Anda di halaman 1dari 21

HOME VISIT

PSIKOTIK AKUT DAN SEMENTARA

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan Klinik Bagian


Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Diajukan Kepada:
dr. Ida Rochmawati, M.Sc, Sp.KJ

Disusun Oleh:
Kukuh Rizwido Prasetyo
20120310093

BAGIAN ILMU ILMU KEDOKTERAN JIWA RSUD WONOSARI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
HOME VISIT

PSIKOTIK AKUT DAN SEMENTARA

Disusun oleh:

Kukuh Rizwido Prasetyo


20120310093

Disahkan dan disetujui oleh:


Dokter Pembimbing Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa RSUD Wonosari

dr. Ida Rochmawati, M.Sc, Sp.KJ


PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat, petunjuk dan kemudahan yang
telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus yang berjudul:

“PSIKOTIK AKUT DAN SEMENTARA”


”.

Penulisan presentasi kasus ini dapat terwujud atas bantuan berbagai pihak, oleh karena itu maka
pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Hj. Arlyn Yuanita, Sp.PD., M.Kes. selaku dokter pembimbing dan dokter Spesialis
Penyakit Dalam RSUD Wonosobo.
2. Perawat di poli Jiwa RSUD Wonosari.
3. Teman-teman coass atas dukungan, kerjasamanya dan doanya.

Dalam penyusunan presentasi kasus ini penulis menyadari bahwa masih memiliki banyak
kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan penyusunan di masa yang
akan datang. Semoga dapat menambah pengetahuan bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jogjakarta, 15 Desember 2016

Kukuh Rizwido Prasetyo

3
DAFTAR ISI

HOME VISIT.................................................................................................................................. 1
PSIKOTIK AKUT DAN SEMENTARA ....................................................................................... 1
HOME VISIT.................................................................................................................................. 2
PENGANTAR ................................................................................................................................ 3
DAFTAR ISI................................................................................................................................... 4
BAB 1 ............................................................................................................................................. 5
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 5
A. IDENTITAS PASIEN ...................................................................................................... 5
B. ANAMNESIS................................................................................................................... 6
BAB II........................................................................................................................................... 14
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................... 14
A. DEFINISI ....................................................................................................................... 14
B. EPIDEMIOLOGI ........................................................................................................... 14
C. ETIOLOGI ..................................................................................................................... 14
D. PATOFISIOLOGI .......................................................................................................... 15
E. PEDOMAN DIAGNOSIS ............................................................................................. 15
BAB III ......................................................................................................................................... 18
PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 18
A. IKHTISIAR PENEMUAN BERMAKNA ..................................................................... 18
B. FORMULASI DIAGNOSTIK MULTIAXIAL ............................................................. 18
C. PENATALAKSANAAN ............................................................................................... 19
D. PROGNOSIS .................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 21

4
BAB 1

PENDAHULUAN

A. IDENTITAS PASIEN
1. PASIEN (AUTOANAMNESIS)
Nama : Bp.S
Umur : 35 th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Karangmojo
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang
Status : Menikah
Pendidikan : SMP
Suku : Jawa
Tgl Periksa : 05 Desember 2016
Tgl home Visit : 10 Desember 2016
2. ISTRI PASIEN (ALLOANAMNESIS)
Nama : Ny. L
Umur : 34 th
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Karangmojo
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Suku : Jawa

