Anda di halaman 1dari 27

PRESENTASI KASUS

SINDROM OBSTRUKSI PASCA TUBERKULOSIS DENGAN GLUKOMA


DAN UNDERWEIGHT PADA LAKI LAKI USIA LANJUT DENGAN
KURANGNYA PENGETAHUAN TERHADAP PENYAKITNYA DISERTAI
PERASAAN KHAWATIR YANG AKAN MENGANGGU AKTIFITAS
KESEHARIANNYA PADA RUMAH TANGGA TIDAK BERPRILAKU
HIDUP BERSIH DAN SEHAT
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik

Ilmu Kedokteran Keluarga

HALAM
Disusun Oleh:
Achmad Yasin Mustamin
20164011162

Pembimbing :
dr. Oryzati Hilman Agrimon, M.Sc, CMFM, Ph.D, Sp.DLP

ILMU KEDOKTERAN KELUARGA


PRODI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017

1
HALAMAN PENGESAHAN

Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulos dengan Glukoma dan


Underweight Pada Laki Laki Usia Lanjut dengan Kurangnya
Pengetahuan Terhadap Penyakitnya Disertai Perasaan Khawatir
Yang Akan Menganggu Aktifitas Kesehariannya Pada Rumah Tangga
Tidak Berprilaku Hidup Bersih dan Sehat

Disusun oleh:

Achmad Yasin Mustamin

20164011162

Telah dipresentasikan pada tanggal 09 Februari 2018

Dokter Pembimbing FKIK Dokter Pembimbing PKM Wirobrajan

dr. Oryzati Hilman Agrimon, dr. Desy Kurniawati


M.Sc.CMFM,Ph.D,Sp.DLP

Kepala Puskesmas Wirobrajan

dr. Khairani Fitri

2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat, iman dan Islam
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kepaniteraan klinik dengan judul
“Osteoarthritis, Hipertensi stage 1 pada Wanita lansia dengan Overweight dan Perokok Pasif,
dengan Pengetahuan yang Kurang tentang Penyakitnya disertai Perasaan Sedih terhadap
Sakitnya menyebabkan Keterbatasan saat Beraktivitas dan Bekerja, pada Rumah Tangga yang
Tidak ber-PHBS” untuk memenuhi sebagian syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik
bagian Ilmu Kedokteran Keluarga di Puskesmas Wirobrajan. Semoga shalawat dan salam
selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya yang telah berjuang
dengan membawa agama Allah.
Dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada yang terhormat:
1. dr. Oryzati Hilman Agrimon, M.Sc.CMFM,Ph.D,Sp.DLP selaku dokter pembimbing
fakultas kedokteran yang telah memberikan banyak masukan dan pertimbangan guna
menyempurnakan penulisan presentasi kasus ini
2. dr. Khairani Fitri sebagai Kepala Puskesmas Wirobrajan yang telah bersedia memberi
kami kesempatan untuk belajar banyak di klinik ini.
3. dr. Desy Kurniawati, dr. Agustina Ayu, dan dr. Hanni Handayani, selaku dokter
pembimbing Puskesmas Wirobrajan yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan
4. Pasien Ny. S, yang telah bersedia menjadi pasien dan meluangkan waktunya untuk home
visite
5. Semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian presentasi kasus ini
yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu.
Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
laporan kepaniteraan klinik kedokteran keluarga ini dan selanjutnya.
Semoga laporan kepaniteraan klinik kedokteran keluarga ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan semua pihak yang membacanya.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yogyakarta, 09 Februari 2018


Penyusun,
Achmad Yasin Mustamin

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. 1


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 3
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 4
BAB I LAPORAN KASUS ................................................................................................. 5
IDENTITAS PASIEN ............................................................................................................ 5
KELUHAN UTAMA ............................................................................................................. 5
RIWAYAT PENYAKIT ........................................................................................................ 5
ANAMNESIS ILLNESS........................................................................................................ 7
PEMERIKSAAN FISIK ........................................................................................................ 7
PEMERIKSAAN PENUNJANG ........................................................................................... 9
INSTRUMEN PENILAIAN KELUARGA ........................................................................... 9
RUMAH DAN LINGKUNGAN SEKITAR........................................................................ 12
INDIKATOR PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT ............................................... 13
DIAGNOSIS ........................................................................................................................ 13
RENCANA PENGELOLAAN KOMPREHENSIF ............................................................ 14
BAB II ANALISIS KASUS ................................................................................................ 16
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 18
SOPT……………………………………………………………………………………….18
GLAUKOMA AKUT………………………………………………...……………………20
UNDERWEIGHT………………………………………………...……………………..…20
LAMPIRAN 25

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 207

4
BAB I
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Usia : 69 tahun
Tanggal Lahir : 12 januari 1949
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Jl. Adimayu, No 30 Wirobrajan, Yogyakarta
Status : Menikah
Agama : Katholik
Pekerjaan : Tidak berkerja
Pendidikan Terakhir : SMP
No. Rekam medis : 9732
Jaminan : BPJS PBI

