Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Matematika merupakan suatu ilmu yang dibutuhkan oleh manusia dalam
berbagai bidang, baik dalam matematika maupun dalam bidang lainnya.
Matematika tidak harus memenuhi kebutuhan masa kini saja, namun juga
memenuhi kebutuhan masa yang akan mendatang. Hal ini dikemukakan oleh
sumarno (dalam masa purwosusilo.2014) yang mengemukakan bahwa pendidikan
matematika hakikatnya mempunyai dua arah pengembangan yaitu untuk memenuhi
kebutuhan masa kini dan kebutuhan masa yang akan datang.
Pembelajaran matematika ditik beratkan pada kemampuan pemahaman
konsep dan sebuah ide yang diperlukan untuk memeyelesaikan masalah
matematika. Kemampuan pemahaman matematis adalah salah satu tujuan penting
dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan
kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan
pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri.
Skemp (dalam zulkarnain, 2014) membedakan dua jenis pemahaman konsep, yakni
pemahaman instrumental dan pemahaman relasional. Pemahaman instrumental
diartikan sebagai pemahaman atas konsep yang saling terpisah dan hanya hafal
rumus perhitungan sederhana. Dalam hal ini, seseorang hanya memahami urutan
pengerjaan algoritma. Sebaliknya, pemahaman relasional memuat skema dan
struktur yang dapat digunakan pada penyelesaian masalah yang lebih luas.
Kemampuan pemahaman dan ide siswa dalam pembelajaran matematika
yang dapat memberikan kemampuan bernalar yang logis, sistematik, kritis, dan
cermat, menumbuhkan rasa percaya diri dan rasa keindahan terhadap keteraturan
sifat matematika merupakan kebutuhan matematika pada masa depan siswa. Maka
penting juga seorang siswa untuk mempelajari matematika. Dengan belajar
matematika, maka siswa akan memiliki pola pikir yang lebih logis sehingga akan
bermanfaat dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupannya.
Berdasarkan jurnal Dwi Putra Imanuel yang diteliti yaitu Penerapan Model
Pembelajaran Langsung untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi
Menentukan Akar-Akar Rasional Sukubanyak Di Kelas XI IPA SMA Gkst
Imanuel Palu. Dalam jurnal tersebut mempunyai masalah, bahwa kemampuan

1
siswa dalam penguasaan materi matematika masih rendah terutama pada materi
suku banyak yang sulit dipahami oleh siswa dan siswa juga kesulitan dalam
mengerjakan sebuah soal yang diberikan oleh guru tersebut. Dalam belajar siswa
berfokus pada contoh soal yang diberikan oleh guru sehingga siswa hanya bisa
menyelesaikan soal dengan baik jika cara penyelesaiannya sama dengan contoh
yang diberikan oleh guru, dan apabila soal diubah maka siswa akan mengalami
kesulitan untuk menyelesaikannya. Misalkan guru melakuakan tanya jawab siswa
kurang memberikan sebuah tanggapan dan terkesan takut untuk ditanya mampun
bertanya. Hampir seluruh siswa kurang minat dan perhatian dalam proses
pembelajaran matematika. Terkait dalam penelitian jurnal tersebut bahwa siswa
tidak memperhatikan saat guru memberikan penjelasan. Siswa kurang terlatih
dalam menyelesaikan soal materi sukubanyak. Siswa juga malas menyelesaiakan
soal karena materi sukubanyak tergolong materi yang sulit. Kesimpulan masalah
tersebut kemampuan pemahaman siswa masih rendah dalam materi suku banyak,
karena model pembelajarannya yang sangat membosankan dan kurang menarik.
Berdasarkan permasalahan tersebut guru harus menciptakan kegiatan
belajar hendaknaya mempunyai model pembelajaran yang berpusat pada siswa
dengan tujuan agar siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Untuk
mengembangkan kemampuan berfikir dan pemahaman siswa terhadap materi suku
banyak, banyak model pembelajaran yang diterapkan, namun seorang peneliti
memilih model yang paling menarik dan guru harus membuat agar siswa tertarik
belajar matematika. Salah satu cara adalah dengan menciptakan kondisi belajar
mengajar yang menarik, yang memberikan kesempatan siswa lebih aktif dan kreatif
serta siswa dapat membangun pengetahuan dan pemahamannya sendiri dari
lingkungan belajarnya. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang cocok
digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing.
“snowball throwing adalah suatu permainan melempar bola salju sebagai salah satu
strategi pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan
dan menjawab pertanyaan” Sholeh (dalam alfiah, 2015). Hal tersebut diperkuat
oleh pendapat yamin (dalam alfiah, 2015) “bahwa melempar bola pertanyaan atau
snowball throwing merupakan salah satu strategi yang berfungsi merangsang siswa
untuk mengajukan pertanyaan dalam kegiatan pembelajaran.”
Dalam pembelajaran tersebut bertujuan untuk meningkatkan pemahaman
siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar matematika. Maka siswa harus

2
terlibat aktif dalam pembelajaran. Kegiatan melempar bola pertanyaan juga dapat
meningkatkan pemahaman pembelajaran kooperatif di dalam kelas. Berdasarkan
hal tersebut maka pembelajaran snowball throwing merupakan metode yang sangat
cocok digunakan untuk meningkatkan pemahaman matematika.
Berdasarkan paparan tersebut maka peneliti mengadakan penelitian yang
berjudul “ Model Pembelajaran Snowball Throwing untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Suku Banyak “ .

B. Rumusan Masalah
Setelah meninjau uraian maka dapat dirumuskan: Apakah model
pembelajaran Snowball Throwing dapat meningkatkan pemahaman siswa materi
suku banyak?

C. Tujuan Masalah
Penelitian bertujuan mengetahui apakah model pembelajaran Snowball
Throwing dapat meningkatkan pemahaman siswa materi suku banyak?

D. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
a. Sebagai bahan referensi/ pendukung penelitian selanjutnya.
b. Menambah pengembangan pembelajaran matematika.
c. Menambah kajian tentang hasil penelitian pembelajaran matematika.
2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa
Dengan model pembelajaran Snowball Throwing siswa dapat menerima
pembelajaran yang lebih inovatif dan menyenangkan sehingga mampu
meningkatkan pemahaman konsep suku banyak terhadap siswa dalam
pembelajaran.
b. Bagi guru
Dengan model pembelajaran Snowball Throwing memudahkan guru dalam
memberikan materi serta menambah wawasan pengetahuan dalam menerapkan
model pembelajaran Snowball Throwing.

3
c. Bagi sekolah
Model pembelajaran Snowball Throwing dapat menjadi panduan bagi
sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang ada di sekolah.

E. Definisi Operasional
 Adapun indikator pemahaman konsep yang termuat dalam peraturan dirjen
dikdasmen nomor 506/c/kep/pp/2004 tentang raport diuraikan bahwa indikator
siswa memahami konsep matematika adalah mampu:
1. Menyatakan ulang sebuah konsep.
2. Mengklasifikasikan obyek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan
konsepnya.
3. memberi contoh dan bukan contoh dari konsep.
4. mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep.
5. menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
6. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.
7. mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah.
untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada
penelitian ini digunakan ketujuh indikator tersebut.

Dalam belajar matematika ada dua obyek yang dipelajari siswa yaitu
obyek langsung (direct objects) dan obyek tak langsung (indirect objects). Obyek
tak langsung dari pembelajaran matematika meliputi kemampuan berpikir logis,
kemampuan memecahkan masalah, kemampuan berpikir analitis, sikap positif
terhadap matematika,ketelitian, ketekunan, kedisiplinan, dan hal-hal lain yang
secara implisit akan dipelajari jika siswa mempelajari matematika.

1. Fakta matematika adalah konvensi (kesepakatan) dalam matematika yang


dimasukkan untuk memperlancar pembicaraanpembicaran di dalam
matematika, seperti lambing-lambang dalam matematika.
2. Keterampilan-keterampilan matematika adalah operasi dan prosedur dalam
matematika, yang masing-masing merupakan suatu proses untuk mencari
sesuatu hasil tertentu.
3. Konsep-konsep matematika adalah suatu ide abstrak dalam matematika
yang memungkinkan orang untuk mengklasifikasikan apakah sesuatu

4
obyek tertentu merupakan contoh atau bukan contoh dari ide abstrak
tersebut.
4. Prinsip-prinsip matematika adalah suatu pernyataan yang bernilai benar,
yang memuat dua konsep atau lebih dan menyatakan hubungan antara
konsep-konsep tersebut.

Secara umum indikator pemahaman matematika meliputi; mengenal,


memahami dan menerapkan konsep, prosedur, prinsip dan ide matematika.
Pemahaman matematis yang digunakan dalam penelitian adalah pemahaman
instrumental dan pemahaman relasional. Dalam hal ini, untuk pemahaman
intrumental siswa diarahkan untuk memahami konsep dan rumus dalam
perhitungan yang sederhana. Sedangkan dalam pemahaman relasional, siswa
diarahkan untuk memahami suatu struktur yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah yang lebih luas dan bermakna karena adanya keterkaitan
antar konsep.

 Model pembelajaran Snowball Throwing


Pembelajaran dengan menggunakan Snowball Throwing dapat
menciptakan rasa kebersamaan dalam kelompok baik antar anggota kelompok
maupun dengan anggota kelompok lain. Sedangkan peran guru hanya memberi
pengarahan dan tuntunan saja, selebihnya siswa yang bekerja menyelesaikannya.
Langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran Snowball Throwing
adalah:
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua
kelompok untuk memberikan penjelasan tentang mater.
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing,
kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk
menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah
dijelaskan oleh ketua kelompok.
5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan
dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit.

5
6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada
siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola
tersebut secara bergantian.
7. Evaluasi.
8. Penutup.

6
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori
1. Hakikat Matematika
Matematika merupakan salah satu ilmu yang dipelajari pada setiap jenjang
pendidikan. Hal ini disebabkan karena matematika sangat dibutuhkan dan berguna
dalam kehidupan sehari- hari. Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan
menghitung, mengukur, dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Seseorang akan merasa mudah memecahkan masalah dengan bantuan matematika,
karena matematika itu sendiri memberikan kebenaran berdasarkan alasan logis dan
sistematis. Permasalahan-permasalan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari
merupakan pengetahuan yang dapat dijadikan dasar dalam mempelajari suatu materi.
Konsep pembelajaran yang dipelajari dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada
pada siswa. Sesuai dengan permendiknas nomor 22 tahun 2006, salah satu prinsip
pelaksanaan kurikulum dengan menggunakan dan memanfaatkan lingkungan sekitar
sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi guru (semua yang
terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta
lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan).
Menurut permendiknas nomor 22 tahun 2006, salah satu tujuan dari
pembelajaran matematika adalah mengembangkan kemampuan pemahaman konsep.
Sistem pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah harus memperhatikan agar
konsep dapat tertanam dengan baik kepada siswa. Sesuai dengan tujuan kurikulum,
pemahaman konsep harus mendapat tempat untuk lebih ditingkatkan di sekolah-
sekolah (Akmil, A, R. 2012)

2. Belajar
Menurut Slavin (dalam Suherman, 2014) belajar merupakan aktivitas
mental yang aktif. Hal ini sesuai dengan teori konstruktivisme bahwa “knowning is a
process, not a product”. Berbeda dengan pelaksanaannya, strategi pembelajaran
pada umumnya cenderung bersifat sekedar memindahkan ilmu pengetahuan saja.
Dalam belajar yang didasarkan pada paham konstruktivis, siswa diberi kesempatan

7
untuk menggunakan strateginya sendiri dalam belajar secara sadar, dan guru
membimbing siswa ke tingkat pengetahuan yang lebih tinggi.