5
B. ANAMNESIS
1. KELUHAN UTAMA
Pasien tampak kebingungan.

2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien dibawa ke poli jiwa oleh keluarganya dengan keluhan nampak kebingungan,
tidak seperti biasanya pasien mengalami hal seperti ini. Sebelum pasien mengalami hal
seperti ini pasien bekerja sebagai pedagang di daerah Dlingo, Bantul. Dari hasil berjualan
bersama istrinya di bantul, pasien dapat membuka warung kecil di sekitar rumahnya.
Menurut istrinya, pasien nampak kebingungan setelah seharian bekerja berjualan di Bantul
bersama istrinya. Setelah bekerja pasien mengeluh seperti pusing lalu mengatakan ingin
tidur, setelah bangun tidur menurut istrinya langsung tampak seperti orang bingung.
Menurut istrinya, pasien mengalami kebingungan sejak sekitar 2 hingga 3 minggu
yang lalu, yaitu sekitar akhir bulan November. Saat itu pasien tengah menjalani aktivitas
seperti biasanya sembari memiliki usaha yang baru dimulai yaitu membuka warung. Saat
itu warung memang sudah buka tetapi belum lengkap isinya dan baru selesai. Menurut
pasien, pada saat kebingungan pasien tidak mengeluhkan hal apapun. Dalam hal ini pasien
menyangkal bahwa dia sedang tampak kebingungan.
Sebelum pasien tampak kebingungan, pasien mengatakan bahwa pasien ingin tidur.
Pada saat tidur, menurut keterangan istri, pasien tidurnya tidak seperti biasanya, dimana
pasien tidur tampak gelisah, berkeringat, badan seperti menggigil, mata pasien seperti
antara merem & melek. Setelah pasien bangun dia langsung tampak kebingungan dan
tatapan mata pasien terlihat kosong. Setelah itu istri pasien minta dijemput oleh kerabatnya
yang berada di Bantul untuk membantu membawakan pulang ke rumah.
Dari keluarga pasien bercerita bahwa bahwa sebelum pasien mengalami
kebingungan, pasien menjalani kegiatan sehari hari tanpa gangguan. Menurut istri pasien,
Bp. S mengalami kebingungan karena belum memberi doa atau sesajen pada toko yang
baru dibukanya. Istri Bp. S bercerita, setelah selesai membangun warung, mereka belum
sempat mengadakan kumpul warga untuk mendoakan atau meminta ijin pada ”penunggu”
warung tersebut sehingga menggangu suaminya dan menyebabkan kebingungan. Istri

6
pasien sangat percaya bahwa itulah penyebab suaminya menjadi kebingungan seperti saat
itu
Istri pasien saat itu juga bingung dan sempat tidak tahu harus berbuat bagaimana
terhadap suaminya yang mengalami kebingungan tersebut. Ketika itu istri pasien bersama
kerabatnya membawa pasien ke salah satu RS di Jogjakarta dan mendapatkan pertolongan
pertama disana. Pasien diberi obat rawat jalan oleh RS tersebut dan membeli sendiri obat
pusing di warung. Menurut istri pasien Bp. S mengalami perbaikan saat diberi obat dari RS
tersebut tetapi hanya mengalami sedikit perbaikan pada suaminya. Lalu ketika balik ke
rumahnya yang berada di karangmojo pasien tersebut berobat ke poliklinik jiwa yang
berada di RSUD Wonosari. Semenjak dari RSUD dan diberi obat rawat jalan, pasien mulai
mengalami perbaikan yang signifikan dari sebelumnya dimana pasien sebelumnya hanya
diam saja tidak mau berbicara dan tampak kebingungan, sekarang pasien sudah mulai bisa
beraktifitas kembali tetapi pasien masih belum mau banyak bercerita atau berbicara.

3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


a. Riwayat Psikiatrik: Menurut keluarga pasien, Bp. S belum pernah mengalami hal
serupa sebelumnya. Tidak pernah mengalami gangguan jiwa yang lain sebelumnya.
b.Riwayat Medis: Pasien belum pernah mondok di rumash sakit karena sakit yang
serius, hanya sakit biasa dan diberi obat dari warung dapat sembuh dengan obat
tersebut.
 Riwayat penyakit gula : Disangkal
 Riwayat penyakit ginjal : Disngkal
 Riwayat asma : Disangkal
 Riwayat alergi : Disangkal
 Riwayat Trauma : Disangkal

4. RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pasien ini merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara. Ibunya bercerai dengan suaminya
ketika setelah melahirkan anaknya yang ke 4, sang suami cerai lantaran ingin menikah lagi.
Setelah bercerai dengan suaminya ibunya seorang diri merawat ke empat anaknya hingga

