Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmannirohim

Puji skur khadirat allah SWT yang telah memberikan nikmatnya,sehinga meteri ini dapat
saya susun.Materi ini disusun dan ditulis untuk menambah pengetahuan kita mengenai
PANCASILA sehinga kita semua dapat lebih mengerti tentang arti pancasila serta unsur-
unsur pancasila.

Materi ini disusun untuk dapat membantu kita dalam mendalami matakuliah tentang bab
ini sehingga kita mudah menyerap isi-isi dari kandungan materi ini,dan semoga kita dapat
lebih mencintai negara kita .

Saya sadar bahwa materi ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
kekuranganya oleh karena itu kritik serta saran saya harapkan untuk menambah wawasan
saya,untuk itu saya ucapkan banyak terimakasih dan minta maaf sebanyak-banyaknya apabila
ada kesalahan penulisan.

Jakarta, 26 april 2015

M.CHOIRUL UMAM
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nilai norma dan moral adalah konsep-konsep yang saling terkait. Dalam hubungannya
dengan pancasila maka ketiganya akan memberikan pemahaman yang saling melengkapi
sebagai sistem etika.

Oleh karena itu, suatu pemikiran filsafat adalah suatu nilai-nilai yang mendasar yang
memberikan landasan bagi manusia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Nilai-nilai tersebut dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat praksis atau kehidupan
nyata dalam masyarakat, bangsa dan Negara maka diwujudkan dalam norma-norma yang
kemudian menjadi pedoman. Norma-norma itu meliputi :

1. Norma moral : Yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari
sudut baik dan buruk, sopan atau tidak sopan, susila atau tidak susila
2. Norma hukum : Sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu tempat
dan waktu tertentu dalam pengertian ini peraturan hukum. Dalam pengertian itulah Pancasila
berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber hukum.Dengan demikian, Pancasila pada
hakikatnya bukan merupakan suatu pedoman yang langsung bersifat normatif ataupun praksis
melainkan merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan sumber norma.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Khusus

a) Agar mahasiswa lebih memahami tentang materi Pancasila Sebagai Sistem Etika.

b) Untuk mendorong semangat mahasiswa agar memiliki etika yang sesuai dengan Sila
dalam Pancasila.

2. Tujuan Umum

a) Untuk menambah wawasan mahasiswa tentang Pancasila Sebagai Sistem Etika.

b) Untuk memberi gambaran secara tertulis tentang Pancasila Sebagai Sistem Etika.

C. Ruang Lingkup Penulisan

Dengan mengacu pada judul, maka penulis membatasi materi ini hanya membahas tentang
Pancasila sebagai Sistem Etika.
BAB II
LANDASAN

A. Pengertian Etika

Etika adalah kelompok filsafat praktis (filsafat yang membahas bagaimana manusia bersikap
terhadap apa yang ada) dan dibagi menjadi dua kelompok. Etika merupakan suatu pemikiran
kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah ilmu
yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran tertentu atau
bagaimana kita bersikap dan bertanggung jawab dengan berbagai ajaran moral. Kedua
kelompok etika yaitu, Etika Umum dan Etika Khusus.

Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia.
Pemikiran etika beragam, tetapi pada prinsipnya membicarakan asas-asas dari tindakan dan
perbuatan manusia, serta system nilai apa yang terkandung didalamnya.

Etika khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut diatas dalam hubungannya dengan


berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika individual) maupun
makhluk sosial (etika sosial). Etika khusus dibagi menjadi 2 macam yaitu Etika Individual
dan Etika Sosial.

Etika Individual membahas kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri dan dengan
kepercayaan agama yang dianutnya serta kewajiban dan tanggung jawabnya terhadap
Tuhannya.

Etika Sosial membahas norma-norma sosial yang harus dipatuhi dalam hubungannya dengan
manusia, masyarakat, bangsa dan Negara.

B. Pengertian Nilai, Norma dan Moral

1. Pengertian Nilai

Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk
memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang
atau kelompok. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi mendorong dan mengarahkan
(motivator) sikap dan perilaku manusia. Nilai sebagai suatu sistem merupakan salah satu
wujud kebudayaan di samping sistem sosial dan karya.
Pandangan para ahli tentang nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat :

a. Alport mengidentifikasikan nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan masyarakat


dalam enam macam, yaitu :

1). Nilai teori 4). Nilai sosial

2). Nilai ekonomi 5). Nilai politik dan

3). Nilai estetika 6). Nilai rohani


b. Max Scheler, mengelompokkan nilai menjadi enam tingkatan, yaitu:

1). Nilai kenikmatan 3). Nilai kejiwaan

2). Nilai kehidupan 4). Nilai kerohanian

c. Notonagoro, membedakan nilai menjadi tiga, yaitu :

1). Nilai material 3). Nilai kerohanian

2). Nilai vital

Nilai berperan sebagai pedoman menentukan kehidupan setiap manusia. Nilai manusia
berada dalam hati nurani, kata hati dan pikiran sebagai suatu keyakinan dan kepercayaan
yang bersumber pada berbagai sistem nilai.