3. Pembelajaran matematika
Pembelajaran matematika merupakan proses dimana siswa secara aktif
mengkonstruksi pengetahuan matematika. Pengetahuan matematika akan lebih baik
jika siswa mampu mengkonstruksi melalui pengalaman yang telah mereka miliki
sebelumnya. Untuk itu, keterlibatan siswa secara aktif sangat penting dalam kegiatan
pembelajaran. Dalam hal ini pembelajaran matematika merupakan pembentukan
pola pikir dalam penalaran suatu hubungan antara suatu konsep dengan konsep yang
lainnya. Pembelajaran matematika adalah suatu aktivitas mental untuk memahami
arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol kemudian diterapkan pada situasi
nyata. Belajar matematika berkaitan dengan apa dan bagaimana menggunakannya
dalam membuat keputusan dalam menyelesaikan masalah (Fitri, R. Helma. 2014).

4. Pemahaman konsep
Pemahaman konsep terdiri atas dua kata yaitu pemahaman dan konsep.
Pemahaman merupakan terjemahan dari comprehension yang berati “mengerti
benar”. Seseorang dikatakan paham terhadap suatu hal, apabila orang tersebut
mengerti benar dan mampu menjelaskan suatu hal yang telah dipahaminya.
Sedangkan konsep menurut gagne (Akmil, 2012) adalah ide abstrak yang
memungkinkan kita dapat mengelompokkan objek/kejadian. Jadi, pemahaman
konsep adalah kemampuan untuk memahami, memaknai, mengidentifikasi, serta
mampu menjelaskan kembali konsep tersebut secara terperinci.
Menurut Skemp (dalam Ferdianto, 2010:9) pemahaman matematis
didefinisikan sebagai kemampuan yang mengaitkan notasi dan simbol matematika
yang relevan dengan ide-ide matematika dan mengkombinasikannya ke dalam
rangkaian penalaran logis. Sedangkan menurut Kurniawan (dalam Ferdianto, 2010:9)
mengatakan, pengertian pemahaman matematis dapat dipandang sebagai proses dan
tujuan dari suatu pembelajaran matematika. Pemahaman matematis sebagai proses
berarti pemahaman matematis adalah suatu proses pengamatan kognisi yang tak
langsung dalam menyerap pengertian dari konsep/teori yang akan dipahami pada
keadaan dan situasi-situasi yang lainnya. Sedangkan sebagai tujuan, pemahaman
matematis berarti suatu kemampuan memahami konsep, membedakan sejumlah

8
konsep-konsep yang saling terpisah, serta kemampuan melakukan perhitungan
secara bermakna pada situsi atau permasalahan-permasalahan yang lebih luas”. Ada
tiga macam pemahaman matematis, yaitu : pengubahan (translation), pemberian arti
(interpretasi) dan pembuatan ekstrapolasi (ekstrapolation). Pemahaman translasi
digunakan untuk menyampaikan informasi dengan bahasa dan bentuk yang lain dan
menyangkut pemberian makna dari suatu informasi yang bervariasi. Interpolasi
digunakan untuk menafsirkan maksud dari bacaan, tidak hanya dengan kata-kata dan
frase, tetapi juga mencakup pemahaman suatu informasi dari sebuah ide. Sedangkan
ekstrapolasi mencakup estimasi dan prediksi yang didasarkan pada sebuah
pemikiran, gambaran kondisi dari suatu informasi, juga mencakup pembuatan
kesimpulan dengan konsekuensi yang sesuai dengan informasi jenjang kognitif
ketiga yaitu penerapan (application) yang menggunakan atau menerapkan suatu
bahan yang sudah dipelajari ke dalam situasi baru, yaitu berupa ide, teori atau
petunjuk teknis (Kusuma.2013).
Secara umum indikator pemahaman matematika meliputi; mengenal,
memahami dan menerapkan konsep, prosedur, prinsip dan ide matematika.
Pemahaman matematis yang digunakan dalam penelitian adalah pemahaman
instrumental dan pemahaman relasional. Dalam hal ini, untuk pemahaman
intrumental siswa diarahkan untuk memahami konsep dan rumus dalam perhitungan
yang sederhana. Sedangkan dalam pemahaman relasional, siswa diarahkan untuk
memahami suatu struktur yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang
lebih luas dan bermakna karena adanya keterkaitan antar konsep.
Serupa dengan Pollatsek, Skemp (dalam Ferdianto, 2010: 5)
menggolongkan pemahaman dalam dua tahap yaitu: a. Pemahaman instrumental,
yaitu hafal konsep/prinsip tanpa kaitan dengan yang lainnya, dengan menerapkan
rumus dalam perhitungan sederhana, dan mengerjakan perhitungan secara
algoratmik. Kemampuan ini tergolong pada kemampuan berfikir matematik tingkat
rendah. b. Pemahaman relasional, yaitu mengaitkan satu konsep/prinsip dengan
konsep/prinsip lainnya. Kemampuan ini tergolong pada kemampuan tingkat tinggi.

9
Adapun indikator pemahaman konsep yang termuat dalam Peraturan Dirjen
Dikdasmen Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tentang raport diuraikan bahwa indikator
siswa memahami konsep matematika adalah mampu:
1. Menyatakan ulang sebuah konsep.
2. Mengklasifikasikan obyek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan
konsepnya.
3. memberi contoh dan bukan contoh dari konsep.
4. mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep.
5. menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
6. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.
7. mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah.
(Zulkarnain, 2014).