7
beranjak dewasa dan mampu menjalani kehidupannya masing masing. Menurut kelurga
pasien, Bp. S tidak pernah mempunyai masalah yang serius dalam rumah keluarga dan
masyarakat sekitar.
a. Prenatal dan perinatal : Info dari keluarga pasien, Bp. S dahulu dilahirkan oleh
dukun bayi dan diawasi oleh bidan. Riwayat ASI terpenuhi selama 2 tahun.
b. Early Childhood : Pasien sewaktu kecil masih diasuh oleh kedua orang
tuanya, pada usia sekitar 1 tahun lebih sedikit pasien sudah mulai bias berdiri,
berjalan dan bergumam.
c. Middle Childhood : Pasien merasa bias bergaul dengan teman sebayanya di
sekolah, tidak ada masalah dengan temannya di sekolah, menurut keluarga pasien,
ketika itu pasien gizinya terpenuhi atau cukup.
d. Late Childhood : Setelah lulus SD pasien melanjutkan sekolahnya ke jenjang
yang berikutnya.
e. Adult :
 Riwayat pernikahan : Pasien menikah dengan perempuan bernama Lilis
pada tahun 2010 dan dikaruniai 1 orang anak perempuan
 Riwayat pendidikan : Pendidikan terakhir pasien yaitu SMP.
 Riwayat Pekerjaan : Setelah menempuh pendidikan yang terakhir yaitu
SMP, pasien ikut bekerja bersama kakanya yang berada di Prambanan,
kemudian lambat laun dapat bekerja mandiri sebagai pedagang bakso di
Bantul.
 Agama : Islam
 Aktivitas social : Pasien tidak punya maslah dngan warga sekitar.
 Kebiasaan sehari-hari : Pasien rutin berdagang.

5. RIWAYAT KELUARGA
a. Riwayat keluhan serupa : Disangkal
b. Riwayat hipertensi : Disangkal
c. Riwayat penyakit gula : Disangkal
d. Riwayat asma : Disangkal
e. Riwayat alergi : Disangkal

8
10 Desember 2016
f. Genogram Keluarga Bp. S 10.15
tn.N Ny.S

Ny.S tn S Ny.S Ny.N Ny.S


tn S

Ny.S tn S tn S Ny.L Ny.E

Nn.D

KETERANGAN:

: Perempuan : Meninggal : Pasien

: Laki Laki : Tinggal 1 rumah : Cerai

: Pembuat keputusan / Decision maker : Pencari nafkah

9
6. RIWAYAT PERSONAL SOSIAL
a. Riwayat merokok : Disangkal
b.Riwayat Minum minuman keras : Disangkal
c. Riwayat Minum Obat obatan terlarang : Disangkal

7. SITUASI SEKARANG
Pasien tinggal satu atap bersama dengan istri, anak, dan ibunya. Situasi rumah bersih dan
rapih. Sirkulasi rumah pasien juga baik. Rumah pasien tergolong cukup karena bangunannya
yang sudah permanen dan dicat dengan warna yang cerah. Pasien biasnya menghabiskan waktu
dirumah bersama dengan anaknya di ruang keluarga sembari menonton televisi. Sekeliling
rumah pasien terdapat banyak bekas kola mikan yang tidak terawat dan sudah tidak terpakai.

8. STATUS PSIKIATRI
a. Gambaran Umum
 Penampilan:
Pasien seorang laki laki, usia sekitar 35 tahun, berpenampilan sesuai usia, berbadan
kurus, dengan postur tubuh tegap berambut sedikit panjang dan acak acakan. Pasien
menggunakan kaos berwarna abu abu dan menggunakan celana pendek yang
ditutupi manggunakan sarung
 Perilaku:
Tenang
 Sikap Terhadap Pemeriksa
Sikap pasien terhadap pemeriksa kooperatif, dan masih tampak tatapan pasien yang
kosong dan kurang focus terhadap pemeriksa
b.Sensorium & Kognitif
 Tingkat Kesadaran
Compos Mentis
 Orientasi
Orang : baik
Waktu : baik
Tempat: baik