2. Pengertian Norma

Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai mahluk budaya, moral, religi, dan
sosial. Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki oleh tata nilai
untuk dipatuhi. Oleh karena itu norma dalam perwujudannya norma agama, norma filsafat,
norma kesusilaan, norma hukum dan norma sosial. Norma memiliki kekuatan untuk dipatuhi
karena adanya sanksi.

Norma-norma yang terdapat dalam masyarakat antara lain :

Ø Norma agama : adalah ketentuan hidup masyarakat yang ber-

sumber pada agama.

Ø Norma kesusilaan : adalah ketentuan hidup yang bersumber pada hati

nurani, moral atau filsafat hidup.

Ø Norma hukum : adalah ketentuan-ketentuan tertulis yang berlaku

dan bersumber pada UU suatu Negara tertentu.

Ø Norma sosial : adalah ketentuan hidup yang berlaku dalam

hubungan antara manusia dalam masyarakat.


3. Pengertian Moral

Pengertian moral berasal dari kata mos (mores) yang sinonim dengan kesusilaan, kelakuan.
Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan
perbuatan manusia.Seorang pribadi yang taat kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah dan
norma-norma yang berlaku dalam masyarakatnya, dianggap sesuai dan bertindak secara
moral. Jika sebaliknya yang terjadi maka pribadi itu dianggap tidak bermoral. Moral dalam
perwujudannya dapat berupa peraturan dan atau prinsip-prinsip yang benar, baik terpuji dan
mulia. Moral dapat berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan norma yang mengikat
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

C. Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praksis

1. Nilai Dasar

Meskipun nilai bersifat abstrak dan tidak dapat diamati oleh panca indra manusia, namun
dalam kenyataannya nilai berhubungan dengan tingkah laku manusia. Setiap meiliki nilai
dasar yaitu berupa hakikat, esensi, intisari atau makna yang dalam dari nilai-nilai tersebut.
Nilai dasar berifat universal karena karena menyangkut kenyataan obyek dari segala sesuatu.
Contohnya tentang hakikat Tuhan, manusia serta mahkluk hidup lainnya.

Nilai dasar yang berkaitan dengan hakikat manusia maka nilai-nilai itu harus bersumber pada
hakikat kemanusiaan yang dijabarkan dalam norma hukum yang diistilahkan dengan hak
dasar (hak asasi manusia). Dan apabila nilai dasar itu berdasarkan kepada hakikat suatu benda
(kuatutas,aksi, ruang dan waktu) maka nilai dasar itu juga dapat disebut sebagai norma yang
direalisasikan dalam kehidupan yang praksis. Nilai Dasr yang menjadi sumber etika bagi
bangsa Indonesia adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
2. Nilai Instrumental

Nilai instrumental adalah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan dari nilai dasar. Nilai
dasar belum dapat bermakna sepenuhnya apabila belum memiliki formulasi serta parameter
atau ukuran yang jelas dan konkrit. Apabila nilai instrumental itu berkaitan dengan tingkah
laku manusia dalam kehidupan sehari-hari makan itu akan menjadi norma moral. Namun
apabila nilai instrumental itu berkaitan dengan suatu organisasi atau Negara, maka nilai
instrumental itu merupakan suatu arahan, kebijakan, atau strategi yangbersumber pada nilai
dasar sehingga dapat juga dikatakan bahwa nilai instrumental itu merupakan suatu
eksplisitasi dari nilai dasar. Dalam kehidupan ketatanegaraan Republik Indonesia, nilai-nilai
instrumental dapat ditemukan dalam pasal-pasal undang-undang dasar yang merupakan
penjabaran Pancasila.

3. Nilai Praksis

Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam kehidupan yang
lebih nyata dengan demikian nilai praksis merupakan pelaksanaan secara nyata dari nilai-nilai
dasar dan nilai-nilai instrumental.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pancasila sebagai Sistem Etika Dalam PILKADA sampai PEMILU

Pancasila adalah sebagai dasar negara Indonesia, memegang peranan penting dalam setiap
aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Pancasila banyak memegang peranan yang sangat
penting bagi kehidupan bangsa Indonesia, salah satunya adalah “Pancasila sebagai suatu
sistem etika”.