B. ANAMNESIS PENYAKIT (DISEASE)


1. Keluhan Utama
Batuk berdahak, sesak nafas, dan minta rujukan ke poli mata RSUD
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang laki-laki datang ke poli umum puskesmas wirobrajan untuk memeriksa
keluhannya. Pasien mengeluhkan sesak sudah dirasakan dalam 7 hari sebelum ke
puskesmas, sesak berkurang apabila pasien posisi terduduk, terkadang pasien harus
tidur dengan posisi setengah duduk untuk mengurangi sesaknya. pasien juga
mengeluhkan batuk berdahak dengan warna jernih, kenyal, dan tidak ada darah.pasien
juga merasakan selama beberapa tahun nafsu makan semakin menurun dan disertai
dengan berat badan yang semakin hari semakin kurus hingga sekarang hanya 37 kg.
Kemudian pasien meminta rujukan untuk ke poli mata RSUD untuk
memeriksakan kondisi mata pasien yang didiagnosis oleh spesialis mata dengan
glaukoma. sebelumnya pasien mengatakan dahulu tahun 1982 pernah menjalani
pengobatan tuberkulosis tetapi hanya selama 4 bulan dikarenakan pasien merasa
kondisinya membaik. Kemudian pasien merasakan kondisinya memburuk kembali
seperti semula dan memutuskan kembali kedokter untuk mendapatkan pengobatan
tuberkulosis selama 6 bulan dan pasien dinyatakan pengobatan telah selesai oleh
5
dokter. Pasien juga mengatakan pernah melakukan operasi katarak pada tahun 2002
untuk mata kanan dan setelah 6 bulan melakukan operasi mata kiri.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


• Pasien memiliki riwayat TBC pada tahun 1992 tetapi putus obat, lalu pasien
kembali melakukan terapi obat pada tahun yang sama hingga dinyatakan
selesai oleh dokter
• Pasien memiliki riwayat Katarak pada mata kanan dan kiri dan telah
melakukan operasi mata dan kiri pada tahun 2002
• Riwayat alergi disangkal
• Riwayat penyakit jantung disangkal
• Riwayat DM disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga


• Istri pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus
• Riwayat alergi disangkal
• Riwayat penyakit jantung disangkal
• Kejang demam pada anak ke dua

5. Riwayat Personal Sosial


1) Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah lulus SMP, pasien tidak meneruskan sekolahnya
karena tidak memiliki biaya dan ingin langsung kerja.
2) Riwayat Pernikahan
Pasien menikah 1 kali. Pasien menikah pada tahun 1968. Dari pernikahannya pasien
dikaruniai 2 anak. 1 anak perempuan dan 1 anak laki laki tetapi sudah meninggal
umur 1 tahun 8 bulan dikarenakan kejang demam. Pasien sekarang hidup dengan
istrinya di sebuah kost.
3) Riwayat Sosial
Pasien tinggal dengan istri. Hubungan Pasien dengan istri dalam kondisi baik, jika
ada msalah kecil dapat diselesaikan secara mandiri. Istri pasien seorang IRT.
hubungan pasien dengan tetangga kurang baik tetapi tidak ada permsalahan serius
dengan tetangga.

6
4) Riwayat Pekerjaan
Pasien dulu bekerja sebagai kernet bis di yogyakarta dan sekarang sudah tidak
bekerja sejak setelah operasi katarak.
5) Gaya Hidup
• Pola Makan
Pasien makan 2-3 kali sehari dengan nasi, lauk, dan sayuran. Pasien jarang
mengonsumsi buah-buahan.
• Olahraga
Pasien jarang melakukan olahraga. Semenjak aktifatas pasien terganggu
• Istirahat
Waktu istirahat pasien ketika tidur malam hari sekitar 6 jam.biasanya pasien
tidur jam 20.00 dan bangun pada pukul 06.00
• Kebiasaan
Pasien biasanya minum kopi dan teh,.Pasien tidak minum minuman
beralkohol, tidak merokok Dan pasien jarang meminum air putih
C. ANAMNESIS SISTEM
a. Sistem Saraf Pusat : pusing (-), nyeri kepala (-)
b. Sistem Cardiovascular : nyeri dada (+), berdebar-debar (-)
c. Sistem Respiratori : batuk (+), sesak nafas (+)
d. Sistem Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), BAB normal
e. Sistem Urinaria : nyeri berkemih (-), BAK normal
f. Sistem Muskuloskeletal : nyeri sendi (-), nyeri otot (-)
D. ANAMNESIS PENGALAMAN SAKIT (ILLNESS)
a. Pikiran : Pasien tidak mengetahui tentang sakit yang dialaminya. Hanya
bisa mengikuti saran dari dokter.
b. Perasaan : Pasien khawatir terhadap sakitnya yang tidak sembuh-sembuh
c. Efek pada fungsi : pasien Memiliki keterbatasan saat beraktivitas sehari hari
d. Harapan : Pasien ingin sembuh dan bisa bekerja kembali
E. PEMERIKSAAN FISIK
➢ Kesan Umum : Baik
➢ Kesadaran : Compos Mentis
➢ Vital Sign
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 86 x/menit
7
Pernafasan : 26 x/menit
Suhu badan : 36.8 oC
➢ Status Gizi
BB : 37 kg
TB : 154 cm
IMT : 15,6 kg/m2
Status Gizi : Underweight (WHO, Asia Pasifik)
➢ Kepala : Bentuk mesocephal, rambut warna hitam dan putih
o Mata : konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik, visus 3/6 kanan dan kiri
o Telinga : penurunan penderngaran (-/-)
o Hidung : epistaksis (-/-)
o Mulut : TAK
➢ Leher: massa (-), pelebaran vena jugularis (-)
➢ Thorax:
o Pulmo: tidak ditemukan kelainan
Kanan Kiri
Inspeksi ketinggalan gerak (+) ketinggalan gerak (-)

