Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Semakin berkembangnya kebutuhan manusia, semakin beragam
pula kebutuhan manusia. Ini dapat diliha dari aspek teknik sipil. Pada
zaman dahulu orang membuat jalan dengan menyusun batu-batuan
atau kerikil, tetapi kini semuanya telah berubah, manusia berusaha
membuat segalanya dengan kualitas yang lebih baik dengan
menggunakan teknologi rekayasa guna memenuhi kebutuhannya.
Pembangunan dalam setiap bidang yang berhubungan dengan
teknik sipil dimulai dari bangunan gedung, jembatan, jalan dan
konstruksi lainnya tidak akan terpisah dari bahan yang berasal dari
perut bumi sampai berbagai macam mineral yang langsung digunakan
maupun yang diolah terlebih dahulu.
Untuk itu dalam makalah ini, kami akan membahas masalah
tentang baja terutama definisi baja, jenis-jenis baja, sifat-sifat baja,
proses pembuatan baja dan lain-lain.

1.2. TUJUAN
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk menyampaikan segala
informasi tentang bahan bangunan yang terbuat dari baja seperti
pengertian baja, perkembangan baja, proses pembuatan baja, jenis-
jenis baja, dan sifat-sifat baja agar pembaca dapat mengetahui kriteria
secara pasti produk bahan bangunan olahan baja tersebut untuk
diterapkan dalam ilmu sipil.

BAB II
PEMBAHASAN

1
UNIVERSITAS HINDU INDONESIA
2.1. Pengertian Baja
Baja adalah logam paduan dengan besi (Fe) sebagai usur dasar dan
karbon (C) sebagai unsur paduan utama. Kandungan unsur karbon
dalam baja berkisar antara 0.2 % hingga 2.1% berat sesuai grade-nya.
Elemen-elemen yang selalu ada dalam baja yaitu : karbon, mangan,
fospor, sulfur, silicon, dan sebagian kecil oksigen, nitrogen dan
aluminium. Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai unsur pengeras
pada kisi Kristal atom besi.

2.2. Sejarah baja


 Besi ditemukan dan digunakan pertama kali sekitar 1500 SM.
 Tahun 1100 SM, bangsa Hittites yang merahasiakan pembuatan
tersebut selama 400 tahun dikuasai oleh bangsa Asia Barat, pada tahun
proses peleburan besi mualai diketahui secara luas.
 Tahun 1000 SM, bangsa Yunani, Mesir dan Roma juga
mempelajari peleburan baja dan menggunakannya dalam kehidupan
sehari-hari.
 Tahun 800 SM India berhasil membuat besi setelah di invasi
oleh bangsa arya.
 Tahun 700-600 SM , Cina belajar membuat besi
 Tahun 400-500 SM, baja sudah ditemukan penggunaannya di
Eropa.
 Tahun 250 SM bangsa India berhasil menemukan cara membuat
baja.
 Tahun 1000 M baja dan campuran unsur lain ditemukan
pertamakali pada kekaisaran Fatim yang disebut dengan baja
Dimascus.
 Tahun 1300 M rahasia pembuatan baja Dimascus hilang.
 Tahun 1700 M baja kembali ditelitinpenggunaan dan
pembuatan di Eropa.

2
UNIVERSITAS HINDU INDONESIA
2.3. Perkembangan baja di Indonesia

Menurut penelitian jumlah pengguaan baja suatu Negara dapat


dijadikan indicator tingkat kemajuan dan kesejah teraan bangsa.
Negara-negara umumnya mengkonsumsi 700 kilogram baja per jiwa
per tahun. Negara Indonesia baru mengonsumsi 20 kilogram baja
perjiwa pertahun, ini berarti baja masih belum dirasakan
keberadaannya oleh masyarakat Indonesia.