10
 Daya ingat
Jangka Panjang : Baik
Jangka Pendek : Baik
Segera : Baik
c. Emosi
 Mood : Eutimia, Tenang
 Afek : Normoafek, menyempit
 Kesesuaian : Sesuai (apropiate)
d.Pikiran
 Bentuk Pikir : Realistik
 Isi Pikir : Waham curiga (-), Waham Kebesaran (-), Waham magic mistik(-)
e. Gangguan Persepsi
 Halusinasi Visual : negatif
 Halusinasi auditorik : Negatif
 Halusinasi taktil : Negatf
 Olfaktori : Negatif
f. Pembicaraan
 Kecepatan : Cukup, Volume suara kecil
 Kuantitas : tidak banyak variasi dalam berbicara, artikulasi jelas
 Kualitas : Relevan
 Hendaya berbahasa : tidak ada
g.Psikomotor
 Pengendalian baik, pasien tampak tenang
h.Insight (Tilikan)
 Tilikan derajat 1. Pasien menyangkal ataupun sama sekali tidak merasakan sakit
i. Reliabilitas / Taraf dapat dipercaya
 tidak dapat dipercaya, keterangan yang diberikan oleh pasien sangat berbeda dari
yang dikeluhkan / keterangan keluarga.

11
9. PEMERIKSAAN FISIK
a. Kesadaran : Compos Mentis
b.Tanda Tanda Vital
 Tekanan Darah : 120/90 mmHg
 Nadi : 80 x/menit
 Pernafasan : 20 x/menit
 Suhu Badan : 36,7 oC
c. Pemeriksaan Kepala
 Bentuk Kepala : Mesocephal, rambut agak panjang
 Wajah : Simetris
 Mata : konjungtiva anemis -/-
 Telinga : Sekret -/-, nyeri -/-, pardarahan -/-, tinnitus -/-
 Hidung : Sekret -/-, Perdarahan -/-, deformitas -/-
 Mulut : sianosis (-), bibir kering (-)
d. Pemeriksaan Leher : JVP meningkat -/-, PKGB (-)
e. Pemeriksaan Thorak
 Pulmo :
o Inspeksi : Simetris
o Palpasi : Nyeri Tekan -/-
o Perkusi : Sonor
o Auskultasi : SDV -/-, suara tambahan -/-
 Cor :
o Inspeksi : Kuat angkat (-)
o Palpasi : Iktus kordis tidak melebar
o Perkusi : Batas atas jangtung kanan terdapat pada SIC II parasternalis dextra,
batas atas jantung kiri pada SIC II parasternalis sinistra, batas bawah jantung
kanan pada SIC VI parasternalis dextra, dan batas bawah jantung kiri pada SIC
V pada garis mid clavicula sinistra.

12
o Auskultasi: SI-II murni, bising (-), Gallop (-)
f. Pemeriksaan Ekstremitas Atas : Akral Hangat, Sianosis -/-
g. Pemeriksaan Ekstremitas Bawah : Akral Hangat, Sianosis -/-
h. Pemeriksaan Neurologi
 Fungsi Kesadaran : Compos mentis
 Fungsi Kognitif : Baik
 Fungsi Sensori : Dalam batas normal
 Fungsi motoric : baik, tenang.