Palpasi Vocal Fremitus menurun Vocal Fremitus normal

Perkusi Redup Sonor pada seluruh lapang


paru kiri.
Auskultasi ronkhi (+), wheezing (-) ronkhi (+), wheezing (-)

➢ Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclaviclaris.
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-).
➢ Abdomen
Inspeksi : Distensi (-)
Auskultasi : Bising usus (N)
Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen (+)
Palpasi : nyeri tekan (-)

8
➢ Ekstremitas
Kanan Atas Kiri Atas Kanan Bawah Kiri Bawah
Gerakan Bebas Bebas Terbatas Terbatas
Tonus 5 5 5 5
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Refleks Fisiologis + + + +
Refleks Patologis - - - -
Sensibilitas N N N N
Meningeal Signs - - - -

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada data
Hasil Pemeriksaan Rontgen Genu
Tidak ada data
G. DIAGNOSIS KLINIS
1. Differential Diagnosis=
• SOPT (Sindrom obstruksi pasca tuberculosis) DD (PPOK dan Asma)
• Glaukoma DD (keratitis)
• Underweight
2. Diagnosis Kerja=
• SOPT ec destroyed lung dextra
• Glaucoma akut
• Underweight
H. INSTRUMEN PENILAIAN KELUARGA
1. Genogram Keluarga
GENOGRAM KELUARGA Tn. S
Tanggal Pembuatan 4/2/2018

9
Legenda:
B = Breadwinner = Laki-laki
C = Caregiver = Perempuan
D = Decision Maker = Pasien
OA = Osteoarthritis = Tinggal bersama
HT = Hipertensi
Sz = Skizofrenia
X = Meninggal dunia

2. Bentuk Keluarga (Family Structure)


Dyad Family (Goldberg, 1980)
3. Tahapan Siklus Keluarga (Family Life Cycle)
Tahap VII (Niacholas 1984)
4. Peta Keluarga (Family Map)

Legenda :
= : Hubungan Fungsional
-|- : Hubungan kaku dan tegas

Tn. Suparyono Ny. Tumirah

5. APGAR Keluarga (Family APGAR)


Respons
Hampir
KRITERIA PERTANYAAN Hampir
Kadang tidak
selalu
pernah
Apakah pasien puas dengan
keluarga karena masing-masing
Adaptasi anggota keluarga sudah V
menjalankan kewajiban sesuai
dengan seharusnya
Apakah pasien puas dengan
Kemitraan V
keluarga karena dapat membantu

10
memberikan solusi terhadap
permasalahan yang dihadapi
Apakah pasien puas dengan
kebebasan yang diberikan
Pertumbuhan V
keluarga untuk mengembangkan
kemampuan yang pasien miliki
Apakah pasien puas dengan
Kasih Sayang kehangatan / kasih sayang yang V
diberikan keluarga
Apakah pasien puas dengan waktu
Kebersamaan yang disediakan keluarga untuk V
menjalin kebersamaan
TOTAL 5
Skoring : Hampir selalu=2 , kadang-kadang=1 , hampir tidak pernah=0
Total skor
8-10 = Keluarga Fungsional
4-7 = Keluarga Disfungsional Sedang
0-3 = Keluarga Disfungsional Berat
Dari tabel APGAR keluarga diatas total nilai skoringnya adalah 5, ini menunjukan
Keluarga Disfungsional Sedang.

6. SCREEM Keluarga (Family SCREEM)


Aspek Sumber Daya Patologi
Sosial Hubungan dengan anak terjalin baik Kurangnya interaksi dengan
tetangga. Dan tidak aktif dalam
kegiatan di masyarakat sekitar
dikarenakan kondisi pasien
Kultural Pasien tidak mempercayai mitos-
mitos yang tidak jelas terkait
penyakitnya
Religius Pasien beragama katolik dan
mengaku taat beribadah di gereja
setiap minggu
Pendidikan Pengetahuan pasien tentang
penyakitnya rendah
Ekonomi Pasien mendapatkan bantuan
ekonomi dari anak-anaknya
Kesehatan Tempat tinggal pasien dekat dengan Pengetahuan pasien tentang
fasilitas kesehatan. Pasien rutin penyakitnya rendah dan
kontrol ke fasilitas kesehatan. Pasien terbatasnya gerak pasien untuk
menggunakan asuransi BPJS PBI. melakukan kegiatan

11
7. Perjalanan Hidup Keluarga (Family Life Line)
Tahun Usia Life Events/ Crisis Severity of Illness
(Tahun)
1968 19 thn Menikah
1982 33 thn Anak kedua meninggal
1992 43 thn Terdiagnosis penyakit TBC
1997 48 thn Anak pertama menikah
2000 51 thn Rumah di ambil bank
2002 53 thn Operasi katarak kanan
2002 53 thn Operasi katarak kiri
2014 65 thn Terdiagnosis glukoma

I. RUMAH DAN LINGKUNGAN SEKITAR


1. Kondisi Rumah
• Pasien tinggal di sebuah kontrakan kost
• Lokasi terletak di pemukiman yang cukup padat penduduk beralamat di jl.
adimayu No.30, Wirobrajan, Yogyakarta.
• Ukuran kost ± 3 x 4 m, dinding kost terbuat dari tembok, lantai keramik, langit-
langit plafon, atap terbuat dari genteng.
• Kebersihan di dalam kost cukup berantakan, barang-barang tidak tersusun rapi,
pasien tidak memiliki hewan peliharaan.
• Pencahayaan di dalam rumah tidak cukup baik.
• Jendela dan Ventilasi hanya terdapat 1 buah dan tidak terkena cahaya.
2. Lingkungan Rumah Sekitar
• Sumber air bersih : Sumber air dari PDAM.
• Jamban keluarga : Terdapat 1 buah kamar mandi di luar kamar kost dengan 1 jamban
jongkok dan bak mandi terbuat dari semen dan sudah dilapisi porselen. Kesan kamar
mandi bersih, tidak bau dan terawat.
• Pembuangan sampah : tempat sampah berada di luar rumah.
• Pembuangan limbah : limbah rumah tangga dibuang melalui saluran selokan.

12
3. Denah Rumah

Ukuran kamr 3 x 4 meter


Km
KASU
R
KP

TV
U

J. INDIKATOR PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT


No. Kriteria yang dinilai Ya Tidak
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.
2. Memberi ASI ekslusif.
3. Menimbang balita setiap bulan.
4. Menggunakan air bersih. √
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun. √
6. Menggunakan jamban sehat. √
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu. √
8. Makan buah dan sayur setiap hari. √
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari. √
10. Tidak merokok di dalam rumah. √
Interpretasi: Rumah tangga tidak ber-PHBS.

K. DIAGNOSIS HOLISTIK
➢ Diagnosis Psiko-Sosial dan Kultural-Spiritual
Laki-laki usia lanjut dengan pengetahuan yang kurang tentang penyakitnya serta beban
pikiran tentang kondisi fisiknya saat ini dan Rumah Tangga yang tidak ber-PHBS.

➢ Diagnosis Holistik
SOPT dengan glaukoma dan underweight pada laki laki usia lanjut dengan kurangnya
pengetahuan terhadap penyakitnya disertai perasaan khawatir yang akan menganggu
aktifitas kesehariannya pada rumah tangga tidak berperilaku hidup bersih dan sehat.

13
L. RENCANA PENGELOLAAN KOMPREHENSIF
1. Upaya Promotif
• Gambaran tentang SOPT dan glaukoma akut yang merupakan penyakit kronis
yang dapat disembuhkan dengan prilaku kesehatan dari pasien.
• Pentingnya modifikasi gaya hidup, terutama dalam hal pola makan, aktivitas
fisik yang teratur, kebiasaan yang buruk, serta istirahat yang adekuat.
• Pentingnya kontrol penyakitnya ke dokter tiap 1 bulan sekali untuk memonitor
perkembangan kesehatan.
• Pentingnya menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan
sehari-hari.
• Pentingnya dukungan keluarga pada pasien dalam pengelolaan penyakitnya.
2. Upaya Preventif
a. Menerapkan pola makan dengan memperbanyak konsumsi buah dan sayur,
mengurangi asupan garam, mengurangi makanan berminyak dan bersantan
b. Melakukan aktivitas fisik (Strengthening) secara teratur selama ± 30 menit setiap
hari
c. Istirahat cukup minimal 6-8 jam/hari
d. Melakukan manajeman stress yang baik
e. Menghindari asap rokok
f. Konseling 5A pada anak pasien untuk berhenti merokok
g. Konseling CEA pada pasien terkait pengetahuan yang kurang, mispresepsi, serta
perasaan sedih akan penyakitnya
h. Minum obat secara teratur sesuai anjuran dokter
i. Melakukan kontrol rutin ke dokter untuk penyakitnya tiap 1 bulan sekali atau jika
ada keluhan
j. Mengatur Diet Makanan sehari-hari (terlampir)

3. Upaya Kuratif
R/tab ambroxol mg 30 No x
S 3 dd tab 1
-------------------------------------------------------------------------
R/tab cetirizine mg 10 No X
S 1 dd 1 on

R/tab BKomlek No X
S 1 dd 1

14
4. Upaya Rehabilitatif
Pada kasus belum diperlukan.
5. Upaya Paliatif
Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.