Baja dengan nilai ekonomi dan berfungsi vital masih belum


mendapat perhatian dengan baik oleh pemerintah. Maka, daya
dukung baja terhadap kinerja dan performa proses produksi sangat
lemah. Dampaknya, produk-produk Indonesia belum bisa bersaing
dengan produk dari Negara lain baik dalam jumblah produksi,
kualitas, dan ketepatan waktu penyebarannya.

Indonesia yang dikenal dengan kekayaan sumber daya alam harus


mengimpor 100 % bahan baku baja (pellet) dan 60-70% Scrap baja
untuk keperluan induustri baja. Ini masih ditambah teknologi
pengolahan baja yang tidak efisien karena menggunakan sumber
energy gas yang semakin meningkat harganya serta teknologi yang
masih tergantung pada Negara pemberi lisensinya.

Dari hasil survei, diketahui bahwa cadangan bijih besi di


Indonesia berjumlah cukup besar dan tersebar di berbagai pulau di
Indonesia seperti : Jawa, Kalimantan, Sumatra, Sulawesi, dan Irian

3
UNIVERSITAS HINDU INDONESIA
Jaya dengan total melebihi 1.300 juta ton, meskipun dengan
kandungan besi yang cukup rendah antara 35-58% Fe. Sementara
bahan pendukung seperti batu bara dan kapur juga melimpah di pulau
Sumatra dan Kalimantan. Cadangan ini dapat memenuhi konsumen
besi baja dalam negeri sekitar 2.5 ton per jiwa per tahun. Berarti
Indonesia punya modal untuk menjadi masyarakat berbasis industry.

2.4. Proses pembuatan baja

2.4.1. Macam-macam proses pembuatan baja

Baja diproduksi didalam dapur pengolahan baja dari besi


kasar baik padat maupun cair, besi bekas (Skrap) dan beberapa paduan
logam. Ada beberapa proses pembuatan baja antara lain :

1. Proses konvektor
Terdiri dari satu tabung yang berbentuk bulat lonjong
dengan menghadap ke samping.
System kerja
Dipanaskan dengan kokas sampai 1500 ,

Dimiringkan untuk memasukkan bahan baku baja volume

konvektor)
Kembali ditegakkan,
Udara dengan tekanan 1,5 sampai 2 atm dihembuskan dari
kompresor,

4
UNIVERSITAS HINDU INDONESIA
Setelah 20 sampai 25 menit konvektor dijungkirkan untuk
mengeluarkan hasilnya.

Proses Bassemer
Lapisan bagian dalam terbuat dari batu tahan api yang

mengandung kuarsa asam atau aksid asam . Bahan yang

diolah besi kasar kelabu cair, CaO tidak ditambahkan sebab dapat

bereaksi dengan .

Proses Thomas (basa)


Lapisan dinding bagian dalam terbuat dari batu tahan api
atau dolomit (kalsium karbonat dan magnesim (CaCO3 + MgCo3)),
besi yang diolah besi kasar putih yang mengandung P antara 1,7-2%,
Mn 1-2% dan Si 0,6-0,8%. Setelah unsur Mn dan Si terbakar, P

membentuk oksida Phospor

2. Proses siemens Martin


Menggunakan system regenerator fungsi

dari regenerator adalah :

 memanaskan gas dan udara atau menambah temperatur


dapur
 sebagai Fundamen/ landasan dapur
 menghemat pemakaian tempat
 bisa digunakan baik besi kelabu maupun putih,

5
UNIVERSITAS HINDU INDONESIA
 besi kelabu dinding dalamnya dilapisi batu silika
(SiO2),
 besi putih dilapisi dengan batu dolomit (40 %
MgCO3 + 60 % CaCO3)
3. Proses Basic Oxygen Furnace
 logam cair dimasukkan ke ruang baker (dimiringkan lalu
ditegakkan)
 Oksigen (± 1000) ditiupkan lewat Oxygen Lance ke ruang
bakar dengan kecepatan tinggi. (55 m3 (99,5 %O2) tiap
satu ton muatan) dengan tekanan 1400 kN/m2.
 ditambahkan bubuk kapur (CaO) untuk menurunkan
kadar P dan S.