13
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai
kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau/aneh.
Gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan sebagai suatu gangguan kejiwaan yang terjadi
selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan gejala psikosis, dan dapat kembali ke tingkat
fungsional premorbid

B. EPIDEMIOLOGI

Menurut sebuah studi epidemiologi internasional, berbeda dengan skizofrenia, kejadian


nonaffective timbul psikosis akut 10 kali lipat lebih tinggi di negara berkembang daripada di
negara-negara maju. Gangguan yang mungkin paling sering terjadi biasanya terjadi pada
pasien dengan sosioekonomi yang rendah, pasien dengan gangguan kepribadian yang sudah
ada sebelumnya (paling sering adalah gangguan kepribadian histrionik, narsistik, paranoid,
skizotipal, dan ambang), dan orang yang pernah mengalami perubahan kultural yang besar
(misalnya imigran)

C. ETIOLOGI

Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tetapi sebagian besar di jumpai pada pasien dengan
gangguan kepribadian biasanya memiliki kerentanan biologis atau psikologis terhadap
perkembangan gejala psikotik. Satu atau lebih faktor stres berat, seperti peristiwa traumatis,
konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan, sakit parah, kematian orang yang dicintai,
dan status imigrasi tidak pasti, dapat memicu psikosis reaktif singkat. Beberapa studi
mendukung kerentanan genetik untuk gangguan psikotik singkat

14
D. PATOFISIOLOGI

Hipotesis dopamine pada gangguan psikosis serupa dengan penderita skizofrenia


merupakan hipotesis yang paling mendekati dari berbagai hipotesis, dan merupakan dasar dari
banyak terapi obat yang rasional. Hipotesis ini menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh
terlalu banyaknya aktivitas dopaminergik. Beberapa bukti yang terkait hal tersebut yaitu:
1. kebanyakan obat-obat antipsikosis menyekat reseptor D2 pascasinaps di dalam sistem
saraf pusat, terutama di sistem mesolimbik frontal.
2. obat-obat yang meningkatkan aktifitas dopaminergik, seperti levodopa (suatu
precursor), amphetamine (perilis dopamine), atau apomorphine (suatu agonis reseptor
dopamine langsung), baik yang dapat mengakibatkan skizofrenia atau psikosis pada
beberapa pasien.
3. densitas reseptor dopamine telah terbukti, meningkat diotak pasien skizofrenia yang
belum pernah dirawat dengan obat-obat antipsikosis.
4. positron emission tomography (PET) menunjukkan peningkatan densitas reseptor
dopamine pada pasien skizofrenia yang dirawat atau yang tidak dirawat, saat
dibandingkan dengan hasil pemeriksaan PET pada orang yang tidak menderita
skizofrenia.
5. perawatan yang berhasil pada pasien skizofrenia telah terbukti mengubah jumlah
homovanilic acid (HVA), suatu metabolit dopamine, di cairan serebrospinal, plasma,
dan urine.

Namun teori dasar tidak menyebutkan hiperaktivitas dopaminergik apakah karena terlalu
banyaknya pelepasan dopaminergik, terlalu banyaknya reseptor dopaminergik atau kombinasi
mekanisme tersebut.

E. PEDOMAN DIAGNOSIS
Menurut PPDGJ – III. F23
 Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan prioritas yang diberikan untuk
ciri-ciri utama terpilih dari gangguan ini. Urutan prioritas yang dipakai ialah :
a. Onset yang akut (dalam masa 2minggu atau kurang = jangka waktu gejala-gejala psikotik
menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan

15
sehari-hari, tidak termasuk periode prodromal yang gejalanya sering tidak jelas) sebagai
ciri khas yang menentukan seluruh kelompok.

b. Adanya sindrom yang khas (berupa “polimorfik”= beraneka ragam dan berubah
cepat, atau”schizoprenia-like” = gejala skizofrenia yang khas).
c. Adanya stress akut yang berkaitan (tidak selalu ada, sehingga didefinisikan
dengan karakter ke 5; x0 = tanpa penyerta stres akut; x1 = dengan penyerta stres
akut). Kesulitan atau problem yang berkepanjangan tidak boleh dimasukan
sebagai sumber stres dalam konteks ini.
d. Tidak diketahuinya berapa lama gangguan akan berlangsung.

 Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi kriteria baik untuk episode manik
(F30.-) maupun depresif (F32.-), walaupun perubahan emosional dan gejala-gejala afektif
individu dapat menonjol dari waktu ke waktu.
 Tidak ada penyebab organik, seperti : trauma kapitis, delerium atau demensia. Tidak
merupakan intoksifikasi akibat penggunaan alkohol atau obat-obatan

I. KLASIFIKASI MENURUT PPDGJ-III


a. Gangguan psikotik polimorfik akut tanpa gejala Skizofrenia. (F23.0)
Pedoman diagnosis :

 Onset harus akut (dari suatu keadaan nonpsikotik sampai keadaan psikotik yang jelas
dalam kurun waktu 2 minggu atau kurang.
 Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham, yang berubah dalam jenis &
intensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari yang sama.
 Harus ada keadaan emosional yang sama beraneka ragamnya.
 Walaupun gejala-gejalanya beraneka ragam, tidak satupun dari gejala itu ada secara
cukup konsisten dapat memenuhi kriteria skizofrenia (F20.-) atau episode manik (F30)
atau episode depresif (F32.-).

b. Gangguan psikotik polimorfik akut dengan gejala skizofrenia (F23.1)


Pedoman diagnosis :
16
 Memenuhi kriteria a, b, c diatas yang khas untuk psikotik polimorfik akut (F23.0)
 Disertai gejala-gejala yang memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia (F20.-) yang harus
sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak munculnya gambaran klinis psikotik itu
secara jelas
 Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk lebih dari 1 bulan maka diagnosis
harus diubah menjadi skizofrenia (F20.-).

c. Gangguan psikotik Lir- Skizofrenia (schizophrenia-like) akut


o Untuk diagnosis pasti harus memenuhi :
 Onset gejala psikotik harus akut (2 minggu atau kurang, dari suatu keadaan
nonpsikotik menjadi keadaan yang psikotik)
 Gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-) harus sudah ada
untuk sebagian besar waktu sejak berkembangnya gambaran klinis yang jelas
psikotik.
 Kriteria untuk psikosis polimorfik akut tidak terpenuhi.
o Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk kurun waktu lebih dari 1 bulan lamanya,
maka diagnosis harus dirubah menjadi skizofrenia (F20.-).

d. Gangguan psikotik akut lainnya dengan Predominan Waham (F23.3)

o Untuk diagnosis pasti harus memenuhi :


 Onset dari gejala harus akut (2 minggu atau kurang dari keadaan nonpsikotik sampai
jelas psikotik)
 Waham dan halusinasi harus sudah ada dalam sebagian besar waktu sejak
berkembangnya keadaan psikotik yang jelas
 Baik kriteria skizofrenia (F20.0) maupun untuk gangguan psikotik polimorfik akut
(F23.-) tidak terpenuhi.
o Kalau waham-waham menetap untuk lebih dari 3 bulan lamanya, maka diagnosis harus
diubah menjadi Gangguan Waham Menetap (F22.-). Apabila hanya halusinasi yang
menetap untuk lebih dari 3 bulan lamanya, maka diagnosis harus diubah menjadi
Gangguan Psikotik Nonorganik Lainnya (F28)

17
BAB III

PEMBAHASAN

A. IKHTISIAR PENEMUAN BERMAKNA

Pasien seorang laki laki, usia sekitar 35 tahun, berpenampilan sesuai usia, berbadan kurus,
dengan postur tubuh tegap berambut sedikit panjang dan acak acakan, rawat diri cukup,
menurut keluarga menunjukan perilaku yang tidak seperti biasanya pada kurun waktu 2
minggu terakhir. Menurut keluarga pasien tampak seperti kebingungan, hanya berdiam diri
dengan tatapan yang kosong, bahkan pasien tidak dapat melakukan kegiatan sehari hari. Dari
keterangan keluarga, gejala tersebut tiba-tiba muncul setelah pasien beristirahat selepas pasien
bekerja. Pasien dan keluarga menyangkal pernah mengalami hal serupa sewaktu dulu dan
tidak pernah mondok dirumah sakit karena sakit yang berat dan trauma.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan kuantitas bicaranya sangat sedikit dan hanya
berbicara ketika ditanya. Pasien ketika ditanya hanya menjawab dengan jawaban singkat.
Tilikan diri pasien buruk karena paien tidak menyadari bahwa dirinya sakit dan apabila
diasuruh minum obat pasien merasa enggan karena pasein tidak merasakan sedang sakit.
Ketika diperiksa pandangan pasien seeringkali tidak fokus terhadap pemeriksa dan menatap
ruang sekitar dengan tatapan kosong. pada saat diperiksa keterangan pasien tidak dapat
dipercaya. Pada pemeriksaan fisik dalam batas normal.