5. Model pembelajaran snowball throwing


Snowball Throwing merupakan metode pengembangan model kooperatif.
“Snowball Throwing adalah suatu permainan melempar bola salju sebagai salah satu
strategi pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan
dan menjawab pertanyaan” (Alfiah, 2015 ). Hal tersebut diperkuat oleh pendapat
yamin (dalam Alfiah, 2015) “bahwa melempar bola pertanyaan atau snowball
throwing merupakan salah satu strategi yang berfungsi merangsang siswa untuk
mengajukan pertanyaan dalam kegiatan pembelajaran.”
Snowball Throwing adalah suatu permainan melempar bola salju sebagai
salah satu strategi pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk mengajukan
pertanyaan dan menjawab pertanyaan (Alfiah, 2015). pembelajaran dengan
menggunakan Snowball Throwing dapat menciptakan rasa kebersamaan dalam
kelompok baik antar anggota kelompok maupun dengan anggota kelompok lain.
Sedangkan peran guru hanya memberi pengarahan dan tuntunan saja, selebihnya
siswa yang bekerja menyelesaikannya.
Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah Snowball Throwing. Menurut
sukertiasih (dalam Irna, 2014), model pembelajaran kooperatif tipe Snowball
Throwing merupakan pengembangan dari metode diskusi, dimana siswa dibagi ke
dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memecahkan
sejumlah persoalan. Permasalahan ditulis dalam beberapa lembar kartu yang
selanjutnya masing-masing ketua kelompok diminta untuk mengambil satu kartu

10
secara acak dan mendiskusikan permasalahan yang sudah tersedia pada kartu
tersebut dengan anggota kelompoknya. Sebagai tindak lanjutnya, beberapa orang
siswa yang menjadi wakil dari masing-masing kelompok diminta untuk mengerjakan
atau menjelaskan tentang solusi dari permasalahan yang didapatkannya.
Menurut hafid (dalam Irna, 2014) model pembelajaran kooperatif tipe
Snowball Throwing merupakan salah satu modifikasi dari teknik bertanya yang
menitik beratkan pada kemampuan merumuskan pertanyaan yang dikemas dalam
sebuah permainan yang menarik yaitu saling melemparkan bola salju (Snowball
Throwing) yang berisikan pertanyaan kepada sesama teman. Model pembelajaran ini
dapat membantu siswa dalam belajar dan menciptakan interaksi untuk saling acuh
dan menghindari ketersinggungan dan kesalah pahaman serta meningkatkan
keterampilan sosial (Irna, 2014). Di dalam model pembelajaran Snowball Throwing
strategi memperoleh dan pendalaman pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan
seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan tersebut (Irna,
2014). Sedangkan menurut muplihun dkk (dalam Irna, 2014) model pembelajaran
Snowball Throwing adalah merupakan salah satu metode yang digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas, dimana antar siswa diajak untuk adu argumen
serta saling tukar pikiran melalui tugas yang dibagi perkelompok oleh guru, dalam
masing-masing kelompok tersebut menyampaikan pertanyaan ke kelompok lainnya
melalui lembaran kertas yang digulung menyerupai bola salju untuk kemudian
dilempar pada kelompok lain dan hasilnya dijawab oleh kelompok penerima dan
dilempar kembali pada kelompok asal. Dengan demikian siswa benar-benar siap
untuk mengkaji soal-soal yang diberikan guru pada masing-masing kelompok, oleh
karena itu metode ini sangat memungkinkan siswa bisa mengeluarkan agrumen
berdasarkan kajian buku yang telah ia baca. Model pembelajaran snowball throwing
ini dapat memberikan kesempatan kepada teman dalam kelompok untuk
merumuskan pertanyaan secara sistematis, membangkitkan keberanian dalam diri
siswa untuk mengemukakan pendapat, melatih siswa menjawab pertanyaan yang
diajukan temannya, mengurangi rasa takut siswa dalam bertanya kepada temannya
maupun guru, dan memungkinkan siswa saling memberikan pengetahuan.

11
6. Materi suku banyak ( polinomial)
Suku banyak (polinomial)

Pengertian suku banyak


Suku banyak (polinomial) adalah sebuah ungkapan aljabar yang variabel
(peubahnya) berpangkat bilangan bulat non negative.

Bentuk umum

𝑦 = 𝐹(𝑥) = 𝑎0 𝑥 𝑛 + 𝑎1 𝑥 𝑛−2 + ⋯ + 𝑎𝑛−1 𝑥 + 𝑎𝑛

Dengan 𝑛 ∈ bilangan buat 𝑎𝑛 ≠ 0

𝑎0 , 𝑎1 , 𝑎2 , … , 𝑎𝑛−1 , 𝑎𝑛

Disebut koefisien masing-masing bilangan real (walaupun boleh juga


komplek)

Jadi sebuah suku banyak merupakan ekpresi aljabar yang dapat diperoleh dari
konstanta (angka/bilangan) dan variabel hanya dengan menggunakan operasi
penjumlahan pengurangan dan perkalian.

Operasi aljabar dalam polinomial

a. Penjumlahan dan pengurangan


Dua bentuk polinomial dapat dilakukan penjumlahan dan pengurangan dengan
menjumlah atau mengurang antar koefisien pada suku sejenisnya, seperti
contoh
(i) 8𝑥 + 3𝑥 = (8 + 3)𝑥 = 11𝑥 sifat distributif
(ii) 8𝑥 − 3𝑥 = (8 − 3)𝑥 = 5𝑥 sifat distributif
(iii) 5𝑥𝑦 + (−2𝑥𝑦 ) = (5 + (−2))𝑥𝑦 2 = 3𝑥𝑦 2
2 2

(iv) 5𝑥𝑦 2 − (−2𝑥𝑦 2 ) = [5 − (−2)]𝑥𝑦 2


= (5 + 2)𝑥𝑦 2
= 7𝑥𝑦 2

b. Perkalian
Dalam melakukan perkalian polinomial, kita biasanya menggunakan sifat
distributif .
𝑎 . (𝑏 + 𝑐 + ⋯ + 𝑘) = 𝑎 . 𝑏 + 𝑎. 𝑐 + ⋯ + 𝑎 . 𝑘 dan
(𝑏 + 𝑐 + ⋯ + 𝑘). 𝑎 = 𝑏 . 𝑎 + 𝑐 . 𝑎 + ⋯ + 𝑘 . 𝑎

Pembagian suku banyak (polinomial)

