Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Poliklinik Kesehatan Desa (PKD)


Poliklinik Kesehatan Desa atau biasa disebut PKD adalah upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan
atau menyediakan pelayanan kesehatan dasar masyarakat desa. PKD dibentuk dalam
rangka mendekatkan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat serta sebagai sarana
kesehatan yang merupakan pertemuan antara upaya masyarakat dan dukungan
pemerintah. Pelayanan PKD meliputi upaya promotif, preventif dan kuratif yang
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan terutama bidan dengan melibatkan kader atau tenaga
sukarela (Kemenkes RI, 2012).

B. Tujuan Poliklinik Kesehatan Desa


Tujuan Poliklinik Kesehatan Desa, antara lain: terwujudnya masyarakat sehat
yang siaga terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya, terselenggaranya
promosi kesehatan dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan, terselenggaranya pengamatan, pencatatan dan pelaporan dalam rangka
meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap resiko dan bahaya
yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, terutama penyakit menular dan penyakit
yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa atau KLB serta faktor-faktor
resikonya, tersedianya upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya di bidang kesehatan, terselenggaranya
pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh masyarakat dan tenaga profesional
kesehatan, terkoordinasinya penyelenggaraan UKBM lainnya yang ada di desa
(Tando,2013;h.240).

C. Ruang Lingkup Poliklinik Kesehatan Desa


Menurut Tando (2013;h.240-241), ruang lingkup PKD meliputi upaya kesehatan
yang menyeluruh mencakup upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan terutama bidan dengan melibatkan kader atau tenaga
sukarela.
Menurut Karwati, dkk (2011;h.9-11), contoh kegiatan PKD, utamanya adalah
pelayanan kesehatan dasar antara lain:
Promotif , dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat. Contoh kegiatan promotif, antara lain: penyuluhan tentang
peningkatan gizi bayi dan balita, terutama pada bayi dan balita yang mengalami masalah
kurang gizi, penyuluhan tentang kesehatan masyarakat.
Preventif , ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit, dan gangguan terhadap
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Contoh kegiatan preventif, antara lain:
imunisasi massal terhadap bayi dan balita, serta bumil, pemberian vitamin A dan yodium
pada balita dan anak sekolah.
Kuratif , ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota keluarga, kelompok
dan yang menderita penyakit atau masalah kegiatan. Contoh kegiatan preventif, antara
lain: perawatan bumil dengan kondisi patologis, pengobatan pada balita sakit.
Rehabilitatif , merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita. Contoh
kegiatan rehabilitatif, antara lain: pada balita yang sakit, setelah di obati, maka bidan
akan memberikan KIE tentang pencegahan agar tidak terjadi diare lagi, KIE tentang diit
anak. Serta bidan melakukan pemantauan terhadap pemulihan kesehatan anak tersebut.
Kegiatan di atas merupakan contoh kegiatan rehabilitatif.

D. Kegiatan Utama Poliklinik Kesehatan Desa


Kegiatan utama PKD meliputi: pengamatan dan kewaspadaan dini (survei
penyakit, survei gizi, survei perilaku beresiko dan survei lingkungan dan masalah
kesehatan lainnya), penanganan kegawatdaruratan kesehatan dan kesiapsiagaan terhadap
bencana. serta pelayanan kesehatan dasar. Promosi kesehatan, penyehatan lingkungan,
pemberantasan sarang nyamuk, dan lain-lain. Kegiatan dilakukan berdasar pendekatan
edukatif atau pemasyarakatan yang dilakukan melalui musyawarah mufakat yang
disesuaikan kondisi dan potensi masyarakat setempat (Masitoh, dkk.2014;h.73-74)

E. Fungsi Poliklinik Kesehatan Desa


Fungsi Poliklinik Kesehatan Desa, antara lain: sebagai wahana peran aktif
masyarakat di bidang kesehatan, sebagai wahana kewaspadaan dini terhadap berbagai
resiko dan masalah kesehatan, sebagai wahana pelayanan kesehatan dasar, guna lebih
mendekatkan kepada masyarakat serta meningkatkan jangkauan dan cakupan pelayanan
kesehatan, sebagai wahana pembentukan jaringan berbagai UKBM yang ada di desa
(Karwati, dkk. 2011;h.55-56)