B. FORMULASI DIAGNOSTIK MULTIAXIAL

Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan pola peilaku dan psikologis yang secara klinis
bermakna dan menimbulkan suatu gangguan dalam melakukan kegiatan sehari hari. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami gangguan jiwa.

a. Axis I : F23.0 gangguan psikotok polimorfik akut tanpa gejala skizofren


b. DD : F23.1 gangguan psikotok polimorfik akut dengan gejala skizofren
F23.2 gangguan psikotik lir-skizofrenia (schizophrenia-like) akut
c. Axis II : Z03.2 tidak ada diagnosis
d. Axis III : Tidak ada (none)

18
e. Axis IV : Tidak ada (none)
f. Axis V : GAF: 76: Gejala sementara & dapat diatasi, disabilitas ringan dalam ,
social, pekerjaan, sekolah, DLL

C. PENATALAKSANAAN

Farmakoterapi diberikan untuk mengatasi gejala yang dialami oleh pasien. Pada pasien ini
memiliki gangguan dalam regulasi neurotransmitter dopamine, sehingga pada pasien ini dapat
diberikan obat yang menekan neurotransmitter dopamine, misalnya obat anti-psikotik,
walaupun pasien tidak ada gejala psikotiknya. Anti psikotik yang ringan dan memiliki efek
samping yang sedikit/ringan misalnya diberikan risperidon, selain itu untuk mengurangi efek
samping extrapyramidal dapat diberikan THP (tryhexyphenydin)

a. Terapi farmakologi
 R/ tab Risperidon mg.02 XX
S 2 dd I
 R/ tab tryhexyphenydin mg.02 X
S 2 dd ½
b. Terapi non Farmakologi
 Terhadap Pasien
o Memotivasi terhadap pasien untuk meminum obat secara rutin.
o Memotivasi pasien agar tetap bersosialisasi terhadap keluarga dan tetangga
 Terhadap Keluarga Pasien
o Memberikan pengertian dan penjelasan kepada keluarga mengenai gangguan
yang dialami oleh pasien.
o Memberikan semangat, apresiasi, dan dukungan emosional kepada keluarga
dalam merawat pasien.
o Menyarankan untuk sering mengingatkan pasien agar rutin meminum obat.
o Memberikan edukasi kepada pasien agar dapat memulai aktivitasnya sedikit
demi sedikit sehingga peran pasien dalam keluarga dapat kembali.

19
D. PROGNOSIS

Pendukung ke arah baik Pendukung ke arah buruk


Genetik tidak ada Genetik ada
Onset akut Onset kronik
Usia tua Usia muda
Faktor pencetus jelas
Faktor pencetus tidak jelas
Riwayat premorbid baik Riwayat premorbid buruk
Belum pernah sakit seperti ini Pernah sakit seperti ini
Menikah Tidak menikah
Suportif lingkungan ada Suportif lingkungan tidak ada
Tilikan baik Tilikan buruk
Status ekonomi baik Status ekonomi kurang

Berdasarkan table diatas pasien memiliki lebih banyak unsur yang terdapat pada poin
positif. Maka prognosis pada pasien ini baik.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. PatrickD. McGorry. 2010. VeryLow-DoseRisperidone in First-EpisodePsychosis: A Safe and


Effective Way to Initiate Treatment. Melbourne: The University of Melbourne.
2. Maslim, R. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya
3. Grover, S. 2010. Acute and Transient Psychosis: An Overview. India: PGIMER.

21

Anda mungkin juga menyukai