15
BAB II
ANALISIS KASUS

Diagnosis klinis pasien adalah Sindrome Obstruksi Pasca Tuberkulosis. Diagnosis


tersebut didapatkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,
Berdasarkan anamnesis, pasien mengeluhkan sesak nafas dan batuk berdahak. Disamping itu
pasien juga didiagnosis Glaukoma Akut karena mengeluh penglihatan kabur dan berdasarkan
perhitungan BMI pasien pada posisi underweight.
Berdasarkan Anamnesis illness didapatkan:
a. Pikiran : Pasien tidak mengetahui tentang sakit yang dialaminya. Hanya
bisa mengikuti saran dari dokter.
b. Perasaan : Pasien khawatir terhadap sakitnya yang tidak sembuh-sembuh
c. Efek pada Fungsi : pasien Memiliki keterbatasan saat beraktivitas sehari hari
d. Harapan : Pasien ingin sembuh dan bisa bekerja kembali
Dari hasil diatas, diagnosis dari Sindrome Obstruksi Pasca Tuberkulosis ditegakkan
berdasarkan dari kriteria diagnosis dari PDPI (perhimpunan dokter paru Indonesia) yaitu pasien
pernah terdiagnosis penyakit tuberculosis, pasien juga mengeluhkan batuk berdahak, dan sesak
nafas. Dari pasien ini Gejala sisa yang juga terkait erat dengan TB khususnya TB pulmonal
adalah destroyed lung (luluh paru). Istilah destroyed lung biasanya digunakan untuk
mendeskripsikan kerusakan pada parenkim paru yang diakibatkan oleh gejala sisa dari TB
pulmonal yang terjadi selama bertahun-tahun, dan disebabkan oleh obstruksi jalan nafas kronik
selain itu pasien ini juga terdiagnosis glukoma dikarenakan pasien mengatakan akan
meminta rujukan ke poli mata untuk melakukan control dari glukoma pasien, dan didapatkan
hasil visus 3/6 mata kanan dan kiri, dan perlu pemeriksaan lanjutan di rumah sakit.
Seelah itu pasien di ukur berat badan dan tinggi badan di dapatkan hasil pengukuran
IMT yaitu 15,6 yang berarti underweight Severe thinness yang berarti hasil dari pengukuran
dibawah <16.
Obat yang dikonsumsi pasie yaitu ambroxol mg 30 yang dikoomsumsi 3 kali sehari,
cetirizine mg 10 yang dikomsumsi 1 kali sehari dan bkomleks dikomsumsi 1 kali sahari.
Dari perangkat penilaian keluarga family SCREEM, pasien memiliki sumber daya yang
kurang ,dikarenakan berbagai factor yang ada di pasien dan lingkungan pasien. Berdasarkan
nilai PHBS pasien tergolong tidak berprilaku hidup bersih dan sehat.

16
Pada kasus ini, pasien dilakukan manajemen komprehensif mulai dari promotive,
prefentif, kurativ dan rehabilitative. Management promotive dan preventif bertujuan agar
pasien yang sedang menderita SOPT disertai underweight ini tidak mengalami komplikasi dari
penyakit itu sendiri dan tidak membahayakan. Pada manajamen kuratif, pasien sudah di berikan
obat. Dalam kasus ini belum dibutuhkan adanya manjemnt palitif dan rehabilitative.

17
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

1. SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis)


Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit infeksi global yang banyak
menimbulkan kematian di dunia ini. Laporan World Health Organization (WHO) tahun
2010 menyatakan bahwa terdapat lebih dari 2 miliar penduduk dunia yang terinfeksi
Mycobacterium tuberculosis. 1-3 Dilaporkan bahwa pada tahun 2009 terdapat jumlah
kematian akibat TB sebanyak 1,7 juta kasus di dunia. 3-5 Asia Tenggara merupakan
wilayah menurut regional WHO yang memiliki jumlah terbesar kasus TB dan kematian
akibat TB. Dilaporkan bahwa pada tahun 2009 terdapat sebanyak 5 juta kasus TB di Asia
Tenggara dan jumlah kematian akibat TB sebanyak 480 ribu kasus.
Sembilan puluh persen penduduk yang terserang TB berasal dari negara berkembang
dan lima negara dengan jumlah kasus TB terbanyak, yaitu India, China, Nigeria,
Bangladesh, dan Indonesia. Indonesia merupakan negara yang menempati urutan kelima
di dunia, yang memiliki jumlah terbesar kasus TB setelah India (3 juta), China (1,8 juta),
Nigeria (830 ribu), dan Bangladesh (690 ribu). Dilaporkan bahwa pada tahun 2009
terdapat sebanyak 660 ribu kasus TB di Indonesia dengan jumlah kematian akibat TB
sebanyak 61 ribu kasus. TB merupakan pembunuh nomor satu di Indonesia di antara
penyakit menular lainnya dan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit
kardiovaskular dan penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan usia.
Gejala sisa akibat TB masih sering ditemukan pada pasien pasca TB dalam praktik
klinik. Gejala sisa yang paling sering ditemukan yaitu gangguan faal paru dengan kelainan
obstruktif yang memiliki gambaran klinis mirip Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
Inilah yang dikenal sebagai Sindrom Obstruksi Pasca TB (SOPT).
Patogenesis timbulnya SOPT sangat kompleks, dinyatakan pada penelitian terdahulu
bahwa kemungkinan penyebabnya adalah akibat infeksi TB yang dipengaruhi oleh reaksi
imunologis perorangan sehingga terjadi mekanisme makrofag aktif yang menimbulkan
reaksi peradangan nonspesifik yang luas. Peradangan yang berlangsung lama ini
menyebabkan proses proteolisis dan beban oksidasi sangat meningkat untuk jangka lama
sehingga destruksi matriks alveoli terjadi cukup luas dan akhirnya mengakibatkan
gangguan faal paru yang dapat dideteksi dengan uji faall paru. Penelitian lainnya