12
Yang dibagi = pembagi × hasil bagi + sisa pembagian
Definisi
Suatu suku banyak 𝑃(𝑥) berderajat 𝑛 dibagi 𝑄 (𝑥) berderajat 𝑚 (dengan 𝑚 <
𝑛 ) menghasilkan hasil bagi 𝐻(𝑥) berderajat (𝑛 − 𝑚) dan sisa 𝑆 (𝑥) maksimal
berderajat (𝑚 − 1), dapat dituliskan :
𝑃 (𝑥) 𝑆 (𝑥)
𝑃(𝑥) ≡ 𝑄 (𝑥). 𝐻 (𝑥) + 𝑆 (𝑥) 𝑎𝑡𝑎𝑢 = 𝐻 (𝑥) +
𝑄 (𝑥) 𝑄 (𝑥)
Teorema sisa
Teorema 1 : pembagi berbentuk (𝒙 − 𝒉)
jika suku banyak 𝑃(𝑥) berderajat 𝑛 dibagi (𝑥 − ℎ) , maka sisa
pembagiannya adalah 𝑃(ℎ).
Bukti :
Pandang : 𝑃(𝑥) ≡ (𝑥 − ℎ). 𝐻 (𝑥) + 𝑆 (𝑥)
Dengan mensubtitusikan 𝑥 − ℎ = 0 atau 𝑥 = ℎ , diperoleh:
𝑃(ℎ) ≡ 0 . 𝐻 (ℎ) + 𝑆
⇔ 𝑃(ℎ) ≡ 0 + 𝑆
∴ 𝑆 (𝑥) = 𝑃 (ℎ) terbukti
Teorema 2 : pembagi berbentuk (𝒂𝒙 − 𝒃)
Jika suku banyak 𝑃(𝑥) berderajat 𝑛 dibagi (𝑎𝑥 − 𝑏) , maka sisa
𝑏
pembagiannya adalah 𝑆(𝑥) = 𝑃 (𝑎).

Bukti :
𝑃(𝑥) ≡ (𝑎𝑥 − 𝑏)𝐻 (𝑥) + 𝑆(𝑥)
𝑏
𝑃(𝑥) ≡ 𝑎𝐻 (𝑥)(𝑥 − 𝑎) + 𝑆(𝑥)
𝑏
𝑃(𝑥) ≡ (𝑥 − 𝑎) {𝑎𝐻 (𝑥)} + 𝑆(𝑥)
𝑏
Subtitusikan 𝑥 = 𝑎 , diperoleh :
𝑏 𝑏 𝑏 𝑏
𝑃 (𝑎) ≡ (𝑎 − 𝑎) {𝑎𝐻 (𝑎)} + 𝑆(𝑥)
𝑏
∴ 𝑆 (𝑥) = 𝑃 (𝑎) terbukti .

Teorema 3 : pembagi berbentuk (𝒙 − 𝒉𝟏 ) (𝒙 − 𝒉𝟐 )


Jika suku banyak 𝑃(𝑥) berderajat 𝑛 dibagi (𝑥 − ℎ1 ) (𝑥 − ℎ2 ), maka sisa
pembagiannya adalah
𝑃(ℎ1 ) − (ℎ2 ) ℎ1 𝑃(ℎ2 ) − ℎ2 𝑃(ℎ1 )
𝑆(𝑥) = .𝑥 +
ℎ1 − ℎ2 ℎ1 − ℎ2
13
Dengan ℎ1 ≠ ℎ2 , ℎ1 ≠ 0 , dan ℎ2 ≠ 0

Bukti :

Pembagi (𝑥 − ℎ1 ) (𝑥 − ℎ2 ) berderajat 2, maka sisanya maksimum berderajat


1. Misalkan sisanya berbentuk(𝑎𝑥 + 𝑏) dan hasil baginya 𝐻(𝑥). Hal ini
berarti:

𝑃(𝑥) = (𝑥 − ℎ1 )(𝑥 − ℎ2 ). 𝐻 (𝑥) + (𝑎𝑥 + 𝑏)

 Subtitusikan : 𝑥 − ℎ1 = 0 ⇒ 𝑥 = ℎ1 diperoleh:

𝑆1 = 𝑃 (ℎ1 ) ⇒ 𝑎ℎ1 + 𝑏 = 𝑃 (ℎ1 ) ...................................... (1)

 Subtitusikan : 𝑥 − ℎ2 = 0 ⇒ 𝑥 = ℎ2 diperoleh:
𝑆1 = 𝑃 (ℎ2 ) ⇒ 𝑎ℎ2 + 𝑏 = 𝑃 (ℎ2 ) ...................................... (2)
 Eliminasi – subtitusi persamaan (1) dan (2), diperoleh:
𝑃(ℎ1 ) − (ℎ2 ) ℎ1 𝑃(ℎ2 ) − ℎ2 𝑃(ℎ1 )
𝑎= 𝑑𝑎𝑛 𝑏 =
ℎ1 − ℎ2 ℎ1 − ℎ2
Jadi sisa pembagiannya:

𝑃(ℎ1 )−(ℎ2 ) ℎ1 𝑃(ℎ2 )−ℎ2 𝑃(ℎ1 )


𝑆(𝑥) = .𝑥 + terbukti
ℎ1 −ℎ2 ℎ1 −ℎ2

Teorema faktor
Misalnya 𝑃 (𝑥) suatu suku banyak, (𝑥 − ℎ) merupakan faktor dari 𝑃(𝑥) jika
dan hanya jika 𝑃(ℎ) = 0 .
Bukti :
Pembuktian teorema faktor ini kita buktikan dalam dua arah .
Arah pertama:
Jika (𝑥 − ℎ) merupakan faktor dari 𝑃 (𝑥) maka 𝑃 (𝑥) dapat ditulis sebagai:
𝑃 (𝑥) = (𝑥 − ℎ). 𝐻 (𝑥) + 0
Hal ini berarti sisanya sama dengan nol, yaitu:
𝑆 = 𝑃 (ℎ) = 0 , karena 𝑃 (ℎ) = (ℎ − ℎ). 𝐻 (𝑥) = 0
Arah kedua:

14
Berdasarkan teorema sisa: 𝑃 (𝑥) = (𝑥 − ℎ)𝐻 (𝑥) + 𝑆 dengan 𝑆 = 𝑃(ℎ). Oleh
karena 𝑃 (ℎ) = 0 maka persamaan diatas menjadi:
𝑃 (𝑥) = (𝑥 − ℎ)𝐻(𝑥)
Hubungan ini menunjukkan bahwa (𝑥 − ℎ) adalah faktor dari 𝑃 (𝑥). Jadi,
𝑃 (ℎ0 = 0 jika dan hanya jika (𝑥 − ℎ) merupakan faktor dari 𝑃 (𝑥). Teorema
ini disebut teorema faktor.
Persamaan suku banyak
Persamaan suku banyak dalam variabel 𝑥 dengan koefisien bilangan real
𝑎𝑛 𝑥 𝑛 + 𝑎𝑛−1 𝑥 𝑛−1 + 𝑎𝑛−2 𝑥 𝑛−2 + ⋯ + 𝑎1 𝑥 + 𝑎0 = 0
Dengan 𝑎𝑛 ≠ 0, dimana 𝑛 adalah bilangan asli dan 𝑎𝑛 , 𝑎𝑛−1 , 𝑎𝑛−2 , … 𝑎0
adalah konstanta. Penentuan nilai 𝑥 dapat dilakukan dengan bangan horner,
yaitu:
Jika 𝑃(𝑥) suku banyak, maka (𝑥 − ℎ) adalah faktor dari 𝑃(𝑥) jika dan hanya
jika ℎ merupakan akar persamaan 𝑃(𝑥) = 0.

B. Penelitian Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Pramita Dewiatmini. 2010 terhadap siswa
kelas VIIA SMP Negeri 14 Yogyakarta, dengan judul Upaya Meningkatkan
Pemahaman Konsep Matematika pada Pokok Bahasan Himpunan Siswa Kelas VII
A SMP Negeri 14 Yogyakarta Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Menunjukan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk mengetahui respons siswa
terhadap pembelajaran matematika. Dan dalam pelaksanaan pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement
divisions (STAD) untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Yatim Al Fatoni.2014 terhadap siswa kelas
II Semester II MI Ma’arif Tanjunganom Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang,
dengan judul Upaya Meningkatakan Pemahaman Siswa Dalam Pembelajaran
Matematika Materi Bangun Datar dengan Metode Demostrasi Pada Siswa Kelas II
Semester II MI Ma’arif Tanjunganom Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang.
Menunjukkan bahwa metode demostrasi meningkatkan pemahaman siswa dalam
pembelajaran matematika yang sangat segnifikan dari pada menggunakan metode
ceramah yang kurang memberi perhatian yang baik bagi siswa.

15
3. penelitian yang dilakukan oleh Narlan Suhendar. 2014 terhadap siswa di
MTS Asy-Syariah, dengan judul Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman
Matematik Siswa Dengan Model Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem
Solving (TAPPS)”. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah
Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Menunjukkan bahwa
dengan menggunakan metode pembelajaran TAPPS kemampuan pemahaman
matematika siswa akan meningkat dari pada metode yang digunakan pembelajaran
konvensional yang akan menimbulkan pemahaman siswa akan rendah.

C. Kerangka Berfikir
Kehidupan dunia dalam pendidikan sangat dibutuhkan oleh manusia,
pendidikan merupakan genersi bagi nusa dan bangsa. Maka guru dalam
melaksanakan tugas sebagai pengajar, idealnya mampu menyelenggarakan proses
pembelajaran yang berkualitas. Pembelajaran guru yang berkualitas berupa
pembelajaran yang dapat menyampaikan materi secara baik dan dapat di mengerti
oleh siswa serta mampu membuat suasana pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan, sehingga siswa dapat mengikuti proses pembelajaran tersebut
dengan aktif, kreatif dan mampu mengkontruksi ilmu pengetahuan yang diberikan
dalam proses pembelajaran tersebut. Agar proses pembelajaran yang berkualitas
dapat terselenggara dengan baik, maka salah satu faktor yang berperan dalam upaya
penciptaan pembelajaran yang berkualitas adalah penggunaan model atau metode
pembelajaran yang tepat, menasrik dan menyenangkan bagi siswa. Penggunaan
model atau strategi yang tepat diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
tuntas dan pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika.
Model pembelajaran snowball throwing merupakan salah satu model yang
menghidupkan suasana pembelajaran dikelas agar kelas menjadi aktif dan dapat
mendorong siswa pada kegiatan mengkonstruksi ilmu pengetahuan yang
disampaikan oleh guru. Aktivitas utama dalam pembelajaran snowball throwing
adalah siswa memperoleh atau menguasai konsep materi suku banyak (polinomial)
pelajaran melalui tanya jawab yang dibuat dalam bentuk bola-bola serta berdiskusi
kelompok dengan mempresentasikan hasil diskusi kelompok.

16
Pembelajaran kooperatif secara bersama-sama membantu siswa dalam
pembelajaran akademik mereka. Siswa akan menggunakan tingkat berpikir yang
lebih tinggi selama ataupun setelah melakukan permainan Snowbal Throwing
maupun diskusi dalam kelompok kooperatif, dari pada mereka yang belajar secara
individual atau kompetitif. Materi yang dipelajari siswa melalui metode tersebut
juga diharapkan mampu diingat untuk periode yang lama. Diantara berbagai model
pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika adalah
model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. Dengan adanya inovasi
model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dan ini dapat meningkatkan
pemahaman konsep matematika materi suku banyak (polinomial).

Gambaran kerangka berfikir

Gaya mengajar
guru

Pemahaman konsep suku


banyak meningkat
Pemahaman
konsep rendah

Model pembelajaran
Snowball Throwing
Pemilihan model
pembelajaran

17
D. Hipotesis
Dalam pengujian hipotesis secara statistik dilakukan bertujuan untuk
menarik kesimpulan dari data hasil post-test. Berdasarkan hasil uji normalitas
didapat data post-test yaitu berdistribusi normal, maka dilakukan pengujian
hipotesis secara statistik. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah
“meningkatkan pemahaman konsep dengan menggunakan model pembelajaran
Snowball Throwing pada pembelajaran matematika siswa kelas XI SMA Darul
Ulum Jombang tahun pelajaran 2016/2017 secara signifikan tuntas”. Setelah
diketahui data pre-test dan post-test berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan
uji hipotesis. Uji hipotesis statistik dari data pre-test dan post-test adalah: s
𝐻𝑎 = rata-rata pemahaman konsep siswa setelah mengikuti pembelajaran
matematika dengan menggunakan model pembelajaran snowball throwing
lebih dari atau sama dengan 70 (𝐻𝑎 ≥ 70).
𝐻0 = rata-rata pemahaman konsep setelah mengikuti pembelajaran matematika
dengan menggunakan model pembelajaran snowball throwing kurang dari
(𝐻0 < 70).

18
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi
Experiment (eksperimen semu), yaitu penelitian yang mendekati percobaan
sungguhan dimana tidak mungkin mengadakan kontrol atau memanipulasi semua
variabel yang relevan (Zulkarnain, 2014). Objek dalam penelitian ini adalah
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada kelas eksperimen dan kontrol
yang diukur melalui tes evaluasi awal dan tes evaluasi akhir.
Desain penelitian yang digunakan adalah desain kelompok kontrol non-
ekuivalen (Non Equivalent Control-Group Design). Dalam desain ini terdapat dua
kelompok yang tidak dipilih secara acak, kemudian diberi tes evaluasi awal untuk
mengetahui keadaan awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Zulkarnain,
2014). Desain tersebut dapat dilihat seperti berikut ini:

Keterangan:
𝑂1 = evaluasi awal kemampuan pemahaman konsep matematis
𝑂2 = evaluasi akhir kemampuan pemahaman konsep matematis
X = pembelajaran dengan model pembelajaran Snowball Throwing
... = subjek tidak dikelompokkan secara acak

B. Tempat Waktu dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan DI SMA DU 2 Darul Ulum Jombang,
pada saat semester ganjil , dan akan dilakukan dikelas XI IPA. Waktu pelaksanaan
penelitian ini dimulai pada tanggal 21 september - 1 oktober 2017.

19
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Kelas XI IPA Sma Du 2 Darul
Ulum Jombang Tahun Pelajaran 2016-1017 yang terdiri dari 8 kelas. Untuk
menentukan sampel penelitian, dipilih 2 dari 8 kelas berdasarkan Purposive
Sampling. Dari dua kelas yang terpilih, kemudian digunakan teknik Random
Sampling untuk menentukan kelas yang pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran Snowball Throwing (kelas eksperimen) dan kelas yang menggunakan
pembelajaran konvensional (kelas kontrol).

D. Variabel Penelitian
Penetapan variabel dalam penelitian adalah penting. Dalam penelitian ini
terdapat dua variabel yaitu, sebagai berikut: variabel bebas dalam penelitian ini yaitu
model pembelajaran Snowball Throwing. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu
meningkatkan pemahaman siswa materi suku banyak.

E. Rancangan Penelitian
Model yang digunakan model pembelajaran kooperatif, metode snowball
trowing yang terlibat siswa aktif dalam pembelajaran tersebut.

F. Intrumen Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes tersebut
berbentuk tes uraian yang mana siswa menyelesaikan soal yang berhubungan
dengan materi suku banyak,dan intrument juga menggunakan kuisioner (angket).

G. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes,
dokumentasi, dan kuisioner (angket). Penelitian ini menggunakan tes evaluasi awal
dan tes evaluasi akhir dalam bentuk uraian (essay) dengan materi segiempat yang
digunakan untuk mengukur pemahaman konsep matematis siswa. Data yang
diperoleh merupakan nilai kognitif hasil pemahaman konsep matematis yang berupa
nilai evaluasi awal dan nilai evaluasi akhir program pembelajaran yang dianalisis
dengan menggunakan statistika deskriptif dan statistika inferensial.

20
Hasil pemahaman konsep matematis yang dicapai oleh siswa pada tes
evaluasi awal dan tes evaluasi akhir dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
𝑁= × 100
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
dengan n sebagai nilai akhir. Kemudian nilai rata-rata kemampuan pemahaman
konsep matematis tersebut dapat diinterpretasikan menggunakan tabel sebagai
berikut.

Tabel 1 interpretasi kemampuan pemahaman konsep matematis


No Nilai Kreteria
1 ≥ 95,00 Istimewa
2 80,00-94,99 Amat baik
3 65,00-79,99 Baik
4 55,00-64,99 Cukup
5 40,00-54,99 Kurang
6 < 40,00 Amat kurang

Selain itu, tingkat persentase pemahaman konsep matematis per indikator


yang dicapai oleh siswa pada tes evaluasi awal dan tes evaluasi akhir dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
𝑃= × 100
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
Dengan P sebagai persentase skor jawaban siswa. Selanjutnya persentase
kemampuan pemahaman konsep matematis tersebut dapat dikualifikasikan sebagai
berikut.
Tabel 2 kualifikasi kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
Persentase (%) Kualifikasi pemahaman konsep
81-100 Sangat tinggi
61-80,99 Tinggi
41-60,99 Cukup
21-40,99 Rendah
0-20,99 Sangat rendah

21
N-Gain dari skor tes evaluasi awal dan tes evaluasi akhir kelas eksperimen
dan kontrol digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa. Ngain dihitung dengan menggunakan rumus yang
dikembangkan oleh meltzer (dalam Zulkarnain, 2014):
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡− 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘 𝑁 − 𝐺𝑎𝑖𝑛 (𝐺) =
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚− 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
Keterangan:
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑒𝑣𝑎𝑙𝑢𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑒𝑣𝑎𝑙𝑢𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟

Adapun untuk kriteria rendah, sedang dan tinggi yang mengacu pada
kriteria hake (dalam Zulkarnain, 2014) sebagai berikut:
indeks gain < 0,30 : rendah
0,30 ≤ indeks gain ≤ 0,70 : sedang
Indeks gain > 0,70 : tinggi

H. Teknik analisis data


Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian
adalah teknik kuantitatif menggunakan uji-t.
Uji-T atau T-Test adalah salah satu test statistik yang dipergunakan untuk
menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesis nol/nihil (Ho) yang menyatakan bahwa
di antara dua buah mean sampel yang diambil secara random dari populasi yang
sama tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Berdasarkan penelitian dari nilai N-Gain kelas eksperimen, tidak ada
satupun siswa yang termasuk kualifikasi rendah. Frekuensi tertinggi berada pada
kualifikasi sedang. Dari data yang diperoleh diketahui bahwa rata-rata nilai N-Gain
kelas eksperimen adalah 0,67 dan termasuk kualifikasi sedang. Sementara pada kelas
kontrol, dari nilai n-gain 38 siswa kelas kontrol, yang termasuk kualifikasi rendah
ada 12 siswa atau 31,58%. Frekuensi tertinggi juga berada pada kualifikasi sedang.
Rata-rata nilai N-Gain kelas kontrol adalah 0,46 dan termasuk kualifikasi sedang.

22
Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan diperoleh bahwa nilai
signifikansi data indeks n-gain pada kelas eksperimen sebesar 0,405 dan kelas
kontrol sebesar 0,804. Nilai signifikansi kedua kelas lebih dari taraf signifikansi,
sehingga 𝐻0 diterima. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa data indeks n-gain
kedua kelas tersebut berdistribusi normal. Sementara berdasarkan uji homogenitas
diperoleh bahwa nilai signifikansi varians data indeks n-gain pada kedua kelas
sebesar 0,056. Nilai signifikansi tersebut lebih dari taraf signifikansi, sehingga
𝐻0 diterima. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa data indeks n-gain kedua
kelas tersebut homogen. Telah diketahui bahwa data indeks N-Gain berdistribusi
normal dan homogen. Oleh karena itu, dilanjutkan dengan uji beda menggunakan
program SPSS yaitu uji t atau Independent Sample T-Test. Berdasarkan output uji t
indeks ngain diperoleh bahwa nilai signifikansi data indeks n-gain pada kedua kelas
sebesar 0,000. Nilai signifikansi tersebut kurang taraf signifikansi, sehingga
𝐻0 ditolak dan 𝐻𝑎 diterima. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-
rata peningkatan pemahaman konsep matematis siswa kelas eksperimen dan rata-rata
peningkatan pemahaman konsep matematis siswa kelas kontrol. Oleh karena itu,
berdasarkan perhitungan rata-rata indeks N-Gain siswa, dapat disimpulkan bahwa
nilai rata-rata peningkatan pemahaman konsep matematis siswa kelas eksperimen
lebih tinggi dibanding nilai rata-rata peningkatan pemahaman konsep matematis
siswa kelas kontrol.

23
DAFTAR PUSTAKA

Zulkarnain, I. & Sari, N, A. 2014. Model Penemuan Terbimbing dengan Teknik Mind
Mapping Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 2, Nomor 3, Oktober
2014, Hlm: 240 – 249.

Purwosusilo. 2014. Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah


Matematik Siswa SMK melalui Strategi Pembelajaran React (Studi
Eksperimen Di SMK Negeri 52 Jakarta). Jurnal Pendidikan Dan Keguruan,
ISSN : 2356-3915, Vol. 1 , No. 2, hlm: 30-40
Akmil, A, R., Armiati., Dan Rizal, Y.2012. Implementasi CTL Dalam Meningkatkan
Pemahaman Konsep Matematika Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol.
1 No. 1, hlm. 24-29.
Kusuma, D, A. 2013. Meningkatkan Pemahaman Mahasiswa dalam Mata Kuliah Kalkulus
Dengan Menggunakan Pendekatan Investigasi. Jurusan Matematika, Fmipa
Unpad Bandung . ISSN 977-2338831, Volume 1,Hlm: 96-99.

Sukino. (2013) Matematika Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Alam. Jakarta:PT
Gelora Aksara Pratama.

Pramita, D. 2010. Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika pada Pokok


Bahasan Himpunan Siswa Kelas VII A SMP Negeri 14 Yogyakarta Dengan
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement
Divisions (Stad). Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta. Tidak
diterbitkan.
Yatim, A.2014. Upaya Meningkatakan Pemahaman Siswa Dalam Pembelajaran
Matematika Materi Bangun Datar dengan Metode Demostrasi pada Siswa
Kelas II Semester II Mi Ma’arif Tanjunganom Kecamatan Salaman Kabupaten

24
Magelang. Skripsi Jurusan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tidak diterbitkan.
Narlan, S. 2014. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematik Siswa Dengan
Model Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS)”. Skripsi
Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Tidak diterbitkan.
Ferdianto, F. Dan Ghanny. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis
Siswa Melalui Problem Posing. Jurnal Euclid, ISSN 2355-17101, Vol.1, No.1,
Pp. 1-59.
Alfiah, Y. & Arigiyati, T, A. 2015. Efektivitas Model Pembelajaran Snowball Throwing
Melalui Pemanfaatan Prized Chart Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas VII SMP N 11 Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Matematika Union Vol 2,
No 3, hlm: 221-226.
Vidianawati, I., Suherman., Dan Tiwow, V, M. 2014. Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Struktur Atom
Kelas X di SMA Negeri 1 Marawola. Jurnal Akademika Kimi, ISSN 2302-
6030, Volume 3, No. 1, hlm: 42-49.
Imanuel, D, P. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Langsung Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Materi Menentukan Akar-Akar Rasional Sukubanyak
Di Kelas XI IPA SMA Gkst Imanuel Palu. Jurnal Pendidikan Matematika,
Volume 03, Nomor 02, hlm: 132-144.

25

Anda mungkin juga menyukai