Di dunia internasional bangsa Indonesia terkenal sebagai salah satu negara yang memiliki
etika yang baik, rakyatnya yang ramah tamah, sopan santun yang dijunjung tinggi dan banyak
lagi, dan pancasila memegang peranan besar dalam membentuk pola pikir bangsa ini
sehingga bangsa ini dapat dihargai sebagai salah satu bangsa yang beradab
didunia.Kecenderungan menganggap hal yang tak penting akan kehadiran pancasila
diharapkan dapat ditinggalkan. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang beradab.
Pembentukan etika bukanlah hal yang mudah, karena berasal dari tingkah laku dan hati
nurani.Pancasila sebagai etika, dapat kita ketahui bahwa dalam pembahasan Bab 3 ini tentang
pancasila sebagai etika. Etika merupakan kelompok filsafat praktis (filsafat yang membahas
bagaimana manusia bersikap terhadap apa yang ada ) dan dibagi mejadi kelompok. Etika
merupakan pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan
moral. Etika juga ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita harus belajar
tentang etika dan mengikuti ajaran moral. Etika pun dibagi menjadi 2 kelompok etika umum
dan khusus.

Etika khusus ini terbagi dua yaitu terdari etika individual dan etika social. Etika politik adalah
cabang bagian dari etika social dengan demikian membahas kewajiban dan norma-norma
dalam kehidupan politik, yaitu bagaimana seseorang dalam suatu masyarakat kenegaraan (
yang menganut system politik tertentu) berhubungan secara politik dengan orang atau
kelompok masyarakat lain. Dalam melaksanakan hubungan politik itu seseorang harus
mengetahui dan memahami norma-norma dan kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi.Dan
pancasila memegang peranan dalam perwujudan sebuah sistem etika yang baik di negara ini.
Disetiap saat dan dimana saja kita berada kita diwajibkan untuk beretika disetiap tingkah laku
kita. Seperti tercantum di sila ke dua “ kemanusian yang adil dan beadab” tidak dapat
dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam membangun etika bangsa ini sangat berandil
besar, Setiap sila pada dasarnya merupakan azas dan fungsi sendiri-sendiri, namun secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan.
Maka bisa dikatakan bahwa fungsi pancasila sebagai etika itu sangatlah penting agar
masyarakat harus bisa memilih dan menentukan calon yang akan menjabat dan menjadi
pimpinan mayarakat dalam demokrasi liberal memberikan hak kepada rakyat untuk secara
langsung memilih pejabat dan pemimpin tinggi (nasional, provinsi, kabupaten/kota) untuk
mewujudkan harapan rakyat … ! dengan biaya tinggi serta adanya konflik horizontal.
Sesungguhnya, dalam era reformasi yang memuja kebebasan atas nama demokrasi dan HAM,
ternyata ekonomi rakyat makin terancam oleh kekuasaan neoimperialisme melalui ekonomi
liberal. Analisis ini dapat dihayati melalui bagaimana politik pendidikan nasional (konsep :
RUU BHP sebagai kelanjutan PP No. 61 / 1999) yang membuat rakyat miskin makin tidak
mampu menjangkau.Bidang sosial ekonomi, silahkan dicermati dan dihayati Perpres No. 76
dan 77 tahun 2007 tentang PMDN dan PMA yang tertutup dan terbuka, yang mengancam
hak-hak sosial ekonomi bangsa !

Dalam pelaksanaan pilkada sebagai prakteknya demokrasi liberal, juga menghasilkan otoda
dalam budaya politik federalisme, dilaksanakan: dengan biaya amat mahal + social cost juga
mahal, dilengkapi dengan konflik horisontal sampai anarchisme. Pilkada dengan praktek
demokrasi liberal, menghasilkan budaya demokrasi semu (demokrasi palsu). Bagaimana
tidak semu ; bila peserta pilkada 3 – 5 paket calon; terpilih dengan jumlah suara sekitar 40%,
35%, 25%. Biasanya, yang terbanyak 40% ini dianggap terpilih sebagai mayoritas. Padahal
norma mayoritas di dunia umumnya dengan jumlah 51% ! Apa model demokrasi-semu
(=demokrasi palsu) ini yang akan dikembangkan reformasi Indonesia? atas nama demokrasi
langsung dan HAM. Bandingkan dengan demokrasi Pancasila dalam UUD Proklamasi 45
Pasal 1, 2 dan 37.

Pasal 95 (1), (2), yang menetapkan : calon terpilih bila memperoleh suara lebih dari 25 % dari
jumlah suara sah.