18
menunjukkan bahwa puncak terjadinya gangguan faal paru pada pasien pasca TB terjadi
dalam waktu 6 bulan setelah diagnosis.
Kemajuan ilmu dalam pemberantasan TB dan gejala sisa dari TB masih menjadi salah
satu tantangan penting saat ini. Penyebaran dan penyembuhan TB masih belum tertangani
secara tuntas walaupun obat dan cara pengobatannya telah diketahui. SOPT masih sering
ditemukan dan dapat mengganggu kualitas hidup pasien, serta berperan sebagai penyebab
kematian sebesar 15% setelah durasi 10 tahun.
Deteksi dini SOPT dengan uji faal paru pada pasien pasca TB diperlukan untuk
berperan dalam memperbaiki kualitas hidup pasien. Gejala sisa yang juga terkait erat
dengan TB khususnya TB pulmonal adalah destroyed lung (luluh paru). Istilah destroyed
lung biasanya digunakan untuk mendeskripsikan kerusakan pada parenkim paru yang
diakibatkan oleh gejala sisa dari TB pulmonal yang terjadi selama bertahun-tahun, dan
disebabkan oleh obstruksi jalan nafas kronik. Pada gambaran radiologi dapat ditemukan
adanya gambaran penyusutan dari volume paru, terdapatnya kavitas, bronkiektasis, dan
fibrosis. Respon dari jaringan fibrosis tersebut dapat membuat retraksi dari hilum dan
mediastinum sehingga bergeser kearah jaringan paru yang rusak. Sedangkan bagian paru
lain yang masih baik berkompensasi menjadi besar.
Penatalaksanaan pada penyakit paru obstruktif dapat diberikan terapi formakologis
berupa bronkodilator, antikolinergik agen, beta agonis, inhaled glukokortikoid, oral
glukokortikoid, teofilin, oxygen. Terapi nonfarmakologis dapat berupa Rehabilitasi paru,
pneumectomy (lung volume reduction surgey), dan trasplantasi paru. Penatalaksanan pada
destroyed lung dapat dilakukan dengan lobectomy, pneumectomy, dan
pleuropneumectomy.

19
2. Glaukoma
a. Definisi
Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma adalah
suatu keadaan tekanan intraokuler/tekanan dalam bola mata relatif cukup besar untuk
menyebabkan kerusakan papil saraf optik dan menyebabkan kelainan lapang
pandang. Di Amerika Serikat, glaukoma ditemukan pada lebih 2 juta orang, yang
akan beresiko mengalami kebutaan. Survei Kesehatan Indera Penglihatan tahun
1993-1996 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia
mendapatkan bahwa glaukoma merupakan penyebab kedua kebutaan sesudah katarak
(prevalensi 0,16%). Katarak 1,02%, Glaukoma 0,16%, Refraksi 0,11% dan Retina
0,09%. Akibat dari kebutaan itu akan mempengaruhi kualitas hidup penderita
terutama pada usia produktif, sehingga akan berpengaruh juga terhadap sumberdaya
manusia pada umumnya dan khususnya Indonesia.
b. Faktor Resiko
Glaukoma lebih sering terjadi pada umur di atas 40 tahun. Beberapa faktor
resiko lainnya untuk terjadi glaukoma, antara lain:
• Faktor genetik
• Riwayat glaukoma dalam keluarga.
• Penyakit hipertensi
• Penyakit diabetes dan penyakit sistemik lainnya.
• Kelainan refraksi berupa miopi dan hipermetropi
• Ras tertentu
c. Patofisiologi
Cairan aqueus diproduksi dari korpus siliaris, kemudian mengalir melalui pupil
ke kamera okuli posterior (COP) sekitar lensa menuju kamera okuli anterior (COA)
melalui pupil. Cairan aqueus keluar dari COA melalui jalinan trabekula menuju
kanal Schlemm’s dan disalurkan ke dalam sistem vena. Beberapa mekanisme
peningkatan tekanan intraokuler:
1) Korpus siliaris memproduksi terlalu banyak cairan bilik mata, sedangkan
pengeluaran pada jalinan trabekular normal
2) Hambatan pengaliran pada pupil sewaktu pengaliran cairan bilik mata
belakang ke bilik mata depan
3) Pengeluaran di sudut bilik mata terganggu.