Keuntungan dari BOF adalah:

 BOF menggunakan O2 murni tanpa Nitrogen


 Proses hanya lebih-kurang 50 menit.
 Tidak perlu tuyer di bagian bawah
 Phosphor dan Sulfur dapat terusir dulu daripada karbon
 Biaya operasi murah

4. Proses dapur kopel

6
UNIVERSITAS HINDU INDONESIA
mengolah besi kasar kelabu dan besi bekas menjadi baja atau besi
tuang.

Proses

 pemanasan pendahuluan agar bebas dari uap cair.


 Bahan bakar(arang kayu dan kokas) dinyalakan selama ± 15
jam.
 kokas dan udara dihembuskan dengan kecepatan rendah hingga
kokas mencapai 700 – 800 mm dari dasar tungku.
 besi kasar dan baja bekas kira-kira 10 – 15 % ton/jam
dimasukkan.
 15 menit baja cair dikeluarkan dari lubang pengeluaran.
Untuk membentuk terak dan menurunkan kadar P dan S
ditambahkan batu kapur (CaCO3) dan akan terurai menjadi:

CaCO3 � CaO + CO2

CO2 akan bereaksi dengan karbon:

CO2 + C � 2CO

Gas CO yang dikeluarkan melalui cerobong, panasnya dapat


dimanfaatkan untuk pembangkit mesin-mesin lain.

5. Proses dapur listrik


Temperatur tinggi dengan menggunkan busur cahaya electrode dan
induksi listrik.

7
UNIVERSITAS HINDU INDONESIA
Keuntungan :

 Mudah mencapai temperatur tinggi dalam waktu singkat


 Temperatur dapat diatur
 Efisiensi termis dapur tinggi
 Cairan besi terlindungi dari kotoran dan pengaruh lingkungan
sehingga kualitasnya baik
 Kerugian akibat penguapan sangat kecil

6. Proses dapur Cawan


 proses kerja dapur cawan dimulai dengan memasukkan baja
bekas dan besi kasar dalam cawan,
 kemudian dapur ditutup rapat.
 kemudian dimasukkan gas-gas panas yang memanaskan
sekeliling cawan dan muatan dalam cawan akan mencair.
 baja cair tersebut siap dituang untuk dijadikan baja-baja
istimewa dengan menambahkan unsur-unsur paduan yang
diperlukan.

8
UNIVERSITAS HINDU INDONESIA
Gambar pengolahan baja

Proses pembuatan baja dimulai dengan proses ekstraksi bijih


besi. Proses reduksi umumnya terjadi di dalam tanur tiup (blast
furnace) di mana di dalamnya bijih besi (iron ore) dan batu gamping
(limestone) yang telah mengalami pemanggangan (sintering) diproses
bersama-sama dengan kokas (cokes) yang berasal dari batubara.
Serangkaian reaksi terjadi di dalam tanur pada waktu dan lokasi yang
berbeda-beda, tetapi reaksi penting yang mereduksi bijih besi menjadi
logam besi adalah sebagai berikut:

Fe2O3 + 3CO  2Fe + 3CO2

Luaran utama dari proses ini sifat-sifat (mekanis)-nya belum


sesuai dengan yang dibutuhkan karena pengotorpengotor tersebut.

9
UNIVERSITAS HINDU INDONESIA
Besi mentah berupa lelehan atau coran selanjutnya dikirim menuju
converter yang akan mengkonversinya menjadi baja.