B. APLIKASI NILAI, NORMA, DAN MORAL DALAM KEHIDUPAN SEHARI-


HARI

Dalam kehidupan kita akan selalu berhadapan dengan istilah nilai dan norma dan juga moral
dalam kehidupan sehari-hari. Dapat kita ketahui bahwa yang dimaksud dengan nilai social
merupakan nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan
apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh, orang menanggap menolong
memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk. Dan dapat juga dicontohkan, seorang
kepala keluarga yang belum mampu memberi nafkah kepada keluarganya akan merasa
sebagai kepala keluarga yang tidak bertanggung jawab. Demikian pula, guu yang melihat
siswanya gagal dalam ujian akan merasa gagal dalam mendidik anak tersebut. Bagi manusia,
nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau motivasi dalam segala tingkah laku dan
perbuatannya. Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan pandangan hidup seseorang
dalam masyarakat. Itu adalah yang dimaksud dan juga contoh dari nilai.

Dapat di jelaskan juga bahwa yang dimaksud norma social adalah patokan perilaku dalam
suatu kelompok masyarakat tertentu. Norma sering juga disebut dengan peraturan sosial.
Tingakat norma dasar didalam masyarakat dibedakan menjadi 4 yaitu:

1.Cara

Contoh: cara makan yang wajar dan baik apabila tidak mengeluarkan suara seperti hewan

2. Kebiasaan
Contoh: Memberi hadiah kepada orang-orang yang berprestasi dalam suatu kegiatan atau
kedudukan, memakai baju yang bagus pada waktu pesta.

3. Tata kelakuan

Contoh: Melarang pembunuhan, pemerkosaan, atau menikahi saudara kandung.

4. Adat istiadat, Misalnya orang yang melanggar hukum adat akan dibuang dan diasingkan ke
daerah lain.,upacara adat (misalnya di Bali)

 Norma hukum (laws) Contoh:

Tidak melanggar rambu lalu lintas walaupun tidak ada polentas

 Norma kesusilaan Contoh :

orang yang berhubungan intim di tempat umum akan di cap tidak susila, melecehkan wanita
ataupun laki-laki didepan orang.

 Norma kesopanan Contoh :

Tidak meludah di sembarang tempat, memberi atau menerima sesuatu dengan tangan kanan,
kencing di sembarang tempat

Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang
lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral
disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia
lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara
ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral
manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang mempunyai
nilai implisit karena banyak orang yang mempunyai moral atau sikap amoral itu dari sudut
pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia
harus mempunyai moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-
absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh.Contoh moral adalah : Tidak terdapat
adanya pemaksaan suatu agama tertentu kepada orang lain, dengan demikian masyarakat dan
bangsa Indonesia menjunjung tinggi nilai nilai HAM. Dapat dicontoh dalam hal nya
pendidikan. Seorang siswa yang ingin bersekolah tapi dengan tidak dana maka ia tak dapat
sekolah sampai cita-citanya tidak terwujud.
BAB IV
PENUTUP

Demikian penulisan makalah tentang Pancasila Sebagai Sistem Etika. Harapan penulis
semoga penulisan makalah ini bermanfaat dan menambah pengetahuan penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.Selama melaksanakan perkuliahan dan kegiatan ini,
maka penulis atau penyusun dapat membuat kesimpulan yaitu sebagai berikut:

A. Simpulan

Dari hasil pembelajaran penulis selama melaksanakan penyusunan makalah ini, penulis atau
penyusun dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

Pendukung dari Pancasila sebagai sistem etika adalah Pancasila memegang peranan dalam
perwujudan sebuah sistem etika yang baik di negara ini. Di setiap saat dan dimana saja kita
berada kita diwajibkan untuk beretika disetiap tingkah laku kita. Seperti tercantum di sila ke
dua pada Pancasila, yaitu “Kemanusian yang adil dan beradab” sehingga tidak dapat
dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam membangun etika bangsa ini sangat berandil
besar. Dengan menjiwai butir-butir Pancasila masyarakat dapat bersikap sesuai etika baik
yang berlaku dalam masyarakat, bangsa dan negara.
DAFTAR PUSTAKA

Asmara, Adhy.Pak Harto dan Pancasila.Bandung: Carya Remadja, 1988.

Dahm, Bernhard.Sukarno and the Struggle for Indonesian Independence.London:


CornellUniversity, 1969.

Darmawan, MM.Sukarno Bapak Bangsa Indonesia.Bandung: Hikayat Dunia, 2005.

Jarmanto. Pancasila Suatu Tinjauan Aspek Histors dan Sosio-Politis.Yogyakarta: Liberty,


1982.

Lahirnja Pantjasila dan Undang-Undang Dasar 1945 berikut Piagam Djakarta.Djakarta-


Bandung-Semarang: Tridaja, 1947.
PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA
DALAM PILKADA SAMPAI PEMILU

DISUSUN OLEH:
M.CHOIRUL UMAM (2014440136)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JAKARTA
TEKNIK MESIN / SEMESTER 2
ANGKATAN 2014 / 2015

Anda mungkin juga menyukai