20
Glaukoma sudut terbuka ditandai dengan sudut bilik mata depan yang terbuka,
dan kemampuan jalinan trabekula untuk mengalirkan cairan aqueus menurun.
Glaukoma sudut tertutup ditandai dengan tertutupnya trabekulum oleh iris perifer,
sehingga aliran cairan melalui pupil tertutup dan terperangkap di belakang iris dan
mengakibatkan iris mencembung ke depan. Hal ini menambah terganggunya aliran
cairan menuju trabekulum.
Mekanisme utama kehilangan penglihatan pada glaukoma adalah apoptosis sel
ganglion retina. Optik disk menjadi atropi, dengan pembesaran cup optik. Efek
dari peningkatan tekanan intraokuler dipengaruhi oleh waktu dan besarnya
peningkatan tekanan tersebut. Pada glaukoma akut sudut tertutup, Tekanan Intra
Okuler (TIO) mencapai 60-80 mmHg, mengakibatkan iskemik iris, dan timbulnya
edem kornea serta kerusakan saraf optik. Pada glaukoma primer sudut terbuka,
TIO biasanya tidak mencapai di atas 30 mmHg dan kerusakan sel ganglion retina
berlangsung perlahan, biasanya dalam beberapa tahun.
d. Manifestasi Klinis
Pasien dengan glaukoma primer sudut terbuka (glaukoma kronik sudut terbuka)
dapat tidak memberikan gejala sampai kerusakan penglihatan yang berat terjadi,
sehingga dikatakan sebagai pencuri penglihatan. Berbeda pada glaukoma akut
sudut tertutup, peningkatan tekanan TIO berjalan cepat dan memberikan gejala
mata merah, nyeri dan gangguan penglihatan.
• Peningkatan TIO Normal TIO berkisar 10-21 mmHg (rata-rata 16 mmHg).
Tingginya TIO menyebabkan kerusakan saraf optik tergantung beberapa
faktor, meliputi tingginya TIO dan apakah glaukoma dalam tahap awal atau
lanjut. Secara umum, TIO dalam rentang 20-30 mmHg biasanya
menyebabkan kerusakan dalam tahunan. TIO yang tinggi 40-50 mmHg dapat
menyebabkan kehilangan penglihatan yang cepat dan mencetuskan oklusi
pembuluh darah retina.
• Halo sekitar cahaya dan kornea yang keruh Kornea akan tetap jernih dengan
terus berlangsungnya pergantian cairan oleh sel-sel endotel. Jika tekanan
meningkat dengan cepat (glaukoma akut sudut tertutup), kornea menjadi
penuh air, menimbulkan halo di sekitar cahaya.
• Nyeri. Nyeri bukan karakteristik dari glaukoma primer sudut terbuka.

21
• Penyempitan lapang pandang Tekanan yang tinggi pada serabut saraf dan
iskemia kronis pada saraf optik menimbulkan kerusakan dari serabut saraf
retina yang biasanya menghasilkan kehilangan lapang pandang (skotoma).
Pada glaukoma stadium akhir kehilangan lapang penglihatan terjadi sangat
berat (tunnel vision), meski visus pasien masih 6/6
e. Pemeriksaan Penunjang
Penderita dengan dugaan glaukoma harus dilakukan pemeriksaan sebagai
berikut:
• Perimetri Alat ini berguna untuk melihat adanya kelainan lapang
pandangan yang disebabkan oleh kerusakan saraf optik2. Beberapa
perimetri yang digunakan antara lain:
o Perimetri manual: Perimeter Lister, Tangent screen, Perimeter
Goldmann
o Perimetri otomatis
o Perimeter Oktopus
• Tonometri Alat ini digunakan untuk pengukuran TIO. Beberapa tonometri
yang digunakan antara lain tonometer Schiotz, tonometer aplanasi
Goldman, tonometer Pulsair, Tono-Pen, tonometer Perkins, non kontak
pneumotonometer.
• Oftalmoskopi yaitu pemeriksaan untuk menentukan adanya kerusakan
saraf optik berdasarkan penilaian bentuk saraf optik. Rasio cekungan
diskus (C/D) digunakan untuk mencatat ukuran diskus otipus pada
penderita glaukoma. Apabila terdapat peninggian TIO yang signifikan,
rasio C/D yang lebih besar dari 0,5 atau adanya asimetris yang bermakna
antara kedua mata, mengidentifikasikan adanya atropi glaukomatosa
f. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penyakit glaukoma antara lain:
1) Medikamentosa
• Penekanan pembentukan humor aqueus, antara lain: - β adrenegik
bloker topikal seperti timolol maleate 0,25 - 0,50 % 2 kali sehari,
betaxolol 0.25% dan 0.5%, levobunolol 0.25% dan 0.5%, metipranolol
0.3%, dan carteolol 1% - apraklonidin - inhibitor karbonik anhidrase