Proses pembuatan baja umumnya berlangsung di tungku


oksigen-basa (basic-oxygen furnace). Di dalam tungku ini besi mentah
cair dicampur dengan hingga 30% besi tua (scrap) yang terlebih
dahulu dimasukkan ke dalam tanur. Selanjutnya, oksigen murni
ditiupkan dari bagian atas ke dalam leburan, bereaksi dengan Fe
membentuk oksida besi FeO. Beberapa saat sebelum reaksi dengan
oksigen mulai berlangsung, fluks pembentuk slag dimasukkan dalam
jumlah tertentu.
Oksida besi atau FeO selanjutnya akan bereaksi dengan karbon
di dalam besi mentah sehingga diperoleh Fe dengan kadar karbon
lebih rendah dan gas karbon monoksida. Reaksi penting yang terjadi
di dalam tungku adalah sebagai berikut:
FeO + C  Fe + CO
Selama proses berlangsung (sekitar 22 menit), terjadi penurunan kadar
karbon dan unsur-unsur pengotor lain seperti P, S, Mn, dalam jumlah
yang signifikan.

2.5. Klasipikasi baja

Baja karbon (carbon steel), dibagi menjadi tiga yaitu;


 Baja karbon rendah (low carbon steel)  machine, machinery dan
mild steel

10
UNIVERSITAS HINDU INDONESIA
- 0,05 % - 0,30% C.

Sifatnya mudah ditempa dan mudah di mesin. Penggunaannya:

- 0,05 % - 0,20 % C : automobile bodies, buildings, pipes, chains,


rivets, screws, nails.
- 0,20 % - 0,30 % C : gears, shafts, bolts, forgings, bridges,
buildings.
 Baja karbon menengah (medium carbon steel)
- Kekuatan lebih tinggi daripada baja karbon rendah.
- Sifatnya sulit untuk dibengkokkan, dilas, dipotong. Penggunaan:
- 0,30 % - 0,40 % C : connecting rods, crank pins, axles.
- 0,40 % - 0,50 % C : car axles, crankshafts, rails, boilers, auger
bits, screwdrivers.
- 0,50 % - 0,60 % C : hammers dan sledges.
 Baja karbon tinggi (high carbon steel)  tool steel
- Sifatnya sulit dibengkokkan, dilas dan dipotong. Kandungan 0,60 %
- 1,50 % C
Penggunaan

- screw drivers, blacksmiths hummers, tables knives, screws,


hammers, vise jaws, knives, drills. tools for turning brass and wood,
reamers, tools for turning hard metals, saws for cutting steel, wire
drawing dies, fine cutters.

11
UNIVERSITAS HINDU INDONESIA
σp = kekuatan patah, σu = kekuatan tarik maksimum, σy = kekuatan
luluh, ef = regangan sebelum patah, x = titik patah, YP = titik luluh

2.6. Standarisasi dan Pengkodean dari baja

Standardisasi adalah proses merumuskan, merevisi, menetapkan,


dan menerapkan standar, dilaksanakan secara tertib dan kerjasama
dengan semua pihak. Standar Nasional Indonesia adalah standar yang
ditetapkan oleh instansi teknis setelah mendapat persetujuan dari
Dewan Standardisasi Nasional, dan berlaku secara nasional di
Indonesia. Struktur penomoran SNI terdiri atas serangkaian kode
dengan arti tertentu yaitu berupa kode SNI, nomor unik, nomor
bagian dan nomor seksi, serta tahun penetapan. Kode SNI
menyatakan bahwa dokumen tersebut adalah Standar Nasional
Indonesia. Sedangkan nomor unik adalah identifikasi dari suatu
standar tertentu yang jumlah digitnya sesuai kebutuhan, minimal 4
digit dan diawali dengan angka 0. Nomor bagian merupakan

12
UNIVERSITAS HINDU INDONESIA
identifikasi yang menunjukan nomor urutbagian dari suatu standar
yang mempunyai bagian. Nomor seksi merupakan identifikasi yang
menunjukan nomor urut seksi dari suatu standar bagian tertentu.

Selain standarisasi nasional ada pula standarisasi dari Jepang


yang biasa di singkat dengan JIS( Japan Industrial Standart ) dan dari
Amerika seperti ASTM ( American Society for Testing Materials ),
AISI (Americal Iron and Steel Institute) dan dari berbagai Negara lain.