F. Prioritas pengembangan Poliklinik Kesehatan Desa


Berhubung PKD merupakan salah satu upaya mendekatkan pelayanan kesehatan
dasar yang sekaligus menjadi wahana pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan, maka
prioritas pengembanganya adalah desa/ kelurahan yang tidak terdapat sarana kesehatan.
Adapun desa yang terdapat puskesmas pembantu masih memungkinkan untuk
diselenggarakan PKD. Desa di lokasi terisolir, terpencil, tertingal, desa di perbatasan
atau kepulauan (Tando, 2013 ; h.241-242)

G. Manfaat Poliklinik Kesehatan Desa


Menurut Tando (2013;h. 242), manfaat poliklinik kesehatan desa yaitu:
Bagi masyarakat, permasalahan di desa dapat terdeteksi dini, sehingga bisa
ditangani cepat dan diselesaikan, sesuai kondisi, potensi dan kemampuan yang ada dalam
masyarakat. Masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan dasar yang dekat.
Bagi kader, mendapat informasi awal di bidang kesehatan. Mendapat
kebanggaan, dirinya dapat lebih berkarya bagi masyarakat.
Bagi Puskesma,memperluas jangkauan pelayanan Puskesmas dengan
mengoptimalkan sumber daya secara efektif dan efisien. Mengoptimalkan fungsi
Puskesmas sebagai penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Bagi sektor lain, dapat memadukan kegiatan sektornya di bidang kesehatan.
Kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan lebih efektif dan efisien.

H. Pengorganisasian
Menurut Kemenkes RI (2012), pengorganisasian di PKD yaitu :
Tenaga PKD, tenaga masyarakat : kader, tenaga sukarela lainnya (tenaga
masyarakat minimal 2 orang yang telah mendapat pelatihan khusus)
Tenaga kesehatan, tenaga kesehatan yaitu minimal terdapat seorang bidan yang
menyelenggarakan pelayanan.
Kepengurusan, kepengurusan dipilih melalui musyawarah mufakat masyarakat
desa, serta ditetapkan oleh kepala desa. Struktur minimal terdiri dari pembina ketua,
sekretaris, bendahara dan anggota.
Kedudukan dan hubungan kerja, PKD merupakan kooedinator dari UKBM yang
ada (misalnya: Posyandu, Poskestren, ambulan desa). Pokesdes dibawah pengawasan dan
bimbingan puskesmas setempat. Pelaksanan PKD wajib melaporkan kegiatannya kepada
puskesmas, adapun pelaporan yang menyangkut pertanggungjawaban keuangan
disampaikan kepada kepala desa. Jika wilayah tersebut terdapat puskesmas pembantu
maka PKD berkoordinasi dengan Puskesmas pembantu yang ada tersebut. PKD di bawah
pimpinan kabupaten/ kota melalui puskesmas. Pembinaan dalam aspek upaya kesehatan
masyarakat maupun upaya kesehatan perorangan.

I. Sumber Daya Poliklinik Kesehatan Desa


PKD diselenggarakan oleh tenaga kesehatan (minimal seorang bidan), dengan
dibantu oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang kader. Untuk penyelenggaraan pelayanan
PKD harus tersedia sarana fisik bangunan, perlengkapan (tempat tidur, meja periksa,
lemari penyimpan obat, lemari penyimpan peralatan, ruang tunggu, ruang periksa) dan
peralatan kesehatan (celemek, duk bolong sedang, perlak tebal lunak, sarung tangan
berbagai ukuran, baki logam tempat peralatan steril, pompa payudara untuk ASI,
korentang, Waskom, kassa steril, bengkok, tourniquet, Hb set, speculum, meja
gynekologi, stetoskop, tensimeter, timbangan BB, timbangan TB, alat pemasang serta
pelepas IUD, dan lain-lain). Guna kelancaran kornunikasi dengan masyarakat dan
dengan sarana kesehatan (khususnya, Puskesmas), PKD seyogyanya memiliki juga
sarana komunikasi (telepon, ponsel, atau kurir). Pembangunan sarana fisik PKD dapat
dilaksanakan melalui berbagai cara, yaitu dengan urutan alternatif sebagai berikut:
mengembangkan Pondok Bersalin Desa (Polindes) yang telah ada menjadi PKD,
Memanfaatkan bangunan yang sudah ada, yaitu misalnya Balai Desa, Balai Pertemuan
Desa dan lain-lain, membangun baru, yaitu dengan pendanaan dari Pemerintah (Pusat
atau Daerah), donatur, dunia usaha, atau swadaya masyarakat (Tando, 2013;h.245-246)

Anda mungkin juga menyukai