22
seperti asetazolamid (diamox) oral 250 mg 2 kali sehari,
diklorofenamid, metazolamid
• Meningkatkan aliran keluar humor aqueus seperti: prostaglandin
analog, golongan parasimpatomimetik, contoh: pilokarpin tetes mata
1 - 4 %, 4-6 kali sehari, karbakol, golongan epinefrin
• Penurunan volume korpus vitreus.
• Obat-obat miotik, midriatikum, siklopegik
2) Terapi operatif dan laser
• Iridektomi dan iridotomi perifer
• Bedah drainase glaukoma dengan trabekulektomi, goniotomi.
• Argon Laser Trabeculoplasty (ALT).
3. Underweight
a. Definisi
Underweight merupakan keadaan gizi kurang yang terjadi akibat kurangnya
asupan zat gizi. Menurut Depkes RI, underweight adalah status gizi yang didasarkan
pada indeks massa tubuh, yang merupakan padanan istilah dari Gizi Kurang. Menurut
WHO, underweight merupakan status gizi yang menggambarkan gizi kurang yaitu
saat IMT (Indeks Massa Tubuh) kurang dari 18.5 kg/m2. Underweight sering kali
merupakan gejala dari suatu penyakit. Seseorang yang memiliki berat badan
underweight mungkin memiliki risiko kematian yang lebih besar dibandingkan
dengan seseorang dengan IMT normal (18,5-24,9 kg/m2).
b. Faktor penyebab
Pada dasarnya penyebab underweight dapat dibedakan berdasarkan dua faktor
yakni faktor fisiologis dan psikologis. Berikut adalah faktor-faktor penyebab
underweight yang dikutip dari beberapa sumber:
• Kurang asupan makanan
Intake makanan yang tidak adekuat dan tidak sesuai dengan kebutuhan
tubuh dapat memicu terjadinya underweight. Kurangnya asupan makanan
dapat disebabkan oleh berbagai keadaan seperti keadaan sakit, stres,
mengkonsumsi obat-obatan tertentu, serta aktivitas harian yang tinggi.
Kurangnya asupan makanan juga dapat disebabkan oleh diet atau pola
makan yang tidak benar.

23
• Aktivitas fisik yang tinggi
Seseorang dengan aktivitas tinggi seperti atlet/olahragawan lebih berisiko
mengalami underweight dari pada individu dengan aktivitas rendah. Saat
melakukan aktivitas tinggi, tubuh akan membakar lebih banyak kalori
sehingga tidak banyak nutrisi yang dapat disimpan.
• Penyerapan nutrisi tidak adekuat
Setiap tubuh memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Beberapa orang
memiliki kecenderungan metabolisme tubuh lebih cepat dibandingkan
dengan orang lain, disertai dengan proses absorbsi yang tidak maksimal. Hal
ini menyebabkan tubuh tidak mendapat nutrisi sesuai dengan yang
kebutuhan dan berujung pada terjadinya underweight.
• Faktor Penyakit
Proses penyakit dapat meningkatkan metabolisme tubuh dan kebutuhan
energi. Seperti pada penyakit kanker, hypertiroid, dan AIDS. Seseorang
yang sedang terkena penyakit lebih mudah kehilangan berat badannya,
dikarenakan tubuh meningkatkan metabolisme dan mengunakan banyak
energi untuk memerangi penyakit yang sedang terjadi.
• Faktor Genetik
Faktor genetik yang diturunkan pada seseorang dapat membuat kadar
metabolisme yang tinggi ataupun sel lemak badan yang kurang.
• Faktor Usia
Usia dapat berpengaruh terhadap terjadinya underweight. Saat usia
bertambah tua kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi akan berkurang.
• Gaya Hidup
• Konsumsi kafein, nikotin dan berbagai zat aditif dapat berpengaruh terhadap
kemampuan tubuh dalam menyerap zat makanan.

24
Klasifikasi Internasional Underweight, Overweight dan Obesitas menurut IMT
Klasifikasi BMI (Kg/m2)
Principal cut-off Additional cut-off
points points
Underweight <18.50 <18.50
Severe thinness <16.00 <16.00
Moderate thinness 16.00-16.99 16.00-16.99
Mild thinness 17.00-18.49 17.00-18.49
Normal range 18.50-24.99 18.50-22.99
23.00-24.99
Overweight ≥ 25.00 ≥ 25.00
Pre-obese 25.00 – 29.99 25.00 – 27.49
27.50 – 29.99
Obese ≥ 30.00 ≥ 30.00
Obese class I 30.00 – 34.99 30.00 – 32.49
32.50 – 34.99
Obese class II 35.00 – 39.99 35.00 – 37.49
37.50 – 39.99
Obese class III ≥ 40.00 ≥ 40.00

25
LAMPIRAN

Diketahui
BB : 37 kg
TB : 154 cm
Usia : 77 tahun

BPR PRIA : 88.362 + (13.397 X 37) + (4.799 X 154) – (5.677 X 69)

Contoh menu Diet pasien

26
DAFTAR PUSTAKA
Aida N. Patogenesis Sindrom Ostruksi Pasca Tuberkulosis. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran
Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Unit Paru Rumah Sakit
Persahabatan; 2006. hlm. 1–5.

Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama; 2004

Amin Z, Bahar A. Tuberkulosis paru dalam buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen IPD FKUI; 2007. Hlm. 1576-94.

Vaughan D, Riordan-Eva P. Glaukoma. Dalam: Oftalmologi Umum Ed 14. Alih Bahasa:


Tambajong J, Pendit BU. General Ophthalmology 14th Ed. Jakarta: Widya Medika;
2000. 220-232.

Silalahi J. Empat Sehat Lima Sempurna Perlu Disempurnakan Makanan Sehat Hidup Sehat
hal-95. Jakarta: Kompas; 2006.

27

Anda mungkin juga menyukai