Ada beberapa tipe standarisasi yang umumnya digunakan pada


baja, termasuk baja karbon, diantaranya adalah :
 AISI (American Iron Steel Institute).
 SAE (Society for Automotive Engineering).
 JIS (Japanese Industrial Standard).
 SNI (Standar Nasional Indonesia).

A. AISI-SAE
Standarisasi dengan sistem AISI dan juga SAE merupakan tipe
standarisasi dengan berdasarkan pada susunan atau komposisi kimia
yang ada dalam suatu baja. Ada beberapa ketentuan dalam
Standarisasi baja berdasarkan AISI atau SAE, yaitu :
Dinyatakan dengan 4 atau 5 angka:
1. Angka pertama menunjukkan jenis baja.
2. Angka kedua menunjukkan:
a. Kadar unsur paduan untuk baja paduan sederhana.
b. Modifikasi jenis baja paduan untuk baja paduan yang
kompleks.

13
UNIVERSITAS HINDU INDONESIA
3. Dua angka atau tiga angka terakhir menunjukkan kadar karbon
perseratus persen.
4. Bila terdapat huruf di depan angka maka huruf tersebut
menunjukkan proses pembuatan bajanya.
Contoh standarisasi Baja karbon dengan AISI-SAE :
SAE 1045, berarti :
 Angka 1 : Baja Karbon
 Angka 0 : Persentase bahan alloy (tidak ada)
 Angka 45 : Kadar karbon (0.45% Karbon)

B. JIS (Japanese Industrial Standard)


Standarisasi dengan sistem JIS merupakan salah satu tipe
standarisasi atas dasar aplikasi produksi dan grade (kualifikasi untuk
aplikasi tertentu). JIS standard dikembangkan oleh Japanese Industrial
Standards Comitee yang merupakan bagian dari Kementrian Industri
dan Perdagangan Internasional di Tokyo. Sama halnya dengan
standarisasi AISI-SAE, standarisasi JIS juga mempunyai beberapa
ketentuan, diantaranya :
1. Diawali dengan SS atau G dan diikuti dengan bilangan yang
menunjukkan kekuatan tarik minimum dalam kg/mm2
2. Diawali dengan S dan diikuti dengan bilangan yang
menunjukkan komposisi kimianya.
3. Untuk golongan Stainless Steel biasanya menggunakan grade
dari ASTM dengan menggunakan kode huruf SUS diikuti
dengan kode angka sesuai dengan AISI atau SAE.

*) Contoh standarisasi baja karbon dengan JIS :

14
UNIVERSITAS HINDU INDONESIA
 JIS G 5101 (Baja karbon cor).
 JIS G 3201 (Baja karbon tempa).
 JIS G 3102 (Baja karbon untuk konstruksi mesin).
 JIS G 3101 (Baja karbon untuk konstruksi biasa).

C. SNI (Standar Nasional Indonesia)


Standarisasi SNI ini merupakan tipe standarisasi yang sama
dengan JIS, yaitu berdasarkan aplikasi produksi. Ada beberapa contoh
standarisasi SNI pada baja karbon yang umumnya terdapat di pasaran,
diantaranya :
 SNI 07-0040-2006 (Kawat baja karbon rendah).
 SNI 07-0053-2006 (Batang kawat baja karbon rendah).
 SNI 07-2052-2002 (Baja karbon untuk tulang beton).
 SNI 07-0601-2006 (baja karbon dalam bentuk plat).

