada produk tapi juga proses

dan persepsi (strategi, sikap, kebiasaan siswa dan sebagainya). 3). Penilaian

seyogyanya berkelanjutan, artinya berdasarkan pengamatan kegiatan siswa

sehari-hari di dalam kelas. 4). Penilaian seyogyanya tidak sekedar hanya

pemberian angka tetapi mencerminkan dan menumbuhkan tujuan pengajaran

bagi siswa dan guru (Alwasilah, 2000:90-91)

Beberapa pendapat tersebut di atas menunjukkan bahwa hasil belajar

adalah salah satu hasil ujian dalam proses pengajaran yang dilaksanakan

secara formal. Tingkat keberhasilan siswa di dalam menguasai pelajaran di

sekolah dinyatakan dengan simbol angka atau huruf dalam raport dan

diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Pengukuran hasil belajar siswa diukur dari waktu ke waktu dan merupakan

gabungan dari aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Guru dan siswa merupakan dua unsur yang terlihat langsung dalam

proses interaksi belajar mengajar yang kondusif dari kegiatan pendidikan.

Seorang guru harus memiliki kompetensi dalam pengelolaan interaksi belajar

mengajar, sehingga berhasil. Keberhasilan ini akan terlihat dalam bentuk

prestasi belajar siswa, setelah diadakan evaluasi baik dalam bentuk test

formatif maupun test sumatif.


17

H. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan tinjauan pustaka maka hipotesis tindakan dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut, “Pemahaman konsep

menggolongkan hewan Dengan media gambar maka hasil pembelajaran IPA

siswa dapat ditingkatkan.

Anda mungkin juga menyukai