2.7. Penggunaan Baja Karbon Dalam Teknik Sipil

1. Baja karbon rendah/ low carbon steel/ mild stell :


 Kandungan C = 0.1 – 0.2%
Penggunaan untuk bahan konstruksi, seperti :
 Besi plat
 Besi strip
 Besi siku
 Besi beton, dll

 Kandungan C = 0.2 -0.3%


Digunakan untuk bahan pembuatan :
 Mur
 Baut
 Paku keling
 Baja tempa, dll
2. Baja karbon sedang/ medium steel :
 Kandungan C = 0.3 – 0.5%

15
UNIVERSITAS HINDU INDONESIA
Digunakan untuk bahan pembuatan :
 Pipa
 Kawat
 Baja tempa, dll
 Kandungan C = 0.5 – 0.7%
Digunakan untuk bahan pembuatan :
 Per (pegas)
 Tambang baja
 Kepala martil, dll
3. Baja karbon tinggi/ high carbon steel :
 Kandungan C = 0.7 – 0.9%
Digunakan untuk bahan pembuatan :
 Per (pegas)
 Mata pahat kayu
 Mata gergaji kayu
 Mata serutan kayu, dll
 Kandungan C = 0.9 – 1.1%
Digunakan untuk bahan pembuatan :
 Mata pahat besi
 Pelubang (pumcher)
 Tap
 Snei
 Bahan pembuat poros, dll
 Kandungan C = 1.1 – 1.4%
Digunakan untuk bahan pembuatan :
 Silet
 Gergaji besi
 Kikir
 Tap
 Snei, dll

2.8. Sifat-sifta utama baja untuk dapat dipergunakan sebagai


bahan bangunan

16
UNIVERSITAS HINDU INDONESIA
 Keteguhan artinya memiliki ketahanan terhadap tarikan,
tekanan atau lentur.
 Elastisitas artinya kemampuan jika diberi beban, dan jika
bebabn ditiadakan akan kembali ke posisi semula.
 Kekerasan artinya kekuatan melawan terhadap masuknya
benda lain.

2.9. Cara penanganan baja di lapangan


Ada beberapa cara mencegah baja menjadi tidak mudah karat :
 Pengecatan
Cat menghindarkan kontak dengan udara dan air. Cat yang
mengandung timbel dan zink (seng) akan lebih baik, karena
keduanya melindungi besi terhadap korosi.

 Melapisi baja dengan minyak gemuk.


Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan
gemuk mencegah kontak dengan air.
 Pelapisan dengan pelastik.
Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang
sepeda dibalut dengan pelastik. Pelastik mencegah kontak
dengan udara dan air.
 Tin Platin (pelapisan dengan timah)
Kaleng- kaleng kemasan terbuat dari baja yang dilapisi dengan
timah. Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebut tin
plating. Timah tergolong logam yang tahan karat. Akan tetapi,
lapisan timah hanya melindungi baja selama lapisan itu utuh
(tanpa cacat). Apabila lapisan timah yang rusak, misalnya
tergores, maka timah justru mendorong/mempercepat korosi
baja. Hal itu terjadi karena potensial reduksi besi lebih negative
daripada timah. Oleh karena itu, baja yang dilapisi dengan

17
UNIVERSITAS HINDU INDONESIA
timah akan membentuk suatu sel elektrokimia dengan baja
sebagai anode. Dengan demikian, timah mendorong korosi baja.
Akan tetapi hal itu justru diharapkan, sehingga kaleng-kaleng
bekas cepat hancur
 Cromium Plating (pelapisan dengan kromium).
Baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi
lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bumper
mobil. Cromium plating juga dilakukan dengan elektrolisis.
Sama seperti zink, kromium dapat memberi perlindungan
sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1.KESIMPULAN
Baja adalah paduan antara besi (Fe) dan karbon (C). dari masa ke
masa perkembangan baja di dunia semakin maju, proses
pembuatannya pun bermacam-macam serta banyak cara yang bisa
digunakan untuk mengolahnya. Selain itu baja juga memiliki tipe-
tipe tertentu serta sifat-sifat yang terkandung didalamnya, sehingga
kita bisa mengetahui bagai mana kualitas baja.

18
UNIVERSITAS HINDU INDONESIA
3.2.SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, terutama masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
makalah ini.
Kami mengharapkan agar pembaca dapat memahami isi
yangkami maksudkan dalam makalah ini. Semoga makalah ini bisa
menambah pengetahuan untuk kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

19
UNIVERSITAS HINDU INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai